Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRJBK NSTLG

Bimabet
Bapak pengamen gitar dan harmonika, motore karisma kocomotoan, nek liren nang Burjo ngarep kos jakal km 4 sebelah yamaha
 
Life goes on. Sama seperti bumi yang mengorbit matahari. Hidup terus berjalan. Liz lulus lebih dulu. Akupun menjalani hidupku bersama kekasihku yang baru.

Aku benar-benar tak menyangka, setelah cidera hati berkepanjangan akhirnya aku bisa move on. Aku memiliki pacar baru, bahkan menyelesaikan skripsiku yang terbengkalai.

Dan Liz, lama aku tak mendengar kabar makhluk itu, sampai ketika aku bertemu dengannya saat meminta tanda tangan Pembimbing 1 dan pembimbing 2 skripsiku beberapa saat yang lalu.

Aku tersenyum sendiri. How fast time pass by? Rasanya baru kemarin aku dan Liz diospek bareng, tahu-tahu saja dia sudah diterima bekerja di Papua.

Segelas teh manis encer. Sebatang rokok yang menyala separuh, dan aku telah mengelabui kalian semua untuk membaca sebuah cerita yang berasal dari nostalgia semata. Seharusnya kalian menyadari itu. Sejak awal jalan kami memang tidak ditakdirkan untuk tidak saling bertemu.

Liz lulus dan menempuh jalannya sendiri. Aku lulus, memiliki seorang kekasih yang akan kunikahi tak lama lagi. Dan aku tahu semuanya tidak akan bisa kembali seperti dulu lagi.

"Nyebelin."

Tahu-tahu seorang perempuan berparas imut sudah berdiri di sampingku. Mukanya basah kuyup terkena hujan, cemberut dan ditekuk seperti bebek ngantuk.

"Eh, S-Senja.. Hehe.. ng-ngapain hujan-hujan gini ke kampus?" setengah terkejut, aku cepat-cepat tersenyum.

Itulah Senja, pacarku sekarang -setelah putus dengan Liz-.

"Ih, Jay kok gitu sih? BBM nggak dibalas, ditelpon nggak diangkat, Aku kan mau minta dijemput! Anakanak S2 kuliahnya dibatalin.

"Hah? h, maaf... maaf... BB-ku di-silent, tadi lagi ngadep dosen..."

Senja merajuk, menggembungkan pipinya yang lucu.

"Huu.. dulu kalau Liz yang SMS, pasti langsung dibalas!"

"Lho? Eh? Kok bawa-bawa nama Liz?"

"Iya, kamu kan lebih sayang sama Liz!"

"Ya elah, jangan dibanding-bandingin dong!"

Wajah Senja yang imut makin cemberut.

"Tadi kamu juga pasti lagi ngelamunin Liz kan?"

Dia benar sodara-sodara!

"E-eng-enggak kok, Sayaang.. a-aku lagi ngelamunin kamu, b-bener!" aku terpaksa berbohong, sambil mencubit pipinya yang menggemaskan.

"Bener?"

"Iya.... aku nggak bohong kok, Liz... eh!"

Shit

Shit

Shit

Gawat! Aku salah menyebut nama!

Senja segera berlari, menangis di bawah guyuran hujan. Aku mengejarnya, kami berkejaran seperti di film india.

"Mas! Makannya dibayar dulu!!!" Bu Kantin berteriak histeris.

Dramatis.

= = = = = = = = = = = = = =

Fragmen 11
Senja


Namanya Senja, Senja Puan Nirmala, pacarku yang sekarang. Untuk tahu bagaimana riwayatnya aku bisa jadian sama dia, maka kita harus flashback ke 5 tahun yang lalu.

(Flash back lagi? Ya iyalah! judul ceritanya aja Terjebak Nostalgia.)

5 tahun yang lalu...

Senja, aku mengenalnya saat malam keakraban di kampusku 5 tahun yang lalu, waktu itu aku sedang gitaran nggak jelas, disuruh senior sie konsumsi menunggui berdus-dus nasi kotak.

Kalau Liz adalah cinta pada pandangan ke-sejuta (witing tresno jalaran soko kulino). Maka Senja adalah cinta pada pandangan pertama.

Senja hadir begitu saja, melangkah di depanku sambil bersenandung riang dengan sepasang mata yang membola jenaka seperti boneka panda. Badannya yang mungil mirip anak baru lulus SMP, ditambah dengan pipinya yang lucu, dan poni yang menutup sampai kening, membuat Senja sekilas mirip Neida, vokalisnya Hivi yg baru.

Tanpa sadar aku menyanyikan lagu sambil memetik gitar di depan tumpukan nasi kotak dan dus Aqua.



"ketika kau lewati bumi tempat ku berdiri/Kedua mata ini, tak berhenti memandangi // Pesona indah wajahmu mampu mengalihkan duniaku /Tak henti membayangkannya, terganggu oleh cantikmu.."


"Hai."

Sumpah, aku nggak menyangka Senja menyapa duluan. (Awalnya kukira dia bakal ngasih recehan.)

"H-hai."

"Lagunya bagus. Suaramu juga.. Hehe.."

Sekedar mengingatkan, suaraku memang bagus, mirip John Mayer, tapi dengan logat ngapak. Silahkan dibayangkan seperti apa.

"M-makasih."

"Besok ada waktu?" tanya Senja.

"A-ada."

"Bagi nomor hape dong..."

Malam itu kami saling bertukar nomor ponsel.

Awalnya aku pikir Senja adalah 'The Chosen One', Satu dari sejuta, jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku. Namun ternyata Senja hanya mengajakku ikut MLM Oriflame...

Hampir setahun aku dan Slamet rajin mengikuti Beauty Class hanya demi menggebet Senja, sebelum akhirnya kami tahu dia malah naksir KW, downline pertamaku.

Madesuuuuuuuu.....

Karena aku satu kost dengan KW, akhirnya Senja sering curhat-curhat kepadaku tentang KW. Begitu juga KW mulai tanya-tanya tentang Senja, agaknya sih mereka saling naksir, namun menilik dan meninjau sifat yang sama-sama pemalu, sudah bisa ditebak ini akan jadi seperti apa: tarik ulur seperti layangan.

Melihat Senja yang memperhatikan KW saat mengerjakan tugas berdua. Melihat KW yang melirik Senja malu-malu, sungguh membuatku jijik, geli!

hueeeek... Selalu begitu: tarik.. ulur... tarik... ulur... seperti anak SD saja.

Bete juga sih pada awalnya, apalagi Senja dulunya gebetanku. Namun, lama-lama aku tidak begitu peduli, karena waktu itu aku juga sudah mulai TTM-an sama Liz.

Namun, cinta selalu membutuhkan Tumbal Pasugihan: yakni Aku, yang berperan sebagai Cupid Asmara. Aku pun mendapat tugas baru: menyampaikan salam, mendengar curhat-curhatan, ngelike foto di Instagram dan FB, bikinin puisi buat KW, mengiringi Senja nyanyi di youtube dengan gitar... cape deh...

Lama Senja dan KW maen 'adek-kakak-adek-kakakan', sampai aku gemas dibuatnya. Butuh waktu lama buat membesarkan nyali KW. Aku mengajaknya nonton film Cintapucino, dan serial-serial Drama Korea, untuk meyakinkannya bahwa Cinta yang tak terbalas memang menyakitkan, namun cinta yang tidak terungkapkan jauh lebih menyakitkan.

"Ente tembak lah, Si Senja... Haqqul Yakin, ane jamin ente pasti diterima!" kataku pada KW ketika kami nonton Drama Korea di kamarnya.

"Hehehe.. dia cuma anggap saya Kakak saja, kok..."

"Ya elah, jelas-jelas dia naksir ente! Ente juga kan?"

"Saya nggak berani," ucap KW sambil menunduk malu.

"Yah, apa susahnya, cuma ngomong doang ini!"

Tapi aku akui, hal itu memang susah haha. Aku yakin semua orang yang membaca ini, pasti merasakan hal yang sama saat menyatakan cinta untuk pertama kalinya.

Begitu pula Senja, tak henti-hentinya anak itu meng SMS ku tiap malam, berkonsultasi tentang KW, menanyakan kabarnya. Aku juga sekalian curhat-curhat tentang Liz padanya,

Apalagi hubunganku dan Liz sedang dalam masa kritis.

Anehnya lama-lama Senja malah lebih sering SMS dan nelepon aku daripada nelepon KW, dan lama-lama aku menunggu-nunggu SMS dan telepon dari Senja. Apalagi setelah aku putus dengan Liz, giliran aku yang mewek-mewek, curhat ke Senja.

Mungkin aku yang terlambat menyadari, namun barulah aku tahu bahwa....

.... entahlah, aku juga belum yakin.

Semuanya semakin jelas ketika mereka mengajakku jalan-jalan ke Pantai Baron di daerah Gunungkidul. Kami berangkat dengan mengendarai motor, aku berboncengan dengan Slamet, sedang KW berangkat bersama Senja.

Waktu itu Senja tersenyum kepadaku. Untuk sesaat, sinar matahari di belakangnya membentuk ilusi berupa garis-garis serupa sayap malaikat.

Untuk sesaat, Senja membuatku berani kembali bermimpi, Senja membuatku percaya bahwa akan ada pelangi setelah hujan.

Bahwa aku harus terus: melangkah.

= = = = = = = = = = = = = = = = =​


Sepulang dari Pantai Baron, aku memang menemukan kembali semangatku: Aku membereskan kamarku yang selama beberapa bulan ini mirip Sarang Tuyul. Aku memasukkan barang-barang kenangan dengan Liz kedalam sebuah kardus yang kuberi label "Ruang Nostalgia." Dan kusegel rapatrapat, seperti masa lalu-ku dengan Liz.

Harus Move on cyiiiiiiin!!!!

"Jay.." Tahu-tahu KW menghampiriku di kamar, sambil celingak-celinguk di depan pintuku.

"Apa, KW?"

"Boleh ganggu, nggak? Saya mau cerita."

"Cerita apa?" Aku menyalakan rokok, duduk santa mendengar ceritanya.

"Tadi di Pantai, Senja nembak saya," KW bercerita dengan suaranya yang kalem.

Gluduuuuug juegeeeeer bumi gonjang-ganjing...

"Wah kok terbalik?" Aku cuma nyengir lebar, penasaran dengan kisah cinta mereka. "Terus gimana? Ente terima? Cie traktiran nie."

KW terdiam lama. "Terus terang, saya bingung sama perasaan saya."

"Bingung nape?"

"Saya memang sayang sama Senja... Tapi saya nggak bisa mencintainya lebih dari ini..."

"Hah?"

"Saya takut ngecewain Senja," ucap KW pelan, wajahnya semakin menyuram.

De ja vu... Liz dulu pernah mengatakan hal samakepadaku.

KW berkata lagi, "Jay... ada yang salah dengan saya... dari dulu saya nggak tertarik sama...." KW terdiam lama. "Dari dulu saya cuma bisa suka sama..." anak itu tidak sanggup menyelesaikan kata-katanya, dia hanya menggenggam tanganku erat-erat.

Deg...

Deg... Deg...

Shit, kenapa ane deg-degan gini...

Aku sudah memikirkan adegan dalam film Arisan dan Brokeback Mountain.. apalagi anak-anak pada futsal, dan Slamet sedang keluar membeli makan...

Perlahan KW mendekatkan wajahnya yang ganteng mirip Adipati Dolken, "Jay... kamu... sebenarnya kamu sudah saya anggap..."

Sekedar mengingatkan, waktu itu aku juga sampai d persimpangan orientasiku gara-gara putus dengan Liz... mungkin inilah saatnya... inilah saatnya... Nggak apa-apa... may be it meant to be...( lagian KW anaknya ganteng juga...)

"Jay, dari dulu kamu sudah saya anggap saudara saya, makanya saya bisa cerita ke kamu..."

Akhirnya KW bercerita tentang penderitaannya selama ini, penderitaan yang terpaksa ia pendam sendirian. Sebenarnya KW benar-benar sayang kepada Senja, namun ia tak bisa mencintainya lebih dari ini. Tiba-tiba ia menangis seesengukan.

Digosipkan homo selama bertahun-tahun, membuatku bisa mengerti perasaan KW. Aku mencoba menenangkan KW, menepuk-nepuk pundaknya, eh si KW malah memelukku sambil menangis.

"Jay! ini es teh pesenan ente!" Suara si Slamet. Ia berdiri terpaku di depan kamarku.

Mendadak hening. Es teh yang dipegangnya terjatuh, pecah berserakan di lantai dalam gerakan Slow Motion, diiringi Intro lagu Bunga terakhir.

"Met, tunggu! aku jelaskan."

"Tidak Jay... sudah cukup!" ucapnya, sebelum menghambur pergi.

Sesaat kemudian kudengar teriakannya bergema di Lereng Gunung Merapi, "tidaaaak.... tidaaaak.... tidaaaaaaaaaak.... daaaak.... daaaak.... daaaak..."

(diiringi SFX petir yang menggelegar)

Dramatis.

= = = = = = = = = = = =​


Keesokan harinya giliran Senja menghambur ke arahku sambil menangis, dan lagi-lagi aku yang harus menjadi pemadam kebakaran bagi hubungan mereka.

"Jay... Kunto sudah punya pacar, ya..." ucapnya setelah tangisnya mereda.

"Belum, sih..."

"Kalau orang yang disukain?"

"Setauku sih, nggak ada." Jawabku dengan prihatin.

"KW kemaren cerita... dia beneran sayang sama kamu... tapi... nggak sebagai pacar." Aku setengah berbohong, karena sudah berjanji pada KW untuk merahasiakan hal ini.

"Padahal aku sayang banget sama dia, tapi mungkin aku cuma dianggap adik sama Kunto...," ucapnya lirih.

"Tapi setidaknya KW sudah tahu kamu sayang sama dia, kan? Dan sekarang kamu juga sudah tahu gimana perasaannya KW ke kamu... daripada dikasih harapan, perjakanya diambil... terus ujung-ujungnya ditinggalin..."

Senja memberengut. "Huuu dicurhatin malah curcol."

"Hehehe... Bersyukur lah.. banyak kok, yang nasib percintaannya lebih nista, aku... Slamet apalagi..."

"Ih, masa aku disamain sama Jomblo Nista kaya kalian."

"Sial hahaha... "

Semenjak itu Senja lebih sering lagi curhat mengenai KW. Ya sebagai teman (dan mantan gebetan) yang baik, aku hanya bisa mendengarkannya.

Kami sama-sama belajar, bahwa kisah cinta nggak harus berakhir indah seperti di film-film, namun kita harus selalu melangkah, membuat improvisasi sendiri dari milyaran kemungkinan skenario hidup kita. If there's no happy ending, we'll make our own happy ending.


These days are gonna be those days
Which I‟ll look back with a happy smile
And a twinkle in my eyes
And life will never be the same


A different life than the one we've had
From our simple, fun, fairytales
Your face is
gonna be that face
That I'll look back with a loving smile
And a warm glow in my heart


And love will never be the same
A kind of love that I hold so dear
Yet
I'm ready to let it go



 
Terakhir diubah:
suhu Jaya selalu sukses membuat saya.... ngakak sendirian

kasihan Slamet, dia patah hati

#teamSlamet
 
maap dopost

tapi tetep ane dukung Slamet.. wkwkwkwk

#teamSlamet
 
Terakhir diubah:
Kenapa si Slamet mesti muncul di moment2 dramatis, wuakakaka...

Makasih sudah update om jay
 
Setelah dikasih tikustrasi slamet sama si om, bisa ditebak kalo si slamet itu ....

Om, si liz dan senja cakepan siapa? Heee
 
Mosso iya KW pacaran ma LIZ kwkwwkwk
Matur nuwun om jay updatetannya...
 
lama2 kasihan jg ama slamet... selalu berada di waktu dan tempat yg tdk tepat....hahahah
 
Bimabet
met..slamet ente emang bikin masalah gn kidul jadi meleduk..hahaha...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd