Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 45
Timeline : 2011 Agustus


–POV Hasan–

Aku sudah kembali ke rumah setelah semingguan pulang kampung ke desa untuk menemani orang tua ku mengurus warisan sebelum nanti jadi sengketa dengan sesama saudara. Syukurlah semua berjalan dengan baik. Tak ada kendala apa-apa. Orang tua ku mendapat jatah tanah yang lumayan luas disana. Mungkin nanti aku yang akan mengelolanya karena aku memutuskan untuk tidak lanjut kuliah.

Tapi disisi lain, aku mendapatkan kabar yang tak ku duga sebelumnya. Aku tau ada perubahan fisik di mbak Intan. Tapi aku tak menyangka mbak Intan saat itu sedang hamil. Kata mas Tono, mbak Intan hamil oleh benihku saat kami berdua ke Jogja kapan lalu. Aku sendiri cukup shock mendengar mbak Intan keguguran. Kalau aku tau mbak Intan sedang hamil, mungkin ide iseng ku kemarin tak ku laksanakan. Aku cuma ingin membuat mbak Intan semakin binal. Aku penasaran bagaimana nanti bila mbak Intan digilir oleh teman-temanku. Ditambah lagi aku juga masih emosi mengetahui mbak Intan ada main dibelakangku dengan pak Soli. Rasanya aku ingin sekali memberi pelajaran ke mbak Intan yang sudah menghianatiku. Rasanya akan menarik bila mbak Intan hamil lagi karena perkosaan kemarin. Seperti saat dia dulu hamil diperkosa warga desa tempat dia KKN.

Tapi ternyata mbak Intan sedang hamil anak ku kata mas Tono dan berakhir keguguran karena teman-temanku memperkosa mbak Intan terlalu brutal. Bahkan sampai mbak Intan harus dirawat inap di sebuah rumah sakit yang aku pun tak diberi tau lokasinya. Rasanya susah dipercaya kalau mbak Intan sedang mengandung anak ku. Karena aku tau mbak Intan bermain bukan hanya denganku saja. Bisa saja itu anak pak Soli. Atau mungkin hasil dari kedua room service yang sempat berhubungan dengan mbak Intan di Jogja. Atau bahkan mas Dwi mantan mbak Intan yang sempat ketemu di hotel. Aku terus men-denial kalau mbak Intan mengandung anakku. Kalau mbak Intan hanya bermain denganku, mungkin aku tak bersikap seperti ini.

Andaikan saja mbak Intan cuma berhubungan denganku. Andai saja mbak Intan bukan kakak kandung ku. Andai saja mbak Intan tidak berpacaran dengan mas Tono. Andai saja mbak Intan tidak punya skandal dengan pak Soli. ah pikiran ku semakin kacau rasanya. Disatu sisi aku masih emosi dengan kelakuan mbak Intan. Disisi lain aku juga menyayangkan kalau mbak Intan sampai menderita seperti ini. Aku hanya ingin memberi pelajaran ke mbak Intan karena sudah mempermainkanku. Bukan malah membuatnya sampai terbaring di rumah sakit seperti ini.

Teman-temanku sudah tak ada kontak lagi sejak kejadian itu. Ku hubungi pun tak dibalas. Mereka mungkin masih takut dan menghindariku. Hari ini aku coba keluar rumah untuk mencari mereka. Aku bisa saja mendatangi rumah mereka cuma rasanya akan lebih berbahaya untuk ku dan mbak Intan juga. Bisa-bisa kejadian kemarin akan menyebar luas dan membuat mbak Intan malu. Bila di usut lebih lanjut bisa-bisa akan terbongkar kalau ini semua berawal dari aku yang menggunakan FB mbak Intan. Aku juga tak ingin ini terbongkar. Aku harus berhati-hati.

Seharian aku keliling kota mencari mereka. Sampai akhirnya aku melihat Yadi dijalan menuju ke cafe. Pelan-pelan ku ikuti dari belakang. Siapa tahu nanti ternyata mereka ngumpul dan aku bisa menghajar mereka. Benar saja, ada Samsul, Ruli, Nanang dan 1 orang lagi yang membuatku cukup kaget. Aku pun bertanya-tanya, kenapa dia disana. Ya, orang yang membuatku kaget adalah Fitri. Mengapa dia ada disana, ada hubungan apa Fitri dengan mereka. Setau ku Fitri meski 1 sekolah dengan kami namun tak begitu dekat dengan mereka. Sedangkan sekarang Fitri nampak dekat dengan mereka. Apa yang disembunyikan oleh pacarku ini.

Aku coba mengamati mereka dari jauh agar tak dikenali dan aku tak dapat mendengar apa yang mereka perbincangkan. Kulihat mereka bercanda lepas seperti tak ada beban. Apa mereka sudah lupa kalau mereka baru saja melakukan hal buruk ke kakak ku. Kulihat juga Fitri entah kenapa nampak begitu dekat dengan Ruli. Ada hubungan apa mereka. Apakah Fitri menghianatiku? Mana mungkin Fitri melakukan itu. Namun mereka benar-benar nampak akrab.

Semakin lama aku juga semakin tidak tahan lagi. Kembali aku dibakar api cemburu saat kulihat Fitri begitu dekat dengan Ruli. Aku pun mendekat ke meja mereka. Lalu ku gebrak mejanya.
Hasan : “HEH!!! KAMU NGAPAIN DISINI FIT?” mereka pun kaget saat tau aku tiba-tiba muncul disana. Aku tak dapat menahan emosiku lagi. Langsung saja kuhantam muka Ruli. Ruli yang masih kaget hanya bisa shock menerima beberapa pukulanku sampai akhirnya dia balik melawan. Terjadi keributan di cafe ini sampai akhirnya kami pun di lerai oleh Samsul dan Nanang. Sedangkan Fitri masih shock melihatku memukuli Ruli. Pegawai cafe pun datang dan mengusir kami semua.

Ruli yang emosi juga karena ku pukul tadi ingin membalasku tapi dicegah oleh Fitri dan dia pun menurut. Fitri menyuruh mereka berempat untuk pergi dulu sedangkan Fitri mencoba menenangkanku dan menjelaskan sesuatu. Akhirnya mereka pun pergi dan aku juga pergi dengan Fitri ke taman di dekat cafe.
Hasan : “kamu ada apa sama mereka? Baru kali ini aku lihat kamu ngumpul-ngumpul sama mereka. Mereka aja sekarang ngehindar dari aku yang secara teman main mereka dari dulu.”
Fitri : “eee…maaf mas Hasan…aku belum berani cerita ke kamu sebenarnya…maafin aku ya...” Fitri nampak terbata-bata mau menjelaskan sesuatu padaku. Aku pun memberinya waktu untuk berusaha menjelaskan.
Fitri : “maaf mas…aku…duh…susah mas…jangan marah ya… aku jadi takut kalau kamu meledak-ledak gini…”
Hasan : “iya…coba kamu ceritain aja. Aku sudah gak marah.”
Fitri : “janji?”
Hasan : “iya…janji.”

Fitri : “emmm…gini mas…kamu beneran gak marah kan?”
Hasan : “iya iya…”
Fitri : “aku mau nanya dulu ke kamu. Kamu kira-kira kapan mas bisa ngelamar aku?”
Hasan : “kan kamu tau Fit. aku belum kerja bener ini. Masih kerja sambilan juga di warnetnya mas Tono. Tapi tunggu sebentar lagi ya…aku punya rencana ngelola tanah warisan dari nenekku…”
Fitri : “iya mas. Aku paham kok. Mangkanya aku juga gak mau maksa kamu. Tapi…”
Hasan : “tapi apa?” ku potong omongannya dan Fitri pun memandangku dengan muka sedih.
Fitri : “maaf ya mas…bukannya aku mau menghianatimu. Cuma aku gak tau harus ngomong gimana ke kamu…”
Hasan : “sudah ngomong aja.” Fitri menggenggam tangan ku sambil menarik nafas dalam-dalam seperti akan menyampaikan sesuatu yang begitu berat untuknya.

Fitri : “maafin aku ya mas. Aku bener-bener gak tau harus ngomong gimana ke kamu. Aku…dijodohin orang tuaku sama Ruli mas…”
Hasan : “HAH!!! YANG BENER KAMU!!!” Fitri pun mengangguk. Hati ku benar-benar hancur saat ini.
Hasan : “lalu aku gimana?”
Fitri : “maafin aku mas…kita…sudahan ya…aku tau kamu belum siap buat ngelamar aku…”
Hasan : “emang si Ruli siap nikahin kamu apa?”
Fitri : “ya aku juga tau dia sama kondisinya kayak kamu mas…cuma…orang tua ku sama orang tuanya sudah sepakat… dia juga bulan depan sudah kerja di pabrik katanya…maafin aku ya mas…kalau kamu harus tau ini semua dengan cara begini…”
Hasan : “SIALAAAANNNNN!!!!!!” aku pun berteriak meluapkan semua emosi dalam diriku. Fitri pun tertunduk seperti punya perasaan bersalah kepadaku.

Fitri : “maafin aku ya mas…kalau hubungan kita… berakhir dengan cara begini…”
Hasan : “Fit…lihat aku…aku mau kejujuranmu…kamu cinta sama Ruli?” Fitri menatapku lalu menggelengkan kepala.
Hasan : “terus kenapa kamu terima dijodohin gitu aja?”
Fitri : “aku gak bisa mas…nolak kemauan orang tua ku…”
Hasan : “orang tua mu kan juga tau kamu pacaran sama aku…mereka bener-bener gak hargain aku…” Fitri pun terdiam.
Hasan : “kamu rencana nikah kapan sama Ruli?”
Fitri : “awal tahun depan mas kemungkinan…”

Hasan : “kamu belum di apa-apain kan sama Ruli?” Fitri pun terdiam kembali.
Hasan : “jawab Fit…”
Fitri : “maaf mas…untuk itu…aku sudah…” hati ku kembali remuk mendengar ucapan Fitri. Dia yang selama ini kujaga tak sampai ku perawani mengucapkan ini kepadaku. Ruli yang ku kira sahabatku sendiri sudah tega melakukan ini semua ke pacarku. Meski mereka dijodohkan, aku tak rela akan ini semua. Harusnya mereka bisa lebih jujur kepadaku. Ruli teman main ku sedari dulu, Fitri pun sudah pacaran denganku sedari lama. Kenapa mereka tega menutup rapat ini semua.
Hasan : “aku gak tau harus ngomong apa lagi ke kamu Fit…” air mata ku pun mengalir karena menahan emosiku. Aku harus kehilangan Fitri sekarang.
Fitri : “maafin aku mas…kalau aku bisa memilih…aku pasti milih kamu…tapi sekarang sudah gak bisa mas… aku pamit dulu ya… maafin aku mas…” Fitri pun pergi meninggalkanku yang sedang hancur-hancurnya disini sendiri.

Aku tak menyangka kalau Fitri dijodohkan kepada Ruli. Kenapa hidupku sehancur ini. Kalau saja orang tua Fitri bisa menunggu sebentar lagi. Aku bingung kenapa mereka tak mau menunggu. Sebentar lagi aku akan jadi tuan tanah karena warisan dari nenek cukup luas untuk kedua orang tuaku dan rencananya memang nanti aku yang akan mengolahnya. Aku juga sangat marah ke Ruli dan yang lain. Mereka kan sahabatku sejak dulu. Kenapa tak mau jujur menceritakan ini semua kepadaku. Atau mungkin bisa menolak perjodohan ini. Ditambah lagi Ruli nampaknya sudah memperawani Fitri. Mentang-mentang mereka sudah tunangan. Andai saja Fitri tau apa yang sudah dilakukan Ruli ke mbak Intan… Tapi… mungkin akan sama saja karena Fitri tak berani melawan kehendak orang tuanya. Sialan… aku tak tau sekarang aku harus bagaimana…



–POV Tono–
Hari ini aku mendapatkan kabar gembira kalau besok Intan sudah tak perlu rawat inap lagi. Sebenarnya hari ini kalau mau keluar juga bisa. Intan sudah nampak kembali sehat dan kembali seperti biasa. Dia nampak ceria kembali walau terkadang masih mengatakan merasa nyeri di area kemaluannya. Entah sekarang aku harus bahagia atau tidak, karena itu artinya aku akan jauh dengan Lisa. Aku memang tidak ada komitmen yang jelas dengan Lisa. Tapi rasanya perasaan kami berdua sudah saling bertautan.

Sore ini aku masih menemani Intan di RS. Dia sudah bisa jalan sendiri ke toilet untuk mandi. Bahkan sudah lepas infus. Hanya saja Intan memilih untuk besok baru pulang. Dia benar-benar sudah sehat seperti biasanya. Tak lama kemudian, Lisa datang menjenguk Intan.
Lisa : “hai tan…gimana? Sudah bisa pulang nih besok.”
Intan : “hehehe iya nih…makasih lho sudah bantu aku dirawat disini Lis.”
Lisa : “iya sama-sama… selamat ya sudah sembuh. Kamu tuh lho aneh. Bisa pulang hari ini kok minta besok.”
Intan : “iya…besok kan aku pulang langsung kerumah. Masa iya masih agak lemes gini pulang kan nanti jadi pertanyaan.”
Lisa : “hmm iya sih…ya sudah sekali lagi selamat ya sudah sembuh. Jangan balik lagi dengan kasus yang sama. Hahaha jagain tuh mas Ton…biar gak bandel si Intan.”
Intan : “dia sih jagain aku terus Lis. akunya aja yang rese. Ya kan mas Ton.” aku hanya bisa terdiam mendengar candaan mereka berdua.

Intan : “ini kamu sudah mau pulang ya?”
Lisa : “iya dong shift ku kan udahan. Nih mangkanya sudah pakai baju bebas kan.”
Intan : “iya sudah dandan juga…hayoo…mau jalan lagi ya sama cowok mu? Hahaha”
Lisa : “hmmm…gak tau sih…” kata Lisa sambil melirik ke aku. Aku pun mencoba tak meresponnya.
Intan : “hahaha gayamu Lis…sudah sana buruan nanti ditunggu lho. Diantar mas Tono aja sekalian dia istirahat kan besok mau perjalanan jauh. Mas Ton…anterin tuh si Lisa biar gak ditunggu cowoknya.”
Lisa : “ayo mas Ton.hahaha” Lisa menarik tanganku dan aku pun gelagapan di depan Intan.
Intan : “udah anterin sana mas.”
Tono : “iya deh iya…”
Lisa : “dah tan…aku pulang dulu ya. Kamu istirahat juga. Biar besok segar bugar.hahaha” Intan memandangku dan seperti menyuruhku segera mengantar Lisa.

Sesampaiku di mobil, aku membuka obrolan terlebih dahulu karena sedari tadi aku hanya diam saja karena merasa kikuk dengan obrolan mereka berdua.
Tono : “kamu janjian sama orang Lis?”
Lisa : “enggak lah mas. Kan kamu gak ngajakin aku jalan hari ini. hehe”
Tono : “maksudmu?”
Lisa : “ah udah lah. Yuk mas Ton. jalan-jalan ke atas.”
Tono : “ya udah ayo…”
Aku dan Lisa kembali jalan-jalan ke area Batu. Kami berdua menghabiskan waktu bersama sore ini. Mungkin ini kesempatanku untuk membicarakan hubungan ku dengannya.

Tono : “Lis…”
Lisa : “iya mas…kenapa?”
Tono : “aku mau ngobrol serius bentar sama kamu…”
Lisa : “tumben…ngobrolin apa sih? Jangan berat berat bahasnya. Nanti kepalaku ngebul. Hehehe”
Tono : “kamu ini masih aja bercanda.” ku gandeng tangannya dan kami berdua duduk di bangku taman.
Tono : “Lis…aku tau kebersamaan kita beberapa hari ini rasanya susah banget buat aku lepasin gitu aja.”
Lisa : “iya mas…aku juga…makasih lho sudah ngisi hari-hari ku yang monoton ini. Hehehe”
Tono : “iya…besok…aku kan sudah balik nganter Intan. Terus aku pulang ke rumahku buat lanjutin skripsi.”
Lisa : “lalu?”
Tono : “ya…aku gak tau nih…aku rasanya gak siap jauh sama kamu…”
Lisa : “jadi maksudmu?” Lisa menanyaiku balik dengan muka lucunya didekatkan ke muka ku.

Tono : “kamu mau gak jadi pacarku?” setelah aku mengucapkan itu, Lisa menciumku sebelum kembali berucap.
Lisa : “mas mas…kamu ini…sudah punya Intan kok masih mau nembak sahabatnya. Jangan gila deh…”
Tono : “aku serius Lis…aku tau kamu juga punya perasaan yang sama kan sama aku. Buktinya barusan ngecium.”
Lisa : “tapi gak mungkin mas…kan kamu sudah punya Intan…apalah aku ini…”
Tono : “ya terus? Kenapa? Aku bisa putusin Intan demi kamu.”
Lisa : “seriusan?”
Tono : “kamu kira aku gak serius sekarang? Aku nyaman sama kamu.”

Lisa : “aku nya yang gak bisa mas…maafin ya…”
Tono : “emang kamu gak punya perasaan yang sama seperti apa yang kurasakan ini?”
Lisa : “jujur aja aku punya perasaan ke kamu mas. Tapi…aku gak bisa kalau kamu ninggalin Intan sekarang. Kamu lihat sendiri dia butuh kamu banget buat support dia. Dia pasti lagi down banget meski keliatan ceria gitu. Cewe mana sih mas yang bisa tetap tegar habis ngadepin tragedi itu. Coba kamu pikirin dulu lah mas Ton. tega kamu ninggalin Intan?”
Tono : “terus gimana? Aku sudah terlanjur sayang sama kamu Lis.”
Lisa : “iya mas…aku ngerasain perasaanmu itu kok ke aku. Soalnya aku juga. Cuma jangan sekarang…aku gak mau kamu ninggalin Intan disaat dia hancur-hancurnya gini. Please ya mas…jagain Intan…”

Tono : “terus hubungan kita? Apa? Kamu gak apa kah harus mendam perasaanmu sendiri gini?”
Lisa : “iya mau gimana lagi mas. Kamu tega sama Intan? Kalau kamu tega sama dia, berarti suatu saat nanti kamu juga bisa tega dong ke aku. Hubungan kita…ya baik-baik aja kok. Aku gak nuntut komitmenmu mas. Karena aku tau aku juga punya salah disini. Gak seharusnya aku main hati dengan pacar sahabatku sendiri. Ditambah lagi kan Intan juga butuh supportmu.”
Tono : “tapi…gimana nanti kalau Intan sudah stabil kondisinya…aku mau resmiin hubungan kita ya…”
Lisa : “iya boleh…tapi jangan ninggalin Intan pas lagi drop gini ya mas.”
Tono : “kamu mau kan nunggu aku?”
Lisa : “hmmm…tunggu gak ya. Hahahaha”
Tono : “bercanda lagi…aku lagi serius ini…”
Lisa : “iya iya mas…aku tungguin kamu disini…aku gak kemana-mana kok. Toh kamu juga tau aku kerja dimana kan.hehehe aku juga sayang sama kamu kok mas…mmmuuuah…”kembali Lisa menciumku.
Lisa : “yuk ah mas…jalan lagi…lapar aku…”
Tono : “iya iya…bentar…”

Lisa menarik tanganku dan kamipun kembali menghabiskan waktu bersama sampai keesokan paginya. Lisa kembali menemaniku tidur sampai pagi di hotel. Sampai akhirnya aku mengurus Intan untuk keluar dari rumah sakit lalu mengantarnya kembali kerumah sebelum aku kembali ke kota ku untuk mengurus skripsiku. Harusnya aku tak percaya begitu saja dengan ucapan Lisa. Harusnya aku lebih gigih untuk meyakinkan Lisa agar dia menerima perasaanku dan mengikat komitmen denganku. Karena setelah hari itu, aku sudah tidak bisa lagi menemuinya. Lisa seperti hilang ditelan bumi. Dia mengganti nomor hapenya dan juga resign dari rumah sakit tempatnya bekerja. Aku sangat menyesal melewatkan kesempatan untuk bersamanya. Harusnya aku bisa meyakinkan dia dan segera meninggalkan Intan. Ternyata Lisa yang menghilang terlebih dahulu. Lisa pergi bekerja ke Jepang untuk menjadi tenaga medis disana. Kini aku benar-benar kehilangan kontak dengannya. Penyesalan ku ini mungkin tak akan ku lupa seumur hidupku nanti.
 
Terakhir diubah:
Baru sadar re read chapter sebelum sebelumnya kalau ada typo. Harusnya kehamilan hitungan minggu malah jadi bulan. 11 minggu jadi 11 bulan. Hahaha mohon maaf kurang koreksi. Suhu suhu kalau ada typo mungkin bisa di koreksi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd