Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 47
Timeline : 2011 September


–POV Intan–

Tadi pagi dokter Danu dan pak Giman menghajarku habis-habisan. Sampai-sampai aku tak bisa berjalan dengan benar. Rasanya kakiku masih gemetaran dan area selangkanganku pun agak nyeri setelah dihajar berkali-kali oleh penis mereka. Waktu dengan almarhum pak Pri saja sudah membuatku kewalahan. Apalagi sekarang ada 2 orang yang memiliki penis sama besarnya dengan pak Pri. Aku sampai tak kuat jalan jauh untuk kembali ke pos jaga. Dengan sempoyongan ku berjalan ke arah taman dan duduk beberapa saat untuk beristirahat sambil memikirkan apa yang baru saja kualami.

Dalam hati ku aku ingin menyudahi ini semua. Aku tak ingin menjadi Intan yang liar seperti dulu. Aku ingin berubah demi hidupku yang lebih baik. Bahkan sempat aku berpikir untuk menyudahi saja kegilaanku dengan adik ku. Aku tak ingin lagi mengecewakan mereka yang sayang kepadaku. Tapi entah kenapa malah aku baru saja bersetubuh dengan dokter Danu dan pak Giman. Memang bukan sepenuhnya salahku kenapa aku mau. Tapi tetap saja, ada orang lain yang menikmati tubuhku ini.

Obat dari dokter Danu yang disuntikkan kepadaku efeknya lebih hebat daripada milik pak pri. Satu suntikan saja sudah membuatku bisa orgasme sendiri tanpa perlu rangsangan orang lain. Aku juga dibuat menggila sampai menginginkan disetubuhi oleh siapapun asalkan bisa memuaskan gejolak nafsu yang memuncak dalam diriku. Aku yang awalnya jijik dengan sikap pak Giman pun tak bisa menahan diriku sendiri untuk menggodanya. Aku benar-benar lupa diri tadi terhanyut begitu saja.

Sekarang aku sudah tak bisa menghindari mereka lagi. Dokter Danu pasti akan mengancamku dengan video yang direkam tadi meski dia tak mengatakannya secara langsung namun aku sudah tau akan jadi bagaimana nanti. Terlebih lagi aku tak bisa menolak dan melaporkan balik karena nampak jelas aku sendiri yang menggoda mereka berdua tadi. Aku tak tau akan jadi budak sex nya sampai kapan. Yang jelas akan ku rahasiakan ini semua dari yang lainnya. Aku juga tak mau ada konflik dengan Ratna karena nampak jelas dia pasti akan cemburu karena Ratna memang sudah lama jadi simpanan dokter Danu.

Ku berjalan pelan ke pos jaga ku lagi setelah ku rasa cukup tenang. Meski masih agak sempoyongan rasanya.
Ningsih : “eh dah balik. Kok sempoyongan gitu tan?”
Intan : “iya nih…habis dimarahin dokter Danu. dapat SP juga. Potong gaji juga.” ucapku berbohong.
Ningsih : “hmm… pantesan lemes banget kelihatannya. Temanin keliling yuk tan.”
Intan : “aku duduk disini dulu ya masih gak mood nih.”
Ningsih : “iya deh yang habis potong gaji. Memang potongan berapa?”
Intan : “setengahnya ini aku baca di surat SP.”
Ningsih : “hahaha kamu sih. Bolosnya kelamaan. Nemenin pacar skripsi gak pulang-pulang.”
Intan : “hehehe iya salahku juga memang.”
Ningsih : “gimana? Sudah dinyatakan lulus skripsinya mas Tono?”
Intan : “belum Ning.”
Ningsih : “hmm…gak segera dinikahin nih kamu ceritanya.”
Intan : “ya begitulah…dia gak mau nikah kalau belum lulus kuliah katanya. Padahal aku juga gak masalah kalau dia belum lulus. Tapi orangnya gak mau…”
Ningsih : “kasihan kamu tan. Padahal sudah mapan lho dia disini punya usaha toko, punya warnet juga kan. Kamu yakin sama dia?”
Intan : “ya sih Ning. aku kali ini gak mau main-main lagi sudahan. Jadi aku pilih untuk tetap sama dia aja Ning.” Ningsih menatapku dengan penuh tanda tanya.
Ningsih : “ya udah kamu mungkin lagi gak mood banget ya. Aku jalan keliling sendiri aja. Jaga pos nya ya.” setelah itu dia pergi membiarkanku jaga sendiri disini.

Kulihat jam memang beberapa jam lagi waktu untuk ganti shift. Jadi seharusnya aku dan Ningsih keliling untuk mendata laporan sebelum pergantian. Namun dia pergi sendiri. Sambil sendiri disini aku kembali berpikir akan sesuatu. Apakah aku akan menuruti permintaan adikku atau tidak. Aku sudah berusaha untuk tak lagi seliar itu. Terlebih lagi Ruli adalah salah satu orang yang memperkosaku kemarin. Tapi aku sendiri juga tak se suci itu. Sudah banyak dosa yang kulakukan selama ini. Sudah banyak perbuatan yang memalukan yang kulakukan demi memuaskan nafsuku. Setelah lama kupikirkan, sepertinya akan kucoba saja. Demi adik ku Hasan.

Ku message Hasan untuk meminta nomor hape dari Ruli dan akan kucoba untuk menghubunginya. Ku kirimkan pesan sederhana dulu ke nomor Ruli.
Intan : “Hai Rul…ini Intan…” sudah ku kirim smsnya namun tak segera dibalas. Mungkin dia masih takut karena masalah kemarin pikirku.
Intan : “aku cuma pengen ngobrol Rul. aku gak mempermasalahin yang kemarin kok.” ku kirimi dia pesan sms lagi. Namun masih belum berbalas. Ya sudah aku tinggal saja setidaknya aku sudah berusaha menghubunginya terlebih dahulu. Tapi ternyata setelah aku kirim pesan demikian si Ruli membalas.
Ruli : “iya mbak. Mbak sehat kah?”
Intan : “iya Rul. aku gak apa-apa kok sehat-sehat aja. Kenapa? Khawatir ya?”
Ruli : “iya mbak. Soalnya kemarin kan sampai begitu.”
Intan : “oh aku gak apa apa kok Rul. ngomong-ngomong kamu ada waktu gak sore ini?”
Ruli : “buat apa mbak?”
Intan : “enggak. Aku cuma mau ngobrol-ngobrol langsung aja sama kamu.”

Ruli : “ngajakin yang lain juga gak mbak?”
Intan : “gak usah. Sama kamu aja Rul. berdua. Bisa?”
Ruli : “boleh deh mbak. Tapi dimana ya enaknya?”
Intan : “di cafe B**** aja gimana?” ku ajak Ruli untuk ke cafe yang ada di tengah kota. Tujuanku adalah kalau sampai ada yang melihat Ruli berduaan denganku, maka ada yang menyebarkan desas-desus sampai ke Fitri.
Ruli : “kalau di cafe V**** gimana mbak?” tapi rupanya Ruli meminta untuk ke cafe yang di pinggiran kota. Dekat dengan motel tempatku “melayani tamu” dulu. Entah kenapa dia memilih tempat itu. Aku curiga dia juga punya rencana lain. Tapi agar semua berjalan dengan baik maka ku iya kan saja.
Intan : “oke deh Rul. jam 7 malam ya kita ketemuan disana.”
Ruli : “oke mbak.”

“Duh…kenapa lagi aku kayak gini…bukannya aku sudah berniat untuk tak lagi liar seperti dulu… tapi kenapa aku malah meng-iya-kan permintaan Hasan untuk membuat Ruli dan Fitri membatalkan rencana pernikahan mereka… toh ini juga belum tentu berhasil…” pikirku dalam hati. Tapi kulakukan semua ini demi Hasan. Mungkin bila Fitri kembali ke Hasan maka Hasan bisa menyudahi hubungan terlarangnya dengan ku. Mungkin juga Hasan bisa belajar bertanggung jawab nanti dengan Fitri. Tak apa kali ini sebelum mas Tono kembali ke kota ini, aku harus bisa membuat Fitri dan Hasan kembali bersama.

Kembali ku kerjakan pekerjaan ku hari ini dan setelah itu pulang kerumah. Dirumah kulihat Hasan masih mengunci diri di dalam kamarnya. Ku katakan padanya kalau aku akan melakukan permintaanya demi agar Fitri kembali ke Hasan. Walau hanya dari balik pintunya saja. Aku yakin Hasan mendengarku. Aku tak ingin juga adik ku terlalu lama bersedih seperti ini. Bisa-bisa kejiwaannya terganggu nanti. Sekitar jam 6 aku sudah bersiap-siap berdandan sebelum berangkat ke tempat janjian ku dengan Ruli. Aku mengendarai motorku ke cafe V****.

Sesampaiku disana sekitar jam 7 kulihat Ruli sudah ada disana. Benar saja dia sendirian duduk di ujung. Ku dekati saja kesana.
Intan : “Rul…maaf nunggunya lama ya?”
Ruli : “eh mbak…” Ruli tampak kaget melihatku. Karena malam ini aku sengaja keluar rumah tanpa mengenakan jilbab.
Intan : “hei… ngeliatin apa sih?” ku buyarkan pandangannya yang tertuju fokus ke arahku.
Intan : “kayak ngelihatin hantu aja kamu ni Rul.”
Ruli : “eh mbak. Hehe tumben mbak keluar gak pakai jilbab?”
Intan : “gak apa lagi pengen aja sih. Eh aku pesen kopi ya. Kamu sudah pesen?”
Ruli : “belum sih mbak tadi nungguin mbak aja dulu.”
Intan : “ya sudah yuk pesen dulu sama camilannya. Biar enak buat nemenin ngobrol.” akhirnya aku yang membuka obrolan terlebih dulu agar dia lebih relax, baru setelah itu aku tanya hal yang lebih serius.

Cukup lama kami ngobrol gak jelas, sampai akhirnya situasi mencair dan dia sudah tak tegang seperti sebelumnya. Baru aku tanya lebih serius.
Intan : “gini dong rul… santai kan enak. Hehe kamu ngapain sih tadi tuh kok tegang gitu.”
Ruli : “ya masih agak gak enak aja sih ke mbak.”
Intan : “lah…bukannya kemarin kamu ke enakan ya. Hehehe”
Ruli : “hehe mbak nih bisa aja. Kalau itu sih iya. Cuma kan aku gak enaknya kayak ada beban gitu mbak.”
Intan : “beban gimana Rul? Kan kamu sama teman-temanmu juga perkosa mbak gak nanggung-nanggung kan.”
Ruli : “iya aku aslinya juga masih ragu-ragu kemarin itu mbak diajakin si Samsul. Kata Samsul soalnya mbak juga yang minta diperkosa. Tapi jujur aja nih ya mbak. Aku masih takut kemarin itu. Tapi setelah lihat kayaknya mbak menikmati mainnya beneran jadi ya aku juga gak ragu-ragu lagi. Hehe”

Ruli mengatakan kalau Samsul sumbernya yang mengajak mereka semua. Tapi kenapa kok bisa aku juga dibilang yang meminta hal itu. Apakah ini akal-akalan Samsul saja. Ku kulik lebih dalam lagi ke Ruli.
Intan : “kalau ragu ngapain mau ikutan kemarin hayo…”
Ruli : “hehe ya gimana mbak. Aku sendiri jujur aja nih juga pengen mbak ngerasain. Maaf ya mbak. Apalagi kalau lihat mbak dirumah kadang dasternya agak kebuka gitu kan bikin aku pengen mbak. Cuma ya hanya berani memandang aja.”
Intan : “hehehe maaf ya kalau pakaianku di rumah agak sembarangan. Tapi masak gitu aja kamu mau sih diajakin Samsul? Kan bisa aja Samsul bohongin kamu?”
Ruli : “awalnya aku juga mikir gitu mbak. Tapi Samsul beneran bilang kalau mbak yang ngajakin ya aku mau. Sampai dia lho mbak nunjukin chatnya sama mbak di FB buat bukti.” disini aku agak kaget. Chat FB? apa maksudnya? Agar Ruli mau membeberkan lebih lanjut maka aku ikuti saja alur percakapan ini.

Intan : “hehe iya Rul…aku yang ngajakin sih memang. Kamu ditunjukin aja apa masih nyimpen chatnya?”
Ruli : “kalau chatnya gak aku simpen mbak. Cuma kalau foto telanjang mbak yang mbak kirim di chatnya samsul sih aku simpen.hehehe gak apa apa kan mbak?”
Aku kembali kaget, foto mana lagi yang aku kirim ke Samsul? Bahkan chat saja sebenarnya aku tak melakukannya.
Intan : “iya kalau foto itu gak apa sih Rul, terserah kamu mau kamu simpen sampai kapan. Cuma kalau chatnya hapus aja ya. Eh memang foto yang mana yang kamu simpen?” kupancing Ruli untuk menunjukkan foto apa yang dia simpan dan aku mungkin akan mendapat petunjuk siapa yang sudah menggunakan akun FB ku.
Ruli : “hmm…ini mbak.hehehe” Ruli membuka hp nya dan menunjukkanku folder dia menyimpan foto-fotoku.

Aku semakin shock setelah melihatnya. Ini semua kan foto-foto dokumentasiku dulu yang diambil oleh Dwi saat aku “melayani tamu” darinya. Aku berkesimpulan kalau Dwi lah yang telah menggunakan FB ku untuk memancing teman-teman Hasan memperkosaku kemarin. Aku tak menyangka dia tega melakukan itu setelah dia berjanji untuk tak mengganggu hidupku lagi bila aku mau melayani 10 tamu nya waktu itu. Tapi ternyata dia masih saja seperti tak merelakanku hidup normal. Mungkin setelah ini aku akan menghapus akun FB ku saja.

Intan : “ih…yang ini kenapa di simpen sih? Kan aku malu kelihatan jelek disitu.” ucap ku untuk membuka obrolan kembali.
Ruli : “yang mana mbak?”
Intan : “yang ini nih…masak fotoku belepotan gini kamu simpen sih?”
Ruli : “hehehe enggak kok mbak. Gak jelek. Seru itu kan foto mbak belepotan gitu habis main sama 2 orang ya? Hehehe”
Intan : “iya…ya gitu deh. Ngapain sih disimpen? Hapus-hapus…” aku mencoba menghapus foto ku yang dia simpan. Tapi tak sempat.
Ruli : “hehehe jangan mbak…” Ruli langsung merebut hapenya kembali.

Maksud hati aku diam-diam ingin menghapus foto-foto ku yang dia simpan. Tapi setelah ku pikir lagi sepertinya percuma karena yang menyimpan pasti bukan hanya Ruli saja. Masih ada foto-fotoku yang lain yang dipegang oleh Samsul.
Ruli : “eh mbak. Kapan nih bikin acara lagi kayak kemarin? Hehehe”
Intan : “keterusan ini. Kapan ya?”
Ruli : “ah mbak nih. Bikin penasaran terus.hehehe mbak memang suka main diperkosa kayak kemarin?”
Intan : “hmm…suka gak ya? Lagian kan aku yang ngajakin juga masa sih aku gak suka.” aku berpura-pura saja suka untuk mengorek info lebih dalam.
Ruli : “hehehe kalau sekarang mau gak mbak? Sama aku aja.”
Intan : “keterusan ya… tuh Fitri kamu kemanain? Ingat mau nikah sama Fitri kamu tuh.”

Ruli : “oh jadi mbak sudah tau ya.”
Intan : “iya tau lah. Orang adikku Hasan sedih kayak gitu. Lagian kok tega sih kamu mau aja dijodohin sama Fitri.”
Ruli : “dijodohin orang tua soalnya mbak.”
Intan : “ya kan kamu bisa nolak. Orang kamu tau kan si Fitri pacaran dah lama sama Hasan.”
Ruli : “ya jangan salahin aku dong mbak. Orang Fitrinya juga gak nolak.” perkataan Ruli ada benaranya juga. Kenapa si Fitri tak menolaknya.

Ruli : “hmm…jangan-jangan mbak Intan ngajakin aku ngobrol ini masalah Hasan sama Fitri ya?” tanya Ruli seperti menyelidik.
Intan : “ah enggak juga kok.”
Ruli : “terus buat apa mbak ngajakin aku cuma ngobrol berdua gini? Kalau masalah main main kemarin kan mbak harusnya ngajakin semua atau enggak si Samsul aja tuh. Jangan bohon deh mbak.”
Intan : “iya deh iya. Aku ngaku. Ngajakin kamu kesini ngobrol ini buat bahas itu.” aku tak bisa mengelak lagi dari pertanyaan Ruli.
Ruli : “ya aku sih masalah ini susah juga sih mbak buat nolak. Disatu sisi kan aku juga tau si Fitri pacaran sama Hasan. Cuma gara-gara tuntutan orang tua nih.”
Intan : “emang kamu cinta sama si Fitri? Gak kasihan Hasan?”
Ruli : “ya kalau dibilang cinta sih belum.”
Intan : “terus kenapa mau? Kasihan tuh Hasan sedih terus dirumah dikamar aja. Kamu bisa gak buat sudahin tunanganmu sama si Fitri? Mumpung belum nikah lho.”

Ruli : “hmm…jadi mbak maunya aku batalin tunangan ku sama Fitri gitu mbak?”
Intan : “iya.”
Ruli : “agak susah sih mbak kan ini yang ngatur orang tua ku sama orang tua Fitri. Lagian kalau kubatalin juga susah mbak gak enak sama orang tua Fitri.”
Intan : “ayolah…kamu gak kasihan sama sahabatmu sendiri?”
Ruli : “hmm…gimana ya mbak… bisa sih sebenernya tapi…”
Intan : “tapi apa?”
Ruli : “hehehe tapi mbak mau gak gantiin posisi Fitri? Hehehe minimal jadi budak sex ku lah.”
Intan : “maksudmu?” aku agak kaget dengan perkataan Ruli.
Ruli : “ya mbak kan minta aku buat batalin tunanganku sama Fitri. Itu susah lho mbak. Harus ngomong apa aku nanti ke ortunya Fitri sama ortu ku? Ya minimal aku dapat hal yang setimpal lah hehehe”

Aku pun terdiam mendengar ucapannya. Untuk beberapa saat, kami yang sedari tadi mengobrol sampai berisik tiba-tiba jadi sunyi.
Ruli : “hehehe gimana mbak?”
Aku masih diam berpikir bagaimana bila aku mengiyakannya saja demi adikku Hasan. Tapi itu berarti aku juga akan melanggar janjiku lagi untuk berubah jadi pribadi yang lebih baik untuk mas Tono. sudah cukup aku diperbudak oleh dokter Danu di tempat kerja. Masa aku mengiyakan permintaan anak ingusan ini demi adikku. Bila tidak ku-iya-kan maka entah bagaimana Hasan nanti. Aku khawatir dengan kesehatan mentalnya.
Ruli : “hehehe tenang aja kok mbak. Aku gak akan minta mbak putus sama pacarnya mbak. Aku tau kalau mbak sudah punya pacar.” ucapnya sambil memegang tanganku.
Ruli : “gimana? Mau? Kalau enggak juga gak apa sih mbak. Hehehe itu kan balik lagi ke mbak. Aku juga gak mau kalau sudah berusaha membatalkan perjodohan ku tapi gak dapat apa-apa.”

Aku masih berfikir keras. Apakah akan ku iya kan saja. Atau ku tolak demi harga diriku dan janjiku sendiri. Tapi sepertinya rasa sayang ku ke Hasan lebih besar daripada tekad ku sendiri untuk berubah. Pikirku nanti bila Ruli sudah resmi tak melanjutkan perjodohannya, akan ku sudahi ini semua. Meski rasanya akan berbahaya karena Ruli bisa saja mengancamku nanti dan akan membuat namaku semakin dikenal buruk.
Intan : “ya sudah…aku mau…tapi…kamu beneran ya mau sudahin tunanganmu sama Fitri.”
Ruli : “hehehe iya dong mbak. Ku usahakan tapi gak cepet ya. Soalnya harus ngomong ke ortu dan jelasin semuanya pasti susah.”
Intan : “ya tapi kamu juga janji sudahin hubunganmu sama Fitri biar dia bisa kembali sama Hasan.”

Ruli : “oke mbak.hehehe tapi aku juga pengen bukti dari mbak kalau mbak benar-benar mau jadi budak ku.” ucapnya sambil menyeringai.
Intan : “ya sudah kamu mau bukti apa? Kamu mau nyuruh aku apa sekarang?”
Ruli : “aku mau kamu lepas bra mu sekarang mbak. Hehehe sudah lama aku gak liat pentilmu langsung.”
Intan : “hah? Serius kamu? Duh…disini?”
Ruli : “iya…mbak juga kalau dirumah sering gak pakai bra juga kan.”
Intan : “ya udah bentar aku ke toilet.”
Ruli : “eh siapa yang nyuruh ke toilet? Disini aja mbak. Hehehe terus kasih ke aku ya.”
Intan : “duh rul…”
Ruli : “kalau gak mau ya udah batal. Aku pergi dulu ya mbak.”
Intan : “eh tunggu… ya udah aku mau…”

Ruli seperti mempermainkan ku dengan perjanjian kita tadi. Dengan susah payah ku buka kaitan dari belakang bra ku dan ku lolosi talinya lewat siku. Aku kesusahan karena tak mungkin aku membuka bajuku disini. Pasti orang-orang melihatku nanti. Apalagi kondisi cafe ini semakin malam semakin ramai rasanya. Aku juga melepasnya sambil memperhatikan sekitar agar tak dilihat oleh orang lain. Sampai akhirnya bra ku bisa ku lepaskan.
Intan : “nih Rul…sudah ku lepas.” ku berikan bra ku kepadanya. “Sabar tan, sabar. Harus mengikuti permainan Ruli demi adikmu Hasan. Sabar…” kata ku dalam hati.
Intan : “sudah percaya kan kalau aku mau?”
Ruli : “hehehe iya iya mbak. Masa sih gak percaya.” pandangan matanya seperti menelanjangiku. Dia melihat area payudaraku yang tak tertutup dengan bra sehingga putingku yang mencuat ini tercetak jelas dari balik baju. Aku jadi kikuk karenanya. Ingin rasanya kututupi area payudaraku ini dari pandangannya. Tapi aku takut dia berubah pikiran lagi.

Ruli : “hehehe kok tegang mbak pentilnya? Lagi pengen ya?” aku hanya diam tak menjawabnya karena masih berusaha meredam rasa malu ku saat ini.
Ruli : “eh mbak…jalan yuk.”
Intan : “kemana?”
Ruli : “sekitar sini aja. Hehehe cari angin.”
Intan : “ya udah.”
Ruli : “bayarin dulu dong mbak hehehe”
Intan : “iya…” aku pun beranjak ke kasir untuk membayar meski masih ada perasaan malu karena pastinya orang-orang akan menyadari kalau aku sekarang tidak mengenakan bra. Payudaraku yang besar ini bergoyang seiring langkahku. Aku menyadari beberapa orang melihatku dengan tatapan mesumnya. Bahkan mas-mas kasir pun sama. Dia menatapku tajam ke arah payudaraku. Hal ini membuatku semakin malu tapi juga entah kenapa putingku semakin tegang. Mungkin karena terangsang gesekan dengan bajuku. Aku hanya berharap air ASI ku kali ini tak menetes karena itu pasti akan membasahi baju ku.

Ruli sudah menungguku di depan dan ku hampiri saja dia setelah membayar.
Ruli : “yuk mbak”
Intan : “mau kemana?”
Ruli : “sudah jalan-jalan dulu aja hehe…” aku menemaninya berjalan-jalan ke arah jalan yang semakin jauh semakin sepi. Sampai akhirnya dia berjalan menuju ke arah hutan.
Intan : “eh mau kemana sih Rul?”
Ruli : “sudah ikut aja.”
Intan : “tapi kan…gelap.”
Ruli : “hehehe sini sini mbak… ada aku gak perlu takut.” Ruli menggandeng tanganku untuk mengikutinya masuk kedalam hutan. Aku tahu pasti akan terjadi hal buruk padaku setelah ini.

Kamipun masuk kedalam hutan semakin jauh dari jalan utama tadi.
Intan : “rul…ini mau kemana sih?”
Ruli : “mau kedalam aja biar aman.”
Intan : “aman?”
Ruli : “hehehe iya biar aman gak dilihat orang.” semakin jelas niat busuknya. Aku yang sudah berjanji akan jadi budaknya menurutinya saja. Kami berjalan cukup jauh ke dalam hutan. Semakin gelap dan hanya diterangi cahaya bulan disini. Sampai akhirnya Ruli berhenti.
Ruli : “hehehe kayaknya aman nih disini.”
Intan : “mau ngapain Rul?”
Ruli : “ya mau nikmatin kamu lah mbak. Hehehe”
Intan : “eh Rul…ahs…” Ruli memelukku dan mendorongku sampai aku terpojok bersandar di pohon.

Ruli mulai menciumiku area leherku dan tangannya menggerayangi payudaraku. Tangannya mulai meremas-remas payudaraku dan kurasakan cairan ASI ku pun keluar karenanya. Ingin rasanya aku menolaknya namun aku sudah berjanji.
Intan : “ahs…rull…rull…” kini Ruli melepasi kancing pakaian yang kukenakan dan akhirnya area tubuh atasku terbuka sudah.
Ruli : “hehehe susumu kelihatan lebih besar mbak kalau terbuka gini… mmmhhh… mmmhh… slurpp… slurrpp… mmmhhh…” ciuman Ruli terus menuju kebawah dan dia mulai menciumi area payudaraku sampai akhirnya dia berhenti dan mulai menghisap-hisap putingku. Kini dia mulai menyusu dan menghisap cairan ASI ku dengan lahapnya. Aku jadi kegelian dibuatnya. Kedua puting payudaraku jadi bulan-bulanannya sekarang. Nampak jelas Ruli begitu menikmatinya.
Intan : “ahs…rull…sudah rull...aahs…oohs…ahhs…” rasa geli ini perlahan berubah menjadi rangsangan yang menaikkan hasratku juga. Sampai tak sadar aku sudah mendesah-desah dibuatnya. Ruli terus saja meremas-remas payudaraku sambil terus menghisap cairan ASI yang keluar.

Ruli menghisap ASI ku dan ditampungnya dalam mulutnya lalu kemudian dia menciumku sambil mengalirkan cairan ASI ku yang berada di mulutnya ke mulutku. Aku pun sampai tersedak dibuatnya. Dia memaksaku meminum cairanku sendiri. Mau tak mau akhirnya ku minum daripada aku terus-terusan tersedak.
Ruli : “hehehe enak kan mbak.”
Intan : “uhuk…uhuk…” aku masih sedikit tersedak.
Ruli : “hehehe ini perasaanku saja atau memang susumu makin besar ya mbak? Makin bikin nafsu aja.” ucapnya sambil membuka celananya.
Ruli : “ayo mbak…hisap ini…gantian. hehehe” dia menggenggam penisnya yang sudah tegang itu dan menyuruhku untuk menghisapnya. Dengan ragu aku pun bersimpuh didepannya.
Ruli : “ayo…hisap mbak…hahaha” akhirnya aku pun menurutinya. Ku kulum penisnya sambil menutup mataku dan Ruli mulai meracau.
Ruli : “ohs…yes… terus mbak…ohs…ouhs…” dia meracau sambil mengusap-usap rambutku.

Tak lama kemudian Ruli pun mulai memaju mundurkan pinggulnya agar penisnya tergesek keluar masuk dimulutku.
Intan : “ogh…ogh…ogh…ogh…” kubiarkan saja dia melakukan itu. Kepala penisnya mulai menyentuh tenggorokanku. Untungnya tak sebesar milik dokter Danu dan pak Giman jadi masih bisa aku handle dengan baik. Kedua tangannya kini mencengkram kepalaku untuk mempermudahnya memaju mundurkan penisnya di dalam mulutku. Semakin lama semakin kencang dia memaju mundurkan kepalaku.
Ruli : “ouh…mbak…ohs…telan mbak…” Ruli menarik kepalaku menyemprotkan spermanya langsung ke tenggorokanku.
Intan : “NGGGHHH…” aku agak tersedak lagi dibuatnya. Cairan spermanya langsung mengalir masuk ke dalam tenggorokanku.

Ruli : “ouh…enak mbak…ouhs…telan…ouhs…” Ruli terus meracau sambil ejakulasi.
Intan : “OGH…OHG…” ku tepuk-tepuk paha nya karena aku mulai kesusahan bernafas dan untungnya Ruli melepaskan cengkraman tangannya di kepalaku.
Intan : “hoek…oghh…ohok…” karena tersedak, aku sedikit memuntahkannya.
Ruli : “hehehe maaf ya mbak sampai kesedak. Bersihin burung ku dong mbak. Masih lengket-lengket nih bekas peju.” ucapnya sambil menyodorkan penisnya ke arah muka ku. Ku pikir agar cepat berakhir, ku kulum saja lagi penisnya untuk membersihkan sisa-sisa spermanya. Tapi saat ku kulum lagi kurasakan penisnya malah mengeras lagi.

Intan : “kok tegang lagi sih Rul?”
Ruli : “hehehe habis enak sih mbak.”
Intan : “habis ini sudah ya…sudah aku bersihin juga…”
Ruli : “eits…gak bisa dong…nanggung nih tegang lagi.”
Intan : “eh…mau ngapain?” Ruli membantuku bangkit.
Ruli : “hehehe lanjut dong mbak…”
Intan : “eh…ngapain?” Ruli membalikkan badan ku dan mendorong ku sampai aku harus menahan tubuhku di pohon ini. Dengan cepat Ruli menarik turun celana ku lalu menarik pinggulku kearahnya. Nampaknya Ruli sekarang ingin menyetubuhiku.
Ruli : “hehehe nanggung kalau cuma kamu blowjob mbak.” Ruli mulai memposisikan dirinya dan bless…kurasakan sudah penisnya masuk ke dalam vaginaku.
Intan : “ahs…Rul…ahs…ahs….ahss….”

Suara “plak plak plak” dari tepukan pahaku dengannya terdengar cukup keras di hutan yang sunyi ini.
Intan : “ahs…ahs..ahhs….ahhs… Rull…ahhs…terus rulll…aaahhss…” aku mulai mendesah-desah keenakan. Aku juga harus menahan tubuhku di pohon ini agar tidak jatuh karena tumbukan dari Ruli kencang sekali.
Ruli : “ohs….yes mbak…ohs…ohs…” Ruli juga mendesah-desah. Kami berdua saling dimabuk nafsu di dalam hutan ini. Karena kepasrahanku akan janjiku kepada Ruli membuatku mau tak mau ikut menikmati ini semua.

Tak kusangka ruli bertahan cukup lama sampai rasanya kaki ku lemas harus berdiri menahan tubuhku sendiri. Sampai rasanya sekitar 15mnitan akhirnya Ruli akan ejakulasi
Ruli : “oh…mbak…aku keluar…aarrggghh…”
Intan : “ahs…rulll….ngghhhh….” kurasakan semburan spermanya di dalam kemaluanku. Sebelum akhirnya dia mencabutnya dan membasahi area pantatku dengan spermanya. Aku mencoba untuk tetap berdiri namun kaki ku sudah cukup pegal sehingga membuatku terduduk bersimpuh lagi diatas tanah. Sudah tak kupedulikan lagi celanaku yang kotor dan basah akan spermanya karena aku terlalu lelah untuk berdiri.
Ruli : “hehehe sudah pegel ya mbak?”
Intan : “iya…ih…kamu…kok kuat banget…sampai ronde 2 ini…”
Ruli : “hehehe…makasih ya mbak…sudah lemes nih burungku sekarang. Mulai sekarang, aku kalau pengen bakalan hubungin kamu ya.”
Intan : “iya terserah kamu Rul. aku sudah janji buat jadi budakmu kan…tapi kamu juga janji sudahi sama si Fitri.”
Ruli : “iya tenang aja. Hehehe ayo mbak balik…” karena nafsu ku masih memuncak dan menuntut untuk dipuaskan. Aku menawarkan sesuatu ke Ruli.
Intan : “ngapain balik? Aku belum puas nih…kita lanjut aja di penginapan dekat sini.” ucapku yang masih gatal ingin menuntut untuk dipuaskan.
Ruli : “hehehe malah diajakin ngamar. Ya siapa yang takut. Ayo mbak…” akhirnya kami berdua kembali untuk mengambil motor masing-masing dan menuju ke penginapan di dekat sini. Kami berdua saling melampiaskan nafsu sampai pagi menjelang. Aku yang awalnya ragu-ragu, entah kenapa sekarang jadi terhanyut dalam nafsu bersama Ruli dan aku seperti kembali lepas kendali.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd