Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI (Update Part 15!) Pengalaman yang Mengubah Hidupku Bersama Mama dan Tante Lia

Status
Please reply by conversation.
Abis lebaran deh ane lanjutin haha berhubung ada kesibukan yang ga terduga datangnya. Season berikutnya makin hangat sehangat jepitan memek mama dan dalam sedalam liang memek tante
 
Apakah sudah TAMAT atau belum, kalau belum lanjutkan dong Om...!
 
Yuk suhu suhu ditunggu like dan komennya, udah pada sadar tuh mama dan tantenya hihihi. Next season kita buat hamil dua duanya
Suhu, ntr pas mama dan tante lia hamil bareng klo bs jgn cpt2. Tau2 udh brp bln hamilnya, dr awal kehamilan trus di ceritakan kehidupan seks mrk bertiga pas mama dan t lia hamil bareng. Klo bs jgn hanya sekali mrk hamil brngny
 
Maaf suhu-suhu lama updatenya. Sebagai permintaan maaf ane dan penutupan sebelum puasa ane kasih dua part ya hehe

Part 9: Homecuming

Sinar matahari pagi menyilaukan mataku. Perlahan aku mulai mengerdipkan mata, serentak mama dan tante di kanan dan kiriku juga mulai terbangun dengan mata menyipit akibat sisa ngantuk dan silau, suara burung berkicauan ramai di luar. Juga deru kendaraan lalu-lalang dan klakson.

“Tuuuut Tuuuuuuut”, terdengar suara klakson kereta api dari jarak yang tidak begitu jauh.

Kami saling bertatapan bingung, mama, Tante Lia dan aku nyaris menjerit mendapati tubuh kami telanjang bulat, dengan reflek aku menutupi penisku, sedangkan mama dan tante mendekap payudaranya dan mencoba menutupi vaginanya. Lebih aneh lagi, kami tidak berada di rumah gubug, tapi berhimpitan di kursi belakang mobil yang menghadap hanya sekitar 20 meter dari jalan raya, kami berada di atas jalan masuk hutan yang lebih tinggi dari jalan besar.

“Kamu ambil baju mama dan tante… Cepat”, perintah mama.

Aku bangun melewati tubuh mama, dengan setengah merunduk aku berjalan ke bagasi mobil, khawatir dilihat orang. Aku membuka bagasi dan mengambil tas koper mama dan memberikan kepadanya, lalu aku mengambil ranselku dan berjalan ke balik pohon mengenakan pakaian. Aku menemukan BH-BH mama dan tante dan juga cincin kawin mereka di dalam ranselku, padahal seingatku aku tidak pernah memasukannya. Dan kegaduhan di dalam mobil berakhir ketika dua wanita yang telah berpakaian itu keluar lalu buang air kecil di balik pepohonan. Sekilas aku dengar gumaman mereka seperti mengeluh dan menanyakan sesuatu. Lalu mereka kembali ke dalam mobil masih dengan wajah pucat.

“Kita balik ke Jakarta aja, Ren”, ujar mama sesaat kita sudah siap semua di dalam mobil.

Sebelum itu aku mencari-cari HP ku di dalam tas ranselku. Aku sedikit terkejut ketika melihat baterai HP ku ternyata tercas penuh 100%, padahal seingatku kemarin sore sudah habis baterainya. Suatu keanehan dan juga keberuntungan, karena aku ingin membuka aplikasi peta di HP ku untuk memandu kami pulang. Untung saja disini aku dapat sinyal, mungkin karena sudah dekat dengan jalan raya.

Sebelum memasuki jalan raya aku membuka aplikasi peta di HP ku terlebih dahulu. Kali ini aku benar-benar terkejut bahwa kami ada di daerah Cilacap, tepatnya di dekat Sungai Serayu. Bagaimana bisa? Daerah ini benar-benar melenceng dari rute perjalanan kami. Tadi aku sempat mendengar suara klakson kereta api padahal rute perjalanan kami saat berangkat jauh dari rel kereta. Tapi aku tidak mau membuat dua wanita itu makin panik sehingga aku tidak memberitahukan mereka.

“Ayo Ren, berangkat”, ajak mama.

Aku yang juga bingung hanya menuruti perintah mama. Dan kami segera berangkat.

“Dan kamu jangan cerita-cerita ke om mu”, timpal Tante Lia sambil memakai jilbabnya.

HP mama dan Tante Lia terus berdering dan mereka terbata-bata meminta maaf karena batal menghadiri acara di Solo. Tampaknya daya HP mereka juga sudah terisi kembali secara ghaib. Wajah mereka kian memucat ketika suara di telepon mengatakan sudah menunggu empat hari, berarti sudah empat hari kami berada di hutan itu padahal kami merasakan hanya dua malam. Acara pernikahan di Solo memang masih dua hari lagi, tetapi mama dan tante tetap memutuskan untuk balik lagi saja ke Jakarta.

Selama di perjalanan pulang, mama dan Tante Lia menjadi lebih pendiam dari biasanya. Aku pun jadi tidak berani ikut berbicara, walau untuk sekedar menenangkan mereka. Sepertinya mereka tidak mau mengungkit kejadian dua hari ini (atau empat hari menurut keluargaku). Aku melihat mereka seperti orang linglung. Aku yakin sebenarnya di kepala mereka terlintas sekelebat bayangan peristiwa persetubuhan hebat nan haram itu, tapi mereka melihat bayangan itu tidak jelas betul karena sebagian besar persetubuhan itu terjadi sewaktu mereka dalam keadaan tidak sadar akibat diguna guna oleh Pak Simo. Aku pun tak mau mengungkit peristiwa itu, aku takut mereka sadar bahwa mereka telah disetubuhi oleh darah dagingnya sendiri.

Kondisi jalan amat lancar hingga di tengah perjalanan aku melihat basahan di kaus tante, tepatnya di bagian dada. Tante Lia panik sendiri karena basahan itu bukan atas kehendak dirinya. Aku langsung menyadari itu adalah rembesan susu dari payudara Tante Lia. Kuduga susu itu keluar karena sudah beberapa jam tertampung di payudara Tante Lia, dan sekarang payudara Tante Lia yang sudah semakin membesar itu tidak mampu menampungnya lagi. Terakhir susu itu kuperah saat persetubuhan liar kami dua malam, tentu saja mereka tidak tahu itu. Dan seingatku semalam mereka tidak memproduksi susu lagi. Ah pasti keluarga itu memberikan ramuan penyubur susu lagi kepada mama dan tanteku.

Sebenarnya aku langsung terangsang melihat rembesan di bajunya yang semakin lama semakin meluas, tapi aku berusaha menahannya. Tak lama berselang mama yang duduk di kursi belakang juga mengalami hal yang sama.


“Lia, gimana ini kok dari tetekku bisa keluar ASI ya?!”, jerit mama.

“Gimana ya mbak? Aduh mbak, Lia juga bingung” Tante Lia malah balik bertanya.

“Eh Ren, jangan liat liat kamu”, pergok mama.

Aku yang ketahuan yang sedang memerhatikan tingkah mereka langsung didamprat mama.

Kulihat dari spion mama malah mengangkat kausnya keatas hingga seluruh payudaranya terbuka. Rupanya mama mencoba menganalisa apa yang terjadi. Ketika mama mencoba memegang payudara kirinya, muncratlah susu dari putingnya hingga ke bagian depan mobil.


“Haaah!!!”, pekik mama melengking kaget. Sepertinya mama terlalu keras menekan payudaranya.

Jalanan sangat macet waktu itu. Ketika kutawarkan untuk berhenti sebentar untuk memeriksa keadaan mereka, mereka menolak karena disekitar situ hanya ada rumah warga.

“Duh gimana ini mbak, biar ga merembes mulu”, tanya Tante Lia pasrah. Tisu pun tidak cukup untuk menyerap susu-susu mereka.

Tanpa menjawabnya, mama berinisiatif mencari gelas plastik yang memang sengaja dibawa untuk minum di perjalanan jauh seperti ini. Mama mulai memeras paudaranya sendiri. Dipijat-pijatnya payudara kanannya dengan mengarahkan putingnya ke mulut gelas dan susunya mulai mengucur keluar dengan derasnya. Tante Lia melakukan hal yang sama. Aku yang disuguhkan pemandangan indah itu langsung terangsang.

“Rendy boleh bantu ga mah? Hehe”, tanyaku setengah bercanda setengah nafsu.

“Apa apaan kamu! Apa maksud kamu?”, kata mama.

“Iya ma, maaf” kataku.

Padahal mulutku ini siap menampung susu dari bukit kembar mereka.

Tante Lia yang kewalahan memeras susu dari payudaranya mulai kebingungan, “Mbak kayanya ga cukup deh gelasnya, ini udah penuh.”

“Iyaa nih, mbak juga udah mau penuh, mana yang kiri belom diperes lagi”, balas mama.

Gelas mama dan Tante Lia yang sudah penuh kuambil dan dengan segan aku buang isinya. Setelah itu kuberikan lagi gelasnya kepada mereka.

“Ma coba sambil nungging meresnya, harusnya makin banyak keluarnya”, kataku nakal.

Entah karena pasrah atau kesal, mama menuruti perintahku. Dan benar saja saranku benar. Susu mama terlihat mengucur deras setiap kali mama meremas payudaranya. Bagaimana dengan Tante Lia? Gelas kedua tampaknya belum cukup untuk menampung susu hasil perahan Tante Lia. Tante Lia mulai panik. Akupun tidak bisa menemukan wadah lain untuk menampung susu mereka. Entah dapat bisikan dari mana aku berkata pada tante.

“Tan kalo masih ada susunya, aku mau dong, Rendy siap nampung banyak kok”, kataku serius.

Tante Lia terperangah dan mama menatapku.

“Mbak… apa boleh dicoba??…”, tanya tante ragu-ragu.

Mama memasang ekspresi marah.

“Mbak… tolong mbak izinkan Lia nyoba…”, tante masih memelas kepada mama.

Tatapan tante beralih kepadaku, Tante Lia berkata padaku, “Ren, hanya kali ini saja ya.”

Tanpa persetujuan mamaku, Tante Lia langsung menyodorkan puting kirinya ke mulutku dan tentu saja aku segera menyedotnya. Sepertinya mama ku tidak bisa menolaknya, ia diam saja. Lama kelamaan hisapan ku makin kuat hingga Tante Lia ikut mendesah dan mengelus kepalaku dan rupanya di kursi belakang sana mama telah selesai memerah payudaranya. Kulihat mama juga ikut terangsang melihat anaknya sedang menyusu pada adiknya tetapi mama berusaha menolak perasaan itu.


Kesempatan ini pun tak kusia-siakan. Aku tak hanya sekadar menghisap puting Tante Lia, tetapi juga memainkan lidahku, berputar putar di putingnya. Kuhisap payudara itu hingga semburan susu yang keluar semakin mengecil. Selesai payudara kiri, kini aku menghajar payudara kanan Tante Lia. Sama seperti tadi, aku memainkan lidahku di sekitar putingnya dan itu membuat tante mendesah kenikmatan. Semakin kencang desahan tante semakin gelisah juga mama. Sepertinya dia tidak bisa membendung rasa hornynya. Hingga pada akhirnya payudara Tante Lia sudah tidak lagi menghasilkan susu sehingga aku juga berhenti menghisap payudaranya. Payudara kanan tante menghasilkan banyak sekali susu hingga aku kekenyangan.

“Mbak mau coba? Ini tetekku udah kering sepertinya. Kalau diremas lagi ga ada yang keluar”, tanya Tante Lia kepada mama.

Memang masih terlihat tetesan susu keluar dari puting coklat kehitaman milik mama, mungkin karena sedang horny juga.

Mama melihat tanteku dengan wajah jijik namun sebenarnya terlihat rasa inginnya yang kuat untuk payudaranya dikenyot oleh anaknya. Semua itu terpancar dari wajahnya yang cantik. Satu lagi, mereka tidak sadar bahwa aksi memerah susu mereka di tengah kemacetan dilihat oleh banyak orang yaitu beberapa supir truk dan pengendara motor di damping mobil kami yang sama sama terjebak di kemacetan. Bahkan sempat kulihat supir truk merekam saat mama memerah susunya.


Aksi memerah susu itu terjadi beberapa kali di perjalanan pulang seiring pabrik susu mereka tidak kunjung berhenti menghasilkan susu tetapi tidak cukup menampungnya. Beberapa jam setalah diperah sampai kering, keluar susu lagi. Begitu terus selanjutnya. Tentu saja payudara mama yang bisa dikatakan susah berhenti menghasilkan susu, karena ia tidak mau mengikuti saran Tante Lia. Alhasil beberapa kali aku harus menepikan mobil di tempat peristirahatan untuk mereka memerah susu mereka. Dengan nakalnya aku menepikan mobil di parkiran kendaraan bus dan truk, agar aksi mereka bisa dinikmati banyak orang, baik penumpang busnya atau supirnya. Mereka sepertinya tidak peduli lagi dengan keadaan sekitarnya yang penting tidak keluar lagi susu dari payudara mereka yang merembes membasahi pakain mereka. Selama itu, mama tetap tidak mau mencoba saran Tante Lia yaitu mengajak mama supaya susunya diminum oleh aku. Aku sangat mau minum susu mama langsung dari payudaranya, tapi aku tidak bisa memaksa dengan rengekan kepada mama, kalau aku memaksa bisa-bisa aku tidak diizinkan tinggal dirumah lagi.

Hingga akhirnya kami sampai rumah dengan selamat pada dini hari. Tante memutuskan beristirahat dulu di rumahku sampai tubuhnya bugar. Selesai berberes mama dan Tante Lia masuk ke kamar mama sedangkan aku tidur di kamarku. Air susu yang keluar dari payudara mama sepertinya sudah berhenti keluar, karena seingatku memang efeknya hanya sehari semalam.

Aku terbangun pukul 14.00. ketika aku keluar kamar, mereka sudah ada di ruang nonton tv. Mereka juga sudah mandi. Namun ada wajah sembap di wajah mereka

“Rendy, duduk sini”, panggil mama

Aku mulai deg-degan. Mau tak mau aku menuruti perintahnya.

“Coba kamu ceritakan yang kamu tahu”, selidik mama.

Cerita apa mah, kataku pura pura tidak tahu

“Ren, ayolah. Kita habis terjebak di hutan empat hari. Ayo jujur, ceritakan yang kamu tahu!” tante mulai meninggikan suaranya.

Pada akhirnya aku pun bercerita juga, tentu saja dengan mengeliminasi fakta-fakta yang menurutku paling tidak wajar seperti mereka disetubuhi dengan hewan, digangbang dengan enam lelaki, dan termasuk ritual keperkasaanku yang aneh itu. Memang peristiwa-peristiwa tersebut ada yang dialami kedua wanita itu saat mereka sadar, namun kurasa kini mereka sulit membedakan mana yang terjadi saat mereka sadar mana yang terjadi ketika mereka tidak sadar.

Mendengar ceritaku mereka menangis.

“Benerkan mbak….” Lirih Tante Lia.

“Tega banget kamu sama mama, Rendy.” Mama menimpali.

“Ma…”

“Kita kecewa sama kamu, Rendy” sergap tante.

“Tante… Rendy minta maaf ma, tan.”

Aku mendekati mereka dan berusaha sujud di kaki mereka. Tante Lia seperti mendorongku agar aku menjauh. Air mata semakin membasahi pipinya, begitu juga mama.

“Kalau misalnya mama dan tantemu hamil, kita sepakat untuk menggugurkan kandungan kami” kata mama.

“Tapi ma, tan…”

“Memangnya kamu mau tanggung jawab? Papamu udah ga ada jadi mama yang kerja. Mama ga sanggup kerja saat hamil. Mama sudah tua. Kamu juga sebentar lagi kuliah! Kamu bisa ngurusin anak emang?” bentak mama. Entah kenapa bentakannya tidak seperti biasa. Seperti ada penolakan terhadap ucapannya sendiri, mama seperti ingin membohongi dirinya sendiri.

Ia melanjutkan hardikannya, “Tante :ia juga punya suami! Mau jadi apa keluarganya kalau tiba tiba tantemu punya anak? Bisa hancur keluarganya kalau om mu tahu. Belum lagi, apa kata orang kalau mama dan tante hamil! Bisa-bisa diomongin tetangga!”

Aku diam saja menerima omelan mereka. Mungkin memang sudah ditakdirkan aku tidak akan punya anak dari mama dan tanteku, apalagi berkeluarga dengan mereka. Padahal aku sangat ingin.

Singkat cerita tante pulang dan kembali dengan suami dan anaknya dan aku tentu saja masih tinggal dengan mamaku. Semuanya hidup normal kecuali aku semakin menjadi hypersex dan suka mencari konten porno bertema hubungan sedarah khususnya ibu dengan anak. Ditambah lagi dengan genre BDSM atau penyiksaan, wanita hamil, dan bersetubuh dengan hewan. Tak ketinggalan kuputar ulang video-video hasil rekaman di HP saat kami tersesat di hutan itu. Intensitas masturbasiku bertambah. Aku bermasturbasi dengan pakaian dalam mama dan tante yang kuambil saat peristiwa brutal itu. Bahkan aku mulai mencari pakaian dalam kotor mama di keranjang pakaian kotor sebagai alat onaniku. Kegiatanku itu sebenarnya sangat mengganggu persiapanku untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri yang tinggal sebentar lagi.


Mama kulihat beraktifitas seperti biasanya, ia tetap bekerja di kantornya. Selagi mama bekerja, aku biasanya hanya di rumah atau pergi les untuk menyiapkan ujian masuk perguruan tinggi negeri favoritku. Setiap detik pun aku tidak bisa melupakan kejadian kami beberapa waktu lalu. Benar-benar sebuah pengalaman yang merubah hidupku, sebuah pengalaman yang tidak bisa semua orang merasakannya. Nafsu, ghaib, brutal. Itulah yang bisa kugambarkan mengenai persetubuhan itu.

Namun ada hal aneh yang terjadi. Setiap malam jumat kudengar kegaduhan dari kamar mama. Tetapi pada pagi harinya mama terlihat biasa saja. Hingga pada malam jumat keempat aku memberanikan diri untuk mengecek kamar mama dan kudapati mama sedang mengalami mimpi buruk. Dalam tidurnya mama mulai meracau, kebanyakan dalam bahasa jawa. Tak hanya meracau, mama juga gelisah, mendesah, terengah engah seperti orang kepanasan dan mengeluarkan kata kata kasar yang tak pantas, persis ketika mama minta disetubuhi oleh aku dan Pak Simo. Aku langsung menyalakan lampu dan berusaha membangunkannya.

“Ma! Ma! Bangun!”, kataku sambil mengguncangkan tubuh mama.

Mama masih mendesah dalam tidurnya, “Ahhh tolong entot mama nak…. mama haus pejumu…. Hamili mama….”

“Ma!!”

Akhirnya mama bangun.

“Rendy… hiks hiks… sambil mengusap matanya”

“Ada apa ma?”

“Mama takut…. Hiks hiks”

“Mama mimpi apa?”

Mama hanya menggeleng.

“Ma cerita sama Rendy.”

“Mama masih menggeleng, menolak untuk cerita.”

Aku pun pasrah saja. Aku tadinya mau meninggalkan mama dan kembali ke kamarku

“Yaudah ma, mama tidur lagi ya, jangan lupa doa dulu. Rendy balik ke ke kamar.”

“Eh jangan rendy, temenin mama tidur sini aja… mama takut…”

Tadinya aku enggan karena masih menonton film favoritku di komputer. Tapi aku berpikir inilah suatu kesempatan emas. Akhirnya aku mengiyakan ajakan mama. Hitung-hitung sudah lama sekali aku tidak tidur dengan mama, mungkin terakhir kali saat aku masih kelas 5 SD.

Aku merebahkan diri di samping mama. Mama sepertinya sudah tenang kembali. Tidur sekasur dengan mama membuatku teringat pengalamanku empat minggu yang lalu dan hal itu membuat penisku yang terbungkus celana dalam dan celana pendek terbangun. Tampaknya mama yang belum tidur kembali menyadarinya.

“Ren, burungnya tidurin dulu dong…” pinta mama.

“Hmm berarti minta dibantuin tidur ma hehe”

“Jorok kamu ren… udah, tidur sana!” jawab mama ketus.

Mama kini menghadapkan tubuhnya menyamping memunggungiku. Sayang sekali aku tidak bisa melihat wajah cantiknya saat tidur. Namun aku tidak kehilangan akal. Aku memeluk tubuhnya yang dibalut daster itu dari belakang.

“Ma…”

“Iya ren?”

“Rendy sayang mama.”

“Iya, mama juga sayang Rendy”

Kali ini tanganku mulai bergerak dari pinggul, naik ke arah perut, dan terakhir tepat di bawah payudaranya.

“Bukan, ma… maksud Rendy…” kataku sambil berusaha menggapai payudara mama.

“Hush ngapain kamu Rendy…. Jangan kurang ajar ah!” sambil mengelakkan tanganku supaya melepaskannya dari tubuhnya.

“Ehm iya maaf,” maaf kataku

Ada yang aneh dari mama, walau menolak dan marah tetapi nadanya seperti dibuat-buat. Tapi yasudah lah, apa boleh buat. Akhirnya malam itu aku hanya tidur saja, berdua bersama mama.

Esok paginya, lewat percakapan di telfon antara mama dengan tante lia yang tak sengaja kudengar, bahwa ternyata Tante Lia mempunyai masalah yang sama belakangan ini, yaitu mendapat mimpi buruk setiap malam jumat. Dari percakapan itu aku tahu mama dan Tante Lia pernah mimpi disetubuhi oleh anjing hitam, dipaksa menelan sperma dari 60 laki laki, diperkosa ramai-ramai oleh anak kecil seperti tuyul, disiksa dengan diikat, dicambuk, digantung serta kemaluan mereka dimasuki alat alat yang tidak masuk akal, dan terakhir yang kudengar adalah mereka mimpi sedang disetubuhi olehku.
 
Terakhir diubah:
Setelah kepanikan pagi itu berakhir, mama bersiap untuk masuk kerja. Ada yang berbeda dari mama hari ini. sekarang mama mulai memakai jilbab! Namun masalahnya, masih saja pakaian kerjanya menempel mengikuti lekuk tubuhnya. Maklum, bekerja di perusahaan asuransi yang berurusan dengan berbagai klien menuntut mama untuk tetap cantik (atau seksi, sebenarnya). Jilbabnya pun ternyata juga tidak mampu menutupi kedua buah dada mama yang montok itu. Nafsu siapa yang tidak bergejolak melihat indahnya tubuh mama seperti ini.

“Cuit cuitt..”. godaku melihat penampilan baru mama.

“Ah Rendy”, jawabnya sambil tersipu malu.

“Mama cantik deh pakai kerudung”

“Hehe makasih sayang, udah ah, mama berangkat kerja dulu ya!”

“Hati hati ma…” kataku sambil mencium tangannya.

Hari itu berjalan biasa saja karena aku tidak ada les sehingga aku hanya menonton film-film bokep saja di kamarku. Tentu saja ketika nonton bokep tanganku tidak menganggur. Tanganku sibuk mengelus dan mengocok penisku yang sekarang mudah sekali terbangun. Bosan pakai tangan, akhirnya aku keluar kamar menuju kamar mama. Sasaranku tentu saja adalah BH-BH mama yang ada di lemari. Ketika kubuka lemari langsung terdapat tumpukan BH-BH. Warna dan bentuknya bermacam-macam, kebanyakan yang memiliki renda. Melihat itu saja aku sudah bernafsu sekali. Ku rasa aku bisa memuntahkan spermaku walau hanya mengocok penisku di depan tumpukan BH ini. Akhirnya ku ambil BH mama yang berwarna coklat dan krem. Ku bawa ke kamarku dan kujadikan alat bantu masturbasi. Kubayangkan penisku sedang dijepit oleh payudara mama yang lembut. Putingnya yang tidak terlalu lebar dan bewarna coklat kehitaman selalu terbayang-bayang dalam pikiran jorokku. BH yang satu lagi kuhirup dalam-dalam… ahhhh… bau detergen tapi mengingatkan ku pada parfum mama… Crot.. crot… ahh enak sekali rasanya dijepit BH mama yang berbusa itu. Rasanya empuk, hangat, dan nyaman. Kutumpahkan benih-benih cucu mama ke bagian dalam alias cup-nya.


Tin…tin….

Ternyata waktu menunjukan pukul 16.00 sore ketika klakson mobil mama berbunyi dari luar. Saking keenakannya bermain dengan BH mama aku sampai lupa waktu. Dengan gelagapan aku menyembunyikan BH mama tadi di laci meja belajarku. Aku segera keluar dari kamarku dan membukakan gerbang untuknya. Hatiku berdegup kencang ketika Tante Lia turun dari mobil. Ternyata ia ikut bersama mama.

“Eh ada Tante Lia…” kataku sambil salim dan mencium tangannya.

Tante Lia hanya tersenyum.

Seperti biasa, gaya pakaiannya yang jilboobs ia pertahankan. Kini didepanku ada dua wanita muslimah memakai gamis panjang ketat dengan jilbab yang disampirkan ke samping hingga menonjolkan buah dadanya. Tentu saja baju yang dipakai keduanya juga menonjolkan lekuk-lekuk indah tubuh khas ibu ibu.

“Kok pulang cepet mah?” Tanyaku.

“Iya, kita omongin aja di dalem, yuk” Ajak mama masuk ke dalam rumah.

Kami duduk di ruang tamu.

“Jadi gini ren… malem ini ada tamu. Dia itu ustadz, orang pinter, bisa mengusir hal-hal buruk yang selama ini terjadi. Selama ini mama dan tante kamu sering mimpi buruk, jadi ada yang gak beres dengan mama dan tante”, ujar mama.

“Jangan ceritain ke om kamu ya kalau kita manggil orang pinter ke sini”, sergah Tante Lia.

Aku hanya mengangguk ngangguk saja mengiyakan

“Jam berapa ma?”

“Nanti katanya jam 7”

“Oh yaudah ma”

Aku masuk ke kamar lagi untuk menuntaskan film bokep BDSM yang tadi belum habis. Setelah itu aku mandi besar. Tak terasa waktu sudah mendekati jam 7. Aku memutuskan untuk keluar dari kamar menuju ke ruang keluarga. Di sofa kulihat sudah ada mama yang memakai baju semacam kebaya ketat berwarna merah, tak ketinggalan mama juga memakai kerudungnya. Tak lama tante keluar dari kamar mama. Yang lebih menegangkan lagi Tante Lia juga memakai baju serba merah, mirip seperti yang diapakai mama dan juga sama ketatnya.



“Kok kaya mau kondangan aja mah, tan?”

“Iya nih, pas ustadz nyuruhnya begini” jawab tante

Akhirnya “Pak Ustadz” datang setengah 8. Ia menggunakan baju koko putih dengan sarung hijau dan kopiah di kepalanya. Ia juga membawa tas selempang kecil.

“Naik apa pak?” Tanya Tante.

“Jalan kaki nduk”

“Bapak tinggal dimana?” kali ini mama yang menyelidik.

“Di Kebasen”

Aku bingung dimana itu.

“Jadi keluhannya apa ibu-ibu?” tanya pak ustadz memecah keheningan

“Begini pak, saya selalu mimpi buruk setelah…”

Belum selesai mama bercerita sudah dipotong oleh si ustadz, “Setelah apa bu…”

“Iya kami pernah waktu itu berencana pergi ke Solo, di tengah perjalanan kami tersesat lalu…” tante berusaha melanjutkan cerita mama.

Mereka hening sejenak.

“Apa ibu merasakan suatu ritual atau hubungan dengan anak ibu?” kata si ustadz sambil menunjukku.

Aku kaget juga. Tak ada yang menjawab pertanyaan pak ustadz itu.

“Jadi kalian sudah bertemu dengan Kasimo ya?” tanyanya.

Sepert familiar bagiku. Aha! itu pasti nama lengkap dari Pak Simo.

“Kok bapak tahu?” tanyaku.

“Haha begini, memang sudah biasa kejadian seperti itu di daerah situ.”

“Sudah biasa?” kami terheran-heran.

“Begini,” lanjutnya “sering disitu kejadian orang orang yang tersesat saat bulan purnama. Biasanya targetnya adalah mobil atau motor yang berisi wanita dengan pria yang bukan suaminya haha.”

“Lantas Kasimo itu siapa pak?”

“Sampeyan mau tahu?”

Kami mengagguk.

“30 tahun yang lalu Kasimo diusir dari kampung kami karena melakukan ritual hitam. Dia menyetubuhi adiknya sendiri, namanya kalu tidak salah Sekar.”

Shit! Ternyata Bu Sekar adalah adiknya Pak Simo sendiri.

“Hubungan mereka diketahui karena tiba-tiba Sekar hamil. Rumah mereka dibakar warga Dan mereka melarikan diri ke hutan. Ya sampai sekarang saya dengar dia masih menjadi dukun dan melakukan ritual-ritual anehnya, bahkan sampai mencari mangsa seperti kalian ini! hahaha” lanjutnya.

Ia langsung menambahkan, “Saya sendiri dulu adalah teman seperguruan dengan Kasimo haha”

Kami terperanjat mendengar ceritanya. Seperguruan apa? Seperguruan mesum? Tanyaku dalam hati.

“Apa mereka sebenarnya mereka masih hidup?” tanya tante.

“Orang seperi mereka… kalau matipun jasadnya tidak diterima bumi dan arwahnya tidak diterima langit.”

Jawaban yang penuh teka teki.

Hmm pak… begini… dari kejadian itu… apa kami bisa hamil pak?

"Kalau Kasimo dan teman-temannya mungkin ndak bisa menghamili sampeyan, tap kalau anak ibu… tergantung kesuburan anak ibu dan ibu sendiri waktu itu."

Mama dan tante terkejut. Tentu mereka tidak ingin punya anak dariku.

“Haha baiklah kita mulai saja ritual pembersihannya” kata ustadz itu memecah keheningan

“Ibu-ibu, apakah sudah menyiapkan peralatannya?”

“Sudah pak. Ren, tolong ambil ember di kamar mama” perintah mama.

Aku menurutinya. Aku berjalan ke kamar mama. Sesampainya di kamar mama aku mendapati sebuah baskom berisi air, seplastik kembang tujuh rupa, sebuah benda aneh berbentuk suntikan tak berjarum tetapi besar sekali, dan juga perwarna makanan berwarna biru. Segera aku membawanya ke ruang tamu.

Di ruang tamu kulihat mama dan Tante Lia sudah berbaring tengkurap berdampingan di lantai ruang tamu yang sudah dialasi kasur tipis dan sajadah. Tangan pak ustadz itu melayang diatas tubuh mereka seperti menerawang sesuatu di dalam tubuh mama dan Tante Lia. Dari kepala, turun ke punggung mereka, turun lagi ke pantat mereka yang menyembul bahenol, turun terus hingga ke telapak kaki. Mulutnya komat kamit seperti membaca mantra.


“Ibu, apa pun yang saya lakukan jangan ada yang protes demi kelancaran pembersihan ini ya bu” katanya begitu selesai menerawang.

Mama dan Tante Lia mengangguk di dalam tengkurapnya.

“Ren masuk kamar sana!” Perintah mama.

“Jangan bu, anaknya harus ada disini juga karena peristiwa itu menyangkut dengan anak ibu juga kan,” pak ustadz itu melarang.

“Maaf ya bu”, lanjut pak ustadz sambil menepuk-nepuk pantat kedua kakak-beradik tersebut secara bergantian. Plak-plak-plak! Tampak wajah keheranan dari keduanya. Aku yang menyaksikan malah jadi bergairah gara-gara melihat mama dan tanteku diperlakukan seperti itu.

“Oke bu, sekarang ibu semua nungging ya”, perintahya

Mama dan tante berpandangan sebentar namun segera mereka mengikuti perintah orang itu.

“Apa ibu sudah melakukan yang saya minta?”

Keduanya mengangguk. Saat itu aku tersadar bahwa kedua wanita itu cantik sekali. Mereka yang dibalut jilbab dan gamis ketat berwarna merah menyala dengan wajah yang di make up tipis, menungging dihadapanku dan ustadz itu. Lekuk tubuh mereka aduhai, payudara mereka terlihat menggantung meski tertutup gamis.

“Maaf bu, saya angkat ya gamisnya”

“Hmm apa-apaan ini pak? Kami mau diapain?” cegat tante.

“Bukannya ibu semua sudah setuju dengan persyaratan saya di awal hingga akhirnya saya mau datang kesini?”

“Hmm baiklah pak silahkan deh,” kata tante setelah menimbang-nimbang.

Pak ustadz mengangkat gamis mereka hingga tampaklah bongkahan pantat mereka. Tapi… ternyata mereka tidak memakai celana dalam! Waduh ritual pembersihan apa ini?! sisi baiknya, akhirnya aku melihat lubang senggama dan anus mereka lagi haha, lubang-lubang yang pernah aku singgahi 4 minggu lalu. Menariknya, hari ini mereka mencukur habis bulu-bulu kemaluannya hingga mulus dan bersih.

Tak kusadari penisku menegang maksimal melihat kedua wanita itu dengan gamis yang tersingkap bagian bawahnya sehingga aku bisa leluasa melihat bongkahan pantat mereka. Jujur aku kangen sekali dengan kehangatan vagina dan lubang anus mereka. Apakah malam ini aku akan mendapatkan rezeki nomplok lagi?

“Ren jangan liat mama!”, kata mama mengusirku karena menyadari ada yang menyembul dari balik celana pendekku.

“Biarkan saja bu anaknya disini, ini kan berhubungan juga sama anak ibu,” pak usradz mengingatkan kembali.

“Saya mulai ya bu,” kata pak ustadz sambil mencampurkan pewarna makanan dan kembang tujuh rupa ke dalam air di baskom. Ia mengaduk dengan tangannya sambil membaca doa-doa yang tak kupahami artinya. Namun aku tahu ia berdoa dalam bahasa arab. Kemudian ia menelupkan ujung suntik raksasa tadi ke dalam baskom dan menarik tuasnya sehingga suntikan itu kini terisi air yang berwarna kebiruan. Tak kuduga ia memasukkan suntik itu ke dalam anus tante.


Tante protes, “Aduh pak kok disitu?”

“Memang begini bu prosesnya”

Tak mau berdebat, tante diam saja. Mama yang juga masih tengkurap, menoleh kebelakang melihat dengan jijik apa yang dilakukan pak ustadz itu.

“Ayo bu baca ayat-ayat dan doa yang sudah saya suruh hafalkan!”

Dengan ragu tante mulai membaca bacaan yang diminta oleh orang itu dengan lirih.

“Ayo bu, lebih keras lagi!” Kata pak ustadz sambil memasukan air lagi kedalam suntikan dan memasukkan cairan itu lagi ke anus tante untuk kedua kalinya. Total pak ustadz memasukkan 9 suntikan cairan ke anus tanteku itu.

“Aduh pa… perut saya penuh… sakit…” lirih tante.

“Tahan aja bu… kakak sampeyan belom tak masuki”

Lanjut pak ustadz melakukan hal yang sama terhadap mama.

“Nah sekarang bisa dikeluarkan bu, bareng-bareng ya bu”

“Adduh… Gimana caranya pak” tanya mama.

“Ya semprotkan saja, ibu ngeden seperti mau buang air besar.”

Mereka berdua ragu namun mulai mencoba mengejan.

“Crut crut crut” keluarlah sedikit demi sedikit cairan berwarna biru kecoklatan dari anus mereka.

“Ayo bu jangan ditahan-tahan gitu dong… keluarin aja yang kencang haha” perintah pak ustadz.

Mereka mengejan kembali dan keluarlah cairan yang amat deras “cruuuttt cruuuutt cruuuuttttt”. Hampir 1 meter panjang semburan air dari anus mereka hingga membasahi alas sajadah dan kasur tipis tersebut.


Pak ustadz itu hanya tertawa kecil saja melihat kelakuan dua wanita setengah telanjang itu.

“Ah belum keluar bu ajiannya, harus saya ulang lagi prosesnya”

“Aduh pak…” kata mama lirih

Pak ustadz pun mengulangi prosesnya degan memasukkan cairan dengan suntikan raksasa sebanyak 9 kali ke masing-masing anus mereka. Mereka pun kembali menyemprotkan air dari dalam anus mereka. Namun kali ini mereka lebih mahir, tidak ditahan-tahan seperti tadi. Ajaibnya, bersamaan dengam semprotan terakhir, dari anus mereka keluar gumpalan rambut, entah rambut siapa. Tampak dua wanita itu kelelahan setelah melakukan ritual ini.

“Tinggal satu lagi lubang yang perlu dikeluarkan ajiannya. Sekarang ibu balik badan ya”, perintah si ustadz.

Kakak beradik itu menuruti perintah si ustadz.

“Ibu tolong dibuka kakinya, lututnya diangkat”, lanjut si ustadz.

“Bapak mau memperkosa kami, hah?!” hardik mama.

“Oh tidak, saya tidak mau bersenggama dengan pelacur seperti kalian. Saya hanya mau bersenggama dengan istri saya. Tapi ini demi menuntaskan proses pembersihannya saja.”

Sembarangan sekali mulut orang yang mengaku ustadz itu. Wajah mama dan Tante Lia pun merah padam karena disebut pelacur tapi apa daya mereka harus menuruti perintah orang itu. Aku pun mau marah tapi buat apa? Toh mereka adalah pelacur dalam fantasiku akhir-akhir ini.

Akhirnya kedua wanita itu membuka kakinya. Pak ustadz mulai memijat perut di bawah pusar hingga daerah segitiga kemaluan mama namun tanpa menyentuh garis bibir vaginanya.

“Arghhh!!! Sakit… aduh….!!!” Teriak mama kesakitan.

“Baca doanya lagi bu biar keluar ajiannya!”

“Mbak linda, sabar mbak…” tante berusaha menenangkan kakaknya.

Dari dalam vagina mama keluarlah lendir putih dan kecoklatan yang banyak sekali hingga menggenangi sajadah yang menjadi alas mereka. Pak ustadz kembali komat-kamit membaca doa sedangkan mama dan tante juga membaca doa-doa yang sudah dihafal tadi. Kini giliran tante yang mendapat perlakuan yang sama dengan apa yang didapat mama. Tante mengerang kesakitan dan juga mengeluarkan cairan putih kecoklatan dari vaginanya. Bau anyir dari lendir itu memenuhi ruangan.


“Ini namanya gurah vagina, ibu-ibu haha”, kata pak ustadz. “Dan ibu beruntung, sampeyan berdua harusnya ndak akan hamil karena sperma di dalem vagina ibu-ibu sudah tercampur, antara milik manusia dan jin haha.” “Hmmm mas, sampeyan kalo ngaceng, keluarin aja pejunya, ga usah ditahan tahan haha,” Ia melanjutkan.

Mama dan tante menatapku dengan sinis. Aku malu dan hanya menahan nafsuku saja. Biarkan spermaku ini menjadi milik BH mama yang kusimpan di laci kamarku sejak sore. Tak berapa lama, akhirnya ritual itu selesai dan mama dan tante merapikan gamisnya lagi.

“Insya allah mimpi buruk dan pengaruh-pengaruh buruk lainnya tidak akan datang lagi…” kata si ustadz setelah selesai melakukan “pembersihannya”. “Baik bu, mas, saya pamit dulu.”

“Oiya pak, tunggu sebentar, saya ambilkan maharnya dahulu”, kata mama sambil bergegas ke kamar. Mama kembali dengan membawa sebuah amplop dan kresek hitam dan memberikannya kepada pak ustadz. Kulihat amplop tersebut cukup tebal. Yang membuatku terkejut pak ustadz itu dengan tidak sopannya membuka kresek hitam dan mengeluarkan isinya. Dua pasang BH dan celana dalam! Kulihat muka mama dan tante memerah menahan malu.


“Haha bagus-bagus, saya suka BH dan celana dalam bekas kalian. Dan… hhhmmmphhhh… wanginya kalian ini. Saya terima ya BH dan celana dalamnya.” Puji pak ustadz.

“Aduh pak kok dibuka sih!” kata mama dan tante kompak.

“Hahaha tidak apa bu. Baiklah, mari bu, saya pamit. Terima kasih mas, bu” pamitnya seraya keluar rumah.

Dengan mulut menganga seperti tak percaya bahwa mahar si ustadz itu adalah pakaian dalam bekas mama dan tante. Ah tapi memang akhir-akhir ini aku sudah melihat banyak kejadian aneh, tak usahlah dipikirkan lagi.

Setelah ia pulang langsung kuselidiki mama dan tante, “Ma, tan, dapet darimana sih ustadz itu? Kok cabul begitu?”

“Iya nih, tante dapet dari temen tante. Katanya emang bisa mengusir hal-hal jahat akibat hal ghaib.”

“Oh gitu… yaudah deh, Rendy masuk ke kamar deh”

“Yaudah sana Ren, biar kotoran ini mama dan tante aja yang bersihin,” kata mama sambil menunjuk bekas enema dan gurah vaginanya. Dan akhirnya hari ini diakhiri dengan menumpahkan semua spermaku dan nafsuku yang sudah diubun-ubun ke cup BH mama yang tadi sore kusimpan di laci. Tapi saat berfantasi akan mama dan tanteku memuncak, terbayang-bayang wajah serta jilbab yang membalut kepalanya. Ah.. sekarang keduanya sudah berhijab… sepertinya aku punya sasaran bahan onani lain… yaitu jilbab mamaku (dan tanteku kalau bisa). Ya jilbab! Dengan begitu aku bisa merasakan sensasi lebih dahsyat saat membayangkan menyetubuhi kedua wanita itu ketika mereka menggunakan jilbab atau setidaknya bisa membayangkan penisku dikulum oleh mereka yang sedang berjilbab. Penasaran dengan petualangan onaniku dengan jilbab? Penasaran kelajutan hubunganku dengan mama dan Tante Lia? Tunggu ya di cerita selanjutnya!

To be continued.... (besok ane upload)
 
Terakhir diubah:
wihh hu lama juga updatenya sampe sampe ane lupa ceruta awalnya lhoo
hheheheh
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd