Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story sama Adek Cewek Gue Gan

Mantap ceritanya hu.. Di terima aja suhu perjodohannya.. Biar bisa menggila bersama hu.. Saran aje... Di ikutin ngecroot kagak ya manyun
 
Hebaat suhu masih bisa cabut senjata saat di depan musuh hehe....
 
dan rombongan jamaah semprot masih setia dan kompak berbaris mengantri disini hihihihi....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 9C


Selepas maghrib aku berdandan serapih mungkin, hatiku sungguh tak karuan, ini mengingatkanku pada kencan pertama ku saat SMP dulu, apa kabar ya pacar pertamaku Maria? Semoga kamu sehat-sehat disana ya.
Yap, malam ini adalah malam minggu, ibuku & bu vera telah mengatur sedemikian rupa agar aku & Yunda bisa jalan malam ini, jadi aku berdandan sebaik mungkin untuk memberikan kesan yg baik. Padahal perasaanku dengan Yunda sebenarnya belum menentu, aku belum yakin bisa memberikan hatiku untuknya, begitupun sebaliknya, aku belum yakin apakah Yunda akan dapat mencintaiku karena yg ku tau kami menjalani acara malam ini dgn keterpaksaan. Namun aku mencoba sedikit rileks, tak ada salahnya dicoba, begitu batinku berkali-kali dalam hati. Untungnya aku & Yunda langsung bertemu di X*I tanpa harus aku menjemputnya dirumah, aku tak bisa membayangkan betapa canggungnya kami didalam mobil selama perjalanan andai aku harus menjemputnya. Akupun berangkat membawa livina milik ayahku, walau sebenarnya aku lebih suka menerobos malam dgn vario milikku, tapi sekali lagi demi kesan yg baik (atau gengsi) ibuku memaksa ku membawa mobil ayah. Untung saja saat ini Hana sedang taka da dirumah, lagi-lagi dia diminta menemani tanteku ke taman safari bogor untuk membantu anak-anaknya yg hyperaktif. Aku tak bisa bayangkan, alasan apa yg akan kuberikan pada adikku jika dia melihatku berdandan serapih ini dimalam minggu.
Tak sampai 30 menit aku tiba di mall tempat perjanjian aku & yunda, saat ini pukul tujuh kurang, andai membeli tiket sekarang pasti dapat jadwal di midnight. Akupun bergegas menuju lantai tempat sinema berada, di dalam lift aku mengontak nomor Yunda yg dikirim oleh ibuku, sekali duakali dering telpon di angkat “Halo Nda, gw udah di TKP nih, elu dimana?”tanyaku
“gw masih dijalan Ar, sorry ya, bisa gak lu nungguin gw d depan, biar k xx* nya bareng”
Sialan, batinku, aku sudah didalam lift dipaksa turun lagi k lantai satu demi menjemputnya, enak sekali dia, kataku dalam hati. Tapi sekali lagi demi sebuah kesan & aku tak ingin mengecewakan martabat ibuku, terpaksa aku turun lagi. Sampai dipintu masuk mall, aku menunggu Yunda d dekat restoran cepat saji, nampak banyak pasangan muda-mudi berlalu lalang didepanku, wajar saja inikan malam minggu, & aku seperti jomblo idiot yg berdiri sendirian disini menatap hampa kearah mereka, yg kurasakan sekarang adalah pasangan-pasangan itu seperti sedang menertawakan ku, aku memainkan Hp ku untuk menghilangkan tingkah seperti orang bingung. Untungnya penantianku cuma lima menit, karena tak berapa lama ada teriakan suara wanita yg sudah kutunggu-tunggu, “Arr!! Sorry ya lama, taxi nya jalannya kayak keong, sorry banget ya, udah lama nunggu?” akhirnya Yunda datang sambil langsung menodongkan ocehannya.
“gak kok belum lama” kataku dingin, aku sedikit kesa; karena naik turun lift hanya untuk hal seperti ini.. “yaudah kita naik aja langsung yuk” ajakku “okeh!” aku mulai melangkah, & Yunda berjalan disampingku.
Aku sekilas melirik Yunda, walau sedikit kesal padanya, tapi aku tak bisa membohongi betapa cantiknya Yunda malam ini, dia memakai semacam pashmina hitam dgn gamis putih panjang, serta cardigan abu-abu gelap, yg paling aku suka adalah betapa manis pipinya yg chubby dibalut pashmina seperti itu, hatiku jadi agak berdesir juga. Terlebih lagi sebenarnya berjalan bersama Yunda seperti ini cukup membuat pria lain iri padaku, & mata mereka tertawan cukup lama oleh penampilannya.

Benar dugaanku, kami mendapatkan waktu 21.15 untuk nonton. Kulirik jam masih pukul setengah delapan, aku & Yunda pun berunding mencari tempat yg enak untuk menghabiskan waktu, setelah perdebatan sebentar & tentu saja aku mengalah, kami menuju restoran donat untuk sekedar meminum kopi & makan cemilan. Padahal sebenarnya aku lapar, tapi demi mengikuti niat diet Yunda aku terpaksa mengalah, padahal hematku tubuh Yunda sudah sangat ideal, & tidak ada bagian tubuh manapun yg bisa dibilang gendut, itulah wanita, ideal menurut kita berbeda dgn ideal versi mereka. Tapi memang, andai tubuh Yunda seperti Hana adikku, maka dia akan sangat sempurna. Pesanan yg datang membuayarkan lamunan ku.
Saat-saat yg kubenci datang lagi, ternyata aku & Yunda belum bisa menghilangkan kecanggungan kami. Sebenarnya aku bisa saja bersikap cuek dgn mencoba mengajaknya bercanda, tapi aku tak pernah lupa balasan dinginnya saat di gazebo, saat dia menanggapi candaan ku dgn pandangan mencela. Begitupun Yunda, jangankan memulai percakapan, dia seperti sungkan bertatap mata denganku, yah sepertinya perjodohan ini sudah berakhir saat ini juga, aku & Yunda tidak akan cocok. Namun ternyata Yunda lebih berinisiatif membunuh kesunyian ini, dia mulai membuka mulut mengajakku bicara setelah meminum cappuccino nya.
“Ar, apa yg bikin lu mau nyoba ngejalanin rencana ibu kita?”
Walau sedikit kaget dgn pertanyaan Yunda yg to the point ini, tp aku mencoba tenang
“entahlah nda, gw jg gak tau” aku menjawab sejujurnya “sebenernya gw jg bingung harus bersikap apa, yg gw tau gw nyoba ga ngecewain nyokap gw, itu aja mungkin” aku menjelaskan,
“terus, sekarang kita udah ngejalanin kemauan nyokap masing-masing, apa lu udah punya jawaban pasti?” ah, seharusnya aku tahu percakapan seperti ini akan terjadi
“belum nda, gw sendiri masih bingung”
“yah, gw ngerti kok.. kita sama berarti” hening sesaat, sebelum obrolan kami berlanjut lagi
“tapi Ar, gw boleh gak tau pendapat pribadi lu tentang gw” jantungku berhenti sesaat mendengar pertanyaan Yunda seperti itu, “gw belom tau jg Nda, sorry” jawabku spontan & tergesa-gesa karena panik, ternyata jawabanku jelas bukan yg diharapkan Yunda, akibatnya sungguh fatal karena yg kudapat adalah pandangan hina dari Yunda sebelum dia membuang wajahnya dariku, sekarang dia benar-benar tampak tak sedang duduk didepanku. Aku sungguh menyesal dgn jawabanku tadi, hingga sisa waktu kami di donat factory tersebut kami hanya sibuk dgn ponsel masing-masing sambil sesekali menyeruput & menyendok hidangan didepan kami. Yunda menjadi sangat cuek, tak perduli berapkalipun aku mencoba mengajaknya bicara.
Jam sudah menunjukan pukul 21.00, lima belas menit lagi film kami akan dimulai, aku mengajak Yunda untuk kembali menuju sinema, “bentar lagi mulai nda, kita ke atas skrg yuk”
Yunda tak menjawab, dia hanya berdiri lalu berjalan agak didepan ku, sekarang kami seperti orang pacaran yg sedang marahan, jelas dia masih dongkol dgn kata-kataku tadi. Kacau! Kataku dalam hati, padahal ini bukan pertama kalinya aku jalan dgn wanita, tapi sebelumnya tak pernah berantakan seperti ini.
Aku mencoba mengurangi kemarahan Yunda dgn menawarinya popcorn & soda sbg cemilan didalam, “gw traktir nda” tambahku, walau hanya anggukan kepala yg kudapatkan tapi aku yakin itu tanda setuju. Dalam ruangan sinema aku memilih kursi pojok paling atas, aku beruntung mendapatkan posisi cukup enak, karena walau jam midnight tapi penonton tetap ramai, wajar ini weekend terakhir sebelum libur lebaran ini berakhir.
Aku merasa beruntung memilih film koalanya raditya dika, karena sepanjang film seisi bioskop dipenuhi gelak tawa, termasuk Yunda, namun aku sama sekali tak bisa menikmati film, aku masih benar-benar kepikiran dgn ekspresi Yunda akibat jawabanku tadi, sepanjang film aku hanya berpikir bagaimana caranya agar Yunda mau memaafkan ku.
Didalam bioskop aku sesekali melirik ke wajah Yunda, dia benar-benar sedang menikmati film, matanya berbinar & senyum tak pernah luntur dari bibirnya, jelas dia melupakan aku disebelahnya & lebih suka menikmati koala raditya dika. Aku pertama kali melihat wajah Yunda yg ceria lepas seperti itu, terakhir aku melihatnya tertawa lepas saat menangis haru mensyukuri kelulusan kami dari SMP, setelah itu aku & yunda benar-benar tak berjumpa lagi sampai dia bercerita tentang perjodohan kami tempo hari. Melihat Yunda ceria seperti itu aku merasakan dasar perutku naik turun, apalagi tertawanya yg menurutku lucu, seperti tertawa anak kecil, sungguh imut sekali. Sejak awal aku sudah mengakui perubahan fisik Yunda yg sekarang sangat mempesona, tapi sebelumnya aku benar-benar menganggapnya biasa saja, tak ada perasaan apa-apa, tapi kenapa sekarang aku begitu tertarik setelah melihatnya tertawa? Jangan-jangan kecanggungan seorang wanita bisa saja menghalangi pesona alami yg sebenarnya bisa saja dia miliki, pikirku. Tapi malam ini melihat Yunda yg tertawa perlahan aku mulai tersihir, baru aku sadar senyumnya yg indah & memikat. Lalu keindahan senyum itu menjalar ke pikiranku, rasa ego muncul, ingin rasanya memiliki senyumnya, apalagi tubuh Yunda yg padat berisi itu, terlebih dia wanita yg Cerdas & pintar, sungguh menambah daya tariknya, dia akan menjadi wanita yg pas sbg pendamping hidupku. Tapi aneh, bukankah fakta itu sudah lama aku tau, lalu kenapa perasaan ini baru muncul sekarang?
Lampu bioskop telah dinyalakan tanda film berakhir, aku merasa baru semenit duduk disitu, benar-benar tak menikmati film. Aku & Yunda masih duduk, karena kami duduk dipojok mau tak mau kami menunggu penonton yg duduk dideretan kursi kami keluar duluan.
Yunda menuju toilet tanpa berkata padaku, senyum & tawanya tadi sudah benar-benar sirna, berganti dgn ekspresi dingin seperti sebelumnya. Aku kesal juga lama-lama dgn sikap Yunda, ingin sekali ku membentaknya lalu meninggalkannya pergi lalu mengakhiri usaha perjodohan ini, namun aku terbayang ibuku, (sialnya aku benar-benar lupa pada adikku Hana saat itu) suara dipikiranku mengatakan itu bukanlah langkah yg jantan meninggalkan seorang wanita sendirian malam-malam begini, setidaknya biarkan aku mengantarnya pulang, demikian batinku.
Sekitar sepuluh menit aku menunggu didepan toilet Yunda keluar, sepertinya dia hanya membetulkan lipstick tipis dibibirnya. Kami melangkah keluar bioskop, sampai d gerbang mall, aku mencoba menawarinya tumpangan pulang, namun Yunda menolak,
“ga usah Ar, gw nelpon taksi aja” masih dgn ekspresi dinginnya,
“nda ini tuh udah malem, ntar kalo lu kenapa-kenapa gmn? Gw jg yg disalahin kan? Udah lu ikut gw aja” aku mencoba berkata selembut mungkin
“thx Ar, gw bs urus diri gw sendiri kok, bye” katanya sambil mencoba berlalu, tentu aku tak membiarkannya, aku mencoba menahannya dgn mengimbangi langkah cepatnya,
“nda tolong dengerin gw, gw minta maaf kalo gw salah ngomong tadi, tapi lu jg ga perlu sedingin itu sama gw dong” Yunda masih berjalan, wajahnya menunduk,
“nda sekali lg sorry kalo kata-kata gw td bikin lu ga suka, tapi plis lu jgn kaya gini dong”, Yunda masih tak berhenti, namun sambil berkata “gw tau lu ragu-ragu Ar, pasti lu masih bingung, sama gw juga, tapi gw bisa nyimpulin kok, sebenernya lu gak pernah ada disini, lu Cuma gak pengen nyokap lu jelek dihadapan nyokap gw, iya kan?”
Deg!! Kata-kata yg sungguh menancap, ini mulai diluar kendali, Yunda kembali melanjutkan kata-katanya,
“gw gak perlu sikap lu Ar, gw lebih suka lu nolak dari awal, jadi kita ga perlu jalan-jalan palsu kaya gini, & gw juga ga bikin lu buang-buang waktu lu sama gw, jadi gw ga perlu tumpangan dari lu Ar, thx sekali lagi”
Entah aku salah atau tidak, aku membaca sebuah harapan kecil dari Yunda, maksudku adalah Yunda berharap kepadaku agar kencan ini menjadi kesan yg menyenangkan, hanya sayangnya aku menghancurkan harapan tersebut dgn jawabanku. Benar, ketika dia bertanya bagaimana pendapatku tentangnya seharusnya aku menjawab lebih bijak, minimal aku mengawalinya dgn memuji penampilannya yg semakin menarik setelah lama tak berjumpa atau apalah yg membuatnya bahagia, tapi aku malah menjawab “belum tau” dgn nada seperti pengecut, aku bisa mengerti kenapa dia bisa sedingin itu akhirnya.
Rasa bersalahku kini menyatu dengan perasaan tertarikku yg mulai tumbuh pada Yunda, maka perlahan aku pegang tangan kanan Yunda dgn tangan kiriku, lalu dengan nekat aku berkata pada Yunda,
“Yunda, kalo aja perjodohan ini berhasil, gw ga akan nyesel dijodohin sama lu” Yunda kaget, dia menghentikan langkahnya, kini dia menoleh menatapku, aku melanjutkan
“Gw gak mau bohong nda, emang sekarang perasaan gw belum seutuhnya buat elu, tapi plis kasih gw waktu supaya gw bisa sayang sama lu” kini kedua tanganku memegang kedua tangannya. Yunda masih menatapku, dia benar-benar kaget mendengar kata-kataku,
“kenapa lu minta waktu ke gw supaya lu bs numbuhin perasaan lu dulu Ar? Gw gak mau maksa perasaan orang, inget Ar ibu kita gak maksa ini harus jadi kok” kata Yunda, kini nadanya penuh kesungguhan, tatapannya dipusatkan untukku, akhirnya aku mendapatkan perhatiannya.
“gw ga terpaksa Nda, ini emang kemauan gw aja”
“tapi kenapa Ar?”
“Gak ada alesan Nda, sekali lagi ini kemauan gw, ini pilihan yg gw ambil, & gw milih buat nyoba sayang sama lu”
Mendengar jawabanku, Yunda menunduk, tampaknya dia mulai terisak, aku melihat setetes air mata mengalir melalui dagunya, tapi mulutnya tersenyum, “lu emang ****** Ar”, sekejap kemudian dia memelukku, perlu beberapa saat kemudian baru aku membalas pelukannya. Sejujurnya perasaanku kembali tak karuan, padahal itu bukanlah pelukan pertama ku dgn wanita, tapi aku merasa berbeda dgn Yunda. Entah apa itu..
Namun sayang, setelah perdebatan sengit tadi baru aku menyadari kami masih berada di gerbang mall, walau sudah sepi karena penonton yg lain pasti sudah pulang, mau tak mau aku rishi juga, menyesal tak bisa menikmati pelukannya aku mencoba mengajak Yunda pulang.
“udah malem nda, kita pulang yuk”
“lu anterin gw kan Ar” kata Yunda dgn nada yg mulai ramah sambil melepas pelukannya, benar dia sedikit menangis karena setelah melepas pelukannya dia menyeka air matanya yg menetes, tapi aku yakin itu air mata haru, aku berhasil mengambil hatinya, kataku dalam hati.
“gak lah nih gw lg nelponin taksi buat lu” jawabku bercanda
“iiih apaan sih jahat banget deh Ar” sambil mencubit lenganku, kali ini nadanya mulai terdengar manja, & aku melihat wajahnya terutama pipinya yg chubby merona merah, menambah manis parasnya.
Dan akhirnya aku merasa dinding kecanggungan yg memisahkan aku & yunda selama ini telah runtuh..


Bersambung ke Part 9D

Update lagi di page 27 ya suhu..
 
Mantap cerita nya hu..
Sundul... ah... up...up...up...
spy cepat page 27
 
Pelukan hangat oh otaknya arman mulai berpikir negatif karena terasa tonjolan-tonjolan mu oh yunda. . . . . Akhirnya arman ngajak menghabiskan malam minggu sampai pagi dengan yunda :mantap:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd