Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRJBK NSTLG

kritik hu...

dapet wangsit drmana hu sblm nulis cerita??
emejing (pake banget) ceritany.

lanjut y hu.
 
ane baru kali ini baca karya suhu jaya.. suwer bagoes bin lutju, bikin baper juga.

cuma satu kurangnya, mungkin cuma ane yang nggak pernah liat mulustrasi ajay kaya cemana, jadi seriap kali kebayang scene ajay, tapi pakek mukanya slamet.. njirrrr.. agak2 menghantui sih, wkwkwkwk

next.. mau cari2 karya suhu jaya lagi, mohon petunjuk
 
ane baru kali ini baca karya suhu jaya.. suwer bagoes bin lutju, bikin baper juga.

cuma satu kurangnya, mungkin cuma ane yang nggak pernah liat mulustrasi ajay kaya cemana, jadi seriap kali kebayang scene ajay, tapi pakek mukanya slamet.. njirrrr.. agak2 menghantui sih, wkwkwkwk

next.. mau cari2 karya suhu jaya lagi, mohon petunjuk
makasih gan, banyakan di wattpad ada 19 work, di semprot sementara ada: Paradiso, Inferno, Terjebak Nostalgia ini, Bachelorette Party, Naked Sushi, Naked Adventure, Hagia.... monggo di search... sama beberapa karya yang pake kloningan..,. nanti satu-satu mau dipindah ke sini kok
 
Susu murni nasional....
sangat-sangat menginspirasi.

Ini tamat oom?
 
tunggu page selanjutnya nih...
biar cerita bs berlanjut....

semangat... keep semproott
 
makasih gan, banyakan di wattpad ada 19 work, di semprot sementara ada: Paradiso, Inferno, Terjebak Nostalgia ini, Bachelorette Party, Naked Sushi, Naked Adventure, Hagia.... monggo di search... sama beberapa karya yang pake kloningan..,. nanti satu-satu mau dipindah ke sini kok


:mantap::mantap::mantap:

Itu yang cerita di pondok pesantren tapi jadi penulis mesum itu judulnya apa suhu
 
Oia, Bab ini paling enak dibaca sambil dengerin lagu "Bersandar" yang dibawain sama "White Shoes and Couples Company" buat efek depresi maksimal... pake lagu 'Pelangi' Hivi juga manteb... manteb sakitnya....







"Eh, Liz apa kabar? Kok masih aja ke kampus?"

"Ini, mau ngurus legalisir ijazah"

"Weh, mantep! Mentang-mentang dah wisuda nih ye."

"Hehe, kamu juga udah pendadaran kan? Cepet nyusul ya!"

"Amin"

"Oh iya, Senja apa kabar? katanya kalian mau tunangan ya... yah, aku nggak bisa datang deh.."

"Um... eh... ah gosip ituhaha... tapi yah... gitu... Senja... sehat... hehe... he...he..."

"Waaaah... yang langgeng ya kalian..."

"Iya, Liz sekarang gimana?"

"Hehe.. biasa, masih belum laku."

"Sabar-sabar hehe.."

"Hehe.."

"Hehe.." kami pura-pura tertawa. Suasana jadi makin tak enak.

"Iya, mudah-mudahan di Papua aku dapat jodoh"

"Hah?"

"Iya Jay, aku diterima di PT. FreePort lho"

"Oh"

"Udah, ya.. dah Ajay!"



= = = = = = = = = = = = = = = = = =​

Fragmen 13
Terjebak Nostalgia

Pertemuanku kami sangat singkat, tak sampai satu menit. namun Pertemuan Singkat dengan Liz telah mengobrak-abrik tatanan hatiku yang susah payah ku susun selama berbulan-bulan bersama Senja. Banyak hal yang ingin kusampaikan kepada Liz, dan banyak hal yang tidak akan pernah tersampaikan, dan mungkin tak akan bisa lagi.

tanpa bisa diantisipasi, kenangan yang kualami bersama Liz terputar kembali bagaikan potongan gambar dalam film 8 MM. semuanya mengalir deras seperti hujan yang tak berhenti turun.

Tanpa sadar aku berjalan tanpa arah, duduk tertegun di kantin kampus, di tempatku biasa makan dengan Liz selama ini. Melamun dan menipu kalian dalam dua flashback berturut-turut.

Aku duduk di kantin sambil menunggu hujan reda. Aku menyeruput teh hangat dari gelasku. Encer dan terlalu manis, benar-benar khas Jogja yang berhati mantan.

Aku baru sadar, aku duduk di meja tempat biasanya aku dan Liz makan. Aku seperti masih bisa melihat wajah Liz, di bangku di mana dia biasa tersenyum mendengar cerita-cerita bodohku, atau saat aku menghadapi curhat-curhat goblog-nya...

"Nyebelin."

Tahu-tahu Senja sudah berdiri di sampingku, membuyarkan lamunanku. Mukanya basah kuyup terkena hujan, cemberut dan ditekuk seperti bebek ngantuk.

"Eh, S-Senja.. Hehe.. ng-ngapain hujan-hujan gini ke kampus?" setengah terkejut, aku cepat-cepat tersenyum.

"Ih, Jay kok gitu sih? BBM nggak dibalas, di telpon nggak diangkat, Aku kan mau minta dijemput! Anak-anak S2 kuliahnya dibatalin."

"Hah? Ah, maaf.. maaf.. BB-ku di-silent, tadi lagi ngadep dosen..."

Kadang aku merasa bersalah.

Aku pikir aku sudah bisa move-on. Melangkah ke depan bersama Senja.

Namun...

"Diajakin ngomong malah bengong, kamu juga pasti lagi ngelamunin Liz, kan?"

"Engga kok sayaang... aku lagi ngelamunin kamu." aku terpaksa berbohong, sambil mencubit pipinya yang lucu.

"Bener?"

"Iya... aku nggak bohong kok... Liz.. eh!"

Begitulah, karena salah menyebut nama, akhirnya Senja menangis bombay di bawah guyuran hujan, dan seperti biasa, aku mengejarnya seperti orang gila. Hingga beberapa anak angkatan bawah nampak keheranan melihat kami.

Setelah lelah berkejar-kejaran bak Shahrukh Khan dan Kajol, akhirnya aku bisa membujuk Senja sambil memeluknya di bawah hujan.

"Maaf ya sayaaang.." aku berkata, mengusap rambutnya yang basah.

"Huu.. huk... Jay jahat... Kenapa Jay nggak bisa lupain Liz?!" Senja terisak dalam pelukanku. "Senja tahu.... Senja nggak bisa seperti Liz. Senja nggak bisa ngasih perawan Senja ke Jay."

"Ya elah, bukan itu kali sebab aku nggak bisa ngelupain Liz!"

Mendengar itu, tangis senja malah menjadi-jadi. Susah payah aku menenangkannya, mengajaknya berteduh, tidak enak dilihat sama anak angkatan bawah.

"Senja... maafin aku, ya..."

"Ajay jahat... huk... huk..."

"Cup-cup.. Jay bener-bener sayang sama Senja, kok..."

"Bener?"

"Iya, nih lihat: Liz sudah ku hapus dari folder di hatiku." kataku sambil menirukan gerakan memegang mouse komputer dengan tampang bodoh.

"Huk huk.. huhuhu.." Senja tidak bisa menahan senyum di bibirnya.

Aku tidak bohong, Liz memang sudah kuhapus dari folder di hatiku. Sekarang ia ada di Recycle Bin, dan bisa di-restore sewaktu-waktu.

Jancuk memang....

= = = = = = = = = = = = = = = =​


Akhirnya, Senja minta numpang sebentar di kost-ku. "Malas pulang, jauh" katanya. Senja memang orang Jogja asli, namun rumahnya cukup jauh dari kampus.

Sore itu langit sangat gelap, sehingga aku menyalakan lampu begitu tiba di kost.

"Pinjam baju, ya." Senja nyelonong masuk kamarku, dan mengambil celena pendek batik dan kaus Metallica dari lemari.

"Eh, jangan yang itu!" cegahku.

"Kenapa?"

"Eng-enggak.. nggak kenapa-kenapa."

Nggak mungkin aku bilang, baju itu memiliki kenangan tersendiri dengan Liz.

"Hari ini kamu aneh banget, sih?" Senja mengernyit sambil memeriksa BB dan menyalakan komputerku. Selalu begitu kalau paranoidnya kambuh.

"Kamu nggak pernah kontak-kontakan lagi sama Liz, kan? Kamu nggak nyimpen foto-fotonya, kan?" ucapnya setelah berganti baju.

"Nggak!" nggak salah lagi.

"Jay, ini apa?" Senja menunjuk sebuah icon di recycle bin.

Aku langsung panik, "Oh, itu emulator, program buat mainin game PS 1 di Komputer."

Gawaaaaaaaat!!!!!!

Sebenarnya wajahku pucat pasi ketika Senja mulai memainkan game harvest moon di komputerku. Bukan kenapa-kenapa, save-save-an game punya Liz belum kuhapuuuuus!!!! Bisa susah menjelaskan kenapa nama anjingnya Bang Igo, kenapa nama sapinya J@y Luv L1z, dan nama ayamnya L1zc4yaN6aJ4ycelalu.

Untungnya Senja mulai new game.

"Ajay nyebelin. Kamu kok nggak pernah bilang punya game kaya gini? Aku dari kecil suka banget main game ini tauk!" Senja tetap pura-pura cemberut, pipinya sengaja dikembungkan, namun malah membuat wajah imutnya bertambah lucu.

Begitulah pacarku yang lucu ini, gampang ngambek namun gampang lupa. Tak lama Senja sudah terkekeh-kekeh lucu, memainkan game harvest moon, mencangkul petak-petak sawah.

"Sayang, pinjem dada," ucapnya enteng, sambil beringsut ke pangkuanku, bersandar di dadaku. "Peyuuuuuk," Senja merengek manja, membiarkan aku memeluk badannya yang mungil, lucu. Senja tersenyum-senyum sendiri, kadang terkikik lucu, memainkan game simulasi bertani yang dulu kumainkan bersama Liz...

Kaus Metallica itu...

Aroma tubuh itu...

Suara Game Harvest Moon yang khas "tuing.. tuing...

tuing.. pluk! Pluk!"

Semuanya memerangkapku di dalam ruang nostalgia. Mungkin aku terbawa suasana, hingga akhirnya aku memberanikan mencium tengkuk dan leher Senja yang segar sehabis mandi.

Senja tersenyum, menggeliat geli. "Nakal..."

"Salah sendiri jadi orang cantiknya nggak kira-kira..," godaku, sambil terus menciumi lehernya, pipinya yang tersenyum lucu.

Senja terkikik, membiarkan aku melingkarkan tangan di dadanya yang kenyal. "Cantik mana, aku sama Liz?"

"Cantik kamu, lah!"

"Huu... kalau Liz yang tanya pasti beda lagi jawabannya."

Deg...

Deg...

Deg...

De ja vu... lagi lagi dejavu... apakah aku terjebak dalam time glitch?

Aku terdiam. Di luar hujan bertambah lebat, hingga langit benar-benar hitam seperti hampir malam. "Gluuuuuduuuuug Duuuuaaaaaaaaar!!" Tiba-tiba petir menggelegar.

"Kyaaaaaaaaaaaaa!!!!" kami berteriak seperti anggota Cherybelle melihat tikus.

Senja mencubitku, "Iiiiiih! kok ikutan teriak?"

"Hehe.. nemenin kamu teriak," belum selesai aku ngeles, petir sudah menyambar lagi, lebih keras dari sebelumnya.

Kali ini hanya aku yang berteriak seperti Morgan Smash. Senja melirik. – ilfil.

Terdengar suara bergemuruh, ketika listrik padam mendadak, dan kamarku gelap gulita.

"G-gelap.." Suara Senja bergetar, menggenggam tanganku erat-erat.
"Takut... peluk..." Senja merengek manja.

Ada kehangatan yang mendadak menyelinap, ketika kami saling berpelukan di tengah gelap dan deru hujan. Aku mengusap rambut Senja, dan gadis itu terkekeh pelan, membenamkan tubuhnya ke pelukanku. "Jay.... kita.... sudah kaya sudah suami istri aja ya," bisik Senja sambil mengusap lenganku.

Deg, Deja Vu –lagi-

"I.. iya..."

Ah, aku jadi terbawa suasana, tanpa sadar kembali aku mencium tengkuknya, memeluk Senja lebih erat. Senja melengguh pelan, mendesah sambil mengusap lenganku yang perlahan turun membelai dadanya.

"Jaaaay.... nakal... ahh....," ucapnya, sebelum menoleh dan meraih wajahku, hingga bibir kami saling menempel, berpagut dalam gelap. Lengguhan Senja membuatku semakin bernafsu, tanpa sadar kuremas-remas payudara Senja dari balik kaus, membuatnya semakin menggelinjang nikmat. Pantatnya bergerak mengikuti birahi, menggesek kejantananku yang menegang di balik celana batik. Tubuh kami bergesekan, bergerak dalam irama yang liar seperti irama guntur yang henti-hentinya menyambar di atas sana...

....dan percumbuan semakin panas.

Kurasakan sekujur tubuh Senja menegang ketika aku menyusupkan tangan ke balik celana batiknya, mengusap pada belahan yang perlahan mulai membasah.

"Jay... kamu... beneran sayang Senja... kan?"

Aku mengangguk.

Senja menahan nafas, sekujur tubuhnya menegang karena jari-jariku mulai mengusap belahan kewanitaannya. Diremasnya tanganku erat-erat, sebelum mendesis pelan. Tubuhnya mulai menggeliat seiring gerakan jariku, kakinya menendang lemah, kepalanya tergolek pasrah.

Aku menciumi leher Senja, menghisap kulit basah nan harum itu. Sedang tangan kiriku meremas dada Senja, menyusup ke balik kaus dan mengusap tajuk-tajuknya yang mengeras.

Hingga akhirnya sekujur tubuh Senja mendadak menegang, dan bibir mungilnya mengap-menggap seperti kehabisan udara. "Jay... aku... aku... aku... oh!" Senja berteriak panjang seiring puncaknya yang datang berguruh-guruh. Aku mendekap tubuhnya yang berguncang hebat, hingga akhirnya Senja tergolek lemah dengan wajah memerah dan senyum sayu yang merekah, meresapi puncak kenikmatannya.

"Jay...," Senja berbisik lemah, "i love you..," ucapnya sambil mulai menciumi wajahku.

"I-Lo-v-" kalimatku tidak selesai, karena Senja keburu terbawa nafsu dan melumat bibirku.

Di luar hujan turun kian deras, dan percumbuan kami semakin buas. Bibir kami saling melumat, tangan kami saling meremas, hingga akhirnya aku menindih tubuh mungilnya. Senja mendesah, kakinya membuka lebar dan mengait di pinggulku. Dalam kegelapan, masih bisa kulihat sepasang matanya yang menatap sayu, namun penuh harap.

"Jay... kalau kamu mau... kamu..." Senja memejam, membiarkan aku menciumi lehernya. "Kamu... boleh, kok..."

Suara guntur terdengar mengamini.

"K-kamu... y-yakin?"

"Hu-uh," ia menyahut dengan suaranya yang imut.

"Senja sayang Jay, Senja yakin Jay yang akan jadi suami Senja."

Akal sehatku masih berjalan.

"A-aku sayang kamu... " jawabku "tapi, kamu yakin, Besok kita bakal sama-sama?" Dadaku terasa perih, semua seperti dejavu.

"Yakin, Besok kita pasti sama-sama kok.. besoknya lagi.. besoknya juga, " kata Senja pasti.

Petir menyambar.

Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cintamu


Tanpa diminta, Senja mengangkat kedua lengannya. Kaus Metallica itu diloloskannya ke lantai. Sekarang, sepasang bukit kembar mengacung di depanku, menyembul dari atas cup yang tampak kekecilan. Senja menurunkan celananya, aku membantunya. Kemudian ia membuka kait BH-nya, wired bra hitam dengan tepian oranye itupun tergeletak di lantai kamarku.

Senja tersenyum gugup, kedua tangannya yang mungil menutupi tajuk-tajuknya yang ranum. "Kamu... buka... juga..." Senja menunduk malu-malu.

Pikiranku kosong, aku hanya menurut ketika Senja membantuku melepaskan pakaianku. Kami berciuman sambil melucuti pakaian kami masing-masing, sampai akhirnya tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami, dan aku mendapati tubuhku berlutut di atas sepasang paha Senja yang membuka.

"P-pelan-pelan ya Jay," bisik Senja, bergetar, merasakan ujung tumpulku menyentuh tepat pada bagian intim tubuhnya "A-aku t-takut..."

Aku mengangguk sambil mengecup kening Senja yang berkeringat, kurasakan otot-ototnya yang menegang ketika perlahan tubuhku ditelan oleh kehangatan relung-relung tubuhnya yang basah dan bergairah.

"Jangan tinggalin aku ya..." bisik Senja, sesaat sebelum menyerahkan semuanya.

─Kemudian hening. Hening. Hingga yang terdengar hanya suara hujan dan Senja yang terisak tertahan...

Senja memelukku erat-erat seperti tidak melepaskanku. "Aku cinta kamu, Jay," ucapnya dengan mata sembab, sambil menciumi wajahku. "Jangan tinggalin aku..."

Aku membalas menciumi pipinya yang basah, bibirnya, hingga perlahan kami berpagut dan pinggul kami bergerak saling menyambut. Tubuh telanjang kami bersatu di dalam gelap mendung yang menggantung. Aku memejamkan mata, membenamkan wajahku ke tengkuk Senja, menghisapi kulitnya yang dibasahi keringat. Aku bisa merasakan tubuhnya yang panas dan berkeringat di tengah udara dingin kamarku, juga nafasnya yang memburu menari panas di wajahku.

Aroma nafas itu, desahan itu, bau tubuhnya, seperti pisau bedah yang mengeluarkan kenangan dari alam bawah sadarku...

Jangan...

Jangan sekarang...

Itu terlalu menyakitkan....

"Jay... aku kangen kamu..." Liz mengerang di telingaku.

Di luar hujan tetap saja turun. Malah bertambah deras, sangat deras.

= = = = = = = = = = = = = = = = = =

Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembal
Kau nyatakan cintamu


Namun, aku tak kan pernah bisa
Ku takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia


= = = = = = = = = = = = = = = = = = =​


Sudah jam 6 petang. Seharusnya matahari sudah terbenam, namun angin ribut disertai awan yang gelap membuatnya tak begitu jelas berbeda.

Senja masih tertidur. Aku mengenakan pakaian, dan keluar ke dapur, hendak membuatkan kopi untuk Senja.

"Jay."

Deg, aku kenal suara ini. Aku menoleh, sambil

menuang sachet kopi instan. "Em.. eh? KW... baru pulang?"

KW, anak itu sudah lulus, sekarang dia sedang magang sambil mengambil S2 bersama Senja.

"Iya, habis fitness. Tadi kejebak banjir di perempatan Ringroad, ada baliho roboh juga." KW berjalan ke sampingku, mengambil air panas dari termos, dan menuangkan ke botol yang berisi Suplemen Protein.

Aku melirik ke arah KW, satu tahun berlalu semenjak saat itu. Anak itu sudah banyak berubah. Rambutnya yang dulu ikal dan sedikit gondrong kini dipotong cepak, dan wajahnya yang dulu kalem kini dipenuhi jambang tipis, seperti Rio Dewanto. 11-12 dengan transformasi-nya Leonardo di Caprio yang unyu-unyu di film Titanic, jadi jagoan gahar di Blood Diamond.

Apalagi sekarang KW rajin fitness, membuat badannya bertambah...

Ehem..

"Jay, di kamarmu tadi Senja, ya?"

"Eng... iya..."

KW terdiam agak lama. "Jangan bilang kalau tadi Senja dan kamu..."

Mendadak henBuing. KW menghela nafas berat.

"Kamu jangan kecewain Senja ya, Jay," tandas KW sambil menepuk pundakku.

"I-iya." Gugup, aku menjawab.

"Kamu sudah saya anggap saudara. Saya percaya kamu." KW berucap kalem, tapi setiap nadanya jelas mengintimidasi.

"M-makasih."

"Tapi sekali kamu nyakitin Senja, saya yang bakal buat perhitungan sama kamu."

Kata-kata KW barusan membuat air panas yang kutuang tumpah ke mana-mana. Aku meliriknya, mata KW yang sehari-hari menatap ramah kini tidak tersisa sedikitpun.

Dan aku tahu, itu bukan tatapan orang yang sedang bercanda.

_______________________
 
Terakhir diubah:
Pertamax di amankan....
Akhirnya dapat juga ..
Thanks hu atas up-nya sehat selalu lancar RLnya amin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd