Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT A.K.A.R.

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
A.K.A.R
Bagian Dua Puluh Lima

epilog




"Masukin persenelengnya ke huruf 'D' neng. Jangan lupa pedal rem nya di injek."

"Iyes kakakku yang cantik.." kataku kepada Lita yang sedang mengarahkanku bagaimana untuk mengoperasikan mobil dengan system matic yang tadinya merupakan mobil inventaris kantor untuk almarhum suamiku Bayu dan kini menjadi milikku.

Yup,, mobil ini dihibahkan kepada diriku setelah suamiku Bayu meninggal enam bulan lalu. Selain mobil, Perusahaan tempat almarhun suamiku bekerja dulu juga memberi santunan yang jumlahnya bisa dibilang sangat sangat besar untuk ukuranku sebagai wanita dari kampung. Uang santunan itu tidak kusentuh sama sekali, karena niatku uang itu untuk tabunganku dan Raka dimasa depan nanti. Aku tak ingin aji mumpung dengan uang itu. Untuk biaya hidupku sehari hari aku mengandalkan gaji dari pekerjaanku.

Yup lagi, aku sekarang bekerja diperusahaan yang sama dengan almarhum suamiku. Dan itu artinya, aku bekerja di satu perusahaan juga dengan Lita. Lita memaksaku untuk ikut bekerja bersamanya dengan alasan posisi Bayu sebagai asistennya tak akan bisa digantikan oleh orang lain kecuali olehku. Bagiku agak tak masuk akal alasan Lita memaksaku kerja. Tapi yasudahlah.. toh aku harus berjuang menghidupi anakku Raka Baskara serta diriku sendiri.

Sedangkan Lita sendiri merasa sangat menyesal karena tak ada di rumah Umi waktu suamiku meninggal. Dan untuk menebus penyesalannya, hampir setiap minggu Lita selalu ziarah ke makam suamiku sampai saat ini.

"Ih.. cuma cantik aja? Gak seksi lagi nih aku ceritanya?" Kata Lita sambil melebarkan tiga bagian kancing kemeja atasnya yang sengaja tidak dipasang itu. Gumpalan atas susunya terlihat sekal dan menggunduk menggoda. Tidak hanya menggoda bagi lelaki, tapi juga menggodaku sebagai wanita.

Kejadian sekitar setahun lalu bersama Lita dikamar rumahku dulu sukses membuatku selalu merasa 'nyer nyeran' setiap melihat bentuk indah tubuh wanita lain. Fikiranku selalu melayang layang, bagaimana ya bentuk memeknya? Itilnya gede apa ngga yah? Lobang memeknya sebesar apa yah?

Aneh memang.. aku akui aku mulai terjangkit penyakit biseksual plus eksibisionis. Untuk kata biseksual sendiri baru kuketahui dari Lita, mulai dari arti sampai contohnya dia jelaskan kepadaku waktu dia bertamu ke rumahku dulu tanpa sepengetahuan Bayu.

"Iisshh kakak mah, jangan mulai deehh.. aku kapan belajar nyetirnya nih kalo kakak godain aku terus.. ish.." aku menghentakkan kakiku seolah aku ngambek karena digoda olehnya.

"Oohh.. kegoda tooh... hihihihi.. masa baru ngeliat toket gini aja kamu udah kegoda sih neng? Apalagi kalo aku lemparin CD aku ke paha kamu yah.. hihihihi.." kata Lita sambil menopang kedua susunya dengan tangan dan menggoyang goyangkan susu bulat itu naik dan turun dua sampai tiga kali.

Aku memandang Lita dengan tatapan bete.

"Kaakk.. plis deh.. kapan bisa majunya nih mobil kalo kakak gitu terus.."

"Lho... yaudah, majuin aja neng, susah amat..." Lita tertawa karena usahanya untuk menggodaku sukses besar.

Setelah tawanya selesai dan melihatku BT beneran, barulah Lita sedikit serius kepadaku.

"Adeeuuhh.. gitu aja ngambek.. toket gedein neng, jangan ambek yang di gedein.." Kata Lita.

"Bodooooooo..." balasku sambil memeletkan lidah kepadanya.

"Yaudah, persenelingnya udah di hurup 'D' belum?" Tanya Lita.

"Udeeehh.. dari abis subuh tadiii.." kataku sedikit ketus.

"Hihihihi.. yaudah, pedal remnya dilepas terus teken pelan pelan pedal gas nya. Pelan pelan aja ya, jangan di teken dalem dalem.. slowly but sure.." Kata Lita.

"Apaan tuh artinya?" Kataku sambil menekan pedal gas selembut mungkin dan merasa senang karena akhirnya benda bernama mobil ini tunduk dibawah telapak kakiku.

"Yeeeyyy.. jalaaann.." kataku kemudian kegirangan.

"Dih.... Ya Tuhaaann.. norak amat nih jande.." kata Lita sambil mengetuk ngetuk bagian depan mobil di hadapannya yang baru tiga hari lalu kutahu bahwa bagian mobil itu mempunyai nama berbahasa inggris 'dashboard'.

Begitulah kondisiku sekarang setelah kepergian suamiku. Aku seolah mempunyai peran ganda. Peran menjadi single parent untuk anakku Raka dan peran menekuni pekerjaan baruku yang baru saja kujalani selama tiga bulan terakhir ini.

Rumah peninggalan suamiku di Karawang Timur kujadikan rumah kontrakan. Aku tak ingin tinggal di rumah itu lagi. Bukan apa, rumah itu menyimpan banyak memori pahit bagiku. Dan kalau aku tetap tinggal di rumah itu, aku yakin ingatan ingatan akan kejadian kejadian awal suamiku di santet dan akhirnya meninggal akan terus menghantuiku. Makanya, aku lebih memilih menjadikan rumah itu sebagai kontrakan dan aku pindah kembali ke rumah Umi ibuku.

Selama aku kerja di Cikarang, aku mengikuti jejak almarhum suamiku. Pulang satu minggu sekali ke rumah Umi. Aku tak perlu khawatir akan kondisi Raka, karena dia berada di tangan yang tepat. Yaitu neneknya sendiri. Akupun tinggal dirumah dinasnya Lita. Dan ya ampun, jangan tanya kelakuan Lita ketika sedang berada di rumah. Kadang kadang dia mengobel ngobel memeknya sendiri di ruang tamu dengan desahan desahan penuh kenikmatan sementara aku ada di dekatnya sedang menonton TV.

Ada satu kejadian yang membuatku selalu merasa malu kalau kuingat ingat lagi.

Waktu itu aku sedang mandi sehabis pulang kerja. Sedang asik asiknya menyabuni tubuhku, Lita main masuk saja ke kamar mandi dan langsung jongkok pipis d hadapanku.

Aku yang terkejut sempat protes ke dirinya yang hanya dijawab dengan cengengesan gak jelas.

Matakupun sepertinya tak sengaja, atau mungkin malah sengaja melihat air pipis yang keluar dari memek Lita yang mengalir deras itu.

Jujur, darahku langsung berdesir saat itu juga melihat memek Lita yang merah dan tanpa rambut saat mengedut ngedut menghabiskan sisa pipisnya.

"Kenapa neng?? Suka yaaa liat aku pipiiiss? Hihihi.." kata Lita mulai menggodaku.

"Ish.. pede." Aku mengelak dan mengalihkan pandanganku ke arah bak mandi karena malu tertangkap basah olehnya.. Secara tidak sadar tanganku mengelus lembut susuku. Rasanya enak campur geli, apalagi dengan kondisi tubuh penuh sabun seperti ini. Enaknya kaya gimanaaaa gitu.

Sepertinya Lita memperhatikan gerakan tanganku itu, karena tiba tiba saja dia malah melepas seluruh baju yang sedang dipakainya dan malah ikut mandi bersamaku.

Jadilah sore itu aku mandi bareng dengannya. Dan bukan Lita namanya jika hanya membuat kegiatan ini sekedar mandi biasa biasa saja.


Fikiranku langsung buyar ketika Lita memanggilku.

"Heiii.. itu HP kamu bunyi.." Kata Lita yang kini berada di bangku supir. Acara belajar setir mobil untukku selesai sudah. Kini kami sedang menuju kembali ke kantor.

"Eh.. maca cii..?" Aku menanggapi dengan bercanda agar tak ketahuan karena sedang melamun.

"Dari Fitri kak.." kataku pada Lita yang dijawab singkat oleh Fitri dengan nada lembut dan menatap mataku.

"Angkat.."

Kutekan tombol jawab,

"Hallo assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam.. Sar, apa kabar?"

"Baik Fit, Fitri apa kabarnya?"

"Baik juga. Sari lagi dimanah sekarang?"

"Mmmm.. lagi mau balik kantor nih sama bos Lita, hehehe.."

"Oohh.. iya yah, kamu kerja gantiin almarhum ya Sar.."

Nada bicaranya terdengar sedih kini. Aku coba untuk mengalihkan kesedihannya.

"Iya, dede Anggi apa kabarnya Fit?"

"Alhamdulillah sehat, Aa Raka gimana? Sehatkaan?" Suaranya terdengar ceria kembali.

"Sehaat alhamdulillah.." kataku.

"Sar, mmm.. main main napa kesini. Aku mo main kesana tapi kasian Anggi masih kecil banget." Kata Fitri kepadaku.

"Mmm.. gimana ya? Nanti aku coba ngobrol sama obos dulu yah.. barangkali diijinin. Maklum Fit, aku kan sekarang tinggal di rumah mess nya dia, jadi kalo mau kemana kemana harus ijin dulu sama dia.." kataku.

Memang aku sudah punya niat untuk main ke tempat Fitri, selain untuk menjaga silaturahmi yang diamanahkan oleh almarhum suamiku, akupun ingin mengetahui perkembangan anaknya Lita yang juga merupakan anak tiriku, Anggita Kasih Asmara Rania.

"Yaudah, kalo diijinin kabarin aku yah.. nanti Tyo jemput kamu disana. Serlok aj rumah mess kamunya." Kata Fitri kemudian.

"Oke deh.."

"Sip.."

"Mmm... yaudah ya Fit, dikit lagi sampe nih." Kataku sedikit canggung.

"Iyah.. usahain bisa ya Sar.." kata Fitri lagi.

"Iyah.. yaudah assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aku memencet tombol merah di HP ku dan menarik nafas. Lita bertanya kepadaku.

"Kenapa?" Tanyanya tetap dengan pandangan ke depan.

"Fitri nyuruh main ke rumahnya. Aku pengen sih, tapi gak enak.." kataku sambil sedikit menunduk.

"Gak enak kenapa?" Tanya Lita kemudian.

"Gak enak sama kakak.. takut gak di ijinin.." aku cemberut menunduk seperti anak kecil yang ketahuan bersalah oleh orang tuanya.

Bukan apa, biar bagaimanapun aku ini penumpang tidur di rumah mess nya. Rasanya tak sopan jika pergi pergian tanpa pamit dan tanpa seijinnya.

Namun diluar dugaanku, makhluk menggemaskan ini malah nyeletuk,

"Lhoh, emangnya aku emak kamu apa? Pake ijin ke aku segala kalo mau maen? Ya ampung neenng neng.. maen mah maen ajah sayang. Bebas kok. Mau maen kapan emangnya?" Lita melihat ke arahku sejenak dan kembali menatap jalan raya di depannya.

"Fitri sih nyuruhnya hari ini kak.. hehehe" aku menjawabnya dengan hati senang, karena jujur aku tak menyangka bahwa Lita akan mengijinkanku keluar rumah.

"Nginep dong?" Tanya Lita lagi.

"Oh iya ya.. kalo aku berangkatnya sore nanti, gak mungkin pulang malem ini dong yah.. duh, gimana nih." Kataku sambil melirik Lita, berharap dia akan mengijinkanku menginap dan mengijinkanku tak masuk kerja besok. Gak tau kenapa, hatiku sangat ingin main ke rumah Fitri dan Tyo sekarang ini.

"Udah ga usah modus masang muka melas gitu dweeh.. aku paham kok maksud kamu neng, iya iya kamu boleh gak masuk dulu besok." Kata Lita kepadaku dengan wajah yang dibuat lucu menurutku.

"Yyeeee.. makaci kakak cantik yang seksi abis.. cup." Kataku senang sambil mengecup pipi kirinya.

"Pipi aja nih? Bibirnya nggak? Kalo ga di cium bibirnya gak aku ijinin loh.." kata Lita sedikit mengancam mesum kepadaku sambil mengerem mobil secara perlahan karena tertahan lampu merah.

"Aa~aahh kakak maaahh.. ish.. sini sini bibirnya aku cium." Kataku sambil monyong monyong disamping wajahnya.

"Ih.. gak liat nih aku lagi bawa mobil?" Katanya judes.

"Ih.. gak liat nih aku udah monyong monyong?" Kataku membalas judesnya.

"Yyeee.. rese..hmmpp.." kata Lita sambil menoleh kearahku dan langsung kusambar bibir dengan lipgloss rasa strawberry itu.

"Hmmphhh..." Lita semakin melumat bibirku ketika kuremas dadanya dari balik kemeja putihnya.

'TIN TIINN..'

Kami tersentak kaget dan melihat ke arah lampu yang ternyata sudah hijau dan langsung tertawa bersama sama.



____¤¤____



"Hallo.. Tyo?" Kataku ketika telponku diangkat oleh Tyo diujung sana.

"Iya, Kenapa Sar..?" Tanya Tyo.

"Uumm... Tyo udah tau kalo aku diundang Fitri buat main ke rumah kalian?" Tanyaku memastikan.

"Oohh.. udah kok. Gimana? Bos Lita kasih ijin gak? Kalo gak dikasih ijin, biar aku deh yang ngomong sama dia langsung." Kata Tyo menawarkan jasanya kepadaku.

"Eehh.. jangan Yo. Aku udah diijinin kok. Malahan boleh sampe besok juga. Jaga jaga nanti aku nginep dirumah kamu n Fitri. Gapapa kan?" Kataku melarang Tyo.

"Gapapa dong. Yaudah nanti aku jemput dimana? D kantor kamu atau dimana?" Tanya Tyo.

"Mmmm... dirumah mess nya Lita aj ya Yo. Aku mo ganti baju sekalian bawa salin juga soalnya." Kataku.

"Ooh, yaudah nanti di serlok aj alamatnya ya." Kata Tyo kemudian.

Aku diam beberapa saat sampai Tyo memanggilku kembali.

"Sar.. halo?"

"Eh, iya.."

"Kok malah diem? Kenapa?" Tanya Tyo heran.

"Mmm.. hehehe.. caranya serlok gimana ci Yo..? Aku cengengesan Malu. Sumpah aku kadang sebal sama kegaptekanku sendiri.

"Hah? Ahahaha.. aduuhh Saari Sari, gini nih. Perhatiin yaa.." kata Tyo tertawa dan sukses membuat pipiku memerah karna malu.

Tyo lalu menjelaskan kepadaku cara untuk serlok. Akupun tak tau arti serlok itu apaan. Tapi demi menjaga gengsi, aku mah iya iya ajalah.

"Ngerti kan, kalo belom ngerti juga nanti tanya Lita aja" Tanya Tyo memastikan.

"Hihihi.. ngerti ngerti.. yaudah nanti aku tunggu di rumah Lita ya Yo. Baayy.." aku menyudahi obrolan yang memalukan diriku sendiri ini. Tanya caranya serlok sama Lita? Ogah ah. Yang ada malah diketawain abis abisan aku sama dia.

"Oke Sar. Dandan yang cantik ya.. baayy.." Kata Tyo sambil mematikan saluran teleponnya.

Aku tersipu mendengar kata kata terakhirnya barusan.

Huufftt... Tyo...

Aku kembali termenung mengingat waktu aku dipaksa menghisap kemaluan almarhum suamiku saat dia kesurupan Jin yang ngakunya Uzi dulu.

Meskipun aku malu, marah dan tak terima oleh pelecehan beda alam itu, tapi aku paham bahwa Tyo seperti nafsu kepadaku. Aku bisa nilai begitu karena tak sengaja kulihat celananya yang mengembung waktu itu. Apalagi waktu aku buka baju dan telanjang, aku melirik Tyo dari sudut mataku dan kulihat dia seperti terpana melihat bentuk tubuhku.

Kalau saja waktu itu keadaannya berbeda, mungkin akan jadi cerita yang berbeda juga untukku dan Tyo. Bisa jadi aku akan menggodanya habis habisan lewat telanjangnya aku.

Tak terasa, memekku kini terasa gatal membayangkan aku menggoda Tyo sambil telanjang bulat.

Ah.. mikir apa aku ini. Dasar...



_____¤¤____



Tyo mengirimiku pesan akan sampai di rumah messnya Lita sekitar jam enam petang. Dia memintaku agar bersiap siap sebelumnya agar kami tak kemalaman juga sampai rumah Tyo dan Fitri nanti.

Aku sudah siap.

Aku memilih kaos oblong sedikit ketat warna putih berlengan pendek dan bawahan rok longgar bercorak garis garis yang panjangnya pas berhenti di tengah tengah pahaku. Rok ini aku pinjam dari Lita yang untungnya nomor pinggangnya sama dengan nomor pinggangku.

"Woy.. seksi amat? Mau nginep apa mau pacaran kamu neng?" Kata Lita ketika melihat dandananku saat aku keluar dari kamar.

Lita sendiri hanya memakai kemeja lengan panjang ukuran besar, kayanya gak pake BH ni orang. Pentilnya nyemplak gitu di kemejanya. Lita pake bawahan celana pendek ketat yang sering ku katakan pada Lita kalau itu bukanlah celana pendek, tapi cangcut. Pendeknya gak kira kira.

"Emangnya seksi gitu kak? Engga ah.."

Gak tau deh, aku ingin saja memakai pakaian seperti ini saat Tyo menjemputku nanti.

"Ngaca sono ngacaaa.." kata Lita seraya menowel hidungku.

"Ish ish.." aku mengibas ngibaskan tanganku mengusir jari Lita dari hidungku dan balas mengelitiki Lita.

Saat kami sedang bercanda dengan serunya, HP ku berbunyi nyaring. Dari Tyo pasti.

"Sar, aku ud di depan nih. Nomor 84 kan rumahnya?" Kata Tyo diujung sana.

"Ooh.. iya bener. Bentar aku dikit lagi keluar Yo." Kataku sambil menutup telpon dan menjinjing tas kecilku. Kubatalkan untuk membawa baju salin, ribet ah.

Aku pamit ke Lita dan mencium pipinya dengan cepat. Lita mengikutiku dibelakang sampai depan gerbang. Bahkan sampai aku masuk ke mobilnya Tyo.

Tyo membuka kaca jendela sebelah kiri untuk menyapa aku dan Lita ketika aku hampir sampai di pintu mobil.

"Haii.." Kata Tyo sambil melambaikan tangannya. Kutangkap lirikan Tyo ke arah payudaraku.

"Hai Yoo.. pakabz?" Tanya Lita kepada Tyo.

Pakabz? Apaan tuh fikirku.

"Baee.. Masuk Sar.."

Akupun masuk dan duduk di kursi sebelah kiri Tyo dan menutup pintunya.

Karena mobil Tyo ini mobil sedan, maka posisi kaca pintu akan berada di bawah kepalanya Lita. Makanya Lita segera membungkuk dan menyandarkan kedua lengannya di jendela pintu yang sekarang sudah terbuka itu. Sedikit basa basi dengan nada genit Lita berkata pada Tyo.

"Titip Sari ya Yo, jangan di apa apain lho.. nanti dia suka bales ngapa ngapain soalnya.. hihihi.." kata Lita ganjen. Aku cemberut saja mendengar dia menggoda Tyo seperti itu.

"Oh.. hehe.. ya gak lah. Emang mau diapain lagian.." Kata Tyo seperti kikuk dan itu membuatku heran.

Ketika kulirik Tyo, matanya seperti sedang melihat ke arah Lita. Dan ketika kulihat ke arah Lita..

Astaga.. pantes aj nih si Tyo gelagapan gitu. Posisi Lita yang membungkuk dan bersandar lengan di jendela pintu mobil membuat kemeja bagian atasnya terbuka lebar. Susunya yang montok terlihat jelas menggantung bebas tanpa BH. Dan pentilnya itu, ya ampuuunn.. ngintip ngintip manja gitu.

"Iihh.. Kakak, kapan berangkatnya nih kalo kakak 'nemplok' terus disitu." Kataku judes sambil memberi penekanan khusus pada kata nemplok.

"Hihihi.. yaudah gih sono jalan. Hati hati ya Yo nyetirnya. Jangan inget inget gw terus.. hihihi.." kata Lita sambil mengedipkan sebelah matanya untuk Tyo.

"Eh.. oo.. oke Lit. Hehehe.." kata Tyo yang masih saja melirik lirik susunya Lita.

"Tyo..!! Ih.. jalan gak?!" Aku melotot kearah Tyo.

"Lho?.. cieee maraahh.. hihihihi.." kata Lita lagi dan beranjak mundur tetap dengan posisi membungkuk. Makin jelas terlihat sudah susu gantung Lita sekarang.

Eh.. iya yah.. kok aku marah si?

"Yaudah Lit, kita jalan ya.." kata Tyo sambil mulai memajukan mobilnya secara perlahan.

Setelah kaca jendela tertutup dan kami mulai pergi dari rumah Lita aku menyandarkan tubuhku dan melipat kedua lenganku dibawah susuku sambil cemberut.

"Beneran tuh..?" Kata Tyo nanya gak jelas kepadaku.

"Beneran apa?" Tanyaku juga gak jelas.

"Beneran marah tadi?" Kata Tyo lagi.

Aku diam saja gak menjawab pertanyaan Tyo tadi. Tyo menarik nafas dan seperti mengajakku bercanda. Namun candaan itu malah membuatku malu.

"Cantik juga ya Sari malam ini.. hehehe."

Aku kembali melirik Tyo, wajahnya fokus menatap jalan didepan. Melihat itu, aku iseng melirik ke arah burungnya Tyo.

Sedikit gembung !!

Aih.. gimana ini? Aku malah jadi panik sendiri melihat tonjolan di celana Tyo.

Tenang Sar.. tenang.. jangan panik.. kataku dalam hati.

"Kenapa Sar? Kok kaya gelisah gitu?" Kata Tyo tiba tiba mengagetkanku.

"Ehh.. ng.. ngga.. gapapa.." kataku grogi.

Selama satu jam kami hanya diam didalam mobil. Sesekali masih kulirik burungnya Tyo, masih keliatan nonjol.

Gara gara terus melirik ke burungnya Tyo, memekku malah jadi gatel sendiri.

Gila apa??

Sampai di daerah yang aku gak tau dimana, Tyo berbelok ke arah pom bensin.

"Isi bensin dulu yah. Sekalian aku mo ganti celana n pipis dulu." Kata Tyo kepadaku.

"Ganti celana? Emang celana kamu kenapa?" Tanyaku heran kepada Tyo.

"Sempit.. hehe.." Tyo menjawab dengan cengengesan.

Aku gak ngerti apa maksudnya dengan kata sempit itu. Setelah mengisi bensin, Tyo memarkirkan mobilnya dan turun menuju WC umum di pom bensin sambil membawa kantong plastik jinjing.

"Kamu kemana mana bawa baju salin Yo?" Tanyaku sebelum dia beranjak turun.

"Ngga, ini baru aja aku beli tadi. Aku kekurangan kolor di rumah. Makanya tadi mampir ke toko baju beli kolor dua biji." Kata Tyo menjelaskan.

Iya lah.. biji kan emang dua kan? Kataku dalam hati.

Eh.. mikir apa sih aku.. astaga Sarii..

"Oohh.." kataku sambil buru buru mengusir fikiran ngeresku ini.

Ampun deh, memekku makin gatel aj ngebayangin burungnya Tyo.

Selagi Tyo di WC umum, aku sempatkan untuk menggosok gosok memekku sendiri. Tujuanku cuma satu, biar rasa gatel ini cepat hilang.
Sebenarnya, hatiku deg degan luar biasa. Bagaimana gak deg degan, aku berada di parkiran pom bensin dan didalam mobil yang bisa saja ada orang yang gak sengaja melihat ulahku ini. Aku mengocok memekku dengan cepat demi memburu nikmat dengan tergesa gesa.

Rasa khawatir takut Tyo keburu datang atau takut dilihat orang malah justru membuat memekku semakin gatal.

"Ssshh.. hmmm.. oohh.. gila.. oohh.."

Aku mendesah keenakkan sambil berusaha agar mataku tak terpejam menahan efek nikmat dari memekku. Kalau terpejam dan Tyo tiba tiba saja datang, bayangkan betapa malunya aku.

Sedikit lagi nyampe.. kupercepat kocokan di memekku sampai akhirnya kulihat Tyo keluar dari WC umum hanya memakai kolor sebatas dengkul berwarna biru laut.

Aku panik, ku hentikan kocokanku dan buru buru merapihkan rok pendekku agar tak ketahuan kalau aku sedang ngocok memekku sendiri.

Tyo masuk dan duduk di sampingku sambil bertanya,

"Lama ya? Ngantri tadi.."

"Oh.. mmm.. ngga kok.*** lama. Celana pendeknya bagus." Kataku basa basi kaku.

Tyo melihatku dengan heran dan geleng geleng kepala. Kemudian dia menjawab,

"Bukan kolor aku yang bagus Sar, tapi rok kamu yang bagus."

Aku menunduk tersipu mendengar kata Tyo.

Iiihh.. ini memek kapan ilang sih gatelnyaaahh.. aku merutuk memekku sendiri yang malah makin gatal saja.

Tyo mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Sepanjang perjalanan, aku meremas jari jariku di atas pahaku sendiri. Aku berusaha menahan nafsuku yang tadi hampir saja tuntas tapi terputus gara gara Tyo keburu keluar dari WC umum tadi.

"Sar.." Tyo memanggilku memecah kebisuan diantara kami.

"Mmhh.. yah?" Kataku sambil melihat ke arahnya. Aku berusaha menahan mataku agar tak melirik burungnya Tyo.

"Gapapa kan kalo kita telat sampe rumah? Aku pengen muter muter sebentar nih soalnya." Kata Tyo bertanya kepadaku.

"Mmmhh.. gapapa sih. Lagian aku juga udah ijin ga masuk kok besok." Kataku kepada Tyo.

"Oke deh.." jawab Tyo singkat.

Ngaco.. fikiranku ngaco.

Masa sih aku bisa bisanya mikirin burungnya Tyo terus?

Aduh gimana ini..

"Mmm.. Yo, kursi belakang masih longgar ga?"

"Masih. Kenapa gitu?" Kata Tyo menatap mataku sejenak dan turun ke arah pahaku.

Buru buru kulirik burungnya Tyo saat dia menatap pahaku dengan terang terangan.

Iiihhh.. celana kolornya naeek. Berarti Tyo lagi ngaceng n ga pake sempak dong sekarang?

"Mmhh.. gapapa cii, aku mau naro tas ku di belakang." Kataku sambil bangkit dan memutar tubuhku.

Posisiku saat ini seperti nungging dengan bersanggah lutut di kursi mobil dengan tubuh menjorok ke kursi belakang untuk menaruh tas jinjingku di kursi belakang.

Otomatis, rok lebarku tertarik naik ke dekat bokongku. Aku yakin cangcut model string ku terlihat jelas sekarang.

Aneh, aku seperti sengaja berdiam lama lama dengan posisiku sekarang.

Aku berharap Tyo melihat cangcutku itu. Sekitar beberapa menit kemudian aku kembali duduk normal tanpa merapihkan rok ku yang tertarik barusan.

"Udah Sar..?" Tanya Tyo.

"Udah.. maap ya aku jadi nungging nungging di mobil kamu Yo."
Jawabku dengan rasa penasaran bagaimana reaksi dia setelah melihat cangcutku barusan.

"Gapapa, rok nya bagus banget." Kata Tyo sambil sesekali melihat ke arah pahaku yang makin terlihat bagian atasnya.

Nekat, aku melirik kearah kolor Tyo.

Uuuuggghhh.. memekku berdenyut denyut setelah kulihat kolornya Tyo. Kolornya tak lagi naek, tapi di tepi atas kolornya itu ada burungnya Tyo nyembul keluar setengah.

Ukuran kepalanya itu loh.. ampun.

"Huummm.. Yyy.. Yyyoo.." aku memanggil Tyo dengan nada gugup.

"Iyah?" Kata Tyo tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

"Ituh.. burungnya.." kataku mulai semakin merasa nafsu.

Yang penting gatelnya ilang deh.. fikirku.

"Hm? Burung? Burung apa Sar?" Kata Tyo melihatku sejenak dan kembali mengarahkan matanya ke jalan.

"Hhmm.. burung kamu Yo.. kejepit tuh di karet kolor kamu.."

Aku tak sungkan lagi untuk melihat burungnya. Aku terlalu nafsu dan terlalu nanggung sekarang untuk pura pura jaim

"Ooh.. iya nih, gara gara liat kamu pake rok pendek sih.." kata Tyo malah mengusap usap burungnya di hadapanku tanpa malu malu lagi.

"Hh..hh.. gak sakit Yo burungnya? Gak di keluarin ajah?" Nafasku mulai memburu, diam diam aku membuka sedikit pahaku dan dengan ujung jari tengahku kucoba untuk menyentuh memekku.

"Kita cari tempat dulu." Kata Tyo langsung berbelok masuk ke suatu perkomplekan.

"Iyah.." kataku yang kini tak lagi malu mengusap ngusap memekku di hadapannya.

Tyo melihat perbuatanku sekali kali sambil tetap fokus menyetir. Satu tangan di stir dan satu tangan lagi memijit mijit burungnya yang ngaceng.

"Tyo fokus nyetir ajah.." kataku sambil menyingkirkan tangan Tyo diburungnya dan kugantikan dengan tanganku.

"Aahh.. uuufft.. bentar Sar. Cari parkiran di tempat sepi dulu." Kata Tyo sambil menikmati kocokanku.

Setelah mendapat tempat yang dirasa pas oleh Tyo, Tyo langsung parkir disisi jalan yang gelap dan mematikan lampu mobil namun dengan mesin yang tetap menyala.

Tyo langsung nyosor mencium bibirku.

"Hhmmp.... hhmm.." kataku menikmati lumatan bibir Tyo.

Tangan Tyo kini meremas susuku dari luar kaosku. Rasanya enak dan nikmat.

"Ssshh.. hhmm.. Yoo.." kataku sambil melirik ke kirai belakang.

"Iyah Sar?" Jawab Tyo sambil menciumi pipi dan leherku.
Tangannya tetap meremas remas susuku dengan gemas.

"Pindah belakang yuk.." kataku sambil menarik kepalanya dan menatap matanya.

"Ayo.. kamu loncat duluan." Kata Tyo. Nafasnya benar benar terdengar nafsu. Muncul niat isengku untuk menggoda Tyo.

Aku segera bangkit, karena mobilnya ini mobil sedan, jadinya kalau mau pindah kebelakang tanpa harus keluar mobil aku harus sedikit membungkuk melewati celah antara kursiku dan kursi Tyo. Nah ketika setengah badanku sudah sampai dibelakang dan tanganku pegangan dikursi belakang, aku malah diam dan menggoyang goyangkan pantatku di depan wajah Tyo. Tyo langsung meremas remas pantatku.

"Uuuhh.. Tyoo.. atiiitt.. sshh.." kataku merespon remasan tangannya.

"Kalo diginiin atit gak?" Tyo malah menyelipkan jari tengahnya di belahan memekku dan menggesek gesek lembut sementara cangcut stringnya di singkirkan ke sisi pantatku.

"Uuuhh... ssshhh.. ngga, engga atit. Enak Yoo.. sshh.." aku merem melek menahan rasa pegal yang mulai berasa di lenganku.

"Memek kamu basah banget Sari.. hhm.. cup.. cup.." kata Tyo lagi sambil nyiumin pantatku.

"Oohh.. Tyo mau gak ngelapin memek aku?" Aku mengoyang goyang pantatku serasi dengan gesekan jarinya di memekku.

"Mau doong.." katanya sambil nyolok jari tengahnya ke lobang memekku.

"Awwhh.. iikhh Tyo mah iseeng.. jangan colok dulu sayang. Pindah sini yuuk." Aku pun beringsut maju dan duduk dikursi belakang langsung sambil membuka cangcutku berbarengan dengan Tyo yang kini sudah ada di depanku dan jongkok di bawah.

Aku membuka pahaku lebar lebar. Aku sudah lupa bahwa orang yang sedang bersiap untuk menjilati memekku adalah sahabat almarhum suamiku.

"Sluurrpss.. hmm. Wangi.. cuups.. sluurrrrpppsss.." Tyo benar benar mencium, menjilat bahkan menyeruput semua bagian memeku dengan rakus.

"Ssshh.. Ooohh.. iyaa Yoo.. disituu.. akkhh.. enak Yo.. sshh.."

Kataku keenakan ketika Tyo menggelitiki itilku dengan Lidahnya.
Tubuhku tersentak sentak nikmat setiap ujung lidahnya menyentil nyentil ujung itilku. Rasanya ngilu campur nikmat gimanaa gitu.

Aku menaikkan kaosku dan menarik ke atas BH ku. Ku cubit cubit pentil susuku demi menambah rasa nikmat.

Tyo melirik ke arah susuku. Sambil mulutnya sibuk dibawah, tangannya kini ikut sibuk juga meremas susu dan mencubit cubit pentil susuku.

Aku jelas tambah keenakan. Sedikit lagi nyampe nih.

"Oosshh.. Yoooh.. dikit lagi.. dikit lagi.. akh.. ah ah ah ah... Uuugggghhhhhh...hhhmmmmmppp..hoooohhh..ssshhh.."

Aku menekan kepala Tyo agar tak lepas dari memekku dan menekan kuat kuat pinggulku ke wajahnya. Sejenak, terlintas ingatanku waktu Lita menjilati memekku dan berakhir seperti Tyo juga sekarang. Wajahnya nempel di memekku.

"Ssshh...hihihi.. abis ya napesnya?" Kataku setelah mengendurkan tanganku di kepalanya dan menurunkan pinggulku. Tyo seperti menghirup udara banyak banyak dan menghembuskannya pelan pelan.

"Gapapah.. yang penting kamu seneng.." kata Tyo persis seperti kata Lita dulu.

"Mmmhh.. gantian gak Yo?" Tanyaku sambil menyeka sisi bibirnya dari sisa lendir lendir memekku. Setelah menyeka bibirnya aku menarik celana kolornya dan..

Toweng..

Burungnya langsung tegak berdiri menantang. Mataku nanar melihat itu. Aku ingin mencicipi rasa burung itu dengan lidahku
.
"Bentar.." Kata Tyo beranjak sebentar mengambil HP nya di dashboard depan dan kembali duduk dengan celana kolor yang sudah terlepas.

"Aku nelpon...uugghh. ssshh.. Ssaarr.. bentar dulu." Aku langsung melahap burung besarnya itu selagi dia masih mencet mencet HP nya.

"Aku mau nelpon Fitri dulu Sar.. sshhh.. kasih tau kalo kita lagi kena macet.. uugh.." Kata Tyo tanpa melepas kepalaku dari burungnya.

"Cups.. yawdah telpon aj.. hihihi." Kataku genit dan kembali mencaplok burungnya Tyo.

"Ufftt.. gila.. enak banget" kata Tyo dan menempelkan HP di telinganya.

Aku melirik ke Tyo yang kini setengah berbaring di kursi belakang, sementara aku dengan nungging diantara pahanya sedang menghisap burung Tyo.

"Halo.. Yang?" Kata Tyo.

Udah diangkat Fitri nih.. fikirku.

Entah kenapa, aku malah tambah semangat menghisap burungnya Tyo. Aku merasa seksi ketika Tyo sedang bicara dengan istrinya di telpon sementara aku sedang memainkan burung suaminya dengan mulut dan lidahku.

"Uh.. eh.. ngga.. ga kenapa kenapah."

"......"

"Iya, paling jam.. huufft.. jam sembilanan deh sampe rumah."

"....."

"Sari? Ada tuh di pinggir jendela. Tidur dia." Kata Tyo bohongin Fitri. Padahal aku lagi nungging n lagi ngisepin burungnya dia. Hihihi..

Niat isengku semakin jadi. Memekku gatel lagi dan aku ingin burung Tyo masuk ke lobang memekku.

Aku pun bangkit sambil berusaha agar kepalaku gak terbentur atas mobil. Ku tarik tangan Tyo dan memberinya kode agar dia duduk normal di kursi. Kubuka pahanya dan aku setengah berdiri di depan Tyo. Posisiku membelakangi Tyo. Jadi aku seperti duduk dipangku olehnya.
Aku tak terlalu memperhatikan obrolan antara mereka. Yang kuperhatikan kini adalah burungnya Tyo agar masuk tepat ke lobang memekku.

Tyo sepertinya mengerti, diapun memposisikan burungnya di depan lobang memekku. Setelah kurasa pas, akupun turun perlahan dan menikmati setiap centi batang burung Tyo menusuk memekku.

Aku melenguh pelan, Tyo pun sepertinya langsung menyudahi teleponnya dengan Fitri, karena kini kedua tangannya memegang pinggulku dan menaik turunkan pinggulku agar burungnya bisa keluar masuk di memekku.

Aku mendesah keenakkan,,

"Oohh.. aahh.. sshh.. hmmmm..."

Takut tak bisa menjaga keseimbangan, aku berpegangan pada sandaran kursi depan dan ikut naik turun menyeimbangkan tusukan tusukan burung Tyo di memekku.

"Kontol Tyo enak bangeethh. Sshhh.. udah lama Sari gak kena kontol.. oohh... Tyoo.. enaak." Aku meracau keenakan.

Tyo membalas racauanku.

"Memek Sari juga enak. Masih sempit.. ogh.. kalo Sari mau, kontol aku boleh kamu pake sepuasnyah."

"Uugghh.. kontol enak.. kontol enak.."
Plak..

Tyo menghantam keras pinggulnya sehingga burungnya seperti naik ke dadaku.

"Aaawwhh... uhh.. gila enaknya.." kataku.

Plak plak plak plak..

Tyo semakin gencar memompaku dengan keras dan sukses membuatku megap megap sampai akhirnya aku kembali orgasme.

"Oooggghhh... Yooo.. nyampe lagiiihh.. uugghh."

Karena efek ngilu di memekku, aku mengejan ngejan memekku. Dan mungkin itu berefek pijitan di burungnya Tyo, karena Tyo berkata kepadaku.

"Uugghh.. memeknya mijit mijit kontol aku Sarr.. ooogghh.. okh okh..bangshaaatt.. ugh"

Kemudian kurasakan semburan semburan hangat di dalam memekku dibarengi sodokan sodokan Tyo lagi seperti menghabiskan spermanya. Aku malah tambah belingsatan, efek semburan dari Tyo dan sodokannya malah membuat sendi sendi di memekku semakin ngilu dan aku kembali mengejang nikmat merasakan orgasme susulan yang tiba tiba datang itu.

"Aahhkk.. Tyooo.. aku sampe lagiihh.. uuukkhh.. ssshhhhhhh.."

Akupun ambruk bersandar di dadanya. Tyo meraih wajahku dan mencium bibirku dengan lembut.

Tangannya meremas dan kembali mencubit susuku dengan lembut. Aku ngilu.. ngilu banget.

"Hhmm.. Tyoo.. ngiluuu.. hihihi.." kataku sambil menjauhi tangannya dari susuku.

"Kontolnya aku gak mau kamu lepas nih Sar?" Tanya Tyo padaku.

Burung Tyo memang masih nyangkut di dalam memekku, aku sengaja tak beranjak dulu untuk menikmati ganjalan burung Tyo di memekku.

"Hihihi.. yarin ah.. biar memek aku gak kangen nantinya. Biarin aja dulu yah.. cup.." kataku dan kembali mencium bibirnya.

Selang lima belas menit kemudian, barulah kami beranjak dan merapihkan seluruh pakaian kami. Tyo malah memakai lagi celana panjangnya. Sementara aku dilarang memakai cangcut oleh Tyo sampai nanti sudah dekat dekat rumahnya barulah aku diijinkan memakai cangcut lagi.

"Terus kalo aku ga pake cangcut kaya gini kamu emang mau ngapain emangnya?" Kataku pada Tyo ketika kami sudah kembali ke jalan raya.

"Aku mau liat kamu ngocok ngocok memek kamu Sar.. kamu bener bener seksi pake baju sama rok pendek gitu." Kata Tyo sambil sesekali melihat kearah memekku.

"Begini maksudnya?.. hhmmmhh" kataku sambil duduk menghadap dia dan membuka pahaku lebar lebar sambil mengocok itilku.

Aku sudah benar benar seperti Lita.
Tyo kembali mengeluarkan penisnya dan kembali mengocok ngocoknya.

"Uuugghh... Tyoooo... memek aku gatel lagi niihh.."

Aku menggoda Tyo.

"Pengen di ewe lagi kaya tadi.."

"Nanti kita ngewe lagi d rumah pas Fitri tidur.. aku janji bakal ngewein kamu sampe pagi." Kata Tyo sambil menatap memekku sesekali.

Akupun mencolok dua jariku ke lobang memekku. Kukocok dari pelan hingga cepat. Sampai akhirnya aku orgasme lagi.

"Janji yah.. awas kalo bohong. Nanti aku potong kontolnya n aku umpetin didalem memek aku terus. Hihihi.."

Aku sudah seperti lacur murahan.

Aku sudah lupa dengan sumpahku diatas kitab suci dulu di hadapan suamiku.

Aku sudah berubah total menjadi binal dan liar.

Sampai di suatu persimpangan, mobil Tyo melaju dengan kecepatan sedang dan Tyo tetap melihatku mengocok memekku. Pandangannya lekat melihat memekku.

Aku tak sengaja melihat ke arah jendela sisinya Tyo. Aku terlonjak kaget karena melihat Bayu sedang berdiri di pinggir jalan dan seolah menatapku marah.

"Aaakkhh.. Ayaahh?!!" Aku langsung duduk terlonjak dan itu juga membuat Tyo kaget.

Tanpa kami sadari dan karena Tyo tadi terus terusan melihatku mengocok memekku sendiri, dia jadi tak sadar bahwa dia sudah menerobos lampu merah.

Dan terlihat dari jendela mobil sebelah kanan Tyo kendaraan besar dengan lampu yang sangat terang melaju dengan kencang ke arah kami.

'Ciiiiiiitttt......'



BRUAAAKKKK...


TAMAT.​
Aah..ceritanyaaa bikin...
 
Sadis nih.." tapi bukan anak gw.. tapi anak lo" terbuat dari apa Tyo itu ya... Tepung cap segitiga biru atau apa.. ada ya... Ah baca lagi..!!!
 
Ane kira bakala ada kejadian fitri jga sama cwok laen di mobil om ehehehehee
 
Luar biasa,3 seri terakhir termasuk epilog
Benar2 diluar perkiraan
Lengkap deh, percintaan, sexualitas, motivasi hidup,keteguhan memegang janji, kesetiaan

Ditunggu karya lainnya Master @Buyuk
Semoga sehat selalu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd