Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG One Night Stand Specialist

Status
Please reply by conversation.
waahhh...siang2 dapet rejeki, ada updatean yang luar biasa
saya suka yg nomor 6 doc
masih abg yah sepertinya
 
Girl Code: 002
Karakter di Cerita: ARNETA
[HIDE]



[/HIDE]


[PART 18]

Setelah memarkir mobil, Gw berjalan di depan toko-toko kecil di Apartemen itu. Hanya satu dua mini mart yang masih buka. Gw lihat seorang gadis dengan jeans sobek-sobek dan jaket hitam keluar dari salah satu minimart sambil merokok dan bersenandung. Spontan Gw berjalan ke arahnya dan menyapanya.

“hai, tolong tanya, Tower C dimana ya?” tanyaku sambil memperhatikannya. Gadis ini dengan dingin menatapku sekilas, lalu menghisap rokoknya.
“ini tower B. Kamu lurus aja, belok kiri diujung itu. Dikit lagi udah tower C.” katanya sambil memandangku, seolah memastikan aku mengerti petunjuknya.
“noted. Thank ya..” kataku lalu melangkah pergi. Gadis itu tak menjawabku dan malah pergi berlawanan arah denganku.

Gw menyusuri jalan seperti petunjuknya dan menemukan lobby tower C. Gw buka HP dan memberi tahu Melody kalau Gw sudah sampai. Tak sampai lima menit, pintu lift terbuka dan seorang Gadis sekitar 18 tahun berjalan ke arahku dengan senyumnya yang merekah. Tangannya melambai kearahku sesaat lalu dia mempercepat langkahnya ke arahku.

”kak Kevin!” tiba-tiba Melody memelukku! Momen yang canggung buatku karena tidak menyangka sama sekali. Harum rambut dan tubuhnya menyapaku lembut. Gadis muda yang sedang mekar ini seakan tidak peduli dengan sedikit orang yang ada di Lobby. Hanya sesaat pelukan itu karena Melody mungkin juga merasakan responku yang bingung.
”yuk naik kak..” kata Melody sambil meraih tanganku dan menarikku mengikutinya menuju lift.
”kalian tinggal berdua saja?” tanyaku ketika kami mulai meluncur naik.
”iya. Kakakku ribut besar dengan papa dan memilih tinggal disini. Mama memintaku menemani kakak. Sesekali mama kesini juga.”
”oh gitu. Ribut apa sampai tidak mau tinggal serumah?”
”kakak dan papa sama-sama keras orangnya. Dari hal kecil aja ga cocok karena kakak merasa papa selalu ingin mengaturnya. Terakhir ribut besar itu sih karena papa ga setuju juga dengan mantan pacar kakak..”
”Mantan pacar?” tanyaku. Kami sudah keluar lift dan berjalan menuju apartemen Melody dan kakaknya.
”Waktu ribut dengan papa sih masih pacar. Sekarang uda putus.”
”yuk masuk kak..” kata Melody sambil membuka pintu.

Gw memandang beberapa saat ruangan apartemennya yang tertata dengan rapi. Satu piano elektrik terpasang di ujung ruangan dengan microphone. Sebuah ruangan dengan piano di dalamnya selalu sukses membuat perasaanku hangat. Kelebatan bayangan masa lalu dimana Gw begitu akrab dengan musik, membuatku mudah merasa nyaman di ruangan itu.

It is 12 midnite. Melody dengan short pant dan kaosnya, mempersilakanku duduk di sofa minimalis yang nyaman. Matanya berbinar-binar. Gadis muda ini cantik dengan wajah melankolis.

”waktu itu aku bahkan belum sempat bilang terima kasih ya kak..” kata Melody.
”iya, begitu kamu selesai perform, kamu langsung pergi entah kemana.” sahutku.
”aku langsung pergi kak karena tiba-tiba kakakku sakit. Kami buru-buru ke rumah sakit.” kata Melody. ”Setelah itu aku cari kakak gagal.. hmm kakak masih main piano?” tanya Melody lalu berdiri. ”mau hot tea atau soda kak? Ada cola sih..”
hot tea dong..” kataku. Masih sedikit terheran-heran kenapa tiba-tiba Gw ada disini. Melody bukan kawan lama, tapi tiba-tiba kami akrab dan Gw bahkan punya akses ke apartemennya di tengah malam.

Bunyi sendok yang beradu dengan cangkir membuatku mengalihkan pandangan kearah punggung Melody yang sedang mengaduk gula. Hmm.. jangan-jangan memang sebenarnya kami sudah sedekat itu, seakrab itu.

Piano dari jariku dan lagu dari bibirnya memang sudah bersatu malam itu.

”Saya sudah lama ga main piano Melody.”
”yang benar kak? Aduh sayang sekali. Coba main dong kak.. ajarin aku.” kata Melody. ”Aku kursus privat piano kak, sampai hari ini. Cuma belum jago.” sambungnya.
really? Wow someone really put her soul into the music world!
“hahaha. I think so, kak. Makanya ajarin.. susah banget main piano!” kata Melody sambil meletakkan cangkir hot tea di depanku, lalu melangkah menuju elektrik pianonya.

Melody tersenyum ke arahku. Lalu terdengar jarinya menekan sebuah harmoni.

F major ninth..” kataku.
”Wow, kok bisa tahu? Kakak punya absolute pitch?” Tanya Melody.
”Tidak. Masih jauh dari absolute pitch. Mungkin semacam strong relative pitch.” jawabku. Melody melanjutkan permainannya.
E minor eleventh..” sambungku mengikuti pergerakan harmoninya sambil menghirup harum black tea di cangkir hitam ditanganku.
”D Minor seventh flat five..” kataku pelan sambil menyesap sedikit teh manis itu.
G eleventh flat ninth? Hmmm..” kataku sambil menatap matanya.
”Ga suka ya kak?”
”Untuk melodic development yang baru kamu mainkan, Saya lebih suka G elevent sharp five.. yang tadi saya ga sbrapa suka.”
”Oh.. ini?” tanya Melody sambil memainkan harmoni yang kumaksud. Gw menganggukkan kepala ditemani seteguk teh.

”Nilainya setara kan kak?” tanya Melody.
”iya setara. Yang tadi lebih sedih menurutku. Yang barusan lebih memberontak.”
”aku memang lagi sedih kak..” kata Melody.
”sedih kenapa?”
”sedih kakak ga mau kesini ajarin aku..” kata Melody sambil tersenyum.
”lho? Hahaha..” tawa Gw lepas spontan.
root aslinya di A sih kak.. Cuma kerendahan di suaraku.” Kata Melody ketika Gw berjalan mendekatinya
“lagu apa?”
“I dont want to talk about it.. “ jawab Melody.
“Hah?” Gw kaget.
“Rod Stewart feat Amy Belle kak. hihihi” lanjut Melody.
“Oh.. judul lagu..” kataku yang barusan salah paham. Gw duduk disebelah Melody.

Tanpa sengaja lengan kami bersentuhan. Terasa hangat. Reflek gw memandang Melody yang membalas pandanganku dengan senyumnya.
Gw mulai memainkan nada-nada yang barusan Gw dengar dari permainan Melody. ”kamu nyanyi deh..” kataku.
Gw sedikit terkejut karena mendadak Melody menyandarkan kepalanya di lengan Gw. Seiring permainan piano Gw, Melody merespon dengan nyanyiannya.

Kami kembali bersentuhan dalam nyanyian di tengah malam. Suaranya yang khas membaur dengan sempurna dengan dentingan pianoku. Ingatan malam itu, bersama Melody yang masih bocah berkelebatan di pikiranku. Gadis cantik itu secara ajaib tiba-tiba malam ini ada disebelahku, menyandarkan kepalanya di lenganku sambil menyanyikan sebuah lagu sedih yang dinyanyikannya dengan nada ceria.

”kok nyanyinya ga sedih?” tanyaku.
”ini seharusnya malam yang bahagia kak..” kata Melody pelan.
”kok pilih lagu ini?” kataku.
”itu PR dari guruku sih kak. Hahaha..” Gw ikut tertawa. Gw mendadak tersadar bahwa Gw terlalu tua dibandingkan dengannya. Gw sempat menyangka Melody ini seorang gadis dewasa yang sedang merasa sedih, entah patah hati atau apa. Tapi ternyata tidak sama sekali. Melody sangat riang dibalik wajah melankolisnya. Gw yang malah sedikit terhanyut dengan lagu itu, tetapi Melody tidak. Dia menyanyikannya dengan bahagia.

Plok plok plok!! Suara tepuk tangan Melody membuyarkan lamunan Gw.
”Keren kak! Udah lama ga main piano aja masih sehebat itu ya?”
”hebat itu yang bagaimana?” tanyaku. Gw ingin mengenali perasaannya.

”Hebat itu bukan tentang seberapa cepat kau berlari
Hebat itu bukan tentang seberapa rumit pilihan nadamu

Hebat itu tentang mengisi di celah yang tepat
Membuat hati yang kosong merasa lengkap

Hebat itu tentang menyatukan dua pulau hati yang berbeda
Menyeberangkan pesan yang mudah diterima”

Melody mengatakan semuanya dengan nada yang puitis. Gw terkesima sesaat.

”Wow.. kamu sangat berbakat..” kataku pelan.
”thanks ya kak! Oh ya, kakak kenapa ga bermusik lagi?”
”saya lebih suka menolong pasien sekarang..” jawabku.
”Oh ya? Kakak dokter? Hahaha..” Melody mendadak berdiri lalu melangkah pergi. Gw memandang heran tingkah lakunya. Melody membuka pintu kamarnya dan langsung menutupnya lagi.
”yah, sayang kakakku belum pulang.” katanya.
”ada apa? Kakakmu sakit?” tebak Gw.
”Kakakku dokter juga. Pasti kalian cocok, bisa seru.” kata Melody.
”Oh ya? Spesialis?” tanyaku. Melody menggelengkan kepala.
”belum. Masih GP. Masih bingung mau spesialis apa, katanya.” jawab Melody.

Hampir bersamaan dengan penjelasan Melody, suara pintu apartemen terbuka dan muncul satu gadis masuk.

”Nah, itu kakakku pulang. Kukenalin ya!” kata Melody denga suara keras yang tentu saja cukup untuk didengar kami bertiga. Gadis yang baru masuk itu membalikkan badannya dan berjalan ke arah kami.

Jaket hitam,
jeans sobek.
Wajah dingin.

”kak, kenalin dong ini temanku, dia dokter juga kak. Kalian kan sebidang, pasti nyambung ngobrolnya!” kata Melody.
”Kevin..” kataku sambil mengulurkan tangan.
”oh, kamu. Gue Eoliani.” katanya sambil tersenyum, lalu meletakkan satu pak rokok di atas meja. Tidak sedingin tadi. Tampaknya rokok sudah sedikit menghangatkan sikapnya.

Gw terkesima mendengar nama itu, tapi masih menahan diri untuk membahasnya.
”Lho, kalian sudah pernah bertemu?” tanya Melody.
”Iya tadi di depan, saya nanya dimana tower C, kakakmu yang kasih tahu..” jawabku.
”oh hahaha.. dunia sempit ya kak!” tawa Melody.
”kakak ingat waktu sepuluh tahun yang lalu aku New Year Concert? Kak Kevin ini yang bantuin main piano. Yang waktu itu kakak sakit trus kita langsung ke rumah sakit?” tanya Melody.
”oh, iya pantas tidak terlalu asing. Kevin, Gue tidur dulu yah. Jangan macam-macam ama adik Gue ya! dia masih kecil dan polos. Dia belum paham kalau bawa cowok masuk di tengah malam itu berbahaya! “ kata Eoliani sambil tertawa lalu beranjak pergi. Kata-katanya tajam walaupun dibungkus dengan tawa.

“hahaa, selamat tidur. Saya juga sebentar lagi pamit pulang kok. Masih banyak waktu untuk lain kali ketemu lagi.” Kataku mencoba membuatnya merasa aman.
“Ih kakak! Kak Kevin ini baik orangnya! Kakak juga suka ajak kak Andre kesini dulu.” kata Melody sedikit cemberut.

”Melody! Kevin baik itu kan sepuluh tahun yang lalu! Sekarang kamu bukan bukan bocah lagi. Kamu sekarang sudah punya susu! Ngerti kan? Kamu sudah bisa bikin cowok manapun birahi!” kata Eoliani dengan nada lebih keras.
”kak! Kok gitu sih ngomongnya? Yang birahi itu kakak dan kak Andre! Bukan Melody dan kak Kevin!” bantah Melody.

Mendadak suasana menjadi tidak enak. Gw jadi merasa bersalah ada disitu di tengah malam. Eoliani sangat benar. Sungguh berbahaya buat Melody mengajak seorang pria masuk ke apartemennya di tengah malam.

“wah gara-gara saya kalian jadi ribut. Saya pamit pulang sekarang deh. Melody, Eoliani benar kok. Apalagi ini sudah jam segini.” kataku sambil berdiri.
”kupikir itu lebih baik ya. Thanks Kevin.” kata Eoliani. Melody tampak sekali cemberut dan melangkah menuju kamarnya
”kamu aja yang bukain pintu!” kata Melody lalu membanting pintu kamar! Gw dan Eoliani saling berpandangan.
”Maaf ya Kevin..” kata Eoliani. Baru kali ini akhirnya kami berpandangan mata cukup lama dengan cahaya lampu yang cukup untuk membuatku bisa memperhatikan wajahnya. Entah kenapa jantungku berdebar ketika melihat parasnya.

Its okay.. oh ya, namamu sangat unik sekaligus...kataku akhirnya.
”sekaligus apa?” tanyanya.
”Orang tuamu pasti suka musik sampai kedua anaknya diberi nama yang sangat musikal.” jawabku. Wajah cantik dengan hidung mungil dan mata yang tajam itu kembali tersenyum.

”Cuma orang yang mengerti musik yang bisa mengenal namaku.” kata Eoliani. ”Kevin?” panggil Eoliani. ”Ya?” jawabku.
”Mainlah kesini lagi kapan-kapan.” kata Eoliani menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan denganku.
”Oh sure. Thank ya.” kataku sambil menyambut uluran tangannya.

Malam yang berkesan. Diawali dengan pelukan spontan di lobby, lalu diakhiri dengan pertengkaran dua gadis cantik yang membuatku memilih pulang.
Sepanjang jalan menuju parkiran, Gw membayangkan Eoliani. Entah kenapa Gw suka sekali dengan bahasa tubuhnya dan sikapnya. Kombinasi yang unik. Seorang dokter yang merokok, dengan jeans sobek dan jaket hitam. Wajah yang dingin, tetapi bisa tersenyum. Terkesan keras, tetapi ada kebenaran yang diperjuangkannya.


**


Sampai di parkiran mobil, Gw buka HP dan ada beberapa chat yang menarik perhatianku.

+6283xxxx : “Kevin, ini Laura. Reply yah..”

Gw terdiam sesaat. Bayangan wajah cantiknya, tubuh seksinya. That was a great one night stand. Apa dia marah Gw pergi begitu saja?

Kevin : “Hi Laura, apa kabarnya? ada apa nih chat malam-malam?”

Gw pilih membalas chatnya. Lalu membuka chat lainnya.

+6281xxxx : “From now on.. I’ll watching you..”
Kevin : “Who’s this? You need to buy a hidden GPS then..”

Gw curiga ini Helen. Hebat, setelah bertahun-tahun yang lalu, Gw akhirnya punya 1 stalker lagi.


**

Pagi-pagi sekitar jam 8 Gw sudah sampai di klinik. Jam praktek Gw jam 9, tetapi Gw ada jadwal meeting. Gw masuk ruang praktek Gw dan bertemu dengan nurse Rosi yang sedang menyalakan beberapa alat serta merapikan dokumen.

meeting di ruang mana Ros?” tanyaku.
“loh, cancel kan dok?” Rosi balik bertanya.
“cancel? kenapa? kok saya tidak diberitahu?” tanyaku heran.
“dokter Hari dan dokter Amirah berhalangan. Semestinya sudah di WA dan di email ya oleh Winda ya dok..” kata Rosi.
”tidak ada WA, saya buka WA sampai dini hari tadi kok. Email juga sepertinya tidak ada.” kataku. Spontan Gw meraih tas kerja dan mengeluarkan laptop. Membaca ebook atau browsing, bukan pilihan yang buruk untuk waktu luang yang tiba-tiba tersedia.

”nanti saya tanyakan Winda ya dok..” kata Rosi lalu keluar dari ruangan setelah Gw menganggukkan kepala dan tersenyum padanya. Gw maklumi saja. Klinik ini bukan Rumah Sakit besar yang sudah professional administrasinya.

Gw mulai asik membaca ebook ketika pintu terbuka dan Winda masuk.

“dok, saya sudah email ke email dokter yang @klinik ini dok. Saya dapat dari daftar email dokter-dokter disini. Kalau WA memang saya belum. Maaf ya dok..” kata Winda.

”Oh email itu saya tidak pakai. Saya pakai gmail. Ok gapapa, lain kali bisa WA saja ya.” kataku menenangkannya.

”terima kasih ya dok. Iya lain kali saya email saja.” kata Winda. Ketika Winda hendak keluar ruangan, Rosi masuk sambil membawa berkas.

”dok, ada pasien datang dan minta ditangani sekarang. Saya sudah bilang dokter jam 9 praktek, tapi katanya sudah ada janji dengan dokter di WA?”

”oh ya? Siapa namanya?” tanyaku keheranan. Tidak ada janji.
”Arneta dok?” kata Rosi dengan nada tanya. Tiba-tiba darahku berdesir.
”Arneta! Tinggi blasteran?” tanyaku memastikan. Penisku mendadak menggeliat bangun.
”iya, pernah kesini sih dok. Tapi sudah setahun yang lalu.” kata Rosi.
”ya sudah saya tangani. Saya kan free juga karena Winda lupa WA saya.” kataku akhirnya. Entahlah apa yang akan terjadi kali ini.
”baik dok.” kata Rosi lalu keluar. Membayangkan Arneta saja, penisku berdenyut-denyut. Gadis model blasteran ini sepertinya memang sengaja menggodaku pagi-pagi.

Tak sampai sepuluh menit, pintu terbuka dan Arneta masuk dengan senyum khasnya.

”how are you doct?” sapanya. Rok mini dan T-shirt yang pas ditubuhnya. Keseksiannya terlihat jelas.
”im good. Any problem so you looking for me?”
“I feel headache doct.”
Kata Arneta sambil menundukkan kepalanya lalu berbisik. “can u help me, doct? I feel.. horny..” kata Arneta. Jantung Gw spontan memompa darah lebih cepat. Penis Gw membesar tak dapat Gw kendalikan.

Arneta mungkin melihat wajah Gw yang memerah dan membaca sikap Gw yang bingung untuk meladeni keinginannya atau tidak. Gadis seksi ini berdiri dan menghampiri Gw.
Tangannya meraba penis Gw dari luar dan bibirnya mendekati bibir Gw yang langsung Gw lahap tanpa menunggu waktu. Mungkin quicky pagi ini akan menyenangkan.

Kami berciuman dengan tempo cepat, ganas. Tangan Arneta meremas-remas celana Gw, tepat di tonjolan penis gw yang sudah membesar dan mengeras. Tangan Gw ikut menyelinap masuk ke kaosnya dan meremas-remas payudaranya yang cukup besar.
”Arghh...” desah Arneta yang masih beradu bibir denganku. Mengingat pintu ruangan bisa saja terbuka oleh Rosi atau Winda, Gw menarik tangan Arneta untuk menuju blind spot di rungan itu, di sebelah pintu. Jika pintu terbuka, kami tidak akan langsung terlihat.

Lidahnya terjulur dan menyapu leher Gw. Tangannya menyentuh punggung Gw dan mencakarnya. Gadis ini sedang on fire! Gw angkat kaosnya dan payudara nya menyembul indah. Putingnya langsung Gw lahap dan itu membuatnya mengerang keenakan.
”fuck! Yes thats it!!” erang Arneta.
“Jangan keras-keras..” kataku mengingatkannya untuk tidak berisik.
”oh.. i hope your nurse will watch us!” goda Arneta sambil Gw menghisap putingnya yang mengeras. Setelah beberapa saat, Arneta tampaknya makin panas.

Tangannya dengan gesit melepaskan kancing dan resleting celana Gw lalu jongkok dan melahap penis Gw.
”Aaarrarghh..” Gw berusaha menahan suara Gw. Agak sedikit ngilu di penis Gw karena Arneta melakukannya dengan ganas. Tetapi untungnya penis Gw tidak terkejut dan malah berdiri dengan keras dan gagahnya.

Sedotan dan gesekan dari bibir mulutnya membuat penis Gw berdenyut-denyut dan Gw menjambak rambutnya lalu membantunya untuk mempercepat ayunan kepalanya di penis Gw.
”enough Arneta..” kataku. Cukup. Penis Gw sudah sangat siap.
Arneta lalu berdiri lagi dan mengangkat roknya. Dia ternyata sudah tidak memakai celana dalam! Kuraba Vaginanya dan sudah sangat basah.

”fuck me, doct…” bisik Arneta sambil sedikit menungging.
Slep! Penis Gw menerobos masuk vaginanya yang basah. Arneta sedikit mengejang. Gw dekap mulutnya supaya tidak berisik dan langsung memompa penis Gw.

Slep, slep, slep, slep!!!

Rasa nikmat menjalar memenuhi penis Gw. Arneta sampai menggigit jari Gw supaya tidak berteriak. Pinggulnya ikut bergoyang seolah membantuku menyentuh titik ternikmatnya.
Getaran di tubuhnya makin meningkat. Desahannya juga terasa mengeras, dan itu berarti jari Gw digigitnya makin kencang.

”harder, doct. Faster!” Arneta memintaku lebih keras dan cepat. Gw segera mempercepat tusukan dan tak peduli lagi jika itu terlalu kasar untuknya.

”Argh Yes! Damn good!” erang Arneta. Gw mulai terganggu dengan desahannya yang makin keras. Kalau saja ada yang menempelkan telinganya ke pintu, pasti bisa mendengarkan suara Arneta!

Slep, slep, slep, slep slep slep slepslepslep! Gw tak punya pilihan lain selain mempercepat tusukan. Tubuh Arneta mulai berkedut-kedut dan Vaginanya makin basah.

”Argh argh.. iam coming!” desah Arneta. Tubuhnya mengejang sesaat lalu lunglai. Gw tahu ini giliran Gw. Dengan semangat Gw fokuskan perasaan nikmat di penis Gw dan akhirnya Gw merasakan denyut keras itu akan segera tiba.

”keluar dimana?” tanyaku.
”my mouth!” kata Arneta. Gw melepaskan penis Gw lalu memasukkannya ke mulutnya.

Srtt.. srtt.. srttt.. Sperma Gw menyembur deras memenuhi mulutnya. Arneta melahap penis Gw dan membersihkan sisa-sisa sperma lalu menelannya.

Gw reflek mengangkat celana Gw dan merapikan diri, lalu berjalan ke arah kursi di balik meja Gw. Tak lama kemudian Arneta selesai merapikan diri dan duduk kembali di kursinya di depanku.

”minum?” tanyaku sambil menawarkan segelas air mineral. Menelan sperma sebanyak itu pastinya dia membutuhkan air.
”Thank Doct.. berapa tarifnya?” kata Arneta sambil tersenyum menggoda lalu meneguk air yang kuberikan.
”kamu harus bayar di kasir nanti. Mau saya resepkan obat untuk pusingnya?” tanyaku seolah-olah kami kembali dalam mode diagnosa dan farmakoterapi.
”saya sudah sembuh Dok. Lega dan ringan sekali badan saya. Ingin pulang dan segera tidur..” kata Arneta.
”oh kalau gitu tidak perlu obat lagi ya. Cukup bayar biaya konsultasinya saja.” kata ku sambil menulis di berkas pasien bernama Arneta ini.

”doct.. you’re damn good. Marry me please?” kata Arneta dengan wajah serius. Gw tahu dia berpura-pura serius.
”ok. Kapan mau menikah? Bagaimana kalau besok?” tanyaku. Arneta tergelak.


**
Gw keluar dari ruang praktek untuk menuju toilet. Penis Gw harus dicuci bersih lagi. Di luar Gw bertemu dengan nurse Rosi dan Winda yang sedang sibuk mengurus sesuatu. Sungguh Gw berharap mereka tidak curiga dengan kejadian barusan.

Keluar dari toilet Gw melihat dari kejauhan, Rosi sedang berbincang-bincang dengan seseorang yang memakai jilbab. Gw berjalan mendekat dan mereka berdua reflek membalikkan badan ketika menyadari kehadiran Gw.

“Dok, ini kenalkan ada dokter baru disini.” kata nurse Rosi. Dokter berusia muda dan berjilbab itu memandang Gw dan spontan kami berdua menggelengkan kepala tak percaya, lalu tertawa bersama.

”kalian sudah saling kenal ya dok?” tanya nurse Rosi dengan wajah heran.

”Kevin..” kataku dengan formal mengulurkan tangan.
”Eoliani” sambutnya menjabat tanganku.

Mata kami bertatapan dan kembali kami tertawa. Eoliani terlihat berbeda sekali dengan semalam. Terlihat anggun dan tidak nampak sisi keras dan dinginnya semalam.

”Selamat bekerja disini. nurse Rosi bisa diandalkan, dia bekerja dengan sangat baik.” kataku sambil memandang nurse Rosi yang tersipu malu.
”dokter Kevin ini suka ngerayu ya Ros?” tanya Eoliani. Nurse Rosi menggelengkan kepala.
”tidak dok. Jarang memuji malah.” kata nurse Rosi.
”pasiennya banyak cewe ya?” tebak Eoliani. Entah apa maksudnya.
”hahaha, kalau itu iya.” jawab nurse Rosi.
”ngapain tanya pasien banyak cewe?” tanyaku pada Eoliani.
”berapa nomor WA mu Kevin?” tanya Eoliani sambil mengeluarkan HP nya. Gw spontan menyebutkan deretan angka nomor WA Gw. ”+44xxxx..”

”ok thanks ya..” kata Eoliani lalu berjalan pergi.

Beberapa detik kemudian, Gw merasakan getaran di HP. Pasti WA dari Eoliani.

+6285xxxx : dokter ganteng, pasien banyak cewe. Normal kan?
Kevin : thank dibilang ganteng.
dr. Eoliani : semoga kamu bukan buaya darat ya.
Kevin : kenapa emang?
dr. Eoliani : gpp. Ntar siang temani aku lunch ya kalau ga ada acara.
Kevin : Ok. Saya pulang sesudah lunch kok.


Gw periksa WA yang lain. Ada beberapa. Langsung Gw balas.

Laura : Kevin Gw mau ketemu kamu. Gw uda di Jakarta. Kapan bisa?
Kevin : Maaf sepertinya tidak bisa Laura.


Tidak akan pernah lagi Laura. Maafkan aku...

Helen? : Pagi bener sudah sampai klinik, dok? [photo mobil Gw]
Kevin : Helen, buat apa stalking Gw?

Helen ini mulai menggangguku walaupun sedikit.

Angelica : dok.. kapan ketemu lagi?
Kevin : next week mungkin ya.. masih sibuk.

Angelica.. gadis polos yang lucu ini sudah ingin ketemu lagi. Hehehe..

+65xxxxxxx : Kevin, aku sakit. Bisa tolong aku?


Gw mendadak pening membaca chat terakhir. Nafas Gw kembali berat dan bayangan masa lalu berkelebatan lagi, menusuk-nusuk.



**
 
Anjaaay dok .. tuh para wanita pada ngantri begitu, sementara ane tiada yg mencari apalagi menanti .. hahaha
 
Mmmm doc,may i ask you something?

Can your method applied by a man who doesnt have a car,income or specific job (imma still collstud)?
Seriously dude,teach me haha lol
You can do that as easy as slappin' your "dig" inside their "pink meat" lol

fyi i can handle bout that kinda convo but not with that car money etc haha lol

Appreciate it man !

Let say 50% wanita memang harus ditreat dengan modal besar, tetap ada 50% wanita yg tidak melihat mobil/money.

Let say ada 1000 wanita, 500 nya tidak melihat uang/mobil. Dari 500 ini berapa yang bisa kamu dapatkan?

Its not about money dude. Many factors.
If u read my whole stories here, u will learn many..

You think can handle that kind of conversation? Are u f serious?
 
Survey buat kalian, utk next chapter mau gw munculin karakter apa/siapa dulu?

1. Katrin
2. Wanita dgn anaknya
3. Laura
4. Helen
5. Karakter baru= pembokat
6. Karakter baru= tante binor
7. Karakter baru= suka disakiti

Silakan tulis pilihannya. Suara terbanyak yg Gw tulis dulu di next chapter/part 19.
 
Survey buat kalian, utk next chapter mau gw munculin karakter apa/siapa dulu?

1. Katrin
2. Wanita dgn anaknya
3. Laura
4. Helen
5. Karakter baru= pembokat
6. Karakter baru= tante binor
7. Karakter baru= suka disakiti

Silakan tulis pilihannya. Suara terbanyak yg Gw tulis dulu di next chapter/part 19.
Mgk tante binor boleh tuh doc, dengan ciri2 dia sedikit susah untuk didekati tp setelah dapat kartu as nya dia, dia bisa lebih dominan

#hanya sekedar bayangan aja sih plus sedikit pengalaman dari beberapa tante binor #eeh
 
Cerita ini terjadi pada waktu kapan sih dok, antara rentang waktu tahun berapa sampe tahun berapa?
 
Kalo story nya Gw sesuaikan dgn real pengalaman Gw ya. Pilihan tante binornya noted.
Mantap sih doc, tante binor itu ada feel nya tersendiri dibandingkan dengan gadis" hehe :)

Asyik ternyata doc jg punya rl sama tante binor hehe :)
 
2014 - sekarang seingatku yg mulai terdokumentasikan, jaman masih ada BBM. Yg tidak ada dokumentasi foto/screen shot ya sebelum 2014.
Ohh pantesan, screenshot nya masih pake bbm.

Untuk polingnya pilih Katrin aja dok, soalnya cuma sepotong sepotong aja peran dia dari awal.
Pensaran sebenarnya ada apa dengan dia.
 
Survey buat kalian, utk next chapter mau gw munculin karakter apa/siapa dulu?

1. Katrin
2. Wanita dgn anaknya
3. Laura
4. Helen
5. Karakter baru= pembokat
6. Karakter baru= tante binor
7. Karakter baru= suka disakiti

Silakan tulis pilihannya. Suara terbanyak yg Gw tulis dulu di next chapter/part 19.

Katrin please thank you !
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd