Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [TRUE STORY] BOBO SAMA CEWEK TERCANTIK BUAT DAPAT RUMAH

Masalah Eva prewi atau kaga biarlah jadi misteri

Soalnya ane juga kaga tau



Lanjut~



10

Koh Ang tertawa enak sekali waktu Dodi bilang dia mau menikah dengan Eva. Dodi waktu itu masih usia 19 jadi Koh Ang menganggap kalau rencananya menikah itu cuma nafsu sesaat. Plus si Eva juga masih belasan. Hubungan mereka bisa dibilang masih cinta monyet. Tapi Koh Ang tetap mendukung.

“Bagus lu udah berani jadi cowok sejati. Enggak asal main cewek. Lu suka, lu lamar. Gua dukung. Tapi jangan buru-buru. Nikah bukan perkara cinta doang. Nikah itu ada tanggung jawabnya. Lu udah siap sama semuanya?” tanya Koh Ang.

“Udah,” jawab Dodi pede.

“Tanggung jawab itu termasuk duit, Dod. Lu mau kasih makan apa si Eva?”

Dodi diam.

“Gini aja. Lu tunggu setahun apa dua tahun lagi. Bilang sama si Eva suruh sabar. Gua mau bantu lu. Mulai besok lu kerja di sini gua naikin gaji terus gua kasih bagi hasil. Tapi tetap di bawah anak-anak yang lain. Entar mereka pada cemburu. Lu nabung, dah. Pas duit udah kekumpul baru gua temenin lu buat ngelamar si Eva.”

Dodi setuju. Dia kerja keras bagai kuda sejak hari itu. Tidak lupa Dodi juga bilang sama Bapak Eva. Bukan melamar tapi menyatakan niat serius. Bapak Dodi mengijinkan.

“Kalau sudah siap Bapak kasih restu,” katanya di depan Dodi dan Eva.

Semangat kerja Dodi langsung naik ke 200%. Tapi dia sempat drop waktu ditanya Bapak Eva soal wali nikah. Dodi teringat bapaknya sendiri yang tidak peduli padanya. Rasa kesalnya kambuh lagi. Hilang lagi. Terus kambuh lagi. Begitu terus.

Sampai suatu hari Koh Ang menyarankan Dodi buka rekening bank supaya nabungnya betul. Dodi ingat pacar bapaknya kerja di bank dan pergi ke sana untuk buka rekening. Di bank itu si pacar Bapak Dodi kerja sebagai CS. Namanya sebut saja Ani. Ani berpenampilan menarik dan cantik ala pegawai bank. Waktu Dodi antri, dia sengaja bilang ke satpam mau dilayani Ani karena dia temannya (pura-pura). Waktu dipanggil Ani, Dodi deg-degan. Ini perempuan mencurigakan yang suka sama bapak gue.

Ani ini orangnya menyenangkan. Yah, yang namanya CS pasti ramah. Suaranya merdu dan badannya aduhai. Wajar kalau bapaknya suka sama Ani. Selesai bikin rekening, Dodi tidak langsung pulang ke kedai Koh Ang. Dia mampir ke toko Nina di terminal buat curhat. Kebetulan di sana ada Anwar juga.

Dodi cerita soal kekesalannya pada bapaknya, soal Ani yang entah punya hubungan apa, dan lain sebagainya. Anwar punya ide. Dia punya banyak koneksi di kota dan menawarkan supaya ada orang yang membuntuti bapak Dodi atau Ani. Dodi setuju.

Dodi fokus kerja lagi. Ngewe kadang-kadang sama Eva kalau rumahnya kosong. Tapi jarang kosong jadi ngewenya paling sebulan sekali. Tidak menarik diceritakanlah.

Sekitar dua minggu setelah pengintaian sama anak buah Anwar selesai, Dodi datang ke toko Nina buat dengar laporan.

“Ani ini orang luar kota. Dia tinggal di sini kontrak. Bapak lu biasanya ketemu Ani hari Rabu. Mereka sering jalan-jalan, beli baju, makan di restoran, nonton bioskop, yah, gitu-gitu, deh. Habis itu mereka pulang ke rumah Ani terus Bapak lu biasanya pulang jam 10-11an. Selain Bapak lu, Ani juga ketemu sama 3 cowok lain. Sama. Makan, nonton, belanja, gitu-gitu,” jelas Anwar. “Terus Bapak lu kesehariannya biasa-biasa. Kerja, pulang, kerja, pulang, kecuali waktu ketemu Ani. Kata anak buah gua, Bapak lu kadang-kadang antar pulang teman kerjanya. Ibu-ibu.”

Ani ini berarti bukan cewek baik-baik, pikir Dodi.

“Si Ani ini mau lu apain, Dod?” tanya Anwar.

Dodi bingung. Ya, mau diapain? Kemarahan Dodi bukan sama Ani tapi pada Bapaknya. Dulu dia memaki-maki ibunya karena selingkuh dan minta cerai sementara dia sendiri punya selingkuhan di mana-mana. Dodi untuk pertama kali dalam hidupnya kangen sama ibunya.

Habis dari toko Nina, Dodi curhat sama Eva soal kekangenannya sama Sang Ibu.

“Ibu di mana sekarang? Masih di rumah yang lama?” tanya Eva.

“Enggak tahu,” jawab Dodi.

“Kita ke sana, yuk. Besok siang sebelum jualan,” kata Eva.

Dodi mengiyakan.

Besoknya Dodi dan Eva menumpang motor yang dipinjamkan salah satu karyawan Koh Ang pergi ke rumah Dodi waktu kecil. Setibanya di sana Dodi melihat ada papan bertuliskan DIJUAL di pagar dan rumah itu kosong. Eva menyarankan mereka pergi ke rumah keluarga ibunya tapi Dodi lupa-lupa ingat di mana alamatnya. Jadi mereka pergi ke sekolahan tempat ibunya mengajar.

Di sekolahan ibunya, Dodi bertanya pada satpam apa ibunya masih mengajar di sana. Kata satpam dia sudah pindah ke SMA lain. Dodi dan Eva pergi ke SMA yang dimaksud. Dodi bertanya lagi pada satpam dan bilang ibunya ada sedang mengajar. Dodi bilang dia anaknya dan dia diantar oleh satpam ke ruang tamu di dekat ruang guru. Dodi dag dig dug menunggu dengan Eva selama kurang lebih lima belas menit. Lalu muncul ibunya dengan pakaian PNS yang dulu selalu Dodi lihat di rumah. Ibunya menangis sambil memeluk Dodi. Dodi ikut sedih. Eva pun jadi mewek.

Sepulang sekolah, ibunya membawa Dodi dan Eva makan di rumah makan dekat sekolah. Ibunya mau tahu segala yang terjadi pada Dodi. Berceritalah ibunya soal Bapak yang melarang Ibu ketemu Dodi sejak Dodi dipindahkan ke pesantren. Berkali-kali Ibu mau tahu pesantren Dodi di mana, tidak pernah dijawab. Lulus SMP, Ibu mendatangi Bapak lagi untuk bertemu Dodi tapi malah diusir. Bapak bilang Dodi akan melanjutkan pesantren sampai SMA.

Ibunya menangis lagi mendengar Dodi sudah hidup sendiri sejak lulus pesantren.

Lalu topiknya berganti ke masa lalu saat Ibu dan Bapak cerai.

“Ibu tahu kalau Bapak senang main perempuan. Ibu tahu dia ada main sama pembantu kita. Ibu tahu di kantornya Bapak punya banyak selingkuhan. Tapi Ibu waktu itu enggak tahu mesti gimana. Malu Ibu kalau ketahuan sama orang suami Ibu tukang selingkuh. Makin lama Ibu makin stres terus sering cerita sama teman Ibu di sekolah lama. Ibu jadi suka sama dia. Tapi Ibu dan dia sama-sama sudah menikah. Ibu terjerumus dalam hubungan yang Ibu benci. Ibu tahu itu salah tapi Ibu butuh pelarian,” kata Ibu.

“Waktu cerai, Ibu merasa gagal sebagai manusia. Ibu sebenarnya tahu kalau Ibu enggak sepenuhnya salah tapi Ibu malu sama kamu, malu sama keluarga. Ibu terima saja keputusan Bapak buat bawa kamu.”

Setelah itu Ibu cerita kalau dia sudah menikah lagi sama duda ditinggal meninggal yang baik. Mereka memutuskan tidak punya anak lagi karena duda itu sudah punya dua anak perempuan. Ibunya mengajak Dodi untuk menemui suaminya tapi berhubung Dodi harus kerja di kedai, Ibu menelepon suami dan anak-anaknya untuk makan di kedai.

Di kedai Koh Ang, ibunya berkenalan dengan Koh Ang lalu mereka mengobrol sampai malam. Dodi belum pernah merasa sebahagia itu sebelumnya. Sayangnya waktu mau tidur, Dodi teringat dengan Bapaknya yang ternyata begitu… bajingan.

Rutinitas Dodi kembali seperti semula. Setelah sekitar satu tahun setengah, Dodi sudah punya tabungan dan siap menikah. Bersama Ibunya, suami ibunya, dan Koh Ang, Dodi datang ke rumah Eva untuk melamar.

Bapak Eva menyambut baik lamaran itu dan mereka langsung menentukan tanggal pernikahan. Pestanya sederhana saja di rumah Eva dan cuma mengundang sedikit tamu.

Kebahagiaan Dodi sudah maksimal.

Sekitar 2 bulan sebelum tanggal pernikahan, Eva dan Bapaknya tiba-tiba berhenti jualan. Dodi bingung. Dia tidak tahu apa yang terjadi. Nina dan Anwar pun tidak tahu kenapa mereka berhenti berjualan. Dodi pergi ke rumah Eva dan tidak menemukan siapa pun di sana. Rumahnya kosong.

Hampir sebulan Eva tidak ada kabar, akhirnya Anwar menjemput Dodi bilang kalau Bapak Eva ada di rumah. Dodi dan Anwar mendatangi rumah Eva. Di sana mereka mengetuk-ketuk pintu tapi tidak ada yang keluar. Padahal kata Anwar tadi dia lihat Bapak Eva masuk ke dalam rumah. Dodi tidak menyerah. Selama dua jam dia diam di depan rumah sama Anwar.

Barulah Bapak Eva keluar.

“Pak, Eva mana?” tanya Dodi.

“Nak, Dodi pulang saja. Eva tidak mau ketemu Nak Dodi.”

Duar, duer, duar, duer.

Apa maksudnya?

Berkali-kali Dodi bertanya tapi Bapak Eva tidak menjawab dengan jelas. Dia hanya bilang Eva tidak mau ketemu. Mau tidak mau Dodi dan Anwar pulang. Besoknya, rumah Eva kosong lagi.

Dodi gundah gulana. Ketika tanggal pernikahan mereka tiba, Eva masih tidak muncul.

Sekitar 1 bulan kemudian, Anwar menjemput Dodi lagi bilang kalau Eva ada di rumah. Dodi mendatangi rumahnya lagi diantar Anwar. Kali ini Bapak Eva sudah standby di depan rumah.

“Pulang saja, Nak,” kata Bapak Eva.

“Tapi saya mau ketemu Eva dulu, Pak. Dia calon istri saya,” kata Dodi.

Lalu terdengar teriakan Eva dari dalam rumah. “SURUH PERGI, PAK! SURUH PERGI! PERGI!”

Dodi syok dan trauma. Dia merasa dibenci, dibuang, dan… pokoknya sakit sekali.

Anwar lalu mengantar Dodi kembali ke kedai Koh Ang.

Hari-hari Dodi terasa hampa sejak itu. Dodi jadi seperti mayat hidup. Hidup enggan mati tidak mau. Sekitar setahun kemudian, Bapak Eva datang ke kedai Koh Ang sekitar jam 9 malam. Dia meminta untuk bertemu Dodi.

Dodi dan Bapak Eva lalu duduk di meja yang ada di pojok.

Oke.

Berhubung waktu cerita bagian ini Dodi sedikit lompat-lompat, jadi saya ringkas saja sesuai pemahaman saya.

Bapak Eva ini punya dua kakak laki-laki yang sukses. Cuma Bapak Eva saja yang profesinya penjual gorengan. Kenapa cuma jual gorengan, karena dia tidak mau ikut bisnis proyekan yang penuh uang haram yang dijalankan kedua kakaknya. Kacaunya, kedua kakak Bapak Eva ini terlilit utang miliaran gara-gara kena tipu bisnis kelapa sawit. Kakak yang nomor satu sampai ditabrak orang tidak dikenal dan koma berbulan-bulan karena tidak mampu bayar utang. Kakak nomor dua diteror sekeluarga. Entah apa yang terjadi antara dua kakak Bapak Eva dan si pengutang, mereka menjalin kesepakatan untuk menjodohkan Eva dengan salah satu anak si pengutang.

Ingat waktu saya bilang Eva kepengin jadi pramugari? Nah, anak si pengutang ini seorang pilot. Umurnya 43an, jomblo sudah lama, dan kebelet mau menikah dengan Eva. Kalau Eva mau menikah dengan dia, utang kedua kakaknya diringankan. PLUS, Eva mau dimasukkan ke sekolah pramugari.

Win-win solution.

Masalahnya Eva tidak mau sama pilot itu. Maunya sama Dodi. Tapi kedua kakaknya memaksa sampai mengancam-ancam. Bapak Eva kalah dan setuju menikahkan Eva sama si pilot. Kata Bapak Eva, Eva menangisnya parah sekali. Dia meraung-raung, mencakar-cakar tembok, melempar barang-barang saking tidak mau dinikahkan. Butuh waktu lama sekali sampai akhirnya Eva menurut. Itu pun dengan terpaksa.

Setelah menikah dengan si pilot, Eva tidak mau ketemu Dodi lagi karena takut jatuh cinta lagi. Sementara Eva sudah berdamai dengan nasibnya dinikahkan sama orang yang tidak dia cinta. Itulah sebabnya waktu Dodi datang ke rumah Eva, Eva berteriak tidak mau ketemu.

Lalu Bapak Eva bercerita sambil menangis. “Maafkan Bapak, Nak Dodi. Bapak berdosa sama kamu, sama Eva. Eva tidak bahagia. Kalau Bapak punya kuasa, Bapak nikahkan dia sama kamu.”

Dodi diam.

“Nak Dodi, Eva sekarang ada di RS. Dia punya permintaan buat ketemu Nak Dodi. Nak Dodi bersedia ketemu dia?”

Dodi sempat ingin menolak tapi yang namanya cinta, Dodi menyetujui.

Jam 10 malam Dodi dan Bapak Eva pergi ke RS yang dimaksud. Dodi belum pernah masuk ke bangunan megah dan pertama kalinya dia masuk adalah RS tempat Eva dirawat.

“Eva dirawat kenapa, Pak?” tanya Dodi.

“Naik saja, Nak,” kata Bapak Eva sambil memencet tombol lift.

Dodi naik lift lalu menuju ke kamar yang diberi tahu Bapak Eva. Kamar yang dimaksud adalah kamar VIP.

Dodi mengetuk pintunya.

“Masuk,” kata Eva. Suaranya lembut dan merdu seperti dulu.

Dodi membuka pintu dan seluruh badannya langsung lemas.

Eva duduk di kasur RS sambil menggendong bayi yang sedang dia susui.

“Masuk sini,” kata Eva.

Dengan lutut gemetar, Dodi berjalan masuk dan duduk di samping kasur Eva. Mereka saling bertatapan dan selama beberapa menit, mereka tidak bicara. Lalu Eva menangis sendu. Tidak ada kata yang terlontar dari keduanya. Eva meminta Dodi menggenggam tangannya dan mereka diam lagi. Entah berapa lama waktu yang berlalu, Dodi tidak ingat.

Setelah Dodi merasa cukup, dia menepuk-nepuk tangan Eva dan tersenyum. Eva masih menangis tapi memaksakan diri untuk tersenyum juga.

“Eva harus bahagia,” kata Dodi.

Eva mengangguk.

Dodi berdiri dan keluar dari kamar. Terdengar isak tangis Eva dari balik pintu. Dodi buru-buru turun ke lantai bawah dan pamitan ke Bapak Eva.

“Terima kasih, Nak.”

“Terima kasih, Pak.”

Mereka berpelukan lalu berpisah.

Sejak malam itu, Eva tidak pernah kembali ke rumahnya di belakang terminal. Konon kabarnya, dia dan keluarga pindah ke kota lain. Dodi tidak pernah mencari tahu. Terlalu sakit berpisah. Dia tidak mau merasakannya untuk kedua kali.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd