Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT VALKYRIE Management

Hola!

Untuk semua suhu-suhu yang masih mau nunggu cerita ini berlanjut, terima kasih sebanyak-banyaknya. Nubi jadi terharu hoho. Sebenarnya timeline dan episode sudah dibuat sampai ending(!), tapi menjelang akhir tahun gawean nubi sungguh banyak jadi cerita ini agak terbengkalai. Tapi nubi janji minggu ini 3 episode akan terbit.

Kalo dilihat sejauh ini, nubi jarang berinteraksi dgn suhu-suhu penikmat cerita Valkyrie Management. Oleh karena itu, menunggu 3 episode terbit, dimohon suhu-suhu kasi saran, kritik, pertanyaan, dll terkait cerita ini. (tapi yg berkaitan dgn spoiler belum tentu nubi jawab ya hoho), nubi akan jawab dan respon. Masukan sangat nubi harapkan, mengingat nubi sebenarnya jarang baca cerita lain di forum Cerita, jadi ga tau format biasanya Cerita gimana.
Sekali lagi terima kasih atas kepedulian suhu semua utk cerita ini.
ditunggu updatenya suhu
 
Previously, on Valkyrie Management:
Veranda ketahuan! Namun oleh Pak Pur yang diyakininya adalah orang jujur dan baik serta tidak ada sangkut pautnya dengan kekacauan yang terjadi sekarang ini di kantor. Veranda tidak menyadari, bahaya kini mengintainya…



EPISODE 54: TERTUNDA


Veranda sedikit galau dengan apa yang baru saja terjadi. Bagaimana jika apa yang dikatakan Bianca benar? Bagaimana jika Pak Pur adalah salah satu pengkhianat yang membocorkan data perusahaan? Tapi dia, bersama John dan Tony, adalah saudara Bang Simon. Apakah mungkin mereka mau disuap untuk mengkhianati perusahan yang telah memberi mereka kehidupan?

Berbagai hal berkecamuk di pikiran Veranda sampai dia mendengar sayup-sayup suara berat pria memanggil namanya.

“Nona.. Nona Veranda..”

Itu Pak Pur! Dia sudah kembali ke lantai kamar Pegawai Terpilih? Secepat ini? Jantung Veranda berdegap kencang. Peluh membasahi telapak tangannya. Perlahan Veranda berjalan mendekati pintu ruangan perkakas. Dari celah ukiran pintu dia mengintip. Pak Pur berdiri bingung sambil memegang kartu putih. Pak Pur mendapat kartu kamar Saktia! Bagus! Dengan gerakan cepat Veranda membuka pintu ruang perkakas kebersihan menyambut Pak Pur.

“Pak Pur! Bapak dapat…”

Yang tidak disadari Veranda, dari titik buta di belakangnya, hantaman keras mendarat tepat di ubun-ubun kepalanya. Duak! Tubuhnya menegang, sebelum akhirnya dia merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya. Veranda mencoba mencerna apa yang terjadi, sebelumnya akhirnya rasa sakit tidak bisa lagi ditahan kepalanya, dan pandangannya menjadi gelap.

Veranda pingsan.

“Anjing anjing anjing hahahaha! Kerjaan yang gue pikir paling susah justru jadi gampang gini hahaha! Siapa sangka dia yang datang ke kita! Ya ngga, Pur?! Hahaha!” Arman bersorak sambil menggenggam piagam yang sedikit berlumuran darah.

“Iya, Pak.” Kata Pak Pur menunduk.

Sesuai instruksi Saktia, setelah Veranda pingsan, mereka akan mengangkutnya ke lantai bawah, yang sudah ditunggu oleh Birowo dan Gino. Namun saat melihat Veranda yang terbaring tidak bergerak, pikiran jahat Arman muncul.

Tak terhitung sudah berapa lama Arman hanya bisa menelan ludah ketika berpapasan dengan para Pegawai Terpilih atau sekedar memandang dari jauh. Tubuh-tubuh terawat, kulit yang putih mulus dan dibungkus oleh pakaian yang serba mahal, membuat Arman berandai-andai kapan dia bisa menikmati tubuh-tubuh Pegawai Terpilih ini.

Dan ternyata momen itu datang. Walaupun memakai baju petugas kebersihan yang dekil serta rambutnya yang berantakan, kemolekan Veranda tetap terpancar. Nafsu mulai menguasai hati dan pikiran Arman. Kapan lagi aku bisa menikmati tubuh peliharaan Valkyrie ini, pikirnya.

Maka dia menoleh ke Pak Pur, “Kamu tunggu di pintu darurat, awasi jika ada orang. Aku masih ada urusan dengan cewek ini.” Pak Pur melihat mata Arman menyala dan seringainya yang jahat.

***

“Oomm, ayo dong perawani aku…”

“Oom, ga mau nih memekku yang legit ini. Nikmat lho hihihi…”

“Sevira udah nungging nih, Om..”


Hah!

Om Minmon tersadar dari tidurnya. Dengan gesit dia melihat sekitar. Karpet merah marun yang menghampar di seluruh ruangan. Rak besar yang berisi rapi speaker-speaker mahal. Samar Om Minmon mendengar dengung lembut AC di depan pintu. Dia berada di kamar pribadinya.

Om Minmon tidak ingat kapan dia bisa sampai di Valkyrie dan naik ke lantai pribadinya. Dia mengira masih menginap di Hotel. Setelah kembali rebah Om Minmon baru ingat ternyata banyak barang penting tidak dibawanya saat di hotel sehingga dia kembali ke Valkyrie. Alkohol dan kurangnya jam tidur membuatnya seperti orang linglung yang tidak ingat apa yang terjadi semalam.

Sementara dari balik selimut yang menutup tubuh bugilnya menyembul penis yang tegang berdiri. Sialan! Karena keseringan main sama anak-anak SMA itu aku jadi kebawa mimpinya, batinnya kesal. Dan kini, saat matahari sudah tinggi dan masyarakat sudah menjalani rutinitasnya, Om Minmon masih terkapar di ranjangnya dan memendam libido akibat mimpinya.

Segera dia mengambil ponselnya dan mulai membaca notifikasi yang masuk. Setelah tuntas membaca semua pesan, Om Minmon mulai membuka browser-nya. Dia menekan angka 4 dan daftar histori IP Address langsung muncul di bawahnya. Namun setelah menggulir layar sampai bawah halaman, Om Minmon menepuk dahinya,

“Aduh ini kan anak-anaknya Erin semua. Kalo tau aku BO dari sini aku bisa diomelin semalam suntuk.”

Om Minmon menerawang. Nafsunya perlu dipuaskan pagi itu juga. Tapi jam segini Erin pasti masih tidur. Kalau order dari asistennya juga bakal makan waktu. Kalau memakai Pegawai Terpilih, mereka kan sudah di lantai Kantor sekarang…

***

Arman tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Di depannya, Pak Pur merentangkan tangannya untuk menghalanginya menikmati tubuh Veranda. Wajah Pak Pur menunjukkan mimik serius. Kesan yang biasanya ramah dan selalu tersenyum tidak terlihat.

“Wah anak buah udah berani melawan bos ya sekarang.” Arman langsung mencengkram kerah seragam Pak Pur seraya berbisik di telinganya,

“Lo mau cari masalah dengan gue?”

“B-bukan begitu Pak. S-saya tadi diperintahkan Ibu Saktia u-untuk membawa Veranda ke bawah setelah dia pingsan. Secepatnya, Pak. Be-begitu pesan Ibu Saktia. Sa-ya tidak mau Ibu Saktia nanti marah karena me-nunggu lama, Pak. Maaf Pak Arman bukan-nya saya lancang.” Dengan terbata-bata Pak Pur mencoba membela dirinya.

Arman menggeram. Cengkramannya semakin kuat. Namun apa yang dikatakan Pak Pur benar. Saktia memerintahkan secepatnya membawa Veranda ke hadapannya. Toh setelah kerjaan dari Saktia selesai, dia bisa meminta untuk menikmati tubuh Veranda. Hanya masalah waktu, pikir Arman.

“Setelah semua ini kelar, lo ada urusan ama gue!” Arman melepas cengkramannya. Pak Pur yang sedikit pucat kini menghela nafas.

“Yaudah ayo angkut!”

***


Tumpukan berkas terakhir sudah beres. Dengan anggun Saktia meletakkan berkas itu di sudut mejanya, menunggu untuk diproses oleh divisi lain.

Saktia benar-benar tidak bisa menyembunyikan senyum dari bibirnya. Moodnya pagi itu benar-benar bagus. Dia melihat ke sekitar mejanya. Orang-orang tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Tinggal menunggu waktu. Tinggal menunggu laporan dari Arman kalau Veranda sudah masuk ke mobil untuk dibawa ke markasnya. Untuk dihabisi sesuai instruksi dari Boss Shania. Tidak sedikitpun rasa gugup dirasakannya saat menyadari bahwa hari ini mereka akan menghilangkan nyawa seseorang. Malah Saktia tidak sabar untuk menyiksa Veranda sesuka hatinya.

Tring!

Seringai Saktia semakin lebar. Yang ditunggu akhirnya datang. Arman pasti sudah beres memasukkan Veranda ke mobil. Saktia pun membuka ponselnya dan melihat pesan masuk. Namun saat melihat nama pengirimnya, perut Saktia langsung mengejang.

[PEREK MURAHAN]

No no no! Jangan rusak mood gue! Ergh! Buat apa si perek ini chat gue! Berani-beraninya! Bukan ini pesan yang gue tunggu! Nabilah anjing!

Mau tak mau dia membuka pesan itu, barangkali berkaitan dengan pekerjaan. Saat dia membuka pesan itu, mood baik yang sedari pagi dia nikmati pun benar-benar buyar.

[PEREK MURAHAN] Kak, Om Minmon perintahkan kita ke kamar beliau. Om Minmon mau pakai kita seharian. Untuk urusan pekerjaan disposisi ke staff saja, pesan Om.

[PEREK MURAHAN] [FORWARDED]Suruh Saktia juga. Ga pake lama.


***
 
Terakhir diubah:
CHAPTER 55: FANTASI PAGI INI (1)


[BOSS SAKTIA] HOLD ON! TUNGGU INSTRUKSI GUE! ADA HAMBATAN DISINI! MINO BRENGSEK!

Arman yang tadinya sudah siap mengangkat tubuh Veranda bersama Pak Pur bengong melihat pesan yang masuk ke ponselnya. Dia bingung. Ada apa ini? Apa hubungannya dengan Pak Mino? Trus ini Veranda jadi diangkut ke bawah atau ngga?

Melihat Arman yang terdiam memandang layar ponsel, Pak Pur menegur, “Pak, ada apa? Jadi ga ini?”

“Bentar, gue pastiin dulu nih.” Sahut Arman sembari mengetik pesan balasan.

[ARMAN] Maksudnya gimana Boss? Kami angkut ke bawah dulu apa gimana? Asap pls.

Saktia yang membaca pesan balasan itu langsung mengetik cepat.

Angkut aja ke bawah! Jang-

Belum sempat Saktia menyelesaikan pesannya, ponselnya yang satu lagi berdering. Bangsat! Si Perek Murahan! Dengan mendengus Saktia mengangkat panggilan tersebut.

“Iye! Gue udah jalan kesana! Ga sabaran bang-“ Semburan kejengkelan Saktia terpotong oleh lenguhan Nabilah yang dari tadi ternyata sudah dienjot Om Minmon,

“K-kak-nggh, kata O-Om Minmon.. Nghh-ahh-semenit harus udah sam-pe kam-kamar-erghh!” Sambil kesakitan digoyang penis Om Minmon dari belakang, Nabilah menyampaikan perintah Om Minmon kepada Saktia.

“E-enam puluh.”

Brengsek! Saktia langsung berlari menuju lift untuk naik ke lantai pribadi Om Minmon. Sesampainya di dalam lift, Saktia membentak, “Mesti banget ya ngitung gitu! Ini gue udah di lift!”

“Pe-perint-ahhh Om, Kak nggh! Cepetan kak! Erghh! Om! Ampun O-om!” Dari ujung telepon Nabilah melenguh memohon ampun, namun penis Om Minmon mendesak sampai mentok ke ujung liang vaginanya, memaksa lubang selangkangannya memuncratkan kenikmatan penuh.

“Diem kamu! Lembek! Segini aja kemampuan memekmu?! Apa gunanya kamu dilatih selama ini hah?!” Sayup-sayup Saktia mendengar makian Om Minmon di ujung telepon.

“Via! Kalo kamu sampe telat sedetik aja, kamu bakal aku enjot sampe pingsan denger ga?!”

Saktia bergidik. Ini bukan kali pertama dia harus menerima perintah aneh Om Minmon. Om Minmon memang sering memiliki fantasi dan orientasi aneh. Namun kali ini memang ada libido yang harus dipuaskan secepat mungkin. Untuk kebaikan dan urusan Saktia. Bisa mati aku kalo telat, batin Saktia. Berkali-kali dia menekan tombol lantai 12, seakan itu dapat mempercepat laju lift.

“Em-empat puluh.”

“Tiga semb-bi-enghh-lan.”

Tring! Lift pun sampai di lantai 12. Ah! Masalah ternyata tidak sampai disitu. Sesampainya di depan pintu kamar Om Minmon, Saktia melihat seragam SMA terlipat rapi, lengkap dengan kaos kaki putih panjang, siap untuk dipakai budak Om Minmon.

Brengsek! Hari ini fantasi ngentot sama anak SMA rupanya!, maki Saktia dalam hati.

Dua puluh detik lagi. Dengan cepat Saktia mencopot pakaiannya dan langsung memakai sembarangan seragam SMA-nya. Dengan asal dia mengaitkan hanya beberapa kancing bajunya. Saktia juga lupa menarik retselting rok abu-abu yang agak sempit. Sreg! Kaos kaki pun selesai ditarik sampai ke lutut. Mino brengsek! Dari sekian banyak pecun lo kenapa mesti gue sih, geram Saktia. Dia bahkan tidak sempat mematikan ponsel rahasianya. Beruntung ponsel tersebut selalu diset silent agar tidak bunyi jika ada pesan atau panggilan masuk.

“D-dua!”

Brak! Pintu terbuka lebar. Saktia masuk lengkap dengan seragam putih abu-abunya. Pakaian kantornya yang berantakan di depan pintu kamar Om Minmon tidak dipedulikannya. Dia hanya membawa tas hitam yang dia taruh di dekat rak sepatu Om Minmon. Pintu kamar dia banting menutup.

“Apaan sih mesti pake ngitung-ngitung gitu! Kurang kerjaan aja!” bentak Saktia, entah kepada Nabilah atau Om Minmon.

“Wahh! Satu lagi anak SMA sudah datang. Sini sayang Om nikmatin dulu mekinya hehehe!”

Baiklah kalo itu maumu, Bangkotan! Gue ikuti permainan lo! Selepas lo ngecrot, gue bakal langsung keluar dari sini ngurusin si anak kampung itu!, batin Saktia.

***

“Lho kok ga ada balasan. Perasaan dari tadi typing deh.” ujar Arman bingung. Pak Pur juga ikutan bingung. Bagaimana ini?

“Kita tunggu saja sebentar lagi, Pak. Mungkin Bu Saktia sedang ada kerjaan.”

“Ini ga bisa nunggu, bego! Lu ga liat apa kita lagi dikejar waktu?! Nyesel gue rekrut lu jadi anak buah! Bego banget!”

“Tapi ka-kalo gini-“

“Diem lu! Gue sikat juga lu!” Pak Pur langsung tertunduk.

Tring! Satu pesan masuk. Tapi bukan dari Saktia, melainkan dari Birowo.

[BIROWO] Hey! Dmn klian? Ini ptugs CS ud pd rame dsini!

[BIROWO] P

[BIROWO] P


Arman ingin langsung menelepon Birowo untuk menjelaskan kondisi sekarang. Namun dia jaga-jaga siapa tahu ada yang mendengar pembicaraan mereka, baik di lantai mereka sekarang maupun lantai dasar. Arman berpikir cepat. Kalaupun dipaksakan sekarang, petugas cleaning service sudah mondar mandir melalui lift dan tangga darurat. Tentu tidak baik. Mereka bisa ketahuan. Maka cepat-cepat dia membalas.

[ARMAN] BOSS BILANG TUNDA. TUNDA. KEMBALI KE POSISI!

Birowo yang membaca pesan balasan mengernyitkan alis. Gino mengintip ke layar ponsel Birowo,

“Kenapa Wo?”

“Tunda. Ayo keluar.”

“Hah?”

“Ayo.”

Dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal Gino membuntuti Birowo keluar dari lantai dasar tangga darurat. Tepat setelah mereka keluar, beberapa petugas masuk sambil menggeret keluar janitor cart masing-masing.

***

“Om mau meki gue?! Nih entotin gue! Heh, awas lo!” Dengan kasar Saktia menarik Nabilah sehingga penis Om Minmon meluncur cepat dari dalam vaginanya. Nabilah bingung melihat apa yang terjadi. Namun dia bersyukur kesakitan di selangkangannya terhenti. Sambil berlutut di pinggir ranjang dia mengelus-elus vaginanya yang perih dan memerah.

Sementara Saktia kini sudah berlutut di atas perut Om Minmon. Dengan pongah dia melihat wajah Om Minmon yang tersenyum tidak sabar menikmati selangkangannya. Dasar bangkotan! Udah tua masih aja fantasi macem-macem ni satu orang bau tanah! Untung aja Ve udah aman sama anak buah gue! geram Saktia dalam hati. Oke gue ikuti permainan lo!

“Kenapa sih mesti buru-buru?! Gue kan masih ada les! Ga sabaran banget!”

“Owh honey kamu masih ada les? Bisa ditunda kan, sayang?”

“Ngga bisa dong! Kalo nilai gue merah lagi gue harus mau ngewe dengan Kepala Sekolah buat naikin nilai gue, tau ga sih Om?!”

“Oh tenang aja, sayang. Om yang bakal ngurus itu hehehe! Nilai kamu bakal aman.”

“Yaudah gue genjot sini! Tapi inget ya, tambahin uang jajan ya!”

Nabilah yang mendengar pembicaraan mereka terpana. Saktia total banget jadi fantasinya Om, pikirnya.

Saat Saktia mulai menggesek-gesek penis Om Minmon ke balik rok SMA-nya, Om Minmon terkekeh.

“Hehehe jangan gitu sayang. Sini memek kamu.” Ujar Om Minmon seraya menarik paha Saktia ke hadapannya.


Saktia merinding. Aduh jangan begini!

Digagahi penis Om Minmon atau Bos Titan tentu sudah biasa baginya. Tapi kalau vaginanya sudah dijilat, itu hal yang lain. Sampai sekarang Saktia sangat tidak bisa mengontrol rangsangan liukan lidah Om Minmon di selangkangannya. Dia bisa orgasme berkali-kali dan sangat lemas jika sudah disiksa seperti ini. Om Minmon sangat paham kelemahannya.

“O-Om tunggu dong ah. Ja-ngan beg- enggghhhhh!” Om Minmon tidak peduli rengekan Saktia. Segera setelah dia menarik ke atas rok abu-abu Saktia dan merobek kasar celana dalamnya, Om Minmon langsung membenamkan mulutnya dalam-dalam ke vagina Saktia.

Engh! Saktia menggelinjang! Jeritannya langsung menggema memenuhi ruangan kamar Om Minmon.

“Engh! Om! Ampun! Saktia ngaku salah! Om! Jangan! Engghhh jangan gini Om!” racau Saktia kala lidah bosnya menjilat Labia Majora vaginanya sambil sesekali menyedot klitorisnya. Om Minmon paham titik kelemahan Saktia.

Sambil menikmati vagina Saktia, Om Minmon mendelik ke arah Nabilah. Nabilah tertegun. Waduh aku lupa posisiku! Langsung dia beranjak mengambil posisi di depan penis Om Minmon dan mulai menyepong sambil sesekali mengocok penis Om Minmon.

“Enak Om? Do you like it? Uang jajan Nabilah juga ditambah ya, Om hehehe.” Tidak lupa Nabilah ikut menghidupkan fantasi Om Minmon pagi ini. Setelah beberapa menit mengocok dan menyedot penis Om Minmon, Nabilah mulai berjongkok di atas penisnya dan menggesek-gesekkan ke lubang anusnya.

“Om sayang, anus Nabilah belum pernah ngerasain kontol nih… Mau ga, Om?”

Dari lenguhan ribut Saktia, Nabilah mendengar desahan pelan dari balik vagina Saktia, “Mau sayang, Om mau…”

“Tapi beliin Nabilah iPhone ya, Om…” mohon Nabilah manja.

Deng! Libido Om Minmon melonjak. Nabilah sangat handal memainkan perannya sebagai anak SMA khas milenial yang menghalalkan segala cara, termasuk menjual tubuh, untuk memenuhi kebutuhan hedonismenya.

Croott! Crot! Saktia mendapatkan orgasme pertamanya di dalam vagina. Ngh! Ngh! Ngh! Berkali-kali perutnya mengejang. Pahanya bergetar hebat, mencoba menguasai kenikmatan yang berlimpah di selangkangannya. Rasa ngilu sekaligus enak menggelora.

“Nggh Ooomm ampun om…! Sak-Saktia janji ga bolos lagi nghhh!” Saktia merengek. Dalam hati Saktia berharap agar penis Om Minmon cepat masuk menikmati vaginanya.

Namun Om Minmon punya rencana lain. Bukan Om Minmon namanya jika tidak menyiksa para gundiknya.

***

“Jadi gimana Pak?”

Arman terdiam agak lama. Otaknya mencari cara. Sementara Pak Pur berdiri gelisah. Kakinya menghentak-hentak pelan menunggu arahan Arman.

“Heh bisa diem ga sih kaki lo?!” bentak Arman.

“M-maaf, Pak.”

Akhirnya setelah beberapa lama Arman bersuara, “Ni cewek kita angkut ke ruangan perkakas. Sekarang ini kecil kemungkinan mereka balik ke kamar, apalagi masuk ruangan ini. Untuk pegawai CS, kamu yang urus supaya tidak masuk ruangan perkakas ini.”

“Sa-ya Pak?”

“Iya dong kamu! Kan kamu pegawai kebersihan! Cari cara dong! Apa kek, kunci pintunya kek!”

“B-baik Pak. Beneran aman ditaruh disini Pak?”

"Aman! Cepetan angkat!"

Setelah Veranda dipapah masuk ke dalam ruangan perkakas kebersihan, Arman langsung bergerak cepat menuju pintu tangga darurat, “Ayo cepat turun.”

“Sebentar, Pak.”

“Apa lagi sih! Lo mau kita ketahuan apa?!”

“Saya ada ide. Saya mau pindahkan vacuum cleaner ke depan lift, supaya petugas CS lantai ini ga usah masuk ke ruangan ini lagi. Saya kunci juga, jaga-jaga biar dia beneran ga bisa masuk.”

Arman terdiam sesaat, “Yaudah cepetan! Gue duluan! Kalo lo ketauan lo masih bisa alesan, gue kagak. Gue tunggu di bawah!” Arman langsung melesat hilang dari pandangan.

***
 
CHAPTER 56: FANTASI PAGI INI (2)


“…Oomm udahan Om… Saktia minta ampun…” Saktia menggertakkan giginya. Sudah hampir setengah jam Om Minmon menikmati vaginanya, namun belum ada tanda-tanda Om Minmon akan menggenjot vagina Saktia. Sementara Nabilah sudah menjebloskan setengah penis Om Minmon ke dalam anusnya. Lubang duburnya mengempot pelan, mencoba berdapatasi dengan ukuran penis Om Minmon yang tegang maksimal. Nabilah meringis perih. Namun kesenangan Om Minmon menjadi prioritas. Om Minmon harus puas memakai mereka.

Tidak bisa memohon seperti itu, Saktia memutar otak. Kini dia mencoba memohon ke Nabilah, walaupun dalam hati dia benar-benar jijik untuk melakukannya. Boss Shania pasti udah nunggu, gue mesti cepat, pikir Saktia.

“Biil… Gantian dong s-s-sayang… Bilangin Om nihh-nggh..” Dengan manja Saktia memohon.

“Ga bisa, Via… Om yang merintahin aku. Ntar uang jajanku ga ditambahin…”

Brengsek. Anak ini juga ga mau bantu, Saktia geram.

Namun setelah itu harapannya terwujud. Setelah puas menikmati gurih vagina Saktia, Om Minmon melepas sedotannya.

“Fuaahhh Om puas sayang hahaha! Bil cabut anusmu! Om mau coba yang ini nih hehehe.”

“Baik Om”

Om Minmon langsung beranjak duduk dan menunggingkan Saktia. Tak perlu waktu lama untuk penis Om Minmon yang berat, padat dan berurat meluncur masuk ke dalam liang memek Saktia yang sudah becek.

“Yeahh hahaha! Memekmu ini kamu kasih apa sih sayang kok enak gini hahaha!”

“Erghh-Via kasi m-minyak baby biar Om s-suka-ah-ahh..” Saktia kali ini menyerah. Dia tidak bisa berbohong lagi. Dia sangat menikmati permainan Om Minmon. Di balik kebenciannya terhadap semua orang, dia kagum dengan Om Minmon yang tidak pernah gagal memuaskan kebutuhan birahinya. Yang penting Ve udah diamankan. Yang penting Ve udah diamankan. Ulangnya dalam hati. Aku nikmati saja dulu permainan Om. Sudah lama aku ga merasakan kenikmatan ini.

Yang penting Ve sudah diamankan…

***​

Deg.

Veranda tersentak. Pandangannya kabur. Rasa sakit menjalar bukan hanya di kepalanya namun dileher dan bahunya. Saat dia mecoba mengingat apa yang terjadi, rasa sakit semakin terasa. Sambil memegang keningnya, Veranda mulai ingat apa yang baru saja terjadi. Kepalanya baru saja dihantam dari belakang. Saat mengusap pelipisnya, dia bisa merasakan darah yang setengah mengering. Tubuhnya mengejang. Untung aku ga mati, pikirnya.

Setelah bisa menguasai tubuh dan rasa sakit berkurang di kepalanya, Veranda mulai melihat sekitar tempat dia terbaring. Masih di ruang perkakas. Kali ini dia memperhatikan kondisi sekitar dan menemukan beberapa keanehan.

Pintu ruangan setengah terbuka dan gagangnya dirusak dari dalam. Di bawah pintu itu tergeletak gagang sapu yang patah. Veranda menoleh ke belakang dan mendapati tangga lipat sudah terpasang di dekatnya. Dia mendongak ke atas dan melihat satu petak plafon sedikit terbuka.

Veranda menebak apa yang terjadi. Seseorang mencoba membantuku? Dan tebakan itu terbukti ketika dia melihat secarik kertas yang sengaja ditempatkan untuk menarik perhatiannya.

“You know where to run.”

Veranda merinding. Seseorang benar-benar mencoba membantunya. Tapi dia tidak tahu siapa. Pak Pur? Melihat gaya tulisannya dan bahasa Inggris yang dipakai, Veranda tidak yakin kalau itu Pak Pur. Dalam pekerjaannya, Veranda pernah bersinggungan dengan Pak Pur, Toni dan John. Dia sudah pernah melihat gaya tulisan tiga orang ini, tidak ada yang cocok dengan tulisan seperti tulisan anak remaja ini. Begitu juga dengan Bianca. Tidak mungkin meninggalkan tulisan. Dia pasti akan langsung membangunkan Veranda.

Namun itu tidak penting lagi. Tidak penting siapa yang menulis. Tidak penting sekarang siapa yang membantu. Veranda bisa berterima kasih nanti, ketika semua masalah ini beres. Dengan cepat dia naik tangga menuju plafon yang sengaja dibiarkan terbuka. Kepalanya masih sakit, sesekali dia merasa mau roboh, namun Veranda menguatkan mentalnya, sampai akhirnya dia berhasil menggeser petak plafon dan naik ke atasnya.

Veranda melihat sekitar. Gelap, namun dia bisa merasakan debu dimana-mana. Dia meraba kantong celananya. Untunglah ponselnya tidak diambil. Veranda langsung meraih ponselnya dan menghidupkan senter.

Kini Veranda bisa melihat sekitar. Jalur-jalur ducting AC gedung saling menyilang, selebihnya hanya jalur kosong yang sempit tapi tetap bisa disusuri. Veranda langsung menutup petak plafon yang terbuka dan berbaring sesaat. Degupan kencang jantungnya kembali terasa. Baru saja aku pikir aku gagal, ternyata semesta masih mendukungku. Dia menyadari kini ada orang-orang yang tanpa sepengetahuannya membantunya. Ini berarti mungkin mereka sudah tahu misinya.

Veranda tersentak. Misi. Misi sekarang ini adalah Veranda harus masuk ke dalam kamar Saktia dan mencaritahu apa yang Saktia sembunyikan, jika memang ada. Dia memutar otak dan menyadari sesuatu. Jalur plafon ini kan bisa langsung menuju kamar siapapun, termasuk kamar Saktia.

Veranda langsung berlutut dan menunduk. Dia menghitung-hitung jarak dan urutan kamar untuk bisa tahu letak kamar Saktia. Setelah mengira-ngira jarak dan posisinya, Veranda pun mulai merangkak. Baru beberapa langkah merayap, Veranda mendengar sesuatu.

Seseorang masuk ke dalam ruang perkakas. Veranda dapat mendengar suara tangga dilipat dan diletakkan kembali ke bawah rak. Siapapun kamu, aku berterimakasih. Terima kasih banyak, ujar Veranda pelan, lalu lanjut merayap. Menuju kamar Saktia.

***


Crrrtt! Crrtt!

Saktia bisa merasakan sesuatu mengalir di dalam vaginanya. Dia baru saja orgasme untuk keempat kalinya. Bagaimana tidak, bukan saja Om Minmon yang menggagahi memeknya, tapi juga Nabilah dengan penuh nafsu melumat puting susunya. Kini tak ada lagi batas di antara mereka. Permusuhan selama ini sementara mereka kesampingkan, demi kepuasan dari dan untuk Bos mereka.

“Om.. Hah.. Hah.. Via nyerah, Om.. hah.. Hah…” Rasa letih mulai merayap di sekujur tubuh Saktia.

Nabilah mencoba membantunya, “Om… Nabilah besok ujian Biologi… Ajari Nabilah Biologi dong, Om..” Nabilah yang sedari tadi menunduk mulai mengambil posisi menungging di atas Saktia. Gayung bersambut, Om Minmon mencabut penisnya dan mulai memasukkan dalam-dalam ke liang memek Nabilah.

“Yeahh..! Ini pelajaran pertama Biologi ya sayang! Yeah! Yeah!” Kedua paha Om Minmon beradu dengan pantat Nabilah berulang-ulang. Nabilah mulai menegang. Saat nafsunya semakin meninggi, Nabilah mulai memagut bibir Sakti yang berada tepat di bawahnya.

“Iyah, sayang. Ajari temanmu juga! Yeah! Yeah!”

Saktia membalas pagutan Nabilah. Lidahnya mulai menjalar masuk ke dalam mulut Nabilah. Mereka saling menjambak rambut, menuntut nikmat. Nabilah tidak mau kalah. Dia menggigit dan mengisap pelan bibir atas Saktia. Sementara Saktia semakin membenamkan lidahnya masuk, mencari lidah Nabilah.

Menyadari vagina Nabilah yang menimpa vagina Saktia, Om Minmon tidak mau kehilangan satupun. Dia mencabut penisnya dari lubang Nabilah dan menyorong masuk ke vagina Saktia. Om Minmon bergantian mencabut dan memasukkan penisnya. Dua vagina gundiknya itu membuatnya sangat girang.

“Hahaha! Memek kalian ini enak banget! Om suka! Bagus! Bagus! Begini harusnya peliharaan Valkyrie! Ayo! Perlihatkan lagi hasil latihan kalian! Perlihatkan cara jadi pereknya Om!” Om Minmon mulai meracau, tanda ejakulasinya mulai terasa.

Nabilah mencabut penis Om Minmon dan menarik Om Minmon ke samping Saktia. Dia mendorong pelan dada Om Minmon untuk membaringkannya. Nabilah langsung berlutut tepat di atas selangkangan Om Minmon.

“Om mau dipuaskan kan? Nih rasain genjotan pereknya Om.” Bles! Penis Om Minmon tuntas ditelan lubang vagina Nabilah. Nabilah mulai menggoyang pinggulnya naik turun. Dia bisa merasakan penis bosnya sesak memenuhi sampai mentok di ujung liang memeknya. Kesempatan ini tentu tidak dia sia-siakan. Kesempatan setiap Om Minmon memakai tubuh terawatnya.

“Enak! Enak! You like it, Om?! Fuck me! Entot aku, Om!” gantian kini Nabilah yang meracau saking menikmati penis bosnya.

Saktia yang tidak mau ketinggalan permainan panas ini berguling sehingga tubuhnya naik ke atas perut Om Minmon yang buncit. “You forget me, honey?”

Of course not, bitch.” Om Minmon terkekeh. Bibirnya langsung memagut kasar bibir Saktia. Lidahnya memaksa masuk, beradu dengan lidah Saktia.

Kombinasi dua gundik ini menunjukkan hasil. Puncak ejakulasi Om Minmon semakin terasa. Nabilah bisa merasakan itu. Dia makin mempercepat goyangan pantatnya. Pinggulnya kini maju mundur dengan cepat. Sesekali dia memutar pinggulnya, membuat penis Om Minmon semakin terangsang.

Sementara jemari Om Minmon masuk ke dalam liang vagina Saktia dan mulai mengorek dinding liangnya. Saktia menggelinjang. Nafsunya melonjak lagi. Rambatan orgasmenya terasa lagi. Dia menyedot lidah Om Minmon.

I wanna cum beb! I wanna cum ahaha!”

“Cum inside me! Hamilin aku, Om! Aku ga mau sekolah lagi! Aku mau jadi pereknya Om ajah! Iyah! Iyah! Ayo Om!”

Mendengar itu, nafsu Om Minmon mencapai puncaknya. Begitu juga dengan ejakulasinya.

Crott! Crot! Croot! Om Minmon menegang hebat. Penisnya menyembur kencang cairan kental di dalam vagina Nabilah. Urat-urat penisnya berdenyut kencang, bekerja keras untuk menembakkan semua simpanan sperma sekecang mungkin. Vagina Nabilah pun ikut mengempot akibat denyutan urat penis Om Minmon, yang semakin merangsang penis Om Minmon. Interaksi yang saling menggairahkan satu sama lain.

Dekapan Om Minmon pada tubuh Saktia terlepas. Dia terlentang pasrah, dengan satu vagina menyedot penisnya, dan satu mulut menyedot bibirnya. Sekujur otot tubuhnya mengeras. Momen terbaik di pagi itu. Nikmat tiada tara. Dua gundiknya sukses memuaskan nafsu senggamanya. Dari semua Pegawai Terpilih, tidak salah Om Minmon memilih dua wanita ini. Dua wanita yang mumpuni dalam menghidupkan fantasinya.

Seiring dengan ejakulasi Om Minmon, Saktia dan Nabilah pun mencapai orgasme terakhirnya. Tubuh mereka semua sama-sama menegang. Nabilah yang mencoba menyerap kenikmatan penis Om Minmon, tanpa sadar mencengkram paha Saktia dan menampar pantat Saktia. Begitu juga dengan Saktia. Tamparan di pantatnya semakin membumbungkan libidonya.

Tiga tubuh puas pagi itu. Tiga tubuh sukses menyerap kenikmatan senggama di posisi masing-masing. Tiga engahan nafas saling memburu satu sama lain. Keringat mereka bercampur satu sama lain.

Saktia berbalik dari posisi tengkurap dan terlentang di atas tubuh Om Minmon. Dia dapat melihat penis Om Minmon yang menyesaki vagina Nabilah, sehingga cairan peju tertahan di dalam vaginanya.

“Heh, siniin memekmu. Jangan tumpah! Aku mau pejunya Om!”

Nabilah enggan beranjak. Dia tak mau kalah, “Aku juga mau! Enak aja kamu sendiri yang ngambil!”

“Iya makanya sini! Emangnya mulutmu bisa nyedot memekmu sendiri?! Pake otak dong!”

Mau tak mau Nabilah mulai mencabut pelan Om Minmon. Baik Nabilah maupun Om Minmon menggelinjang ngilu ketika dua kelamin mereka saling menggesek. Setelah tuntas tercabut, cepat-cepat Vagina mengarahkan vaginanya ke atas mulut Saktia. Segera Saktia menyedot vagina Nabilah, membuat Nabilah merinding geli.

“Ergghh jangan digituin dong Sak! Geli nih!” Tapi Saktia tidak menjawab. Mulutnya sibuk mengisap lelehan sperma Om Minmon sampai tak bersisa. Melihat Saktia kemungkinan menelan semua peju itu, Nabilah merengek ke Om Minmon,

“Om bilangin ke Saktia tuh, bagi-bagi…” Rengek Nabilah manja. Tentu Om Minmon membela Nabilah. Sambil terkekeh dia menyuruh Saktia, “Heh Via bagi-bagi tuh ke temen sekelasmu.”

Sambil terus menyedot, mata Saktia mendelik. Dasar tukang ngadu! Setelah tuntas mengisap tanpa sisa, Saktia sangat tergoda untuk menelan semua cairan mani bosnya. Namun dia bakal dihukum kalau sampai terjadi. Maka dengan enggan Saktia mendorong perut Nabilah. Nabilah langsung menimpa Saktia dan menyorong bibirnya ke bibir Saktia. Sambil melumat satu sama lain, mereka berbagi cairan kebahagiaan bagi mereka. Lelehan kental tersebut sedikit tumpah dari mulut mereka, namun dengan sigap mereka mengisap, tidak mau menyia-nyiakan satu tetes pun.

Om Minmon yang melihat itu terpana. Momen sangat berharga yang jarang terjadi. Om Minmon berpikir untuk melakukan lagi threesome seperti ini.

Pagi yang sangat nikmat untuk memulai hari, walaupun sebenarnya sudah tidak pagi lagi.

***​

“Om, Nabilah pengen lagi.”

“Om, Via juga pengen ngewe kayak gini lagi.”

“Nabilah janji bakal belajar lebih rajin.”

“Via juga janji ga bolos-bolos lagi.”

Seragam mereka kini sangat berantakan, walaupun masih membalut tubuh mereka. Beberapa kancing sudah lepas, rok pun kini berkerut. Namun mereka sangat menikmati momen ini. Mereka sangat menikmati peran dalam fantasi Om Minmon. Mereka belum mau menyudahi peran ini.

Apalagi Saktia. Kini dia tidak peduli. Persetan kerjaan. Persetan misiku. Mereka semua bisa menunggu. Aku juga berhak mendapat ini. Jarang-jarang aku bisa mendapatkan kenikmatan ini. Penis Om Minmon ini salah satu favoritku. Walaupun sebentar lagi aku akan ninggalin dia. Mengkhianati dia. Sambil tersenyum licik Saktia membatin.

Sementara di ponsel rahasianya, sudah ada belasan panggilan tak terjawab, pesan dan voice note.

***​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd