Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

Mulustrasi Intan nya paling badass menurut ane, hu.
Padahal itu yg mukanya gw sensor gara gara dulu pas arc nya Rency itu sempat ada PK yg lapor ke modelnya. Jadinya untuk mulustrasi selanjutnya mau gak mau gw sensor. Susah soalnya cari yg mirip dengan yg dulu gw kenal kayak bagaimana penggambarannya. Sekalinya ketemu malah ada PK. Jadinya ya gitu sekarang gw sensor hahaha
 
habis selesai Arc nya Intan mungkin akan lanjut spinoff dulu buat Rency dan Intan after Tono. Nah rencana awalnya untuk story Rency dia jadi mainan orang pabrik sampai cerai sama suaminya. Lalu buat Intan story tentang bagaimana dia menghidupi dirinya, anaknya, dan suaminya.
 
PK nya hebat banget, semoga udah gak ada disini orangnya

Wah si rency bakal disate sama orang pabrik nih, keker2 gak ya orang pabriknya. We will see
 
PK nya hebat banget, semoga udah gak ada disini orangnya

Wah si rency bakal disate sama orang pabrik nih, keker2 gak ya orang pabriknya. We will see
PK nya member yang caper di fans club nya si mulustrasi. Berharap bisa dapet “lebih” padahal ya cuma gitu doang.

Hahaha let see
 
Loh loh loh
Intan jadi nikah? Wah apakah masih akan bermain api dg hasan dkk??
Patut disimak spin off nya :papi:
Nikahnya sama siapa coba? Hahaha

Btw kalau ada masukan buat spin off bisa komen ya suhu semua. Dasaran story spin off kayak gitu sih dan nanti full fantasy gak ada realnya sama sekali jadi silahkan bebas mengutarakan masukannya.
 
The EX 02 - Chapter 49
Timeline : 2011 September

–POV Tono–

Sudah berhari-hari aku tak kembali ke kota tempat Intan tinggal karena beberapa urusan yang harus aku urus. Aku sudah mengorbankan waktu skripsi ku kemarin untuk merawat Intan. Bukannya aku tak ikhlas, tetapi waktu ku untuk lulus harus tertunda karena ini. Aku harus menjadwalkannya kembali. Tetapi ada sisi positifnya dari kejadian kemarin. Intan jujur padaku kalau dia sedang hamil anak dari Hasan. Yang itu berarti kalau aku harus mulai berhati-hati dengan hubungan Intan dan adiknya. Aku mulai memikirkan semuanya ulang. Jujur saja aku masih belum siap bila nanti kedepannya bila aku sudah menikahi Intan tapi dia dihamili oleh adiknya lagi. Sepertinya aku tak rela harus mengurus anak yang bukan anakku.

Ada hikmah lagi yang bisa aku rasakan dari kejadian kemarin. Yaitu aku bisa mengenal Lisa. Dia sudah menjadi penerangku kemarin disaat aku sedang galau. Aku benar-benar jatuh cinta pada Lisa. Perasaanku sekarang sudah beralih kepadanya. Meski secara fisik, dia bukan tipe ku. Namun keceriannya, sikapnya, dan kepribadiannya mampu mencuri hatiku. Namun dia tak mau aku menduakan Intan. Dia hanya mau menerimaku bila aku sudah benar-benar putus dari Intan.

Lisa berjanji akan menungguku sampai Intan benar-benar pulih kembali. Namun ternyata Lisa ingkar. Dia pergi begitu saja entah kemana. Nomor hape nya sudah tak bisa dihubungi. Ku cari ke kostnya pun tak ada yang menyimpan kontaknya. Cuma 1 info yang bisa aku dapatkan dari tempat kerjanya kalau ternyata Lisa sudah berangkat ke Jepang untuk jadi tenaga medis disana. Impiannya untuk pergi ke Jepang nampaknya sudah dari lama dia perjuangkan. Aku benar-benar kehilangan dia sekarang.

Kini aku harus kembali menapaki jalan hidupku dan menatanya lagi. Rasanya aku ingin menyudahi hubunganku dengan Intan. Tapi bila aku menyudahi hubunganku dengan Intan, aku tak punya pendamping lagi. Bisa dibilang aku takut sendirian. Aku takut tak punya pasangan. Aku tak mau hubunganku gagal lagi. Kemarin aku sudah melarikan diri dari Rency. Apakah aku juga akan melakukan hal yang sama dengan Intan.

Daripada aku galau untuk hal ini sekarang. Sebaiknya ku gunakan waktu ku untuk mengurus skripsi ku lagi. Hari ini aku kembali ke kampus untuk mengurus ini dan itu. Sepertinya aku baru bisa mendapat jadwal sidang di awal tahun depan. Dosen pembimbing ku kecewa padaku karena kemarin tiba-tiba saja aku minta mengundurkan jadwal. Hampir saja aku disuruh untuk mengganti dosen pembimbing. Namun beliau masih berbaik hati untuk tetap melanjutkan skripsi ku kali ini. Bahkan beliau memberi masukan untuk mengupdate makalahku agar lebih sempurna lagi.

Setelah selesai mengurus semua, aku pergi ke perpustakaan untuk mengupdate materi yang sedang ku kerjakan ini. Di perpustakaan aku bertemu dengan adik tingkatku dulu yang sempat 1 kelas karena dia mengejar dengan kuliah pendek. Ku sapa saja dia yang sedang bersama teman-temannya agar aku tak sendirian mengerjakan skripsi ku disini.

Tono : “hoy Fat…”
Rifat : “lah…mas Ton. tumben kelihatan di kampus. Hahaha”
Tono : “iya nih mau ngurus skripsi. Ada revisi disuruh update materi lagi.”
Rifat : “owalah…”
Tono : “eh boleh gabung disini gak?”
Rifat : “gabung aja mas Ton. eh tak kenalin dulu. Ini Era cewekku. Ra, ini mas Tono dulu pernah sekelas gara-gara aku kejar kelas cepat. Tapi ujung-ujungnya kebanyakan nyontek sama sekelompok sama mas Tono dan geng nya.hahaha”
Erra : “hai mas Ton… salam kenal ya.”
Tono : “iya ra. Salken ya.”
Rifat : “nah kalau ini si Rika. teman se geng nya Erra dari jaman SMA bareng bareng mereka.”

Rika bersalaman denganku dengan senyumnya yang entah kenapa membuatku tertarik dengannya.
Erra : “eh…salaman nya jangan lama-lama. Nanti kepincut kamu Ka.”
Rika : “hehe…”
Erra : “ish kamu Ka…liat cowok cakep aja langsung khilaf...ingat pacarmu yang di kampus sebelah.hahaha”
Rika : “ish kamu tuh yang apaan. Sebelahmu tuh pacarmu malah bilang cowok lain cakep. Nyebut Ra nyebut…hahaha lagian aku sudah putus kok.”
Erra : “hah seriusan? Kok gak cerita? Apa jangan-jangan kamu ngaku jomblo doang didepan mas Tono.”
Rika : “ehhh…apaan sih…maaf ya mas Ton ini temanku agak agak.”
Tono : “hahaha gak apa apa. Aku gabung sini ya.”
Erra : “iya mas Ton silahkan.”

Akhirnya aku bersama mereka di perpustakaan mengerjakan tugas masing-masing sambil sesekali ngobrol mengenal mereka dan sesekali membantu tugas mereka. Nampak jelas Erra agresif untuk mengenalku. Dia nampak tak segan-segan walau disebelahnya ada pacarnya, si Rifat. Tapi si Rifat seperti sudah tau tabiat pacarnya. Cuma aku tak tertarik padanya. Erra bukan type ku. Selain itu aku masih menghargai si Rifat. Tak mungkin kan aku menggaet pacar dari teman sendiri.

Tetapi beda dengan Rika. Ada sesuatu hal yang membuatku tertarik dengannya. Entah kenapa sejak bersalaman dengannya tadi seperti ada sebuah koneksi yang membuatku tertarik dengannya. Apalagi senyumnya yang membuatku susah berkonsentrasi dan ingin memandangnya terus. Akhirnya aku curi-curi pandang bila ada kesempatan untuk memandang Rika. Karena tak enak bila ketahuan yang lainnya.

Rifat dan Erra bisa berpacaran karena Rifat senior ekskul Erra di kampus. Mereka berdua sama-sama mengambil ekskul teater. Dengan kekuatan senior, Rifat berhasil menggaet Erra. Meski rasanya Erra tak sepenuh hati berpacaran dengan Rifat. Sedangkan Rika, tak begitu suka dengan kegiatan ekskul. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan atau labkom bersama yang lain.

Sampai akhirnya mereka berpamitan untuk kembali ke kelas karena ada jadwal kelas sore dan aku melanjutkan riset materiku di perpustakaan. Tapi tak lama kemudian ada notifikasi masuk di hape ku. Ternyata itu notifikasi pesan dari 2 nomor yang tak ku kenal. Kubaca dulu 1 pesan dan itu…
“Hai mas Ton. ini Erra. simpen ya nomor ku. Kapan-kapan ngobrol lagi yuk.”
Ternyata pesan dari Erra. Nampaknya Erra ngebet banget meski dia sudah punya pacar si Rifat. Agak terlalu frontal memang si Erra. Pasti ini dia yang memaksa si Rifat untuk memberitahu nomor teleponku. Aku seperti tak enak hati dengan Rifat. Tapi tetap ku balas saja pesannya.
Tono : “Iya Er. ku simpan ya.”
Erra : “eh mas Ton, sabtu besok jalan yuk…”
Kali ini tak kubalas dulu karena aku benar-benar tak enak hati dengan Rifat dan bingung juga menolaknya.

Ku buka 1 lagi pesan dari nomor tak dikenal dan kali ini aku malah benar-benar mengharapkannya.
“Mas Tono. salam kenal ya. ini Rika mas. Makasih ya tadi sempat bantuin kerjain soal-soal kuliah kelompok ku.”
Untuk yang 1 ini entah kenapa aku seperti senang saat dia mengirim pesan dan aku membalas pesannya dengan semangat.

Tono : “Iya Rika. sama-sama. Kelas mu sampai jam berapa nih?”
Tak lama kemudian Rika membalas lagi pesanku.
Rika : “sampai jam 6 nih mas. 3 SKS soalnya.”
Tono : “hmm…kalau nanti habis kuliah makan bareng mau?“
Rika : “Erra sama Rifat juga diajak mas?”
Tono : “enggak lah Ka. sama kamu aja gimana?”
Rika : “hmm…boleh deh mas. Hehe sekalian anterin aku pulang lho tapinya.”
Tono : “iya masa aku tinggalin dijalan. Hahaha kamu ini…”
Rika : “ya sudah kalau gitu. Sampai ketemu nanti ya mas.”

Hari ini akhirnya aku janjian dengan Rika untuk makan malam bareng. Ku tunggu dia di warung yang berada di samping kampus agar tak terlihat oleh Erra dan Rifat. Tak berapa lama ku tunggu, akhirnya Rika datang juga dan kami berdua pergi makan malam ke daerah Surabaya utara dengan naik motor ku malam ini. Kami menuju foodcourt yang cukup besar di samping mall yang baru selesai dibangun dan mulai ramai waktu itu.

Kami berdua ngobrol dengan seru malam itu meski cuma makan bakso dan kentang goreng buat cemilan sambil menghabiskan waktu. Ku tatap matanya seakan dia juga tertarik padaku. Bahkan dia nampak berbeda sekarang. Dia tak malu-malu untuk menyuapiku beberapa piece kentang goreng. Aku sampai lupa waktu saat ngobrol dengan Rika. Kami baru sadar setelah beberapa stand tutup.

Rika : “mas Ton…ini jam berapa sih? Kok sudah pada tutup?”
Tono : “oh iya…jam 11an nih.”
Rika : “astaga….kosan ku kan ada jam malamnya.”
Tono : “nah loh…jam berapa maksimal?”
Rika : “jam 10 mas.”
Tono : “aduh…terus?”

Aku agak panik karena tak mungkin kan Rika kuajak menginap dirumahku. Tapi tak mungkin juga dia kubiarkan disini sendirian. Aku agak ragu untuk mengajaknya menginap di hotel karena ini pertemuan pertamaku dengannya.
Rika : “hehehe gak usah panik mas Ton. kamar ku dipojokan kok. Dan ada pintu terpisahnya. Palingan nanti bantuin angkat aku ya lompatin pagar.”
Tono : “seriusan kamu?”
Rika : “iya biasanya juga aku lewat situ sih. Nih kuncinya hehe”
Ucapnya sambil menunjukkan kunci kepadaku.

Tono : “ya udah yuk aku antar pulang.”
Rika : “iya mas…hmmm…mas Ton…”
Disaat aku beranjak dari kursi ku, Rika memegang tanganku.
Tono : “kenapa Ka?”
Rika : “hehehe gak apa apa deh gak jadi. Yuk mas…”
Kini Rika menggandeng tanganku. Kami berdua bergandengan tangan menuju tempat parkir. Aku tak menyangka bisa dekat dengannya secepat ini. Parasnya yang cantik, tingkahnya yang lucu, serta senyumnya yang khas itu membuatku jatuh cinta. Kali ini entah kenapa aku terlalu cepat untuk jatuh cinta. Mungkin sikap ceria nya mengingatkanku kepada Lisa yang sekarang entah dimana.

Kuantar Rika kembali ke kost nya. Rika juga sudah tak malu-malu lagi memelukku erat diatas motor. Entah karena dia sudah nyaman denganku atau kedinginan aku pun tak tahu. Yang jelas malam ini aku cukup bahagia menghabiskan waktu dengannya. Sesampainya di kost, dia menyuruhku untuk menepi ke samping kosan saja.

Rika : “mas…makasih ya buat makan malamnya.hehehe”
Tono : ”iya Rika sama-sama. Senang juga bisa kenal sama kamu.”
Rika : “hmmm…eh mas…itu apa ya?”
Rika seperti menunjuk ke suatu arah. Aku pun reflek melihatnya. Tapi ternyata tak ada apa-apa. Ketika ku berbalik menatapnya, tiba-tiba saja Rika mencium pipiku lalu dia tersipu malu.
Rika : “eh… maaf ya mas…duh…kenapa lagi aku ini…”
Aku hanya bisa tersenyum melihat kelakuannya. Kami berdua terdiam sesaat sebelum akhirnya Rika kembali membuka omongan.

Rika : “besok kamu ngampus lagi mas?”
Tono : “iya besok aku ke perpus kok. Mau lanjutin ngelengkapin materi riset.”
Rika : “oh kalau gitu…eee…aku temani boleh?”
Tono : “kamu gak ada kuliah kah?”
Rika : “ya ada mas…tapi cuma 2 matkul besok. Terus jedanya lama. Pagi jam 8 sampai jam 9an. Terus baru ada lagi sorenya jam 3 sampai jam 6 kayak tadi. Aku temanin di perpus boleh ya. Hihihi sekalian aku pengen tau skripsi itu kayak apa.”
Tono : “kamu kan baru semester 3. Ngapain mikirin skripsi. Masih jauh kali Ka.”
Rika : “hehe ya pengen tau penasaran aja mas. Aku temanin ya besok.”
Tono : “iya Ka. besok aku ke perpus kok.”

Rika : “yey… sampai ketemu besok mas. Eh tapi bantuin dong naik pagar. Aku kan pendek…”
Aku membantu Rika memanjat pagar samping kos nya. Dia tak mempermasalahkan aku yang memegang pantatnya saat membantunya memanjat. Tak perlu susah-susah, dia bisa turun disisi sebaliknya dan kudengar dari dalam suaranya.
Rika : “udah mas bisa turun kok disini. Hati-hati ya pulangnya.”
Tono : “iya Ka. aku balik dulu.”

Ku starter motor ku dan aku kembali ke rumah. Saat sampai dirumah baru ku buka message dari Intan. Dia mengabari ku saat pergi ke tempat kerja, saat pulang, lalu menanyakan bagaimana skripsi ku, apakah aku baik-baik saja, namun tak kubalas. Baru ku balas malam ini.

Tono : “maaf yang, baru istirahat ini dari kerjain skripsi. Kamu sudah tidur ya?”

Aku benar-benar kembali lupa dengan Intan. Apakah seharusnya ku sudahi saja hubunganku dengannya. Tapi, aku masih belum yakin dengan Rika. Apakah Rika akan menerima cintaku atau tidak. Aku khawatir dia hanya akrab denganku dan menganggapku sebagai kakaknya karena perbedaan usia yang cukup jauh. Yaitu sekitar 5 tahun.

Rika memang terlalu muda untuk kuliah karena di SMA dia mengambil kelas akselerasi bersama dengan Erra. Namun dimasa kuliah ini nampaknya Erra dan Rika tak lagi mengambil akselerasi dengan kuliah pendek di libur semester. Mereka mungkin sudah lelah dengan belajar semasa SMA dulu.

Aku tak mau gegabah dulu untuk terlalu mendekati Rika. Meski rasanya pintu peluang itu terbuka lebar. Tapi tetap saja aku harus berhati-hati. Tak enak rasanya bila nanti aku ditolak begitu saja oleh Rika karena dia menganggapku sebagai kakak yang lebih tua. Bisa-bisa aku terjebak brotherzone kalau kata orang di jaman ini. Seperti pemikiran ku tadi. Aku masih takut untuk menjomblo. Kenapa harus memutuskan Intan, bila aku masih belum berani melanjutkan hubunganku dengan Rika ke jenjang lebih serius. Intan juga meski perasaan ku sudah mulai pudar padanya, namun tubuh seksinya masih tak bisa ku lupakan. Rika memang cantik. Jauh lebih cantik daripada Intan. Attitude nya pun menyenangkan. Seperti bila ku ajak dia ke pesta pasti tak akan memalukan. Berbeda dengan Intan yang harus aku ajari terlebih dulu agar penampilannya berbeda tak seperti orang desa pada umumnya.

Kembali kulihat ponselku dan belum ada balasan dari Intan. Mungkin dia sudah tertidur disana. Atau mungkin malah sedang asik-asikan dengan adik nya. Ah masa bodo lah. Selama dia belum kunikahi kenapa harus aku larang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd