Update 2
Sekarang aku berumur 17 tahun dan duduk dikelas dua Sma. Seharusnya tahun ini menjadi tahun terakhirku bersekolah. Namun akibat kejadian dua tahun lalu yang membuat aku harus absen sekolah selama satu tahun.
Aku tinggal disebuah kota kecil, tak lebih dari lima puluh bangunan berdiri disini dengan jarak masing-masing bangunan cukup jauh. Karena disini rata-rata setiap bangunan memiliki halaman yang sangat luas. Jarak kota ini dengan kota lainya juga sangat jauh, jarang ada kendaraan disini. Untuk menuju kota lain ada kendaraan umum yang datang setiap hari minggu. Tidak banyak yang tinggal ditengah kota, rata-rata masyarakat tinggal dipinggiran kota bahkan cenderung keperbukitan. Kota ini hanya menjadikan tempat untuk bekerja, bersekolah dan berdagang. Tidak ada sinyal Hp dikota ini, entah apa yang mengakibatkan seperti ini.
Sementara rumahku berjarak tiga puluh menit dengan berjalan kaki dari kota ini. Hanya jalan setapak yang menjadi akses menuju rumah dengan sawah dimasing-masing sisi jalan. Sebenarnya dikota ini ada dua sekolah, yang satu adalah sekolahku sekarang dan satu lagi sekolah milik keluarga Kwehni. Entah kenapa ayah tidak menyekolahkanku disekolah milik keluarga Kwehni.
Saat ini aku sedang duduk dibawah pohon, sepulang sekolah aku paling suka menghabiskan sore hari di salah satu sudut kota yang jarang didatangi orang. kutatap langit sore ini. Sore ini langit tampak akan turun hujan. Aku sangat suka duduk dibawah pohon, menikmati sejuknya udara kota ini.
Tiba-tiba dari samping ada seseorang yang memeluku. Sesosok wanita cantik dengan senyuman yang sangat manis. IGO banget pokonya.
Meydina Kurent
" ada apa Mey ? " tanyaku pada wanita itu, dia adik kelasku. Kulihat wajahnya terlihat sedih.
" ijinkan aku menemanimu sore ini " jawabnya lirih.
" sudahlah jangan sedih Mey, aku ga tega melihatnya " ujarku, menatap wanita cantik yang tetap memeluku.
" kenapa kita tak bisa bersama? " tanyanya lirih.
" mau gimana lagi Mey, kau pun tau alasanya " jawabku. yah alasan yang membuat kita tidak bisa bersama.
" aku sayang kamu " ucapnya, kurasakan ketulusan dari ucapan Mey.
Kemudian aku melepaskan pelukan dirinya, kini kita berhadapan, kuangkat wajahnya yang tertunduk sedih. Ku kecup kening Mey kemudian kupeluknya erat.
" aku tau Mey " bisiku ditengah pelukan.
" Aku sayang banget kamu " kembali ucapnya. Sepertinya dia menangis.
" aku sayang kamu juga Mey " jawabku. Kurasakan kini pelukanya semakin erat.
" Sumpahmu, sumpahku yang kini tak tercapai " ujarnya lirih tertahan tangis.
Ku lepaskan pelukanku, kembali kutatap wajah cantiknya. Dia tertunduk sambil berurai air mata. Kuhapus air mata dipipinya, kemudian ku genggam erat tanganya.
" kau tau mey, mau kamu senyum, marah, menangis. Kamu tetap cantik " ujarku gombal.
Mendengar ucapanku, mey terlihat sedikit tersenyum namun masih tetap tertunduk wajahnya. Sambil sedikit tersenyum dia mencubit perutku.
" aww " ucapku, ketika Mey mencubit.
" nah gitu senyum, kan makin cantik " lanjutku.
Kembali Mey tersenyum meskipun masih tetap menundukan wajahnya. Kembali dia berusaha mencubit perutku, namun kali ini aku berhasil menahan tanganya. Dia tetap berusaha mencubit perutku.
" nyebelin " ujarnya, masih terus berusaha mencubit perutku.
Ku tahan kedua tangan Mey dengan menggunakan tangan kiriku. Kemudian tangan kananku memegangi dagunya dan menaikan wajahnya. Dengan mesra ku kecup lembut bibirnya.
" ihhh " rengeknya, tersenyum manis menatapku. Ditariknya kepalaku dan dibalasnya mengecup bibirku lembut.
" aku sayang kamu " lanjutnya, sambil meleletkan lidah.
" hahaha " akupun tertawa melihat tingkahnya.
" ih malah ketawa " ujarnya, kini memasang wajah cemberut.
" hehe apa lagi Mey " jawabku, heran.
" kamu sayang aku ngga ? " tanyanya penuh harap.
" tentu saja Mey " ujarku, meyakinkanya.
" bohong.. " jawabnya ketus.
" beneran Mey " kembali aku mencoba meyakinkanya.
Kutarik wajahnya dan ku cium keningnya mesra.
" Bohong.. " kembali ucapnya.
" bener Mey ga bohong " kembali jawabku. Kutarik kembali wajahnya dan kukecup mesra kedua pipinya bergantian.
" tetep bohong " kembali ujarnya ketus.
" ya ampun, aku sayang kamu Mey " kembali jawabku meyakinkanya.
Ku tarik lagi wajahnya, kini ku kecup kedua kelopak matanya yang terpejam bergantian.
Kini mey terlihat sedikit tersenyum.
" ah sekali bohong tetep aja bohong " ujarnya, kali ini dia sambil meleletkan lidahnya.
" aku sayang, sayang banget kamu Mey " ujarku, terus meyakinkanya.
Kutarik kembali wajahnya dan ku kecup mesra hidungnya.
" Bohong.. bohong.. bohong.. pokoknya bohong " ujarnya, sambil berusaha menahan sebuah senyuman dibibirnya.
" I Love U, sayangku Mey " ucapku menatap serius padanya.
Ku tarik lagi wajahnya, ku kecup mesra sudut bibir kananya, kulihat mey tersenyum. Kini ku kecup mesra sudut bibir kirinya, mey semakin tersenyum.
" I Will Always Love U " ujarku kembali.
Ku kecup mesra beberapa kali bibirnya. Mey nampak bahagia, terlihat dari senyumanya.
" ihhh " rengeknya manja.
Kini dia yang menarik wajahku. Kali ini bukan sebuah kecupan biasa, melainkan ciuman mesra darinya. Kurasakan bibir tipisnya beradu dengan bibirku. Cukup lama kami berciuman untuk mencurahkan semua rasa sayang diantara kita.
Ciuman kami terhenti, kami berusaha kembali mengatur nafas kami. Kurebahkan mey diatas rumput, dengan menggunakan sikut kiriku sebagai penopang. Ku tatap wajah Mey dan tangan kananku membelai rambutnya.
" jangan gitu liatinnya, malu tau " ujarnya.
" ngapain malu, wajah cantik kamu tuh wajib banget diliatin hehe " jawabku gombal.
" huh dasarrr " jawabnya sambil memeletkan lidah.
Tak ku jawab ucapanya, ku kecup mesra bibirnya. Dilanjutkan dengan berciuman dan saling melumat bibir kami masing-masing. Kedua tanganya memegangi wajahku, sementara tangan kananku terus membelai mesra rambutnya.
Rasa sayangku pada Mey begitu besar, lelaki mana yang tak suka padanya. Wajahnya cantik sekali, ditambah senyuman manis yang selalu dia sajikan. Kulitnya pun putih mulus, membuatnya semakin sempurna dimataku.
Kami masih terus berciuman, namun sesekali aku mengarahkan kecupan kearah sudut bibirnya. Ciuman kami semakin panas, kini kedua lidah kami sudah saling bertemu dan menari bersama didalam mulut kami.
Tanganku mulai turun, dan mengelus halus buah dadanya yang tidak besar namun pas digenggaman. Semakin lama elusanku berubah menjadi sebuah remasan. Susu sebelah kirinya terus menjadi mainanku, tak henti tanganku meremasnya.
" ughhh.. " lengguhnya, namun tertahan karena ciuman kami, kulihat Mey memejamkan matanya.
Tangan kananku kini bergerak membuka satu persatu kancing bagian atas seragam Mey. Tiga kancing seragam berhasil aku buka. Tanganku pun masuk, menyusup kedalam seragamnya. Kuremas kembali susunya yang masih terbungkus Bh. Remasanku pun kadang semakin keras, sekarang mey terlihat nafsu. Terasa ciumannya yang semakin kencang menghisap lidahku.
Ciuman kami sementara terlepas, mencoba kembali mengatur nafas kami yang hampir habis akibat ciuman tadi. Tanganku masih belum lepas meremas susu mey. Kulihat wajahnya menatapku sayu, sambil merasakan setiap rangsangan di payudaranya.
Ku bangkit sejenak, meluruskan sikut kiriku yang terasa pegal. Tanganku masih meremas payudara Mey, kali ini giliran susu sebelah kanan yang aku remasi. Dapat kulihat jelas kini Bh hitam yang dia pakai. Sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih bersih. Kusingkap Bh mey keatas, kini aku bisa melihat dan menyentuh payudaranya yang putih mulus dengan puting berwarna merah muda.
" Kau sangat sempurna Mey " ucapku, terus meremasi payudaranya.
" gombal " jawabnya, nampak malu.
Ku dekatkan kembali wajahku dan kami kembali berciuman. Tanganku makin intens meremasi payudaranya yang putih mulus. Sesekali remasan itu menjadi berubah dengan memainkan putingnya. Puting payudaranya Mey tidak terlau mancung. Namun lama kelamaan putingnya mengeras.
" ughhh " lengguh Mey.