Season 3 Chapter 7 : Kartu AS
"Beb bangun"
"hmmmppp. Kenapa sayang?"
"Aku gak bisa tidur bareng adek kamu, takut kena perutnya deh"
"Yah terus gimana? Kamu tidur di sofa sini. ntar aku gelar selimut di bawah"
"tidur berdua aja di sofa ya. Muat kali"
"ih ngaco, udah sini tidur. Aku ambil selimut dulu ke atas ya"
"mmm. Makasih ya sayang. By the way kamu gak jadi bikin aku lemes dong"
"besok ya. Sini cium aku. Mmmmuach"
"hmmm. Yaudah aku tidur ya"
"iya tidur gih. Aku ambil selimut dulu ya"
Ketika aku mengambil selimut di kamar, tak sengaja aku melihat Devi yg tertidur pulas namun selimutnya tersibak. Celana gemes milik Rina yg ia pinjam dan gunakan menampilkan pemandangan yg cukup membuat birahi lelaki manapun naik. Apalagi kaos yg digunakannya juga sedikit terangkat ke atas serta menampilkan perut buncitnya yg putih mulus, Birahi ku seketika seperti ingin meledak. Namun aku harus bersabar dan harus dapat mengendalikan nafsuku. Jika saja hal ini tidak terjadi di rumah namun di tempat lain yg hanya aku berdua dengannya. Sudah pasti tanpa komando aku gagahi adik cantikku ini.
Matahari pagi menyapa dari sela-sela gorden kamar apartemen ini. Kebetulan dalam memilih lokasi apartemen ini aku dan Rina memilih yg menghadap ke timur. Walau kita tau harga Unit yg menghadap ke arah timur selalu lebih mahal, namun untuk mendapatkan cahaya matahari pagi yg baik, berapapun akan kita bayar. Pagi ini aku mendapatkan tugas mengantar Devi pulang ke Bekasi, namun aku harus ke Kantor dulu karena ada beberapa dokumen yg harus diserah terimakan. Setelah selesai itu barulah aku jalan pergi ke Bekasi.
Setelah selesai semua, tanpa buang-buang waktu aku langsung tancap gas membawa ibu hamil cantik ini pulang ke rumahnya. Di jalan tol yg panjang dan tentu saja macet ini aku bercerita pada Devi tentang kejadian yg baru saja aku alami di Makassar. Sesi curhat istilahnya, aku berharap Devi mampu memberikan masukan dan juga saran tentang apa yg harus aku lakukan.
"Dev, boleh cerita gak?"
"ya bolehlah kak. Masak mau cerita aja gak boleh"
"Dev bagaimana menurutmu kalau seorang laki-laki memiliki 2 orang istri?"
"Hah? Maksud kakak apa nih?"
"ish kok ngegas?"
"oh tau aku. Kakak mau ngikutin jejak bapak ya? Baru juga merintis sebuah perusahaan udah mau berencana punya istri 2 aja"
"lho kok kamu malah emosi sih"
"ya habisan kakak udah kaya bapak aja. Nikahin, kawinin, tinggal pergi"
"emang aku kaya bapak? Nggak lah. Buktinya sampe sekarang aku setia kan?"
"awas aja kalo sampe mau poligami. Aku yg bakalan marah-marah sama kakak"
"Hush belom kelar cerita dah marah-marah aja"
"yaudah cerita buruan"
"Kakak ketemu Stefanie?"
"tuh kan bener feeling aku. Dasar ya laki-laki kardus. Setia tai kucing"
"ish ini orang satu marah-marah mulu, dengerin dulu ngapa. Mau apa itu anak kamu nanti mirip kakak gara-gara kamu marah-marah mulu sama kakak"
"gak lah. Gantengan bapaknya daripada omnya"
"yaudah dengerin dulu sampe kelar cerita. Orang belum selesai cerita dipotong mulu"
"Yaudah deh cerita. Jangan ngambek dong om-om kardus"
"huuu. Ya jadi ceritanya gini, (bla bla bla baca cerita sebelumnya)"
"haaaaah yang bener kak? Terus tanggapan kak Rina apa?"
"kakak belum ngomongin ini sama dia. Ya kalo emang bener itu tantenya stef yg juga koleganya Rina itu bener-bener dah cerita sama Rina ya kakak cuma mau nunggu Rina yg ngomongin ini duluan dek"
"gimana kalo kakak yg omongin duluan. Gemes aku tuh, lagian kenapa kalian bisa ketemu lagi sih"
"ya gak tau dek, jodoh mungkin"
"Tuh kan, beneran, tau udah aku. Kakaknya juga ngarep kan"
"ih, sakit hatinya belum sembuh tau"
"yaudah kalo gitu bilang aja gak bisa ke tantenya itu. Urisan beres"
"yaitu yg kakak khawatir. Proyek ini tuh nilainya lumayan. Bisa seketika bawa perusahaan kakak naik satu level dek. Kalo kakak tolak gitu aja khawatir bakalan bikin proyek ini bermasalah"
"ya terus? Kakak mau terima gitu?"
"ya paling kakak bisanya ulur waktu aja sampai proyek ini selesai"
"yaudah semoga hal ini gak bikin rumah tangga kakak berantakan ya. Udah kak cukup kak Rina aja. Dia orang baik kak, jangan sia-siakan"
"hmmm iya cantiiik"
"Eh udah sampe bekasi barat aja. Bentar lagi sampe"
"hmm. Males banget gak sih ke Bekasi. Jauh, Macet, panas pula"
"huuu emang jakarta gak macet dan panas. Sama aja keleus"
"hahaha iya juga sih. Enakan di Bali. Panas juga tapi enak"
obrolan terus berlanjut hingga akhirnya mobil yg aku tumpangi telah tiba di gerbang perumahan tempat Devi tinggal. 2 menit berselang, rumah di ujung gang di blok E ini adalah rumah yg dituju. Sesampainya di depan rumah dan memarkirkan mobil, Devi membuka pintu yg terkunci itu.
"Dari mana aja Mbak Kadek" sapa seorang tetangga
"oh ini bu ambar, kemarin nginep di rumah kakak saya. Oh iya bu ini kenalkan kakak saya Bu. Namanya Kak Wayan"
"oh iya salam kenal ya Mas Wayan"
"Eh iya bu salam kenal" jawab ku singkat
"jarang main kesini ya mas, baru sekali ini saya ketemu"
"iya Bu. Dia sibuk sering keluar kota, bahkan keluar negeri. nah ini kebetulan lagi di Jakarta makanya kemarin saya main kesana" jawab Devi sedikit di lebih-lebihkan
"Wah orang hebat ya kakaknya"
"iya Bu, dia pengusaha sukses bu. Kantor nya di Thamrin, Gedung apa kak Devi lupa namanya?"
"eh Gedung Abc" jawabku sekenanya
"waah mantap lah kalo gitu. Yaudah saya duluan ya mbak Kadek"
"mau kemana bu?"
"ini mau ke warung Depan"
"oh gitu. Oh iya salam ya buat bang Zakir. Udah lama saya gak belanja ke warungnya. Habis Mas Ramlan kalo awal bulan maunya belanja sekalian banyak di supermarket sih. Biar sekalian nyetok gitu"
"Yaudah saya duluan"
"iya bu, hati-hati dijalan ya"
"kamu apaan sih dek. Lebay banget"
"itu orang emang musti di songongin kak. Orang komplek sini pada sebel sama dia. Kalo ngomong tuh ya, beuh setinggi langit. Tapi tong kosong. Ngomongnya laki nya sukses, preeet. Di warung bang zakir aja noh catetannya banyak. Tau bulan kemaren kebayar apa nggak tuh kasbonan"
"buset adek ku tinggal di perumahan bentar julidnya minta ampun"
"yeee biarin, dah ah aku mau mandi. Gerah"
"hmmm yaudah sana. Mau di mandiin gak"
"nooo"
"hahaha masa?"
"yess. Dah ah, bye!!"
Menuggu ia mandi, aku melihat-lihat album foto yg ada di meja ruang tamunya. terlihat banyak sekali momen-momen indah yg aku lewatkan. tak terasa sudah berjalan hampir 2 tahun kehidupanku yg baru. kehidupan tanpa adanya Devi yg sebelumnya selalu bersamaku. tak berapa lama ia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yg cukup kecil dan tak cukup menutupi tubuhnya dengan baik. seketika penisku mendadak berdiri tegang melihat tubuh Devi yg menjadi montok karena janin yg ada dalam perutnya.
“Kak, mau makan apa nanti siang?”
“kakak mau makan kamu aja boleh?”
“ih ditanya beneran juga. makan apa nanti biar aku pesenin”
“apa aja dek. kakak mah gak pilih-pilih makan”
“yaudah aku order ayam geprek aja ya”
“boleh deh. apa aja”
“hmmm. ini orderannya udah di terima, dah ok tinggal tunggu”
“sip deh kalo gitu”
“yaudah aku pake baju dulu”
“eh gak usah udah gitu aja”
“hush, jangan coba-coba ya”
“kalo kakak nekat gimana?”
“ya aku teriak lah”
“kakak sumpel mulutnya”
“aku pukul kakak”
“pegang tangannya”
“hmmm, yaudah apa boleh buat kalo udah gitu. tinggal pasrah dan nikmatin aja, daripada sakit sendiri”
“hahahaha, kan ujung-ujungnya mau”
“tapi gak mau, titik”
“emang gak kangen?”
“nggak, punya mas ramlan lebih enak”
“kan mas kamu gak ada dirumah”
“biarin, makin kangen makin enak”
“sama yg ada aja udah sini”
“gak mau, kakak genit. aku bilangin kak rina nih kalo kakak mau merkosa adeknya”
“yah jangan dong”
“ya makanya gak usah macem-macem”
“ya habis kamu bikin kakak sange tau gak”
“ah boong, mana buktinya”
“nih liat titit kaka” sambil aku buka celanaku dan menodongkan penisku kehadapannya
“ih makin gede aja sih”
“iya lah, mau nyapa sama kesayangan kamu dulu gak?”
“gak ah takut di patil”
“gak galak kok, kan sayang sama kamu”
“masa?”
“nih coba aja” lalu dia mendekat kemudian memegang benda pusakaku tersebut.
“ih sumpah ini kaya makin gede aja. kalah punya mas ramlan”
“mainin gih sayang, kaya dulu”
“hmmm”
kemudian mulutnya melahap penisku dalam sekejap. namun kini penisku tak lagi muat masuk seluruhnya kedalam mulut Devi. ku lihat ia sangat menikmati setiap gerakan yg ia lakukan. penisku keluar masuk di mulutnya sehingga membuatku tak kuat menahan sensasi yg ia berikan. karena seperti biasa kulumannya adalah yg terbaik dari yg pernah aku rasakan. sekitar 5 menit dia melakukan blow job pada penisku, aku tak tahan lagi ingin segera menyetubuhi tubuh adikku yg menggemaskan tersebut. setelah meminta izin padanya untuk melakukan penetrasi dan setelah ia mewanti-wanti agar tidak terlalu cepat dan terlalu dalam akhirnya penisku kembali merasuki vaginanya setelah sekian lamanya.
Devi meringis menahan sakit saat aku mencoba mendorong penisku untuk pertama kalinya. bahkan air matanya sampai berlinang sedikit. namun setelah beberapa gerakan maju dan mundur, serta diiringi vaginanya yg mulai basah, ia mulai menikmati setiap gerakan yg aku lakukan. dia mulai mendesah menikmati stimulasi yg aku lakukan dalam vaginanya. aku mengocok vaginanya dengan tempo sedang cenderung lambat, setiap gerakan yg aku lakukan aku usahakan dapat dia rasakan saat penisku keluar ataupun masuk. baru kali ini aku menyadari bahwa ternyata tempo yg lambat justru sangat terasa sensasinya.
“kak, uuugh, enak kak. terus kak.. agak cepet boleh juga”
“iya sayaang, memek kamu luar biasa sayang. uuugggh”
“terrrr uuuusss kaaaakk.. bikiiiin aaakuu puaaass kaayaa duluu kakk”
“aaagh.. uuughhh… mmmppph”
“genjot terus kak, uuugh, nikmat kak. uuugggh”
dengan nafas yg memburu, jantung yg berdegup sangat kencang aku terus menggoyangkan pinggulku menikmati setiap gesekan yg terjadi. perut besarnya cukup menghalangiku untuk bisa bersentuhan dada dengan devi, bahkan saat aku ingin mencium bibirnya aku sedikit menahan perutku keatas agar tidak menekan perut Devi. 15 menit gaya missionary berlalu dengan sebuah semburan sperma yg hangat didalam vaginanya. aku puas devi pun puas, lalu aku ambruk disebelahnya dengan nafas yg masih tersengal-sengal. lalu aku terhenyak ketika aku menyadari ada driver ojol yg sudah didepan pintu membawakan pesanan Devi. dan bodohnya pintu tersebut tidak tertutup dengan sempurna. sial, sudah pasti driver tersebut melihat dengan jelas apa yg aku lakukan dengan Devi.
“siang pak, maaf pak, ini pesanannya”
“eh iya mas tunggu sebentar ya” sambil aku memakai celana dan Devi menutup tubuhnya dengan handuk sambil berlari kekamarnya
“totalnya 43rb ya pak, semua sudah sesuai pesanan”
“eh iya ini uangnya sisanya ambil aja”
“makasih ya pak tip nya, juga tadi shownya”
“ssst, jangan bilang siapa-siapa ya apa yg kamu lihat tadi”
“beres pak. untung saya dideket jalan pak, kalo agak tertutup udah pasti saya ikutan coli pak”
“sial lu. dah sana”
“hahaha, jangan lupa bintang lima ya pak. salam buat mbak Kadek. desahannya mantap”
“hah, darimana mas tau kalo nama adek saya Kadek?”
“hmmm saya kan orang belakang situ pak”
duuuaaaar. seperti dihantam petir aku bingung harus berbuat apa. seketika aku menutup pintu dan memanggil Devi. Devi keluar kamarnya dengan menggunakan daster.
“dek, kamu kenal driver yg tadi itu?”
“hmmm ntar deh aku cek di aplikasinya kak, emang kenapa kak?”
“dia bilang dia tinggal di belakang”
“ah masa? coba aku cek dulu. ASTAGAAAA. bener kak ini bang Jueng yg beberapa kali suka nganter aku kepasar”
“aduh, gimana dong dek. mati lah kita”
“yaaah, kakak sih gak tutup pintu”
“yeee mana sadar kalo udah kaya gitu”
“kak gimana ini kak?”
“itu dia, kalo dia cerita ke suami kamu, ke orang lain. abis lah kita”
“aaagh kakak jangan nakut-nakutin gitu dong”
“ya gimana dek?”
“aah, tau ah”
“kamu ada nomornya gak?”
“ada sih kak”
“coba telpon nanti kakak yg ngomong”
“yaudah nih aku telponin”
setelah beberapa nada sambung Bang Jueng itu mengangkat telponnya
“halo mbak kadek, ada yg bisa saya bantu”
“halo, ini saya yg tadi. bang bisa kerumah sini lagi sebentar. ada yg mau saya omongin”
“masalah apa ya pak?”
“masalah yg tadi bang, bisa ya datang sini sebentar”
“wah saya lagi ada penumpang nih pak. gak bisa gimana dong?”
“tolong lah, saya punya penawaran buat abang”
“hmmm, yaudah ntar kelar narik saya langsung kesitu deh pak”
“bener ya bang”
“iye”
setelah setengah jam berlalu, bang jueng menepati janjinya. ia mengetok pintu dan langsung aku sambut di ruang tamu.
“bang, tolong apa yg tadi abang liat jangan sampai ada yg tau ya?”
“hmm, gimana ya pak. emang bapak siapa sih?”
“saya kakaknya Devi, nama saya Wayan. abang mau apa bisa saya kasih. yg penting tolong jangan kasih tau siapa pun apa yg abang liat”
“apa aja yg gue minta nih?”
“hmm, ya boleh lah”
“pertama, gue pengen juga nyobain mbak devi. bisa?”
“hah? yg lain gak ada bang?”
“yaudah kalo gak boleh, besok mas ramlan balik ya siap-siap aja dia tau”
“bang jangan dong bang pliss” rengek Devi
“yaudah kan tadi bapak ini bilang mau nurutin apa aja”
“yaudah oke 1 kali aja ok”
“nah gitu dong”
“ah kamu yakin dek?”
“udah biarin kak yg penting dia diem”
“nah tuh pinter mbak Devi, tapi itu yg pertama. ada yg kedua”
“lah kenapa ada yg kedua?”
“yaudah mau gak? kan bapak bilang semuanya”
“oke oke apa yg kedua?”
“gue mau duit 5juta aja”
“hmmm, yaudah ok kecil itu mah”
“yah kecil ya. yaudah deh 10jt gimana?”
“lah, abang meres kita nih?”
“ya gak, kan situ yg nawarin. lah saya mah cuma memanfaatkan sebaik-baiknya aja”
anjiiing dalam hati ku berkata kasar “oke, udah ya itu aja”
“yaudah deh itu aja. baik kan saya”
“hmmm”
“yaudah jadi gimana mbak Devi? udah siap belum? saya sih udah ngaceng ngebayangin apa yg tadi saya liat”
“hmmm. ok” sambil ia membuka dasternya
adikku kini telanjang dihadapan seorang driver ojol. ini mungkin kedua kalinya dia memperlihatkan tubuhnya yg indah itu dihadapan driver ojol. lalu dengan bernafsu bang jueng mulai melepaskan jaket ojol serta kemudian melepaskan celananya. Devi menatap penis bang jueng dengan tatapan yg penuh kekalutan. dia hanya bisa pasrah seorang driver ojol sudah siap menerkam tubuhnya dan menikmati setiap senti tubuhnya.
bang jueng tampak bukan seorang yg paham bagaimana memperlakakuan wanita. dia dan penisnya yg sudah mengacung langsung menuju ke area vaginanya Devi. penisnya yg tak terlalu besar itu sudah siap dia tancapkan kedalam vagina Devi. Devi pasrah menghadapi seorang manusia asing dihadapannya. lalu dengan sekali sentakkan bang jueng berhasil menancapkan penisnya didalam vaginanya. lalu dengan ritme tinggi dan tergesa-gesa dia menggenjot devi dengan tempo yg tidak beraturan. tak lama kemudian bang jueng orgasme, sepertinya dia menyemburkan spermanya didalam vagina Devi. Bang jueng terjatuh lemas disamping tubuh Devi. nafasnya terengah-engah memburu karena gelora birahi yg membakarnya. gedupan jantunya cepat sepertinya bang jueng ini memang benar-benar baru pertama kali melakukan persetubuhan.
Setelah selesai dengan persetubuhan itu, Bang jueng menagih uang 10juta yg aku janjikan. lalu aku dan dia meluncur ke ATM terdekat. disana aku hanya bisa menarik uang senilai 7,5jt saja karena limit dari ATM tersebut. aku berjanji bahwa uang 2,5jtnya akan aku berikan melalui Devi. namun Bang Jueng menolak dan mengatakan bahwa uang tersebut sudah cukup. bahkan sebenarnya dia juga tidak perlu sampai melakukan hubungan badan dengan devi. dengan ini ia menyatakan bahwa ia akan merahasiakan semua yg sudah dia alami siang ini kepada siapapun. aku lega mendengar janjinya, namun tetap was-was terhadap Devi. aku tetap menyimpan rasa khawatir jika nantinya Devi akan selalu menjadi korban pemerasannya karena dia memiliki kartu as diantara kita bertiga.