Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT VALKYRIE Management

Bimabet
CHAPTER 77: VERANDA v MELODY

“Pak…”

“Ya bagaimana?!”

“Tampaknya…” dokter itu sebenarnya enggan melanjutkan, namun dia harus mengatakannya demi keselamatan Bos Besar nya, “Bapak harus istirahat lebih lama lagi.”

“Apa katamu?! Kau pikir aku bisa menunggu di kondisi sekarang ini?!” Bos Titan meraung geram.

“Pak. Dengar saya dulu. Dengan kondisi Bapak seperti ini, kalau saya menyuntikkan adrenalin, akan menjadi bumerang buat Bapak. Sekarang Bapak punya tenaga tambahan, tapi setelah itu jantung Bapak bisa terkena dampaknya.”

“Saya tidak mau tahu! Jantung saya itu urusan saya! Cepat suntikkan! Kalau nanti ada pegawai yang tidak bisa saya selamatkan, aku akan siksa kamu sampai mati!”

Tubuh dokter itu bergetar, namun dia menguatkan diri, sampai akhirnya bergumam pelan, “Salah satu Sumpah Dokter yang saya ucapkan pada saat saya resmi menjadi dokter adalah ‘Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.’ Pak, ancaman Bapak tidak akan membuat saya mengambil risiko itu. Keselamatan bapak, saat ini dan ke depannya, menjadi tanggung jawab saya. Kalau saya paksakan suntik Bapak, itu jelas bertentangan dengan perikemanusiaan.“

Tatapan Bos Titan melunak. Dia memejamkan matanya sambil menunduk. Setelah beberapa saat, Bos Titan memandang kembali dokter di depannya, “Siapa namamu, Dok? Saya lupa.”

“Saya dr. Atmojo, Pak.” Dokter itu sedikit menundukkan kepalanya saat mengenalkan diri.

“Dokter Atmojo,” Bos Titan beranjak berdiri dari matras tempat dia berbaring tadi, “mulai hari ini, Anda dibebas-tugaskan.”

Bos Titan keluar ruangan dengan sedikit pincang. Dr. Atmojo tahu dia tidak akan bisa menahan lagi Bos Besar nya itu. Toh dia juga sudah dibebastugaskan. Namun entah kenapa dia merasa lega. Sambil memejamkan mata menunduk, dr. Atmojo menggumamkan salah satu kalimat yang bukan hanya selalu diingatnya, tapi juga akan selalu dia perjuangkan dalam hidupnya,

Tujuh. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. Tuhan, lindungilah beliau. Hanya itu yang hamba bisa lakukan.”

***


Amarah yang sedari tadi menguasai diri Melody, berubah menjadi rasa angkuh sejak dia menerima energi dari Bapak. Veranda tidak lagi menjadi sasaran amarahnya, melainkan seperti tikus mainannya yang tidak bisa lari kemana-mana lagi. Dengan energi tidak terlihat di tangannya, Melody menghamburkan kertas dan benda-benda lain ke sekujur tubuh Veranda yang saat ini menjerit kesakitan.

“Mel! Ampun Mel! Dengerin aku dulu!” Pekik Veranda di tengah hamburan kertas dan lemparan buku-buku.

“Diam kamu! Pengkhianat! Perusak! Tidak tahu diri! Berapa yang sudah dibayar Shania ke kamu hah?! Anak pelacur! Kamu sangka Bos Titan membangun kembali keluarga ini dengan mudah?!” Melody belum berhenti menghentakkan energi ke sekelilingnya. Dia merasa tidak terkalahkan.

Melody makin kesetanan. Kali ini dia mengerahkan energi lebih besar untuk menggeser benda yang lebih berat. Kursi dan meja kantor mulai bergeser sesuai kemauannya. Veranda yang melihat itu bergidik, membayangkan jika meja kursi itu menghantam atau menimpa tubuhnya.

“Mel! Sudah! Dengerin aku! Bukan aku Mel! Tapi-”

“Diam kamu! Aku udah tahu busukmu! Semuanya udah terbukti!”

“Ngga Mel! Ng-“ Veranda refleks menghindar ketika satu kursi melayang dengan cepat ke arahnya. Begitu juga dengan perangkat komputer dan meja yang terlempar untuk menghantamnya.

Melody sukses memporakporandakan seisi ruangan besar kantor lantai 3 tersebut. Dia sedikit terengah, namun staminanya seperti tidak berkurang sedikitpun. Melody menyeringai sambil melihat telapak tangannya.

“Kenapa kau tidak memberiku energi ini saat kita pertama bertemu, Bapak…” Gumamnya sambil terkekeh.

Namun sebentar kemudian Melody sadar, Veranda sudah tidak terlihat. Dia kesusahan mencari karena meja kursi rak dan perangkat lain berantakan akibat ulahnya sendiri.

“Brengsek! Kemana si bangsat itu? Cari dia!”

“Baik, Ibu.” Sepuluh pria berjubah itu langsung melesat.

“Kamu tidak akan bisa kemana-mana, Veranda!”

***

Veranda sampai di ujung ruangan besar. Dia sudah tidak bisa kemana-mana lagi dan akhirnya memilih untuk bersembunyi di celah antara rak tinggi berkas. Tubuhnya bergetar. Banyak kekuatan hitam yang sudah dia hadapi hari ini. Veranda sadar apapun yang dia punya tidak akan bisa melawan mereka. Dia bisa mati kalau terus berhadapan dengan kekuatan seperti ini.

Tangannya semakin keras mendekap map merah lusuh. Keringat membasahi sekujur tubuhnya. Kali ini tidak ada lagi yang bisa membantunya. Veranda sadar, Bos Titan, Om Minmon, Bang Simon pasti sedang berhadapan dengan para perusuh. Tidak ada waktu untuk melindunginya. Dan kini yang menginginkan kepalanya justru adalah mentor dan rekan kerjanya sendiri.

“Dimana kau Veranda…” suara berat mengalun pelan tak jauh dari tempatnya bersembunyi. Veranda makin merapatkan tubuhnya ke dalam. Matilah aku. Matilah. Mereka akan menemukanku.

“Dimana…”

***

Suara derap langkah kaki dari jauh mengagetkan pasukan Tengkorak Hitam. Mereka menoleh ke sumber suara. Tak salah lagi, itu buruan mereka.

“Itu dia! Cepat tangkap!” Komplotan itu kembali melesat mengejar.

Sementara Veranda tidak percaya dengan apa yang baru dia intip dari balik rak.

Seseorang yang baru saja berlari tadi… sangat mirip dirinya! Bahkan berpakaian dengan tampang sama persis dengannya!

***​

“Kenapa lama sekali?! Brengsek! Memang harus aku yang turun tangan!” Melody mendengus gusar. Sudah 10 menit dia menunggu. Tidak mungkin Veranda bisa kabur jauh. Akses Lantai 3 sudah dalam kuasanya.

“Tidak perlu mencari. Aku di sini.”

Melody terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Di belakangnya, Veranda sudah berdiri, menatapnya tajam. Ini sudah keterlaluan. Dia teringat kembali perjuangannya, para Pegawai Terpilih, Trio SMA bahkan Rio untuk mengantarnya sampai ke lantai ini. Namun Melody dengan gampang menuduh dengan ketidaktahuannya.

“Di atas sana, Yona, Nabilah, Gracia dan yang lain melindungiku supaya aku bisa menemui Bos Titan atau Om Minmon. Bahkan Rio sekarat untuk bisa menyelamatkanku. Supaya aku bisa membeberkan semuanya. Tapi kamu Mel malah mau membunuh aku tanpa tahu apa-apa tentang apa yang terjadi!”

“Diam mulut lancangmu itu! Bertahun-tahun kami membangun kembali istana ini dan ketika kamu datang kamu mau ngehancurin lagi! Pelacur tak tahu diuntung!”

“Aku difitnah, Mel! Aku punya bukti! Kamu ditipu! Semuanya ini karena Sak-“

“Pengkhianat! Sampah! Semua bukti sudah jelas! Kau sudah tidak layak lagi di dunia ini!”

Veranda tersenyum geram, “Pengkhianat katamu? Kamu kira aku ga tahu siapa orang-orang berjubah hitam di belakangmu tadi? Kamu bergabung dengan komplotan pembunuh Tengkorak Hitam? Bos Titan udah jelas berseberangan dengan mereka, tapi sekarang kamu malah bergabung. Siapa yang pengkhianat sekarang?”

“DIAM KAMU BRENGSEK!” Amarah Melody memuncak. Energi yang terkumpul di telapak tangannya semakin pekat dan besar. Dia mengerahkan semuanya serentak. Seluruh perabot kantor yang berantakan kembali terlempar menuju satu arah.

Veranda sudah siap menghadapinya. Dalam hati Veranda memang takut, namun dia sudah menghadapi hal seperti ini sebelumnya. Sekarang tidak ada pilihan selain melawan.

“Awas!”

Tiba-tiba sesosok tubuh menerjangnya dan ikut terlempar bersamanya. Veranda dan seseorang yang mendorongnya luput dari hantaman meja dan rak, namun tubuh mereka menghantam mebel lain. Sambil meringis menahan sakit Veranda cepat-cepat bangun untuk melihat siapa yang menyelamatkannya dari amukan Melody.

Dada Veranda mendadak sesak, perutnya mengejang, saat melihat sosok yang terkapar di sampingnya adalah orang yang sekarang ini ingin dia temui. Lebih dari itu, pria ini adalah alasan mengapa Veranda masih bertekad untuk hidup. Pria yang selalu menjadi motivasi Veranda. Dan dari lubuk hati terdalam, pria ini menjadi cinta pertama Veranda sejak menginjakkan kaki di ibukota.

“Bos Titan!”

***

Melody tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Kenapa Bos Titan bisa sampai ke lantai ini? Kenapa tubuhnya penuh luka seperti itu? Dan kenapa… Bos Titan menyelamatkan Veranda? Bos Titan harus tau kalau dia pengkhianat!

“B-Bos…” Melody seperti terpaku. Kakinya tidak bisa digerakkan. Bos Titan terkapar beberapa meter di depannya, terbatuk sambil menahan perih akibat ulahnya.

Veranda membantu Bos Titan untuk duduk dan bersandar pada salah satu kaki meja. Rasa haru menyesaki dadanya ketika dia bisa kembali menyentuh pria yang sangat dia sayang. Apapun akan Veranda lakukan untuk membuat Bosnya aman dan nyaman.

Bos Titan akhirnya bisa mengendalikan dirinya. Dibantu Veranda, kaki Bos Titan menapak keras di lantai untuk berdiri.

“B-Bos…” Kembali Melody ingin mendekati Bos Titan dan memastikannya aman, namun rasa bersalahnya jauh lebih besar.

“Mel,” akhirnya Bos Titan bersuara, “apa benar… kamu bergabung dengan Tengkorak Hitam?”

***
 
CHAPTER 78: DALANG DARI SEMUA INI

Ruangan besar beraltar itu tampak lebih sunyi dari biasanya. Obor-obor yang terpasang di sepanjang dinding memancarkan cahaya remang dan hanya dapat menerangi sedikit bagian dari ruangan itu. Lantai batu tampak enggan memantulkan cahaya obor, membuat suasana menjadi lebih teduh dan muram.

Di tengah ruangan itu, di depan altar yang juga berbahan batu, Bapak bersimpuh. Dari tadi matanya belum juga terbuka, sementara pegal di kakinya yang terlipat tidak dipedulikannya. Dari raut wajahnya, jelas tampak Bapak sedang mengkhawatirkan sesuatu. Tanpa sadar setitik kecil air matanya mengalir jatuh ke pipi.

Sementara di sampingnya, seorang wanita renta berjubah hitam hanya memandangnya. Bukan tidak berani untuk mengajak berbicara, namun wanita tua itu merasa belum perlu mengatakan sesuatu. Sampai akhirnya Bapak selesai kontemplasi. Dia membuka mata dan memutar badannya ke arah wanita tua tersebut.

“Sang Penjaga Penjuru Gaib, apakah saya sudah salah langkah? Saya hanya berniat meminjamkannya kekuatan untuk menyelesaikan masalahnya. Saya tidak menyangka…” Bapak tidak dapat melanjutkan kalimatnya.

“Tidak. Semua sesuai dengan yang telah digariskan. Konsekuensi akan sejalan dengan takdir.”

Walaupun wanita tua itu sudah menenangkannya, tetap saja belum dapat menghilangkan kekalutan di hati Bapak. Akhirnya wanita tua itu maju untuk menyentuh kening Bapak,

“…Samudera akan tetap terjaga di bawah pancaran Bintang Kejora…”

Kalimat terakhir sudah diucapkan. Tiada lagi yang perlu dibicarakan. Wanita tua itu pun menghilang meninggalkan Bapak.

***


“Bos, Bos gapapa?” Veranda sedikit panik mendapati badan Bos Titan bergetar di bawah rangkulannya. Dia mengencangkan dekapan tangannya di perut Bos Titan untuk memastikan Tuannya tetap kokoh berdiri. Veranda sedikit takut luka-luka di sekujur tubuh Bos Titan membuat ketahanan tubuhnya menurun drastis.

Namun dia menyadari sesuatu. Raut wajah Bos Titan tidak sedikitpun menunjukkan rasa sakit yang tertahan. Lalu kenapa Bos Titan sampai bergetar?

“Mel… jawab aku…”

Melody menunduk, tidak berani menatap pujaan hatinya. Tangannya terkepal. Ribuan kata yang ingin terucap berhenti di ujung lidahnya.

“Mel.. tolong…”

“Ini semua untukmu! Ini semua demi Valkyrie! Karena aku cinta kamu! Karena aku cinta segala apa yang telah kamu buat untuk perusahaan ini! Keluarga ini! Masa depan ini! Dan untuk mengenyahkan orang seperti dia! Si pengkhianat terkutuk yang sedang memelukmu itu! Dia bahkan tidak pantas muncul di hadapanmu!” Ledakan emosi Melody kini tak terbendung lagi. Teriakannya membahana ke segala penjuru ruangan besar itu.

Bruk! Tubuh Bos Titan ambruk. Dekapan Veranda terlepas. Dan kini Veranda tahu, mengapa badan Bos Titan bergetar dari tadi.

Tangan Bos Titan ikut terkepal. Mulutnya menggeram menahan sedih. Ego lelakinya menyuruh untuk menutupi tangis sedihnya, namun sangat susah. Apa yang ditakutkannya kini terbukti. Apa yang tadi didengarnya di balik pintu dari ucapan Veranda kini diakui.

“Aku sudah jelas… menceritakan kepada kamu… kepada kalian semua… Tentang ulah mereka yang begitu jahat... Tapi kenapa… Mel…”

Melody berlutut. Pertama kalinya sejak dia menjalin kerja sama dengan Tengkorak Hitam, rasa sesal menyesaki dadanya. Rasa bersalah yang Melody selalu tutupi dan enyahkan, kini tidak bisa lagi dibendung. Kalau saja aku ga mengambil langkah ini… Kalau saja aku berpikir lebih matang… Kalau saja… dia tidak membuat masalah…

Iya. Semua karena dia.
Melody kini menatap Veranda yang tengah menenangkan Bos Titan. Dasar jalang! Kau bahkan tak pantas memikirkan Bos Titan. Dengan satu sentakan, leher Veranda tercekik kuat. Tubuhnya terangkat ke atas, kemudian terlempar ke belakang.

“Ve! Mel apa yang kamu lakukan?!”

“Dia pantas mendapatkan itu, Bos.” Seseorang di ujung samping Bos Titan berbicara. Bos Titan menoleh.



Tampak Riskha dan Ayana sedang memapah Saktia dengan kondisi yang mengenaskan. Tubuh Saktia seperti baru saja terkena ledakan. Bajunya compang-camping. Satu sepatunya terlepas. Dan bekas hitam memenuhi seluruh badannya.

“Saktia! Apa yang terjadi dengannya?!”

“Ini semua gara-gara dia, Bos.” Ucap Ayana sambil memandang Veranda.

“Dia dalang dari semua ini, Bos.”

“Hah? Maksud kalian…”

"Bos..." Saktia menggumam lemah.

“Benar kan apa yang kubilang! Jalang itu yang menyebabkan semua ini!” Melody merasa di atas angin. Semua yang dicurigainya terbukti benar. Melody pun cepat-cepat mendekati Bos Titan untuk membantunya kembali berdiri.

“Sayang. Sayang. Aku memang salah. Tapi aku lakukan ini semua demi kamu. Aku cinta kamu. Aku ga mau kamu sedih.” Melody memegang lembut kedua pipi Bos Titan kemudian memeluknya.

“Bos, tolong Saktia! Dia sekarat!” Riskha berseru. Bos Titan pun kembali bangkit berdiri dan berjalan tertatih menuju mereka.

“Via! Via! Kamu ga apa-apa? Apa yang terjadi, Kha?!”

“Perempuan laknat itu,” Riskha menunjuk ke arah Veranda, “dengan entengnya melemparkan granat ke Saktia. Beruntung Saktia bisa menghindar. Kalau tidak…”

Gantian Bos Titan menatap Veranda, ”Ve… Benarkah itu…”

“Bohong, Bos! Aku ga mungkin seperti itu! Justru dia dalang dari semua ini! Dia yang ingin membunuhku!” Veranda berteriak geram. Bagaimana bisa Riskha dan Ayana yang tadi bahu-membahu bersamanya melawan para perusuh kini berbalik menuduhnya. Bagaimana bisa…

Veranda mendadak teringat. Saat dia meninggalkan Lantai 4, dia yakin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kondisi Saktia yang mengenaskan. Tangan kakinya bahkan hancur. Bagaimana mungkin kini tubuhnya utuh…

Veranda tersadar. Matanya membelalak menatap Riskha dan Ayana yang membalas dengan tatapan kosong. Apa mungkin…

“Bos! Bos! Mereka dibawah pengaruh Saktia! Dryad! Hati-hati, Bos!”

“Apa lagi ini… Apa yang kau katakan Ve…” Bos Titan memandangnya dengan bingung dan putus asa. Kini di matanya Veranda seperti mengigau dan tidak paham dengan ucapannya sendiri. Harapan Bos Titan kepada Veranda untuk dapat membeberkan hal yang tidak diketahuinya kini buyar. Veranda kini hanya terlihat seperti membela diri. Apalagi kini ada saksi dan bukti yang memberatkannya.

“Ve… Kau harus membayar ini semua…”

***
 
Wualee.
Drama banget ya hu, padahal Veranda megang bukti tapi malah bukan ditujukan malah cuma bela diri dan nuduh, ckck
Sorry hu gregetan soalnya

Salam alas
 
CHAPTER 79: BUKTI


-


“Ini, Bos! Aku punya buktinya!”

Veranda tentu tidak tinggal diam membiarkan dirinya dituduh seperti itu. Kini lelaki yang sangat ingin ditemuinya sudah hadir di depan matanya. Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan Veranda. Dengan cepat dia mengambil map merah yang sempat terlempar. Map tersebut sudah sangat lusuh dan berantakan, namun tetap penting untuk momen itu.

“Jangan mendekat! Kau berbahaya bagi kami!” Melody mengambil ancang-ancang menyerang.

“Oke! Aku berikan ini ke kamu, Mel!” Veranda pelan-pelan mendekat. Melody dengan kasar mengambil map dari tangan Veranda, lalu memberinya kepada Bos Titan. Sementara tanpa sepengetahuan mereka berdua, Riskha, Ayana dan Saktia tersenyum jahat ke arah Veranda.

Sialan! Aku ga bisa membuktikan apa-apa dengan perkataanku. Hanya dokumen itu andalanku. Belum lagi Riskha dan Ayana di bawah pengaruh Dryad, batin Veranda gusar. Segala perjuangannya terasa tidak ada artinya ketika harus berhadapan dengan energi jahat seperti ini.

“Ini… nama-nama orang yang berkhianat…” Bos Titan benar-benar terperanjat dengan apa yang dibacanya. Harga dirinya sebagai pemiik perusahaan seperti hancur ketika mendapati bahwa banyak orang yang telah dipercayainya ternyata selama ini menusuknya dari belakang.

“Bahkan… Kartika?”

“Betul, Bos! Dan kerusuhan ini juga karena mereka! Dan dia! Saktia!” Veranda dengan geram menunjuk seseorang yang dipapah oleh Riskha dan Ayana.

“Riskha! Ayana! Mereka di bawah pengaruh Dry- Saktia, Bos!”

“Bicara apa kamu! Omong kosong! Kau sekarang ingin membalikkan tuduhan ke kami! Kami adalah saksi Saktia tidak bersalah!”

“Ve… dokumen ini memang membeberkan para pengkhianat perusahaanku. Tapi ga ada satu lembar pun yang membuktikan omonganmu.”

Veranda terkesiap. Ah iya. Beberapa lembar dokumen rusak dan bahkan terbakar saat dia baku hantam dengan kompolotan Saktia di lantai atas, sehingga dia hanya mengambil semua yang bisa diselamatkan. Dan sialnya, berkas yang selamat hanyalah memuat tentang orang-orang dalam aksi pemberontakan ini. Tidak ada satupun yang membuktikan kejahatan Saktia justru di saat seperti ini.

“Dasar bajingan! Makan berkas palsumu ini!”

Melody merebut dokumen merah itu dari tangan Bos Titan kemudian melemparnya kembali ke Veranda. Dengan satu hentakan, lembaran berkas yang terlempar itu robek di udara.

“Kau benar-benar jahat! Sudah membuat kerusuhan di Valkyrie, sekarang ini menuduh orang tidak bersalah?! Kau harusnya mati sekarang!”

Bos Titan hanya memandang Veranda dengan tatapan kosong. Hatinya tidak ingin mempercayai apa yang terjadi namun saksi dan bukti sudah kuat.

“Ve. Apa yang bisa kau buktikan sekarang?”

***

“Mau kemana kamu? Kini kamu tidak bisa lari lagi!”

Komplotan Tengkorak Hitam mengelilingi sudut ruangan yang jauh dari tempat Bos Titan dan para Pegawai Terpilih berada sekarang. Di depan mereka, seorang wanita menghadap dinding kaca yang memperlihatkan hamparan pemandangan ibu kota dari atas.

Benar-benar sesuai prediksi. Kini tinggal satu langkah lagi. Wanita itu memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung seragam petugas kebersihannya. Perlahan, wanita di depan komplotan Tengkorak Hitam itu membalikkan badan…

“Hah dia…!” Tengkorak Hitam terkejut saat mendapati bahwa wanita di depan mereka sangat mirip Veranda, baik penampilan dan riasan wajah. Bahkan lusuh dan sobek seragamnya serta bekas luka dibuat hampir sama. Dari belakang, wanita ini tampak tidak ada bedanya dengan Veranda. Namun raut wajah wanita itu terlihat aneh, seperti ingin menangis.

Aku iki mek golek kerjo gawe mangan tapi kok malahan di kongkon totoan nyowo opo keleng ngene. Kejam kamu, Om. Mampus kalian semua!”

Belum habis rasa terkejut mereka, wanita itu melemparkan pasir berwarna putih yang sudah digenggamnya di dalam kantung seragam sedaritadi.

“Argghh! Bangsat!”

“Ekhhh bagaimana dia bisa tau..!”

“Keparat!”

Salah seorang Tengkorak Hitam melesat dan menerjang wanita itu. Namun tak sengaja perutnya terkena pasir putih yang terlempar dari tangan wanita itu. Tubuhnya langsung melemah.

Wanita itu terkejut melihat apa yang terjadi di depannya. Dia tak menyangka benda yang tersimpan di kantung seragamnya sebegitu saktinya sehingga berhasil melumpuhkan para kawanan Hitam tersebut.

“Jangan deketin aku! Aku lempar lagi nih! Nih makan nih!”

Wanita itu dengan membabibuta melempar pasir yang masih tersimpan banyak di beberapa kantung seragamnya. Komplotan Tengkorak Hitam tidak bisa berbuat banyak. Tujuh dari mereka yang terkena serpihan putih itu tersungkur lemah. Bagaimana wanita yang terlihat tak berdaya di depan mereka ini tahu apa yang menjadi kelemahan mereka? Ada yang memberitahu wanita ini. Ada yang membocorkan rahasia ini.

“Tririring.”

Suara dering ponsel berbunyi dari saku belakang celana wanita itu. Dengan sedikit gemetar dia mengambil ponselnya.

“H-Halo. Om. Ini Om kan?”

Di ujung telepon, suara berat pria terdengar, “Ning, tugasmu udah selesai. Terima kasih udah menjalankan tugasmu dengan baik. Tenang, mereka tidak akan mengganggumu.”

Setelah mendengar suara pria yang memberinya tugas itu, Nining menghembuskan nafas lega. Dia tidak jadi mati hari itu, seperti yang ditakutkannya sejak tadi pagi.

“Pulang, tugas kita sudah selesai…”

Dan benar saja, para komplotan Tengkorak Hitam menghilang dari hadapannya. Nining terbaring lemas. Dia menangis. Bukan karena takut, justru karena lega. Lega dia berhasil menjalankan misi singkat ini. Juga lega karena ancaman akan dilempar ke pelabuhan untuk dijadikan budak para buruh tidak akan terjadi.

***
 
CHAPTER 80: TERKUAK


-


Ah iya. Ponselku. Aku masih menyimpan rekaman itu. Rekaman yang dapat membuktikan Saktia yang mendalangi semua ini.

Baru saja Veranda bersemangat ketika mengingat dia masih punya satu bukti lagi, namun dia kembali lemas saat mendapati ponselnya hilang, kemungkinan besar terlempar saat dia bertarung dengan komplotan Arman atau Dryad.

“Kini kau harus memb-erghh.” Melody mendadak limbung. Ada perubahan terjadi di dalam tubuhnya. Seperti ada sesuatu yang hilang. Dengan tergesa dia menghentakkan tangannya ke arah Veranda, namun tidak terjadi apa-apa.

“Kekuatanku…” bisik Melody tidak percaya. Tengkorak Hitam sudah menarik kembali energinya, seiring dengan perginya mereka dari gedung itu.

“Sialan!”

Bos Titan hanya memandangnya dengan tidak percaya. Sementara Riskha dan Ayana kini mendudukkan Saktia di salah satu pilar.

“Jangan pernah menuduh Saktia… Kau tidak punya bukti… Justru kami menjadi saksi semua kejahatanmu!” Riskha dan Ayana mendekati Veranda untuk menangkapnya.

“Tidak! Kalian dalam pengaruhnya! Bos, tolong aku!”

“Untuk apa aku menolong orang yang mengkhianatiku, Veranda?!” Bos Titan meraung.

Saktia tersenyum sambil berkata perlahan, “Ya Veranda, apa yang bisa kau buktikan…”

Suara langkah dari jauh terdengar mendekati mereka,

“Ini. Aku bisa buktikan.”

…juga bener-bener ga tau Tristan ternyata udah nyampe Jakarta! …iya oke Bos siap! Kondisi tetap terjaga. Yang penting tadi itu media udah liput kok. …Oke deh Bos, nanti aku kabari lagi…”

Suara rekaman terdengar jelas di belakang mereka. Bos Titan dan para Pegawai Terpilih termasuk Dryad sontak kaget dan menoleh ke sumber suara.

Dari balik tumpukan meja yang terbalik, Nabilah berdiri sambil memegang ponselnya. Sekujur tubuhnya dipenuhi lebam dan bekas luka. Nafasnya pun tersengal. Namun tatapannya, tatapan tajam yang mengarah kepada Dryad. Tatapan yang dipenuhi tekad kuat.

“Nabilah!”

“Bos, aku punya rekaman yang bisa membuktikan omongan kak Veranda. Bukti kalau dialah dalang dari semua ini.” Kata Nabilah sambil menunjuk Dryad.

Saktia membetulkan posisi duduknya. Si Jalang ini kenapa masih hidup? Cih! Seharusnya aku memastikan nyawanya sudah melayang sebelum turun ke lantai ini.

“Ini adalah rekaman saat Shania datang ke Valkyrie waktu lalu. Aku tak tahu apa maksudnya saat itu, namun sekarang aku paham. Dia memang ingin mengambil Tania Dara dan Neo Girls. Dan rekaman ini tidak sengaja aku rekam saat dia masuk ke dalam toilet untuk menelepon Shania.”

“Bos Titan tau siapa yang dibilangnya ‘Bos’ dalam rekaman ini? Dia adalah Shania.”

“Apa buktimu?! Apa?! Kau hanya berkomplot dengan Veranda! Dasar lesbian sampah!” Dryad memekik. Dia harus meyakinkan Bos Titan bahwa dua ancamannya ini mengatakan omong kosong.

“Nabilah… Apa yang membuatmu bisa mengatakan hal itu? Dan… apa yang kamu pegang itu?”

Nabilah tersenyum. Bos Titan mau mendengarnya. Dengan langkah mantap dia mendekati Bos Titan untuk menyerahkan sesuatu yang dia simpan sejak lama.

“Pembunuhan. Perampasan hak orang tidak bersalah. Penyelewengan. Penyuapan. Juga penjualan data perusahaan secara sepihak. Dan lainnya. Ini semua adalah bukti bahwa salah seorang Pegawai Terpilih yang Bos sayangi, ternyata adalah seseorang yang sangat jahat dan tidak segan melakukan apapun untuk memuluskan rencananya. Bahkan kalau berarti harus menjual rahasia perusahaannya.”

Bos Titan diikuti Melody membuka satu persatu lembar di berkas itu. Mereka benar-benar terbelalak melihat isi dari berkas itu. Bukti transfer, foto, dialog sadapan pembicaraan, dan hal lain yang membuat mereka ngeri.

Bagimana bisa seorang Saktia yang terlihat lembut dan lemah melakukan ini semua?

“Tidak! Bos! Kak Mel! Jangan percaya mereka! Jangan percaya sama bukti tak berdasar ini! Kalian pasti merancang ini semua untuk menjatuhkanku! Aku sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Shania! Rekaman itu juga! Itu pasti hasil rekaannya!”

“Kalian ga punya saksi! Sementara aku, aku punya saksi yang bisa membuktikan perkataanku!” Dryad tersenyum penuh kemenangan. Ya, aku punya saksi. Di bawah pengaruhku, dua orang ini tidak akan bisa mengatakan apapun selain yang kuperintahkan. Tidak sia-sia energi terakhirku kukerahkan untuk menguasai pikiran Riskha dan Ayana.

"Ya, Bil, kamu dapat darimana dokumen ini?"

"Betul, Bos! Dia hanya ingin menjebakku!" Dryad girang melihat Bos Titan mempertanyakan dokumen itu.

Namun senyum Nabilah membuatnya sedikit takut.

“Kau mau saksi?”

Dari belakang Nabilah, seorang wanita tampak duduk di kursi roda, didorong oleh seorang berpakaian polisi dan diikuti oleh dua orang yang berpakaian berantakan.

Dryad tertegun. Dirinya mencoba memastikan bahwa apa yang dilihat oleh matanya tidak salah. Kehadiran wanita itu seperti arwah yang kembali hidup dan ingin menghantuinya. Terlebih saat senyum wanita itu merekah, walaupun dari raut wajahnya wanita itu tampak belum fit sepenuhnya. Dryad merinding. Ini sama sekali di luar prediksinya. Dia ingat betul bagaimana dia mempengaruhi Saktia dari dalam jiwanya untuk membunuh wanita ini karena sudah tahu terlalu banyak dan tidak bisa diajak bekerjasama. Bukankah kau harusnya sudah mati?

Begitu juga dengan Bos Titan dan para Pegawai Terpilih lainnya. Mereka terpana melihat seseorang yang sudah lama mereka temui. Wanita yang dulu memutuskan untuk meninggalkan Valkyrie. Dan saat sekarang, entah apa yang sudah terjadi, kini wanita itu tampak berjuang untuk hidup di kursi rodanya.

“Halo semuanya,” Wanita itu tersenyum hangat, “sudah sangat lama aku tidak kesini.”

“Terakhir kali aku ingin kesini,” senyum manisnya belum juga pudar, “nyawaku hampir melayang.”

Tanpa sadar mereka berteriak serempak memanggil nama wanita itu,

“Viny!”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd