Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [TRUE STORY] BOBO SAMA CEWEK TERCANTIK BUAT DAPAT RUMAH

Izin nimbrung hu, ane suka banyak pelajaran yang biasa diambilnya nih dari berbisnis
 
Mohon diingat, walaupun ini cerita nyata, ada beberapa part yang ane tambah tambahin soalnya ada beberapa pqrt yang ga diceritain narasumber.

Monggo

9

Dodi kembali ke terminal buat menemui Anwar. Sudah lama dia tidak ke sana dan ternyata tidak banyak yang berubah. Dodi mampir ke toko Nina untuk bincang-bincang dan spik spik iblis. Dari obrolan Nina diketahui kalau terminal sedang panas.

Ada gerombolan preman dari Timur yang mencoba mengambil alih lahan jatah preman Anwar. Belum ada tawuran tapi sudah terasa hawa-hawa tegang kalau Anwar ketemu sama gegedug preman Timur. Sebut saja nama preman Timur itu Bopak.

Anwar punya anak buah tapi katanya si Bopak punya lebih banyak. Beberapa penjaga warung yang sudah nyaman sama Anwar sering menyuruh Anwar untuk mengusir Bopak tapi Anwar belum bergerak. Dia tidak mau anak buahnya kenapa-kenapa karena gegabah.

Seharian di sana, Anwar tidak kelihatan dan Dodi tidak dapat kesempatan menagih utang seks Nina. Dodi memutuskan pulang ke kedai Koh Ang. Pas pulang, dia lewat di depan gerobak gorengan dan melihat perempuan berhijab yang berjualan sama bapaknya.

Oke. Di sini Dodi tidak menjelaskan fisik perempuan itu gimana. Dodi selalu mengelak kalau saya tanya soal dia. Alasannya nanti diceritakan. Saya dapat gambarannya dari Amanda. Kata Amanda perempuan itu orang Sunda, kulitnya lumayan putih, matanya kecil tapi bulat bukan sipit, tinggi, hidungnya mancung tapi mungil, bibirnya tipis, suaranya enak didengar, dan senyumnya indah. Segitu dulu.

Terpesonalah Dodi melihatnya tapi dia tidak berani berkenalan. Pulanglah dia buat kerja di Koh Ang.

Beberapa hari kemudian Dodi balik ke terminal untuk bertemu Anwar tapi dia tidak ada lagi. Dodi mengobrol sama Nina dan memberanikan diri meminta wikwik sama dia.

"Aduh, Dod. Aku janji, sih, tapi…," rupanya si Nina sama Anwar pernah ngewe terus bablas crot di dalam. Nina hamil tapi lalu di****** di tempat tradisional dan sekarang kalau ngewe masih suka sakit.

Yah. Ngewe make pengaman, dong. Batin Dodi.

Etapi Dodi teringat perempuan yang berjualan gorengan.

"Namanya Eva," kata Nina. "Anak baik-baik itu. Jualan sama Bapaknya. Rumahnya di belakang sini. Kamu suka?"

Tentu saja Dodi jual mahal. Tapi nama Eva langsung menempel di otak, di hati, dan di nunut.

Sorenya waktu Dodi siap pulang, ada anak kecil lari ke toko Nina. Anak itu membawa berita panas.

"Bu Nina! Tolong panggilin temen-temen Pa Anwar! Dia lagi ribut sama orangnya Bopak!"

Jeng jeng.

Nina langsung melesat entah ke mana. Dodi meminta anak itu menunjukkan tempat Anwar. Anak itu berlari lebih dulu dan Dodi mengikuti dari belakang.

Di bagian belakang terminal tempat karyawan parkir dan mobil mogok, ada Anwar berdiri di tengah lapangan dikelilingi tiga orang yang tidak Dodi kenal. Petugas terminal pada sembunyi di balik pos polisi. Polisinya mana? Tentu tidak ada.

Dodi tidak tahu apa yang mereka pertengkarkan, tahu-tahu Anwar ditonjok sama salah satu dari mereka. Anwar membalas dan merobohkan satu orang. Dua orang lainnya mulai menyerang. Dodi melompat membantu.

Ini adalah perkelahian betulan Dodi yang pertama. Dia ingat nasihat Anwar soal berkelahi. Semuanya berbeda dengan bertanding di ring dalam kejuaraan di mana setiap gerakan berdasarkan dengan pola. Di kelahi jalanan, tidak ada pola, pokoknya ayun sampai kena. Makanya Dodi, sehabis menendang satu orang, mundur supaya tidak kena pukul teman musuhnya.

Benar saja. Teman musuhnya itu mengayunkan tangan kayak kesurupan. Pokoknya asal kena. Yah, Dodi jago silat. Ketika sudah kelihatan celah, Dodi sepak kaki orang itu sampai jatuh. Dia tendang kepalanya sampai berdarah. Anwar dengan enteng membanting satu orang preman lagi.

Menang mudah.

"Ngapain di sini?" Tanya Anwar.

"Lagi ke Bu Nina."

"Oh."

Belum sempat ngobrol, datang delapan orang preman plus Bopak.

Nah, kalau 1 versus 1 Dodi percaya diri. Lawan 3 juga masih oke. Kalau lawan 9?

"Kabur, Dod," kata Anwar.

Dodi dan Anwar dikejar keliling terminal sampai akhirnya terpojok di dekat bangunan yang sedang direnovasi. Di situ baru mereka harus melawan. Tips kalau dikeroyok: pakai senjata.

Anwar mengeluarkan pisau lipat yang langsung bikin gerombolan Bopak mundur. Waktu mereka lengah inilah Dodi langsung mengambil pipa besi buat saluran air dan mulai mengayun.

Tang tong tang tong.

Tiga orang lari kena pukul di kepala. Bopak dan temannya yang lain tidak berani maju karena Anwar bawa pisau. Lalu melayang sebuah batu bata ke kepala Bopak. Bala bantuan datang. Bu Nina telah membawa anak buah Anwar. Terjadilah perang. Karena kalah jumlah, Bopak dan tim babak belur dan kabur. Anwar dan Dodi kena pukul beberapa kali dan memar di wajah tapi tidak parah.

Anwar tertawa bahagia dan mengusung Dodi di atas pundak.

"Kalau enggak ada dia udah mati gua!" Katanya bangga.

Anwar dan anak buahnya membawa Dodi ke toko Nina dan membelikannya banyak makanan sambil dipuji-puji.

Ketika dia diusung sebagai pahlawan, datanglah Eva membawa tiga plastik besar berisi gorengan. Csss. Hati, perut, dada, jantung Dodi serasa meleleh. Dilihat dari dekat cuantik buanget.

Dodi speechless.

Lalu berkumandanglah azan magrib.

"Kesiangan! Saya harus jualan di Koh Ang!"

Dodi panik tapi Anwar menenangkannya. Dodi lalu diantar pulang pakai mobil bertiga dengan Nina. Sesampainya di kedai Koh Ang. Di sana Anwar meminta maaf dan menjelaskan kenapa Dodi terlambat.

Koh Ang lalu tertawa lepas mendengarnya.

"Jago juga lu!" Kata Koh Ang. Lalu Koh Ang mentraktir Anwar dan Nina makan gratis di kedainya.

Besoknya Dodi ke terminal lagi. Niatnya melihat Eva tapi alibinya buat ketemu Nina. Eva sudah mengalihkan perhatiannya dari Bapaknya dan siapa perempuan yang dekat dengan Bapaknya. Pikiran Dodi ke Eva terus.

Pucuk dicinta ulam tiba. Nina mengenalkan Eva pada Dodi. Di situlah Dodi merasakan cinta untuk pertama kalinya.

Eva ini anaknya baik banget. Dodi yang sempat sange dan ingin melampiaskannya pada Eva jadi urung karena Eva anak yang baaiik banget. Mereka resmi pacaran dan rutin kencan di terminal. Biasanya mereka makan di warung mie instan atau nongkrong di toko Nina. Sekali dua kali pernah kencan ke tempat wisata. Mereka menjalin hubungan cukup lama sampai Dodi dikenalkan ke Bapak Eva.

Bapaknya Eva ini juga orang baik. Dia menyambut Dodi dengan ramah. Dodi diijinkan memacari Eva asal diperlakukan dengan baik. Oh tentu saja.

Bapaknya Eva ini single father karena istrinya meninggal karena sakit. Eva cuma sekolah samlai SMA di pesantren yang berbeasiswa. Tidak diteruskan karena tidak ada dana. Tapi Eva punya mimpi pengin jadi pramugari. Dodi mendukungnya dengan penuh.

Sekitar 5 bulan menjalin kasih, Dodi mulai berani memegang tangan Eva. Lalu mereka jadi sering berpelukan. Ciuman pertama mereka dilakukan di sebuah bukit tinggi yang kalau malam bisa kelihatan seisi kota dari atas.

Suatu hari, Bapak Eva harus pergi ke luar kota dan Eva berjualan sendiri. Dodi berinisiatif menemaninya dan cuti dari Koh Ang. Mereka berjualan dari jam 2 sampai jam 8 malam. Lalu beres-beres dan mengangkut peralatan dagang sampai ke rumah Eva.

Nah.

Waktu beres-beres di rumah Eva, Dodi duduk di ruang tamu karena capek. Eva menyuguhinya teh manis dan mereka ngobrol di sofa kecil. Makin lama ngobrolnya makin dekat dan makin dekat. Lalu mereka berciuman.

Ini ciuman mereka yang terlama. Dodi bisa merasakan lembutnya bibir Eva. Lidah mereka lalu beradu. Tangan Dodi mulai menggerayang ke punggung Eva dan tangan Eva melingkar di leher Dodi.

Dodi mendorong Eva sampai terlentang di sofa. Tangan Dodi menyentuh dada Eva. Kenyal dan padat. Eva menikmatinya jadi Dodi meneruskan penelusuran tangannya ke bawah kaus. Kulit Eva halus dan mulus dan hangat. Ketika tangan Dodi sampai di bra Eva, Eva menarik napas.

"Kamu enggak apa-apa?" Tanya Dodi.

Eva mendorong Dodi lalu bangun. Dia berdiri di depan Dodi lalu diam lumayan lama.

"Kenapa?"

Tanpa menjawab, Eva membuka jilbabnya. Rambut hitam dan tebalnya menggantung sampai pundak. Lalu Eva membuka kausnya. Lalu branya. Lalu dia melepas celana dan celana dalamnya.

Dodi menahan napas sambil menelan ludah.

Oke. Ini namanya lampu hijau.

Dodi mencopot bajunya juga. Lalu mereka berciuman sambil berdiri. Lama lama mereka bergulingan di lantai. Tangan Dodi sudah kemana-mana. Dodi megap-megap ketika tangan Eva menyentuh penisnya.

Njiiir.

Lalu Eva dengan pelan berbisik, "Masukin."

Dodi menurut. Dia belum pernah beginian sebelumnya dan mesti dituntun tangan Eva untuk menemukan lubang vagina. Ketika ketemu, Dodi langsung sodok. Kok, keras?

Eva mengerang.

"Pelan-pelan," kata Eva.

Dodi bergerak pelan. Smooth. Awalnya tidak terasa enak. Tapi ketika kepala penis masuk terus ke leher dan semua sudah plus, Dodi harus mengejangkan seluruh ototnya menahan kenikmatan yang baru dia rasakan.

Eva pun sama. Kedua tangannya mencakar punggung Dodi. Lalu mulailah Dodi menggenjot. Tidak seperti di film bokep. Susah. Berkali-kali Dodi kram kaki. Berkali-kali juga Eva bergerak-gerak tidak nyaman. Tapi hajar bleh.

"Kalau mau keluar cabut, ya."

Dodi mengangguk. Tidak sampai 3 menit, Dodi mencabut penisnya dan duar si perut Eva.

Dodi ngos-ngosan.

"Berdarah enggak?" Tanya Eva.

"Enggak."

Eva tersenyum.

"Eva…."

"Apa?"

"Nikah, yuk."

Berasa disambar petir ditanya begitu. Eva diam lama.

Lalu tersenyum.

"Yuk."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd