Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 48
Timeline : 2011 September


–POV Intan–

Pagi ini aku terbangun dari tidurku dengan kepala yang masih pening karena kelelahan dari pergulatan nafsuku semalam dengan si Ruli. Kulihat Ruli masih tertidur disebelahku tanpa busana. Begitu juga dengan aku. Kami berdua tertidur hanya tertutup selimut karena kelelahan. Kulihat jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Itu berarti aku cuma tidur sekitar 3 jam karena Ruli dan Aku baru kelelahan dan tertidur jam 2 malam.

Perlahan aku beranjak dari kasur dan dengan kepala yang masih pening aku masuk ke kamar mandi. Ku duduk di toilet dan kembali memikirkan semuanya. Kenapa aku seperti ini. Air mata ku mengalir karena aku merasa sudah hina. Aku tak pantas untuk siapapun. Mas Tono yang sudah baik mau merawatku kemarin meski sudah kuselingkuhi dibelakang. Hasan yang juga sudah berkali-kali ku kecewakan. Aku menyembunyikan kehamilanku darinya. Sudah sering aku mengecewakan orang-orang disekitarku. Begitu juga kedua orang tua ku yang harus mendengarkan gunjingan orang-orang tentang diriku.

Aku merenung didalam kamar mandi apa yang harus aku lakukan setelah ini. Aku sudah menggadaikan tubuhku demi kebahagiaan Hasan. Demi agar Ruli mau memutuskan pertunangannya dengan Fitri.

Intan : “oh kenapa… kenapa ini semua terjadi padaku…”

Aku menangis cukup lama di dalam kamar mandi. Sampai aku sedikit tenang dan memutuskan untuk sekalian mandi membersihkan tubuhku yang kotor ini. Aku bahkan jijik dengan diriku sendiri. Ku bersihkan area kemaluanku dan masih terasa lengket bekas sperma Ruli yang sudah mengering. Ku bersihkan seluruh tubuhku dengan buru-buru sebelum perasaan jijik semakin menumpuk. Disaat aku tersadar seperti ini, aku merasa sudah sangat hina.

Setelah aku selesai mandi, kulihat Ruli juga sudah terbangun dari tidurnya.
Ruli : “eh sudah mandi nih.”
Intan : “iya Rul…aku masuk pagi nih. Jadi aku balik duluan ya.”
Ruli : “masih jam setengah 6 mbak. Masih kepagian.”
kata Ruli sambil bengun dari tempat tidur mendekatiku. Kulihat penisnya yang mengacung tegang itu karena dia tak mengenakan sehelai pakainpun saat kami berdua tidur bersama tadi.

Intan : “eh Rul…udah dong…aku mau berangkat kerja nih. Belum ganti pakaian juga.”
Ruli mendekapku dari belakang saat aku sedang memakai pakaian ku semalam. Penisnya menggesek-gesek pantatku dengan leluasa karena aku belum sempat memakai celana.
Ruli : “mmmhh…wangi banget kamu mbak…”
Tangan Ruli mulai menelusup masuk dari sela-sela pakaianku dan mulai meremas-remas payudaraku. Dia seperti mulai merangsangku lagi.
Intan : “Rull…aku mau kerja rull…sudah dong…”
Ku coba melepaskan pelukannya. Tapi Ruli tak kunjung berhenti. Dia mulai memainkan putingku yang mulai mengeras karena rangsangannya dan juga tak berhenti menggesek-gesek penisnya di selangkanganku. Dijepit putingku dengan jari jemarinya sampai ASI ku mengalir.
Ruli : “ayolah sebentar aja. Kamu kan sudah janji semalam mau nurutin apapun mau ku.”
Intan : “tapi Rul…jangan sekarang…”

Aku terus berusaha untuk melepaskan diri dan bernegosiasi dengannya. Karena bila harus melayaninya lagi, berarti aku harus mandi lagi dan sudah tak ada waktu untuk itu. Tapi Ruli semakin tak sabar.
Ruli : “banyak omong kamu mbak…”
Intan : “Rul…sudah…auch…”
Ruli mencengkram leherku dengan tangan kirinya dan mendorongku dari belakang sampai aku harus menahan tubuhku di tepi kasur agar tak terjatuh. Tetapi malah membuat posisiku menunduk dan memudahkannya untuk melakukan aksinya. Ruli mulai mengarahkan penisnya ke lubang kemaluanku dan tak lama kemudian kurasakan batang penisnya mulai menyeruak masuk.
Intan : “ach…Rul…sudah…Rull…ach…ach…”

Ruli : “hehehe aku suka kalau kamu ngelawan gini mbak.”
Intan : “Rul…ach…achs…rull…sudah rull…aachh…”
Aku meminta Ruli untuk menyudahi perbuatannya, namun dia semakin kencang menggenjotku dalam posisi doggystyle ini.
Ruli : “ohs… ngewe pagi-pagi gini memang yang paling enak.”
Intan : “ochss…rull…sudah…rulll…oochhs….oough…”
Ruli yang melihatku tak berdaya dan tak melawan lagi, kini tangannya pindah mencengkeram pinggulku.

Semakin lama kurasakan hujaman penisnya semakin kencang yang membuatku semakin kelojotan. Ku cengkram kasur yang menjadi tumpuanku ini sambil menahan rasa nikmat yang terus menjalar ke seluruh tubuhku. Aku berusaha menahannya karena tak ingin harga diriku lebih hancur lagi di depan Ruli. Walau rasanya aku semakin tak kuat harus menahan orgasmeku.

Ruli dengan cepat mencabut penisnya dan mendorong badanku terguling diatas kasur lalu mengangkat kakiku ke atas pundaknya dan kembali menghujamkan penisnya ke dalam kemaluanku.
Intan : “ughs…oohs…rull…sudah…ouhs…ahs…rull…ouhs…”
Aku masih mencoba mendorongnya dengan tanganku walau percuma. Ruli menekuk kaki ku dan mencengkeram kedua payudaraku keras dengan kedua tangannya. Dalam posisi ini rasanya penis Ruli menghujam semakin dalam.
Ruli : “ohs…mbak…kalau kamu agak ngelawan gini…makin mantab…ouhs…”
Aku terus berusaha mendorongnya, tetapi dia semakin senang dengan perlawananku.

Ruli meremas-remas payudaraku sambil terus menghujamkan penisnya keluar masuk. Sampai akhirnya akupun menyerah dan membiarkan orgasmeku mengalir mengambil alih akal sehatku.
Intan : “OHSS…RULLL…OOOHHHS…OOUGHH…NGGGHHHHH…AAHHSSSS…”

Aku mengejan squirting, tanganku mencengkeram kasur, kaki ku bergetar seakan ingin mendorong Ruli yang membopong kaki ku dipundaknya. Namun kunciannya lebih kuat. Ruli tetap menahan kaki ku dan mengunci dengan berat tubuhnya.
Ruli : “uffhh… nikmatin aja mbak…uuffhh…mekimu kayak mijit-mijit…oughh…”
Intan : “HHNNGGGHHH…AAHSS…RULL…AAAHSS….NGGGHHHH…”
Aku masih orgasme panjang karena sedari tadi ku tahan. Kemaluanku berkedut-kedut hebat. Tapi ternyata Ruli juga akan ejakulasi. Dia menekan penisnya dalam-dalam.

Ruli : “ouhs…mbak…aku keluar…ngghhh…” crutt…cruttt…crutt…
Kurasakan Ruli ejakulasi dan memompa spermanya didalam rahimku. Cairan hangat itu mulai membanjiri area dalam namun tak meluber keluar. Seakan-akan rahimku mampu menampung semua spermanya. Ruli melepaskan kakiku dan memelukku erat sambil terus mengeluarkan spermanya.
Ruli : “ouh…nggghh…mbak….ouhhs…”
Intan : “ngggghhh…nggghhhh…”
Orgasme ku perlahan mulai mereda seiring waktu. Aku dan Ruli yang penuh keringat ini berpelukan berdua.

Setelah Ruli puas ejakulasi, bukannya selesai menyudahi semua tapi kembali merangsangku dengan menciumi bibirku dan tangan kanannya memainkan payudaraku. Jari jemarinya seperti memilin dan memerah putingku sampai ASI ku mengalir kembali.
Ruli : “mbak..mmmhh…mhhh…mmmhhh…”

Lidahnya mulai menyeruak masuk kedalam mulutku dan seakan mencari lidahku. Dirangsang seperti itu disaat aku sudah lupa diri, membuatku membalasnya. Ku hisap lidahnya dan akhirnya lidah kami berdua saling bertaut dan saling hisap. Ku peluk erat dia sambil terus saling merangsang meski kurasakan penisnya yang masih tertanam di dalam kemaluanku sudah mengecil.

Kubelai kepalanya sambil terus membalas ciuman panasnya karena nafsuku sudah bangkit dan menuntut untuk dipuaskan kembali. Kurasakan juga penisnya mulai menggembung lagi perlahan didalam kemaluanku. Nampaknya Ruli juga mulai kembali bangkit nafsunya. Kali ini kudorong Ruli hingga terlentang dan dia membiarkanku mendorongnya. Kini posisiku berada diatas tubuhnya. Kami berdua saling memandang penuh nafsu.
Intan : “Rul… puasin aku lagi… nggghhh…”

Aku mulai bergoyang diatas tubuhnya, menggoyang penisnya yang mulai tegang didalam kemaluanku.
Intan : “aahs…aahhs…rull…aahhs…ahhs…oohss...nngghhh…aahhss…”
Kupejamkan mataku sambil kunikmati batang penisnya yang mengaduk-aduk kemaluanku seiring dengan gerakan goyanganku. Ruli pun tak tinggal diam, dia meremas-remas payudaraku yang menggantung bebas di depannya seperti sedang memerah susu. Aku yakin air ASI ku pasti membasahinya.

Intan : “ohs…yes…rulll…oouhss.... Gedein…ouhss…gedein lagi sayang…ougghh…”
Racau ku ke Ruli karena aku ingin penisnya lebih besar lagi. Meski rasanya sudah tak bisa karena baru saja dia ejakulasi.
Intan : “ahs…ahs…ooughss…rull…gedein lagi…oughs…burungmu…oughss…”
Ruli : “ohs… mbak… kamu doyan….yang gede ya…”
Intan : “iya rulll…ouhs… enak rull…ohhs…nnggghh…oohhss…gedein lagi rull…gedein…oohs.”

Ruli : “segede punya siapa mbak? Nghhh… segede pacarmu?”
Intan : “ouhs…nnggghhh…enggak…kurang rulll...aahhs…kurang gede…ouhs…”
Entah kenapa pikiran ku mulai melayang membayangkan penis besar yang mengobrak-abrik kemaluanku.
Ruli : “segede siapa mbak?”
Pertanyaan Ruli malah membuatku melayang-layang membayangkan beberapa penis besar yang pernah memasuki kemaluanku.
Intan : “ohs… gak tau rull..ohhs…yang penting gede…ouhss… gedein rulll…ahhhs…”

Ruli : “kamu mau…diewe…sama yang gede-gede…ya mbak?”
Intan : “iya…rull…oohs… semakin gede…semakin enak…oouhss…nggghh…. Ahs…oohs… aku mau… yang gede… ahs…”
Membayangkan itu semua membuat goyanganku semakin tak teratur. Ruli mencengkeram erat pinggulku karena sudah tak tahan lagi.
Ruli : “mbak…mbakk…aku keluar…arghhh…”
Intan : “ouhs…yes rull…ouhs….nggghhh…mbak juga….nggghhhh…. Keluarin terus sayang….nggghhh…”
Cairan spermanya kembali mengalir di dalam kemaluanku dan membuat orgasmeku juga terpicu. Kami berdua ejakulasi dengan nikmat sampai akhirnya aku ambruk di atas Ruli karena kelelahan. Kali ini penis Ruli tercabut dan membuat spermanya mengalir keluar.

Ruli : “ohs…mbak…aku benar-benar puas...sama kamu… gak kayak sama Fitri… dia masih malu-malu… terus aku juga gak dibolehin tembak dalam gini…”
Intan : “iya rull…kamu boleh pakai aku sepuasmu…tapi…jangan lupa janjimu ya…putusin Fitri…”
Ruli : “iya mbak… nanti aku selesaikan…”

Kami berdua yang kelelahan beristirahat sejenak berpelukan di atas kasur sebelum akhirnya ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 7.
Intan : “astaga…rul…aku telat kerja…”
Aku langsung beranjak dan mengenakan pakaianku lagi. Sedangkan Ruli yang masih kelelahan hanya memandangku dari atas kasur.
Ruli : “bolos aja lah mbak hari ini.”
Intan : “aku sudah keseringan bolos kemarin Rul. nanti aku dipecat. Sudah ya nanti kita bisa ketemu lagi. Aku pergi dulu ya Rul…”

Setelah aku mengenakan seluruh pakaianku, aku beranjak pergi menuju RS untuk bekerja. Aku berharap terlambat kali ini tak dipecat atau potong gaji lagi. Aku memacu motorku ke arah RS dan sekitar 30 menit aku baru sampai. Aku segera mandi di kamar mandi RS dan berganti baju seragamku seperti biasa.

Ningsih : “baru masuk kemarin, sekarang sudah nelat aja Tan.”
Intan : “hehe iya Ning…maaf ya…aku bangunnya kesiangan…”
Ningsih : “kalau masih gak enak badan mending cuti. Tuh liat kamu pucat tuh.”
Ningsih melihat ku yang memang kurang sehat setelah semalaman begadang memuaskan Ruli jadi muka ku nampak pucat.
Intan : “gak ah Ning…kemarin aja sudah di SP. masa kali ini aku ijin.”
Ningsih : “hmmm… ya sudah sana kamu istirahat sana. Hitung-hitung aku balas budi kemarin pas aku lahiran kamu gantiin.”
Intan : “ih baik banget deh. Beneran nih Ning?”
Ningsih : “iya…sana istirahat aja dulu. Biar aku yang keliling pagi ini.”
Intan : “makasih ya Ning…”
Aku pun beristirahat di kursi belakang pos dengan bersandar di meja kupejamkan mata ku untuk beristirahat. Ah baik sekali Ningsih sahabatku ini. Pengertian sekali dia kalau aku sedang tak enak badan. Perlahan aku mulai terlelap dalam tidurku.

Namun sepertinya istirahatku ini tak akan tenang. Aku yang ditinggal sendiri oleh Ningsih di pos jaga bidan diganggu oleh seseorang. Kurasakan ada yang meraba punggungku, lalu perlahan tangannya turun ke area payudaraku. Reflex saja ku tampik tangan itu.
Intan : “siapa sih ini! Gak sopan! Eh…”

Setelah ku buka mata ternyata pak Giman sedang berada disampingku.
Intan : “ngapain pak Giman kesini?”
Ucap ku ketus kepadanya.
Giman : “hehehe”
Pak Giman hanya nyengir saja melihatku.
Intan : “udah deh pak Giman. Jangan usil. Sana sana… nanti dilihat orang.”
Giman : “tan…kebelakang sebentar sama aku.”
Tangan pak Giman meraih tanganku.
Intan : “ih ngapain? Enggak mau.”
Giman : “hehehe ayo sebentar aja…kamu gak kangen sama pentunganku ini?”
Ucapnya sambil menarik tanganku ke arah selangkangannya. Aku pun menyentuh kemaluannya yang sudah tegang itu.
Intan : “eh kok…”
Giman : “ayo tan…sebentar aja…hehehehe”

Pak Giman terus menarik tanganku dan aku yang kalah tenaga dengannya ikut tertarik. Dia membawaku ke kamar mandi di dekat pos jaga bidan ini. Dia mendorongku ke dalam salah satu bilik kamar mandi pria lalu mengunci pintunya. Aku terduduk di atas toilet, sedangkan dia menutupi pintu agar aku tak bisa kabur.
Intan : “ngapain ih pak…nanti dilihat orang lho…”
Giman : “halah…aman aman…”
Pak Giman mulai melepas celananya dan nampak penis ukuran tak normal itu mengacung tegak di depan muka ku.

Intan : “pak… aku bisa teriak lho.”
Giman : “hahahaha kamu mau teriak? Terus orang-orang kesini dan bisa melihat ini?”
Pak Giman menunjukkan foto saat aku sedang bersetubuh dengannya waktu itu efek dari obat dokter Danu. aku pun mulai terdiam karenanya.
Giman : “kamu teriak itu lho percuma tan. Kalau orang lihat foto ini juga ngiranya kamu ada hubungan sama aku.hahaha”

Giman : “sekarang kamu pilih…mau puasin aku atau teriak terus orang-orang datang kesini?”
Aku masih terdiam mendengar ucapannya. Karena di foto itu nampak jelas aku yang sedang menikmati berhubungan badan dengannya dalam posisi WOT.
Giman : “hehehe ayo gimana cantik?”
Aku pun pasrah sudah mau bagaimana lagi sekarang. Aku sudah tak bisa lari lagi. Aku hanya terdiam mematung sekarang.

Intan : “eh…” tangan pak Giman memegang dagu ku lalu dia menyodorkan kepala penisnya tepat di depan mulutku.
Giman : “emut dong cantik…hehehe”
Pak Giman terus menyodorkan penisnya di depan mulutku dan memaksakan penisnya masuk. Aku pun perlahan mulai membuka mulutku. Merasakan kepala penisnya sudah mulai memasuki mulutku, kedua tangannya memegang erat kepalaku dan mulai memaju mundurkannya agar penisnya masuk lebih dalam dengan brutal.
Giman : “hehehe rasain nih…nih…hehehe”
Dengan terkekeh, pak Giman menggenjot mulutku dengan penisnya.

Intan : “OGH…OGHH…OGH…OGHHH…OOGGHH…”
Penisnya semakin lama semakin ditekan lebih dalam. Sampai kepala penisnya menyodok uvula mulutku. Aku coba menatapnya dan menggeleng-gelengkan kepalaku pertanda jangan menekan masuk lebih dalam karena nanti akan membuatku kesusahan bernafas. Namun dia tak mengindahkannya dan malah terkekeh seakan puas dengan perlakuannya.
Giman : “hehehe relax aja sayang… nih!!!”
Intan : “OOGGHHH………………..HHHNGGGGGHHHHH…………..”
Pak Giman menekan masuk penisnya sampai di tenggorokanku. Dia memaksakan penis panjangnya itu untuk terus masuk sampai aku kesusahan bernafas. Aku yang kesusahan bernafas mencoba mendorong dan menepuk-nepuk pahanya. Rasanya darahku terpompa naik sampai mukaku memerah. Air mata ku pun mengalir karena tak bisa bernafas.

Cukup lama dia menahan penisnya dan terus menjejalkan masuk semua ke tenggorokanku. Sampai akhirnya pangkal penisnya menyentuh bibirku. Aku pun semakin kuat mendorongnya namun percuma saja karena tenaganya jauh lebih kuat.
Giman : “OHS… akhirnya… masuk semua…hahaha…. NIH!!!”
Intan : “HIINGGGGGGHHHHHHH………….”
Air mata ku mengalir deras dan lama-lama pandanganku mulai memudar karena kekurangan oksigen. Tetapi untung saja dia mencabut penisnya sesaat sebelum aku pingsan.
Intan : “OHOCK…OHOKK…HOEKKKSS…”
Giman : “hahaha memang mantab kamu tan. Ratna saja gak bisa masuk sejauh kamu.”
Ku tatap tajam mukanya dengan penuh emosi. Pak Giman masih saja mengusap-usapkan penisnya yang belepotan air liur ku ke mukaku.

Giman : “hehehe aku belum puas nih Tan. buka bajumu cepet.”
Pak Giman memerintahku untuk segera membuka bajuku. Namun aku masih tetap terdiam karena belum bisa bernafas dengan benar. Akhirnya dia tak tahan dan memapahku bangun sambil membuka tiap kancing seragamku. Aku membiarkan saja aksinya sampai akhirnya aku telanjang bulat dihadapannya. Dengan cepat dia membalikkan badanku, yang membuatku terpaksa menunduk dan bertumpu di atas tabung kloset.

Giman : “hehehe mumpung masih licin basah sama liurmu. Bisa masuk gampang nih.hahaha”
Ucapnya sambil mulai menggesek-gesekkan penisnya di pantatku. Penisnya mulai bergerak turun dan kurasakan kepala penisnya tepat menyentuh labia mayoraku. Kedua tangannya memegang erat pinggulku dari belakang dan dengan 1 sentakan kuat yang membuatku terbelalak, dia hujamkan penisnya dalam-dalam.
Intan : “ACK!!!”
Aku terpekik dibuatnya karena kepala penisnya langsung menghantam bibir cervixku.
Giman : “ohs… ternyata kamu juga sudah basah ya. Hahaha lendirmu banyak juga tan. Hahaha”
Intan : “ACK…pak…aack…ohs..aackkk…aahhs…ahs…”
Pak Giman mulai menyetubuhiku dari belakang.

Giman : “hehehe terus…desah yang keras…hahaha biar ada orang yang dengar….hahaha
terus biar gabung…hahaha”
Mendengar ucapannya, aku mulai mencoba menahan desahanku.
Intan : “mmmhhhh…nggghhh…hhnnggghhh….mmmhhhh…mmmhhhh…ahs…mmmhhh…”
Dengan penis sebesar itu merogol area dalam kemaluanku rasanya agak susah aku menahan desahanku karena setiap gesekannya mengalirkan perasaan nikmat yang luar biasa. Tetapi tetap berusaha aku tahan. Tubuhku terhuyung-huyung kencang seiring hentakan penisnya. Bahkan payudaraku pun mulai membentur tabung kloset ini.

Intan : “mmmmHHHH…MMHHHH…ahs…MMMHHHH….”
Aku hanya bisa mengerang-ngerang karena menahan suaraku. Meski rasanya eranganku makin lama makin kencang.
Giman : “ouhs…jangan ditahan dong sayang…ouhs…lepasin aja…hahaha…”
Intan : “MMHHHH…MMMMMHHHH…MMHHHHHH…”
Aku masih berusaha menahannya meski kurasakan pertahananku semakin lama semakin melemah. Tiba-tiba kurasakan tangannya bergerak ke area payudaraku yang sedari tadi bergoyang bebas ini. Dengan kedua tangan kasarnya, dia mulai meremas-remas payudaraku dan sesekali memijit putingku hingga air ASI ku keluar disetiap dia menekannya. Dirangsang terus seperti ini akhirnya aku tak dapat menahannya lagi.

Intan : “AHS…AHHS…OHS….AHS…ENAK…AHSS...TERUS MAN…OOUHS…TERUS BAJINGAN…AHS…OHS…OHS…”
Aku sudah meracau tak karuan sekarang.
Giman : “hahaha… enak tan…hahaha…”
Intan : “OHS…OHS…AKU…KELUAR…OHSS…TERUS…OOHS…OHS…TERUS…AHS…”
Akhirnya aku orgasme dibuatnya, sampai squirting membanjiri lantai toilet ini. Melihatku orgasme, pak Giman menghentikan genjotannya dan hanya membenamkan penisnya didalam kemaluanku.

Kudorong dia sampai penisnya tercabut dan aku berbalik badan kutatap matanya.
Intan : “siapa yang suruh kamu berhenti?”
Kembali nafsu ini menguasai tubuhku. Kutarik penisnya dengan tanganku lalu ku kocok sambil kutatap matanya penuh nafsu kemudian kucium dia. Kami pun berciuman dan bertukar ludah.
Intan : “nih…rasain ludahku bekas burungmu…”
Pak Giman bergerak berbalik bertukar posisi denganku. Kini dia duduk di atas toilet. Aku yang sudah terpancing ini langsung saja mendudukinya. Dengan posisi WOT ini kami berhadap-hadapan dan penisnya masuk kedalam kemaluanku meski masih mengganjal karena terlalu besar.

Intan : “OHS…OHS…ENAK…OHS…OOUHS….OHS…OHHS…AHS…NGGGHHH…AHSS…”
Kini aku yang menggoyang penisnya dan dia bergerilya menciumi leherku sambil meremas-remas payudaraku. Aku terus bergerak naik turun diatasnya.
Intan : “OUH…OHS…BAJINGAN…OHSS…ENAK…OOHS…OUH…AHS…”
Aku semakin menggila bergoyang di atasnya. Sampai rasanya dudukan toilet ini ikut bergoyang.
“dug…dug…dug…dug…dug…” suara dudukan toilet yang berbunyi seiring goyangan ku diatas tubuh pak Giman.

Giman : “mmhhh…slurrp…slurrpp…”
Pak Giman menarik payudaraku kearah mukanya dan dihisapnya putingku kuat-kuat.
Intan : “ACH…HISAP TERUS….OHSS…ENAK…OUHS….ENAK BANGSAT…ACH…OHS…”
Racauanku semakin kencang. Aku sudah tak peduli lagi bila ada yang mendengarku karena kenikmatan sudah menguasai pikiranku.
Intan : “HISAP TERUS…AACH…BAJINGAN…AACHH…OHSS…ENAK…OHS…TERUS…”
Sampai akhirnya aku orgasme lagi sambil kucium dirinya.

Nampaknya pak Giman juga hampir ejakulasi. Dia mencengkeram pinggulku dan menekan tubuhku hingga merapat ke dirinya. Membuat penisnya menusuk semakin dalam. Sedangkan sedari tadi rasanya sudah mentok menyentuh bibir cervixku. Sedangkan saat ini aku sedang menikmati orgasme ku. Bibir cervixku yang berkedut-kedut terus ditekan dengan kepala penisnya. Keringatku mengucur deras, gigiku gemeretak, dan aku pun mengejan kuat.

Intan : “HIIIIIINNNNNGGGGGGHHHHHH……”
Aku menjerit tertahan karenanya sambil mencengkeram punggungnya dengan kuku jari tanganku karena menahan rasa ngilu dan nikmat yang menjadi satu. Kepala penisnya terus menekan area bibir cervixku yang masih berkedut-kedut. Kepala penisnya mencium tepat di bibir cervixku. Perlahan-lahan karena ditekan terus, kurasakan bibir cervixku melemah dan mulai terbuka. Yang membuat kepala penisnya terdorong masuk perlahan kedalam rahimku.

Intan : “AAARRRRGGGHHHHHHHH……‘
Sampai akhirnya aku menjerit kencang karena kurasakan penisnya menembus masuk kedalam rahimku karena bibir cervixku sudah tak mampu menahannya lagi. Air mataku kembali mengalir. Perasaan nikmat dan ngilu yang semakin hebat bercampur menjadi satu. Kini kepala penisnya sudah masuk ke area terdalam tubuhku namun dia masih menekannya terus. Sampai akhirnya…

Giman : “oughh…nggghhhhhh….” croot…srooot…srooot….
Pak Giman mendengus sambil menyemprotkan spermanya didalam rahimku. Sedangkan aku tak mampu bersuara lagi karena menikmati ini semua. Tubuhku masih tegang karenanya, urat-urat di seluruh tubuhku rasanya ingin pecah. Batang penisnya yang sudah menembus cervixku ini seperti menahan spermanya untuk keluar dari dalam rahimku meski rasanya sudah sangat penuh di dalam karena menyangkut di dalam. Sampai perut area bawahku menggembung menampung spermanya.

Cukup lama dia menyemprotkan spermanya, membuat perutku semakin menggembung. Rasanya menggembung sampai mirip saat aku hamil muda kemarin. Kami berdua berpelukan erat terduduk di atas toilet ini. Pak Giman menahan tubuhku agar tak terjatuh kebelakang. Dia menyadari aku mulai melemah. Rasanya sudah sekitar 15 menit kami berpelukan erat dan penisnya sudah mulai mengecil namun masih tersangkut di bibir cervixku.

Intan : “ohs….pak…lepasin…oughs…ngilu…”
Penisnya yang masih menyangkut di dalam membuatku merasakan ngilu yang semakin luar biasa.

Giman : “sebentar dulu sayang…hehehe nikmatin aja…biar benihku tertahan dulu didalam… siapa tau kamu hamil nanti… hahaha”
Dalam kondisi normal mungkin aku sudah hamil saat ini. Namun kondisi tubuhku yang belum memproduksi sel telur karena baru keguguran tak bisa membuatku hamil.

Intan : “ouhs… iya sayang… hamili aku…ohs…mmmmhhhhh…slurp…mmmhhh”
Pikiran ku juga rasanya masih tak waras. Kami berciuman sambil menikmati sisa-sisa persetubuhan kami barusan dan sesekali dia menghisap air ASI ku yang mengalir keluar. Sampai akhirnya aku punya tenaga untuk mencoba mencabut batang penisnya. Aku menjejakkan kaki ku di lantai dan perlahan berdiri.

Intan : “ahs…pak…ahs….nggghhhh…sakit…nggghhh….”
Saat aku mencoba mencabutnya muncul rasa sakit seakan-akan aku sudah tertahan menyatu dengannya. Namun aku tetap mencoba berdiri. Di dalam kurasakan penisnya mulai tertarik keluar dari kemaluanku. Sampai akhirnya kepala penisnya yang cukup besar itu tersangkut di lubang cervixku.

Giman : “jangan berdiri dulu sayang…nikmatin aja…hehehe… aku kasih bonus nanti…”
Intan : “bonus? Maksudmu?”
Giman : “aku kebanyakan minum ASI mu nih…hehehe…dari tadi aku nahan kencing…”
Intan : “eh? Maksudmu? Jangan pak…jangan kencing didalam…”
Giman : “terlambat…hehehe…nikmatin aja…”
Intan : “oh…pak…jangan…jangan…AAHSSS…jangan…cabut…AAHHHSS…”
Giman : “uhss…” surrr……
Kurasakan cairan panas mengalir masuk kedalam rahimku. Kali ini bukan spermanya tetapi urinnya yang membanjiri area rahimku. Kini sperma dan urinnya bercampur menjadi satu dan tertahan karena kepala penisnya masih menyumpal lubang cervixku.

Intan : “ohs…pak…stopp…oohhss….stoppp….perutku…oooohhhhs….”
Kurasakan perutku semakin menggembung lebih besar dari tadi. Sedangkan pak Giman masih menikmatinya. Kupaksakan diriku untuk bangun dengan mendorongnya kuat-kuat karena rahimku dipaksa olehnya untuk terus mengembang. Dan akhirnya…
“Plop…”
Aku berhasil mencabutnya dari dalam namun aku tak ada tenaga lagi dan terjatuh karena terpeleset licinnya lantai toilet ini. Aku tergeletak di lantai sedangkan penis pak Giman masih menyemprotkan urinnya dan mengenai area kaki ku karena sudah tercabut. Cairan yang berada didalam rahimku pun ikut keluar berwarna kuning kemerahan. Sepertinya kemaluanku berdarah karena penisnya menembus cervixku tadi.

Giman : “wah tercabut ya…hahaha…”
Intan : “pak…jangan gila kamu… jangan buat aku makin jijik sama kamu…”
Giman : “kamu jijik sama aku itu urusanmu. Yang penting aku puas. Hahaha”
Intan : “sialan kamu!! Dasar bajingan!!! Jijik aku sama kamu!!!”
Giman : “hahaha tadi minta dihamili, sekarang jijik…nanti juga kamu kangen sama batang ku ini. Hahaha”

Intan : “ACKK….”
Pak Giman berdiri dan menginjak perutku yang masih menggembung ini. Tekanan kakinya membuat cairan dalam rahimku keluar lebih deras. Sebelum akhirnya dia berjalan melewatiku meninggalkan ku begitu saja.
Giman : “sudah ya cantik…aku tinggal dulu…”
Pak Giman meninggalkanku yang masih terkapar di lantai toilet ini. Aku masih meringkuk…menyesali semua hal yang terjadi padaku… dan aku pun menangis…
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd