Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [TRUE STORY] BOBO SAMA CEWEK TERCANTIK BUAT DAPAT RUMAH

ijin baca.. semoga ceritanya tidak putus ditengah jalan..
 
Bimabet
update agak lama karena RL ribet bener

tengkyu yang udah baca n komen~

4

HP dan kosmetik pemberian Riki langsung Amanda jual. Kurang lebih total uang yang didapat sekitar 8 juta. Tepatnya Amanda lupa berapa. Uang itu dia masukkan amplop putih yang langsung dia sodorkan ke Riki ketika mereka ketemu di sebuah mal Ibukota.

“Kok, dibalikin?” tanya Riki.

“Kamu pikir aku cewek bayaran? Aku enggak butuh duit kamu. Keluarga aku cukup buat biayain aku dan mulai hari ini aku mau cari kerja.”

“Bukan. Astaga. Aku itu kasih barang-barang ke kamu sebagai wujud maaf aku-.”

“Omong kosong. Aku sakit hati kemarin kamu gituin.”

“Iya, maaf,” kata Riki.

Amanda diam. Dia senang melihat Riki merasa bersalah.

“Kurang ajar kamu itu.”

“Maaf.”

“Pakai acara kasih HP segala. Aku mampu beli HP sendiri,” kata Amanda.

“Iya.”

“Kamu betul mau serius sama aku?” tanya Amanda.

“Serius.”

“Kalau gitu bilang. Bukan asal sodor. Jijik tahu.”

“Iya.”

“Iya, iya, terus.”

“Maaf. Habis aku enggak tahu mesti gimana.”

“Kalau memang mau serius, aku mau terusin sama kamu. Dengan syarat. Setiap kali kamu macam-macam, kamu aku denda.”

“Maksudnya?”

“Ya, supaya kamu enggak gitu lagi sama aku, aku bakal denda kamu kalau kamu apa-apain aku lagi.”

“Dendanya apa?”

Amanda pura-pura berpikir sebentar lalu menjawab, “Seratus ribu setiap kali kamu pegang badan aku kecuali tangan. Dua ratus ribu kalau nyosor minta cium. Lima ratus ribu kalau nakal. Sejuta kalau aku sampai nangis.”

Riki terdiam.

“Pusing, kan? Bagus. Biar enggak macam-macam kamu.”

“Iya.”

“Ya, sudah. Aku bete, aku mau belanja pakai uang ini,” Amanda mengambil amplop berisi uang tadi.

Amanda memang tidak ada niatan mengembalikan uang itu. Tadi itu cuma gertak sambal doang.

Amanda ditemani Riki masuk ke butik-butik mahal terus Amanda memilih-milih baju setelan formal yang biasa dipakai untuk mencari kerja. Memang Amanda butuh baju begitu. Amanda sengaja masuk ke butik mahal lalu bergumam, “Hmm, mahal, ah, sayang uangnya. Tapi bagus banget. Di toko yang lain enggak ada,” sedikit keras supaya terdengar sama Riki. Of course, sebagai gentleman berduit yang lagi mencoba merebut hati pacarnya, Riki langsung bilang, “Sudah, aku bayarin.”

Yes.

Habis cari baju formal, Amanda masuk ke butik lainnya. Dia mengambil beberapa baju pendek lalu masuk ke ruang ganti. Dia pakai baju yang belahan dadanya rendah kemudian memanggil Riki masuk ke ruang ganti.

“Bagus enggak?” tanya Amanda.

Riki diam. Dari wajahnya Amanda tahu kalau Riki sange. Ya, iyalah, mana ada cowok normal dibawa masuk ke ruang ganti baju sama cewek yang belahan dadanya hampir kelihatan terus enggak nafsu?

“Hei,” kata Amanda.

“Bagus.”

Amanda dengan sengaja mengangkat-angkat payudaranya dengan tangan. “Kelihatan toketnya tapi… kelewat seksi.”

Riki diam. Dari cermin, Amanda melihat penis Riki menegang di balik celana.

“Hei. Ingat denda,” kata Amanda.

Riki langsung keluar ruang ganti.

Tiga kali serangan itu Amanda lancarkan dan Riki seperti sudah tidak tahan. Mantap, pikir Amanda.

Bum! Pulang dari mal, Amanda bawa dua tentengan tas berisi baju baru.

Sampai di mobil, Amanda mengambil baju yang baru dibeli lalu menyuruh Riki tutup mata.

“Hah? Kenapa?” tanya Riki.

“Mau ganti baju.”

“Jangan di sini, dong!”

“Udah tutup mata aja.”

Riki tutup mata. Amanda membuka kausnya. Di balik kaus dia pakai tank top, jadi tidak langsung bra. Dengan santai dia berganti baju tapi belum sampai sepuluh detik, Riki membuka mata.

“Anjir,” kata Riki.

“Denda!”

Riki mengeluarkan dompetnya. “Duh, cuma ada tiga ratus ribu. Biarlah,” Riki menarik uang dari dompetnya, membantingnya ke dasbor mobil, lalu menyosor bibir Amanda dan meremas dadanya kuat-kuat.

Amanda sudah menduga ini akan terjadi. Dia yakin orang seperti Riki tidak akan kuat pada godaan. Untuk Amanda sendiri, dia sudah bersiap untuk digrepe dan dicium. Jujur saja, dia pun menikmati ciuman dan digrepe. Tapi untuk urusan ML dia tidak mau. Jadi ketika diserang di mobil sama Riki, dia go with the flow.

Bibir Riki menyerang bibir Amanda lebih ganas daripada biasanya. Lidahnya keluar-luar dan membasahi kulit Amanda. Amanda, yang terlanjur ikut nafsu, membalas dengan serangan lidah juga. Tangan Riki yang meremas dadanya terasa hangat dan mengirimkan sensasi enak ke seluruh tubuhnya. Terutama ke bagian selangkangan. Satu tangan Amanda memegang pundak Riki sementara satunya turun ke selangkangannya sendiri dan menekan vaginanya.

Damn. Nikmat.

Riki memasukkan tangannya ke dalam tank top Amanda. Amanda membiarkan Riki menarik branya dan memainkan putingnya. Lalu tangan itu turun ke selangkangan Amanda. Amanda menampar tangan Riki. Riki kaget dan Amanda mendorongnya kembali ke jok sopir.

Amanda memandangnya lama. Dia menahan napas, mengedip-ngedipkan mata dan… air mata keluar.

Riki langsung panik. “Ya, ampun, sori. Aduh. Aku itu memang susah jaga nafsu. Sori.”

“Jalan. Aku mau pulang. Percuma didenda juga. Kamu tetap kurang ajar.”

Riki diam.

“Dua juta dendanya. Enggak mau tahu.”

Riki tidak bicara. Dia cuma menyetir dan sesampainya di rumah Amanda, Amanda langsung masuk rumah tanpa pamit. Di kamar, Amanda menyeka air mata buayanya. Setengah jam kemudian dapat pesan masuk bahwa ada transfer uang dari Riki sebesar tiga juta.

Amanda terkekeh.

Dilebihin sejuta.

Amanda mengirim pesan pada Riki. Isinya: “Kalau gini terus aku capek. Sakit hati. Kamu perlakuin aku kayak cewek murahan.”

“Maaf. Tapi aku begitu karena aku serius sama kamu,” balas Riki.

“Kamu maunya itu ngapain, sih, sama aku?”

“Ya, aku pengennya… tapi kalau kamu enggak mau, sih….”

“Aku nolak dan kasih denda juga kamu tetap nakal.”

“Ya, itulah. Tapi semua yang aku lakuin sama kamu itu bakal aku pertanggungjawabin dengan nikah sama kamu.”

Uwek! Jijik.

Tapi Amanda lagi butuh uang Riki.

“Ya, udah. Aku mau ngomong serius sama kamu. Sabtu depan aku mau ketemu. Sebelum itu kita enggak usah kontakan dulu. Jangan balas pesan ini.”

Amanda tersenyum. Sepuluh juta tambahan deposito sudah di tangan. PR berikutnya adalah mencari bisnis apa yang bisa dia lakukan dengan uang 27 juta yang ada di rekeningnya.

Malamnya Amanda diskusi sama ayahnya soal bisnis. Ayahnya menyarankan kalau masih muda coba buka franchise kuliner saja. Banyak franchise kuliner yang harganya 5 jutaan. Amanda mempertimbangkan ide itu. Lalu ayahnya bilang Amanda bisa masukkan uangnya di saham atau reksadana. Amanda pertimbangkan juga tapi karena kalau ikut begituan maka dia tinggal menunggu saja, dia coret ide itu. Amanda ingin mengelola bisnis.

Amanda riset soal bisnis selama beberapa hari tanpa ada gangguan dari Riki. Walaupun Riki sempat mengirimkan makanan (brownies kalau tidak salah) ke rumah Amanda. Amanda bertemu teman satu kampus yang sudah kerja. Kita sebut dia Jane.

Jane adalah seorang pegawai bank swasta internasional di Ibukota. Jane bilang kalau dia kenal sama orang yang sedang mau merintis usaha. Amanda tertarik dan minta dikenalkan. Masalahnya teman Jane itu tinggalnya di Kota B dan tidak bisa ke Ibukota.

“Boleh, deh. Belum pernah juga ke Kota B,” kata Amanda.

Jane memberikan nomor orang itu pada Amanda. Amanda langsung menyusun rencana perjalanan ke Kota B. Dia tidak mau keluar uang untuk ke Kota B, jadi dia menelepon Riki.

“Amanda? Wah, syukur, syukur. Kirain masih marah,” kata Riki di telepon.

“Enggak. Sabtu kita ke Kota B, yuk. Nginap satu malam. Sewa hotel saja.”

“Oh!” Riki semangat. “Boleh.”

“Nanti nama hotelnya aku kasih, yah.”

“Sekamar berdua, ya.”

“Iya, deh. Tapi ingat, dendanya masih berlaku.”

“Roger, Boss!”

Maka berangkatlah Amanda dan Riki ke Kota B di hari Sabtu. Mereka menginap di hotel bintang 4 pilihan Amanda dan tidur satu kamar. Karena janjian dengan orang yang dituju Amanda itu di hari Minggu, hari Sabtunya dia dan Riki jalan-jalan keliling kota. Mereka makan, foto-foto, lalu makan lagi, sampai malamnya mereka kembali ke hotel.

Sekitar pukul sepuluh, Amanda sudah ganti baju ke kaus santai dan celana pendek. Dia selonjoran di kasur sama Riki. Tidak butuh waktu lama buat Riki berubah sange dan mulai grepe-grepe Amanda.

“Riki. Denda.”

“Oke,” kata Riki tapi dia tetap menyosor bibir Amanda.

Mereka berciuman di ranjang sambil rebahan. Amanda menikmatinya juga walaupun sebetulnya dia tidak cinta sama Riki. Bolehlah, pikirnya. Amanda membiarkan Riki memainkan payudaranya dari balik kaus tapi dia tidak mengijinkannya untuk membuka baju. Mereka berciuman lamaaaa sekali. Satu kesempatan, Amanda mencoba memegang penis Riki.

“Eh,” Riki kaget.

“Mau coba pegang. Tapi ini masuk ke denda, ya.”

Riki mengangguk.

Amanda mengelus celana Riki tepat di atas penisnya yang tegang. Dielus-elus, diusap-usap, lalu tiba-tiba basah.

“Ih!”

Riki mendesah.

“Riki!”

“Apa?”

“Kamu….”

“Laah? Kan, kamu elus….”

“Jijik! Ganti sana!”

Riki menurut.

“Denda dua kali lipat! Apaan itu, ih! Mandi sana!” Amanda sok-sok jijik.

Riki masuk kamar mandi dan mengunci pintunya. Waktu Riki mandi, HP Riki berbunyi. Iseng, Amanda melihat HP Riki. HP-nya bisa dibuka tanpa kode-kodean. Ada pesan masuk dari perempuan yang kita sebut namanya Lusi (sebenarnya saya sendiri lupa nama yang dikasih tahu Amanda siapa. Anggap saja Lusi). Isinya kira-kira begini:

“Iya, nanti bawain brownies A*****, ya. Satu aja. Buat Papah. Dia suka pasti.”

Anjir, si Riki punya pacar lain yang juga diseriusin. Eh, tunggu. Apa mungkin cewek itu digombalin juga kayak Amanda? Bangke emang, nih, cowok.

Amanda membaca pesan-pesan dari teman Riki yang lain. Satu yang menarik perhatian. Isinya begini:

“Matre banget, men. Tapi bodinya empuk-empuk gitu, sih, sama kulitnya eksotis. Tipe gue banget. Kalo cantik mah mendingan si Lusi. Entar gue kirimin fotonya kalo gue berhasil jebol kaya si Lusi.”

Bangsat.

Makin mantap niat Amanda memeras lelaki bajingan ini.

Amanda menyalin nomor Lusi ke HP-nya untuk persiapan memeras Riki. Ketika Riki keluar kamar mandi, Amanda menyuruhnya mentransfer denda satu juta. Riki menurut dan mentransfer dua juta. Sombong memang si Riki ini. Gaji dia sudah dua digit, sih, jadi kalau diporotin segitu doang, mah, buat dia masih kecil.

Sebagai tanda terima kasih, Amanda mencium Riki dan mengambil foto selfie sambil ciuman. Terus mereka tidur berpelukan.

Besoknya tibalah waktu pertemuan Amanda dengan teman Jane. Mereka ketemu di warung bubur Kota B. Amanda dan Riki datang lima menit lebih cepat dan mengira kalau mereka akan menunggu. Ternyata teman Jane sudah datang duluan.

Amanda menyodorkan tangan untuk bersalaman, “Amanda,” katanya memperkenalkan diri.

“Dodi,” kata orang itu.

Inilah pertemuan pertama Amanda dengan Dodi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd