Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
Saat pagi, dua hari setelah kejadian dengan Fany. Aku kembali mendapatkan pengalaman mendebarkan. Setelah aku mandi di sumur, aku kembali belum melihat emakku keluar dari pondok. Lalu aku masuk ke dalam melihat emak. Aku lihat emak sedang menambal atap pondok yang sedikit bocor.
"udah selesai mandi?" kata emak saat melihat aku datang.
"udah" kataku sambil menepikan obat karet dan beberapa seepihan papan dan atap yang tadi di kerjakan emak. Lalu emak turun dari kursi kayu tempat beliau berpijak. Setelah itu emak menghadap ke arah belakang pondok dan mengambil pakaian dari dalam keranjang. Posisi emak membelakangi aku lagi, dan aku kembali harap-harap cemas, apakah kejadian hampir sebulan lalu akan terulang?. Dan benar saja. "sreet"aku mendengar resleting di buka. Selanjutnya emak menurunkan celananya agak sedikit membungkuk. Aku yang sangat dekat dengan emak langsung panas dingin. Aku anak kandungnya sedang melihat gundukan kemaluannya dibalik CD putihnya. Meskipun ini sudah pernah terjadi, tapi aku masih malu melihat ke arah kemaluan emakku sendiri. Tapi aku juga tidak bisa mengalihkan perhatianku dari pemandangan indah dan menggelikan ini.
Setelah itu, tidak seperti sebelumnya. Kali ini emak juga menurunkan CDnya. Aku kembali berkali-kali memohon ampun atas dosa mata ini. Tapi pemandangan ini membuat air liurku terasa asin. Emak menurunkan CD nya dan aku bisa melihat semuanya saat mak agak menunduk. Aku melihat lobang anus emakku sendiri, aku melihat bulu di sela selangkangannya. "duh banyak bulu memek emak" batinku gemas.
"uuuhhh" kataku tanpa sadar. Setelah sadar bahwa aku barusan mendesah, aku mulai khawatir emak bakal mengetahui bahwa aku, anaknya sedang menikmati hal jorok dari emaknya sendiri. Lalu emak memakai kembali CD dan celananya yang bersih. Setelah itu ibu membuka baju dan memakaikan baju lain yang bersih. Setelah semuanya selesai, emak memutar tubuhnya ke arahku. Lalu aku langsung memandang ke arah lain.
"yuk pulang, telat kamu sekolah ntar" kata emak seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi tidak denganku, aku sangat gelisah dengan batang yang keras membatu.
Setelah sampai di rumah, aku langsung masuk ke kamar. Aku sudah tidak tahan. Aku mengocok batangku dengan kejamnya. Aaahh emak memek, berbulu. aaah aku terus mengocok dengan cepat sampai aku muncrat dengan dahsyatnya.
Setelah tenang, aku mau mengambil seragamku. Astaagaa. ternyata ada nenekku yang sedang menatap tajam ke arahku. "Mati aku, pasti nenek bakal ngadu ke emak, karena aku ngocok sambil menyebut emak" batinku. Nenek lalu tersenyum.
"pergilah sekolah dulu, nanti kita bicara" kata nenek nyelonong keluar. Aku langsung terduduk di lantai kamarku.
"nenek ndak akan bilang sama emak, tanang aja. Sekolah aja yang bener" Lalu nenek kembali ngeloyor." Aku sangat khwatir. Tapi seenggaknya nenek udah bilang nggak akan ngadu ke emak. Yaudah liat nanti aja" pikirku
******
Sepanjang jalan pergi ke sekolah, aku masih berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti sore. "kalau nenek memberitahukan apa yang aku lakukan tadi ke emak, pastilah emak akan sangat kecewa. Aku yakin emak nggak akan sampai hati mengusirku. Paling parah emak hanya akan mendiamkan aku. Ndeeh bukan soal emak bakal mendiamkan itu tapi soal ngecewain emak ini. Kek gimana pandangan emak ke aku setalah ini. Duuh Kenapalah tadi itu aku sampai segitunya, sampai-sampai nggak melihat nenek ada di dalam kamarku. Plak plak gub." Entah udah berapa kali tangan kiriku menampar-nambar kepala Mioku ini.
"Huuhh daripada pusing gini mending aku nyari makan dulu. Nggak apalah nggak masuk kelas sesekali" lalu aku memutar motorku ke arah berlawanan. Tujuanku adalah pergi ke pasar Rambai yang berjarak 5km an dari tempatku sekarang. Aku berencana untuk membeli "bak mie" di Pasar Rambai.
Di daerahku ini, pasar itu hanya 1 kali per minggu, dan seriap hari kamis, adalah waktunya untuk pasar Rambai. Setelah selesai beli dan makan Bak Mie, aku berencana untuk kembali ke sekolah. Sudah jam 9 saat aku melihat jam di hp ku. "berati udah nggak akan ke kejar untuk masuk mata pelajaran ke dua" pikirku. Dan aku berencan untuk masuk setelah jam istirahat saja nanti. Lalu ku kendarai motorku pelan-pelan saja.
Jam setengah 10 aku sudah hampir sampai di sekolahku. Tapi aku lihat banyak anak-anak SMA ku yang lalu lalang di jalan.
"Ven, kamu kemana? nggak sekolah?" aku menyapa salah satu temanku yang nampaknya akan pergi entah kemana.
"guru ada rapat, udah boleh pulang" kata Iven tanpa memberhentikan motornya.
"owwh ada rapat, terus aku musti kemana nih, nggak mungkin pulang ke rumah ah, masih belum siap bertemu emak" Lalu aku masuk ke dalam sekolah, berencana untuk mencari si Gepeng sahabatku. Setelah sampai di kelas, ternyata kelasku sudah kosong belompong." Huh kemana nih?" aku kembali ke parkiran motor.
"kalau ada si Gepeng seenggaknya bisa aku ajak main nih, huh" aku meleguh saat aku sudah sampai di motorku. Aku melihat-lihat ke sekeliling, mungkin ada salah satu teman yang bisa aku ajak main, meskipun temanku nggak banyak. Lalu aku alihkan pandanganku ke kelasnya Fany kemudian mencari-cari apakah motor Fany masih ada, dan ternyata benar motor Fany masih ada tidak jauh dari tempat parkir motornya kemaren.
Aku berharap Fany mau mengajakku jalan-jalan lagi, dan mengulangi hal enak yang terjadi kemaren. Loh, kenapa aku mikir hal porno terus yaa belakangan ini? lalu aku teringat lagi kejadian tadi pagi di dalam pondok. Saat emakku menyalin pakaian, aku bisa melihat lubang anus dan bulu kemaluan emak di tengah selangkangannya saat emak mau mengganti CDnya. "aaah enak." Lalu aku memegang batangku dibalik celana yang sudah keras. "kurang ajar sekali aku ini, masa emak sendiri di bayangin jorok" aku berusaha menetralkan pikiranku. Tapi memek emak tembaaam ahh, kampret. Maafkan anakmu ini mak.
"Fanyy, kamu lagi dimana? kita jalan lagi yuk?" aku mengalihkan bayanganku dari emak ke Fany. Aku membayangkan ada Fany di sini dan mengajak dia jalan-jalan lagi seperti kamaren. ah Yaudahlah aku tunggu saja di sini, Fany pasti bakal kesini juga buat ngambil motornya'. Lalu aku mengeluarkan hp nokia 1020 ku, lalu aku mainkan game susun kotak yang ada di hpku.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya nampak Fany keluar dari kelasnya. Dia sedang tesenyum ke arah pacarnya. Nampak dari raut wajahnya, Fany sedang bahagia. Aku, meskipun sejak awal mengatar Fany pulang dulu tidak pernah berharap banyak , karena akupun juga sadar bahwa aku bukanlah orang yang se level dengan Fany. Tapi entah kenapa, melihat Fany bergandengan tangan mesra dengan pacarnya, ada rasa sesak di dadaku. Dua hari yang lalu dia mencium tanganku, dan aku memegang tanganya.Tapii sekarang Fany bergandengan mesra dengan Edy pacarnya.
"Kenapa aku yang merasa cemburu yaa, padahal akulah yang menjadi penjahatnya. Udah jelas sejak awal Fany itu sudah punya pacar" pikirku. "eh tapi kenapa dia mau melakukan itu denganku kemaren? kenapa dia mau mengocok batang kontolku? kenapa dia mau aku mesumin? apa Fany sudah terbiasa melakukan itu dengan teman-teman laki-lakinya yang lain, seperti denganku kemaren? berarti Fany ini adalah cewek yang nggak baik." Berseliweran pikiranku menganalisa tentang Fany, cewek kayak gimana sebenarnya Fany ini.
Ah yaudahlah ngapain aku mikirin pacar orang, meskipun dia cantik, langsing, imut,manis, jari-jarinya kayak lidi, ukuran susunya sangat pas, nggak terlalu besar dan nggak terlalu kecil juga. Meskipun buah pantatnya sangat sekal dan bau memeknya aneh tapi bikin candu. Tetap aja kenyataannya Fany milik orang lain, bukan milikku. Kenapa aku mikir sampai segitunya juga yaa geblek. Kayaknya otakku sudah mulai tercemar.
Saat Fany masuk ke parkiran, Fany hanya melirikku tanpa senyuman. Lalu dia mengambil motornya dan pergi. Sementara Edy mengiringi motor Fany dari samping. "Mungkin mereka pergi untuk ngelakuin hal enak-enak seperti yang aku lakuin dengan Fany dua hari lalu, atau mungkin lebih dari itu. ah biarlah, sama pacarnya sendiri."
Saat aku menoleh ke arah perpustakaan yang berada di samping parkiran motor, aku melihat salah satu teman kelasku sedang berdiri dan tersenyum ke arahku. Aku sedikit bingung kenapa dia senyum-senyum ke aku yaa, kayaknya dia sudah mulai senyum sebelum aku melihat ke arahnya. Mungkin dia lagi ngelamunin hal jorok sepertiku tadi. hahaaa, bisa jadi. Kalau aku ngelamun jorok efeknya batangku mengeras. Semetara dia, ngelamun jorok efeknya itu senyum-senyum. Lalu dia berjalan ke arahku, masih senyum-senyum.
"kenapa Ndan, ngeliatin temen aku terus dari tadi, suka yaa" eh, kenapa ini. Lalu aku melihat lagi ke arah pandanganku yang tadi saat melihat kepergian Fany. Ternyata di sana ada seorang cewe, dan aku tau itu adalah Yana teman dekatnya Ika yang sekarang bertanya ke aku.
"eh nggak kok ka" aku menggelengkan kepala
"kalau suka nggak apa kok, dia jomblo tuh" Ika masih senyum-senyum jahil mengkampretkan.
"owh" kataku singkat. "Bodo amat, orang gue nggak ngeliat ke temenmu kok" kataku dalam hati.
"mau nomornya nggak" katanya lagi. Aku diam saja.
"0813.......... tuh nomornya. Terserah mau di ingat atau nggak. Aku mau pulang dah" Ika pergi ke arah motornya.
Aku masih bengong, Ika ini kenapa sih. Dia ngira aku suka sama temannya atau dia nawarin temannya ke aku?.
Yana temannya Ika ini juga cantik, meskipun masih kalah sama Fany. Dan meskipun masih kalah sama Fany, tetep aja levenya Yana ini masih jauh di atas aku. Aku pernah melihat Yana di antar sama orang tuanya sampai ke gerbang sekolah. Mobil orang tuanya itu adalah Kijang Inova. Dan aku tau Kijang Inova itu mahal, lebih mahal daripada Avanza. Sementara Aku? aku cuma punya Mio ini untuk satu keluarga. Jadi levelnya Yana itu masih jauh di atas aku.
Setelah beberapa waktu aku duduk-duduk di parkiran, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Karena aku memang tidak punya tujuan lain. Aku tidak punya tempat nongkrong dan tidak punya banyak teman juga.
*****
Akhirnya aku sampai di rumah, mempersiapkan mental saat bertemu dengan emak. Saat aku masuk ke dalam rumah, aku lihat nenek dan emak sedang ngobrol-ngobrol sambil melipat pakaian kami. Jantungku langsung bergetar, aku yakin nenek sudah memberi tahu ke emak tentang aku yang ngocok sambil menyebut emak tadi pagi.
"eh kok udah pulang" tanya emakku. Aku lihat nenek mengerutkan keningnya yang juga udah mengkerut itu. Aku tau tatapannya ini adalah tatapan orang curiga.
"iya mak, guru-guru lagi ada rapat" aku berjalan ke arah emak dan nenek dan siap untuk di adili.
"bener guru rapat? apa kamu nggak bolos?" tanya nenekku curiga.
"Emak, mana ada Adan bolos begitu. Rini juga udah pulang kok" emakku membela. Rini adalah tetanggaku yang masih punya hubungan keluarga dengan kami.
" yaudah nak istirahat aja sana" kata emak lembut.
"iya mak" aku langsung nge gas ke kamar. Setelah nutup pintu, aku nggak langsung tidur. Tapi nguping pembicaraan antara emak dan nenek. Ternyata isi pembicaraan mereka biasa saja. Nenek ternyata menepati janjinya bahwa beliau tidak akan mengadu ke emak. "Syukurlah" aku bergumam sendiri. Lalu aku tidur-tiduran di kasur sampai akhirnya tertidur beneran. Baru bangun saat emak membangunkan aku untuk sholat ashar.
****
Sudah jam 10 malam, mataku masih belum mau juga di ajak tidur. Pastilah gara-garanya tadi siang aku tidur kelamaan. Mau nonton tv nggak ada acara yang bagus, mau keluar enggak tau mau pergi kemana. Karena aku nggak punya tongkrongan. "Eh tadi Ika ngasih nomor Yana, berapa tadi yaa. 0813.......... ini bukan yaa. Aku coba tes aja nelpon iseng. Kalaupun ini bener nomornya Yana, aku nggak punya sesuatu untuk di omongin. Lagian belum tentu juga Yana mau telponan sama aku. Coba ajalah dulu miscall." Aku pencet tombol hijau itu.
tuuut tuuut tuut...
"Nggak ada NSP nya yaa. Hari gini nggak pake nada sambung pribadi? kayak orang miskin aja wekwekwek" Ledekku sambil ngomong ke HP ku.
Jaman itu memang lagi ngetrend NSP. Nomor aku aja pake NSP Vegetoz, meskipun gratis, yang penting nggak bunyi tuuuut tuuut tuuut saat ada yang menelpon. Aku pernah diledekin sama si Gepeng, Tio, Dewi dan temen-temenku yang lain karena nggak pake NSP.
"miskin amat lo"
"kalau orang nelpon itu jawab cepet, sakit telingaku denger tuut tut tuut"
Itu diantaranya ledekan dari teman-temanku. Mulai sejak itu aku selalu mencari nsp gratis hehee.
"haaalooo, uummhh" Sahut suara yang mengangkat telponku. Kayaknya dia ngangkat telponku sambil merem. Kedengaran kayak orang bangun tidur.
"halloo,. Ini nomor Yana yaa" tanyaku ingin memastikan ini bener nomornya Yana atau bukan.
"Iya" katanya masih ngantuk. Tapi aku nggak mau selesai gitu aja, aku ingin punya temen ngobrol, agar aku nggak bergadang sendiri.
"Tau nggak aku siapa?" hahaaa, bego, kenapa aku nanya begitu.. Padahal aku yang nelpon, sok penting benget.
"tau" balas Yana disana.
"hah, siapa emang?" Masa iya dia tau.
"Adan kan?"
"eh iya, kok tau?"
"Kata Ika kamu tadi mintan nomor aku" loh, kapan aku minta? Ika ini aneh kayaknya, jelas-jelas tadi siang dia yang ngasih sendiri.
"owh gitu yaa, apa kata Ika?" tanyaku sambil garuk garuk kepala. Agak malu dikit sih seolah-seolah aku yang ngarep banget minta nomornya. Tapi yasudalah.
"yaa gitu aja, kata Ika kamu minta nomor aku, terus dia kasih, gitu"
"owwh"
tik tok tik tok aduh ngomong apalagi yaa. Aku nggak punya bahan buat diomongin.
"Kamu mau nggak sama aku Na" Hah saking nggak ada bahannya, sampe aku langsung nembak Yana. Ah yasudalah, udah terlontar, pantang bagiku untuk menariknya lagi.
"Hah,,, cowok aku Egi..." Kata Yana, kayaknya reflek. Karena dia balas omongan aku langsung nggak pake mikir. Atau dia sedang ingin menolak aku mentah-mentah yaa?. Ahh itu mungkin saja, mungkin Yana berfikir bahwa aku memang nggak pantas buat dia.
Egy adalah salah satu idola di sekolahku. Motonya Ninja dia juga ganteng. Motor Ninja saat itu masih sangat jarang, punya Tiger aja udah keren, apalagi ini Ninja. Aku sering denger dari cewek-cewek di sekolahku, mereka ngomonhin soal motor bawaan pacar-pacar mereka, ataupun incaran mereka. Kalau diangkut sama Ninja, itu udah langsung jadi cantik dan naik levelnya.
Aaah ini aku sedang ditolak cewek mentah-mentah. Meskipun niat awal aku tadi cuma iseng, tapi mendengar penolakan Yana sambil ngebandingin aku sama Egy, rasanya sakit juga.
"oowh, iya maap yaa Yana" cuma itu yang aku katakan. Aku bingung, malu juga. "Ingin aku lari kehutan kemudian menyanyiku". Baru pertama kali nembak cewek dan langsung ditolak. Sedih mana lagi yang kamu dustakan.
Lalu aku menutup telpon Yana tanpa salam penutup..
*****
Saat aku masuk ke kelas, si Gepeng langsung nyamperin aku.
"Kamu di tolak sama Yana Ndan?" Loh.
Aku lihat teman-teman sekelas pasang ekspresi mengasihani aku.
"Makanya kawan, cari cewek itu yang se level.. biar nggak di tolak" Kata Rendi menghampiriku. Lalu menepuk pundakku 3 kali. Seolah-olah dia mau bilang "sabar-sabar". Kampret, ingin ku banting si gepeng ini ke Rendi. Kayaknya teman-temanku ini nggak pernah belajar Psikologi. Mau menghibur kok terasa seperti menghina. Atau emang niatnya untuk menghina?. Ah yasudalah.
Setelah itu banyak lagi komentar teman-teman aku yang bikin panas hati.
Aku melihat ke arah Ika, dia hanya diam saja. Seperti orang yang sedang mengakui kesalahannya. Dari situ aku tahu, bahwa yang menyebar berita ini pertamanya adalah Ika. Tega sekali dirimu Ika Hu hu huuuu.. Tega sekali dirimu mempermainkan teman sekelasmu ini. Setelah kemaren kamu bohong bahwa Yana sedang jomblo. Kamu Fitnah juga aku, bahwa aku yang meminta nomornya Yana..Tegaaaaaaa.
Malu aku dengan teman-teman. Level aku yang sudah di bawah, semakin bertambah ke bawah karena penolakan ini. Sementara Yana, mungkin semakin populer sekarang. Eh tapi kayaknya nggak juga sih, kecuali kalau yang dia tolak itu adalah cowok-cowok beken di sekolah. Kalau cuma nolak orang se level aku, harusnya biasa aja.. Nggak ada pengaruhnya. Tapi kenapa berita soal aku di tolak Yana di ketahui sama banyak orang?. Bahkan saat dikantin jam istirahat tadi, ada banyak orang yang menghampiri aku. Bahkan diantara mereka banyak yang belum pernah bertegur sapa denganku. Aaah bodo amat, sudah terlanjur juga. Yang pasti untuk kedepanya aku harus lebih hati-hati lagi. Aku nggak boleh berurusan dengan cewek sepeeti Yana dan Ika yang mulutnya ember itu. Mereka berdua sudah aku black list.
****
Dalam perjalanan pulang dari sekolah, aku di pepet oleh duo Ika dan Yana. Mereka minta maaf. Mereka tidak bermaksud untuk mempermalukan aku. Kata mereka: Tadi pagi Ika nanya ke Yana, apa aku sudah menelponnya?. Lalu Yana menceritakan soal aku yang tiba-tiba nembak dia dan juga soal aku yang tiba-tiba menghilang setelah menutup telponnya. Tapi entah siapa yang mendengar pembicaraan mereka berdua, dan menyebar berita itu, mereka berdua juga tidak tahu. Tiba-tiba di kelas mereka masing-masing, teman-teman mereka langsung menanyakan soal berita itu.
Ok, berarti Ika dan Yana tidak se jelek yang aku pikirkan tadi. Aku sudah tidak lagi kecewa dengan mereka. Tapi permasalahannya adalah, teman-teman satu sekolah sudah tau tentang berita itu. Dan level aku tetap turun. Ah yasudalah.
 
Sudah lebih dari satu minggu sejak aku ditolak oleh Yana. Tidak ada lagi hal menarik dalam hidupku. Hanya rutinitas seperti biasa saja. Selama itu juga Fany seakan menghilang. Jarang sekali aku melihat dia di sekolah. Sesekalinya melihat, itupun hanya dari jarak jauh. Aku tidak punya nomor hp Fany, begitu juga Fany sepertinya tidak punya nomor hpku. Kami memang belum sempat bertukar nomor hp.
Senin pagi, aku terlambat ke sekolah. Aku berencana untuk masuk di jam ke dua saja. Tapi, saat aku dalam perjalanan ke arah sekolah, dibelakangku ternyata ada Buk Tika. Buk tika adalah guruku waktu kelas X dulu. Buk Tika sengaja banget nggak mau mendahuluiku, tapi juga nggak mau tertinggal jauh dibelakangku. Saat aku geber gas motorku kencang, aku liat di spion jarak antara Buk Tika denganku nggak berubah. Begitu juga saat aku memperlambat motorku, jaraknya tetap nggak berubah. Kampret.... Sehingga, mau nggak mau, aku harus tetap berkendara lurus ke arah gerbang sekolah. Dan sudah pasti aku akan mendapat hukuman. Saat aku sampai di depan gerbang sekolah, motorku tertahan di luar. Sementara Buk Tika nyelonong aja masuk ke dalam sekolah. Saat melewatiku, Buk Tika memperlihatkan senyum jahilnya yang jahat ke arahku
Aku adalah satu-satunya siswa yang tertahan di depan gerbang. Aku yakin seyakin yakinnya, ada banyak siswa berandal yang juga terlambat. Tapi mereka pastilah beruntung, tidak ada guru yang mengawasi pergerakan mereka dari belakang saat perjalanan ke sekolah. Sehingga mereka bisa berbelok arah entah itu ke warungnya Pak Ha, atau warungnya Buk pit, tempat biasa anak-anak SMA ku nongkrong di luar sekolah.
Tidak lama setelah aku menyantaikan diri di depan gerbang sekolah, yang di monitori oleh satpam dari markasnya di balik gerbang ini. Aku melihat dari arah kanan Fany datang dengan membonceng seseorang di belakangnya. Saat hampir sampai di dekatku, aku melihat Fany seperti komat kamit kayak orang mules. Haaahaaa ternyata Fany sedang membonceng Buk Dian, salah satu guru yang mengajar di kelasnya.
"Makasih yaa Fany, Ibu masuk dulu yaaa" Buk dian mengulurkan tangannya untuk di salim oleh Fany.
"Iya buk" kata Fany ramah.
Setelah Buk Dian masuk, barulah aku dan Fany ketawa lepas.
"hahahaaahaaa"
"Nggak punya perasaan. Habis manis sampah di tinggal untuk di hukum" rengek Fany.
Aku hanya ketawa saja makin jadi melihat ekspresi Fany yang kesal mennggemaskan. Fany terus saja nyerocos mengucapkan sumpah serapah untuk Buk Dian. Semakin aku ketawa, Fany seperti semakin semangat menyumpahnya. Sementara aku, melihat Fany menyumpah serapah gitu, semakin aku ketawa.
Lalu aku juga menceritakan bagaimana Buk Tika tadi mengawasiku. Yang membuat Fany juga ikut mengetawai aku. Kami berdua ketawa padahal yang diketawain adalah diri kami sendiri. Dan jadilah pagi ini sangat ceria untuk kami.
Tapi keceriaan kami tidak bertaham lama. Karena sepertinya upacara bendera sudah selesai. Aku dan Fany dikumpulkan di lapangan bersama siswa lain yang ikut upacara tapi tidak lengkap. Ada yang tidak pakai topi, ada yang tidak pakai dasi, ada yang kaos kakinya bolong atau mungkin kukunya panjang, hahahaa, tapi itu mungkin saja kan? tidak ada yang tidak mungkin jika guru sudah berniat untuk menghukum..
Tapi hukuman aku dan Fany berbeda dengan mereka. Karena mereka hanya tidak lengkap tapi tetap ikut upacara, sementara aku dan Fany tidak mengikuti upacara.
Aku dan Fany akhirnya dihukum membersihkan WC. Dan beruntungnya kami, WC yang akan kami bersihkan sudah bersih dan wangi. Sepertinya Pak Rahmat yang bertugas membersihkan sekolah, pagi ini dia khilaf. Biasanya setiap hari senin, WC itu sengaja tidak dibersihkan, agar siswa-siswa yang mendapatkan hukuman itu harus bekerja lebih keras. Melihat WC yang sudah rapi aku dan Fany kembali tertawa. Fany sampai menepuk jidatnya berkali-kali. Dia bilang "mungkin ini adalah rezekinya anak soleh". Aku cuma mengiyakan saja. Hahahaaa kami sampai meneteskan air mata karena saking banyaknya tertawa.
Waktu yang tersisa untuk hukuman kami hanya kami gunakan untuk saling berbagi cerita. Fany mengatakan bahwa dia sengaja nggak mau bertemu dengan aku. Katanya dia marah karena dia pikir aku menyukai Yana lalu menembak Yana untuk jadi pacarku. Meskipun di tolak, tapi itu tidak menutup fakta bahwa aku sudah meminta Yana untuk jadi pacarku. Dia marah karena Yana itu adalah musuhnya sejak SMP. Lalu aku menceritakan ke Fany, bahwa aku sebetulnya nggak sengaja menembak Yana, karena aku waktu itu sudah nggak punya bahan omongan lagi. Fany ketawa sampe tersedak. Lalu Fany menyebutku sebagai cowo pendiam yang nakal. "Masa iya baru pertama kali nelpon langsung nembak anak orang" katanya.
Fany juga membahas tentang kemesuman yang kami lakukan di pinggir sungai dulu. Itu menguatkan dugaannya, bahwa aku adalah cowok pendiam yang nakal. Mesumin pacar orang nggak tanggung-tanggung. Fany juga mengatakan bahwa itu adalah hal paling mesum yang pernah dia lakukan dengan laki-laki. Dan dari situ aku berpikir, ternyata dugaanku minggu lalu itu, bahwa Fany mungkin adalah cewek nakal yang bisa mesum dengan teman laki-lakinya, itu salah. Karena hal paling mesum baru dia lakukan denganku.
Lalu aku bertanya ke Fany tentang hal yang paling membuatku penasaran.
"Fan, kenapa kamu mau jalan sama aku, bahkan sampai kayak kemaren itu?"
"mau tau atau mau tau banget" kata-kata ini udah bosan aku dengar.
"mau tau banget" kataku
"kalau mau tau banget ceritanya panjang... tapi"
"nggak apa-apa kok, waktu kita masih banyak" potongku.
"hahaahaa, nafsu amat kamu" katanya lagi.
Lalu Fany mulai cerita meskipun awalnya agak ragu. Intinya, Fany, sebelum pertama kali memintaku untuk mengantarnya pulang dulu itu. Dia sudah beberapa kali mimpi basah, dan laki-lakinya itu adalah aku. Makanya Fany penasaran kenapa dia sering memimpikan aku. Aku cuma nge owh saja, aku nggak kecewa maupun senang. Karena memang aku tidak mengharapkan apa-apa dari Fany.
Bahkan, seandainyapun Fany meminta aku untuk jadi pacarnya, aku nggak akan mau jadi pacarnya. Karena menjadi pacar Fany hanya akan mempersulit hidupku yang sudah sulit. Karena kalau seandainya aku adalah pacar Fany, udah pasti dong orang tuanya nggak akan setuju. Agar orang tuanya setuju berarti aku harus bekerja ektra keras kan?. Aku harus kuliah, harus punya kerjaan yang bagus. Sementara aku saja tidak ada niatan untuk lanjut kuliah. Aku sadar diri, kuliah terlalu mewah untukku. Aku punya 3 adik yang masih sekolah. Belum lagi ingat emakku bakal menderes karet di kebun sendirian, yaa nggak tegalah. Nanti emakku di apa-apain orang.
 
Sejak hari senin itu, dimana aku dan Fany di hukum bersama karena tidak ikut upacara, hubungan aku dengan Fany semakin membaik. Kami sudah saling sms dan telponan saat malam hari. Tapi, saat disekolah Fany meminta agar kami bersikap biasa saja. Katanya, dia tidak ingin ada teman-temannya yang tau terutama si Edy pacarnya. Bagiku ok saja. Aku juga merasa akan lebih nyaman begitu.
Awalnya kami hanya mengobrol tentang kehidupan kami sehari-hari. Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi. Tentu saja, Fany yang banyak bercerita. Sehingga aku tau tentang keluarganya, tentang kakak perempuannya yang sedang kuliah di Kota Provinsi. Ada juga bercerita tentang istri kakak pertamanya yang sedang hamil, yang ngidamnya aneh-aneh. Pernah abangnya Fany itu, tengah malam disuruh masak nasi goreng, tapi masaknya pakai bahan-bahan dari rumah orangtuanya Fanyi. Fany dan orang tua nya hanya melongo saat abang Fany datang tengah malam minta bahan untuk masak nasi goreng. Abangnya Fany juga minta tolong sama Mak Emi ART keluarganya untuk membantunya, tapi tidak di izinkan oleh Ibunya Fany. "Istrimu kan ngidam nasi buatan kamu, jadi bikin sendirlahi" kata Ibunya. Fany hanya terkikik jahil melihat penderitaan abangnya itu.
Aku bahkan tau jenis pembalut yang di pake oleh Fany. Aku juga tau berapa lama Fany biasanya menstruasi. Dan tadi malam pembicaraan kami sudah mulai aneh. Mulai dari Fany yang nanya soal gimana rasanya onani, yang langsung aku praktekkan saat kami telponan. Sampai akhirnya kami onani sama-sama. Dulu aku kira hanya kami yang melakukan hal aneh seperti itu. Ternyata orang lain juga banyak melakukannya. Sampai aku tau ada istilah phone sex.
Tapi Fany tidak pernah mau bercerita tentang Edy pacarnya. Kata Fany, kayak gini saja sudah jahat, selingkuh dibelakang pacarnya sendiri. Entahlah, apa hubungan kami ini sudah termasuk perselingkuhan atau belum. Tapi karena Fany menganggapnya berselingkuh, yasudah aku iyakan saja.. Jika ditambah lagi dengan ngomongin orangnya dibelakang, itu hanya akan membuat Fany semakin merasa jahat.
Aku sendiri tidak perduli sama sekali tentang Edy dan perasaannya. "Ngapain aku mikirin orang yang hidupnya sudah nyaman dari kecil, karena memiliki orang tua yang kaya. Palingan persoalan hidupnya hanya berkisar soal Cinta" Bagi aku cinta itu omong kosong, apalagi saat kami masih semuda ini. Nggak ada yang perlu diperjuangkan apalagi dikorbankan. Kata nenek aku, Cinta anak sekolah itu hanya cinta monyet. Dan aku sangat setuju dengan itu. Buat apa kita memperjuangkan cinta, padahal perjalanan masih panjang. Siapa yang menjamin bahwa orang yang kita perjuangkan sekarang akan berusaha mempertahankan hubungan kita di masa depan. Palingan, kalau ada cewek yang lebih cantik ngajak kawin, laki-laki mana yang tahan. Kalau cewek di rayu sama pria yang lebih tampan dan lebih mapan daripada kita, apa iya dia bakal setia. Jadi nikmati saja dan hanya pikirkan tentang apa yang bisa membuat kita senang. Bukan berusaha untuk menyenangkan orang lain. Kecuali orang tua kita. Karena sampai kapanpun mereka akan tetap menjadi orang tua kita. Jadi apasalahnya membahagiakan mereka secepat mungkin tanpa tunggu nanti.
****
Pulang sekolah, aku dan Fany sudah berjanji akan bertemu. Seperti sebelumnya, Fany akan meninggalkan motornya di rumah adik neneknya, lalu aku datang mengangkutnya. Kali ini Fany pake helm. Aah mungkin dia takut di kenali oleh teman-temanya. Lalu kami pergi ke arah yang cukup jauh dari sekolah kami. Pertama, kami mencari makan dulu. Setelah berputar-putar agak lama, kami memutuskan untuk makan mie ayam saja, yang kebetulan ada di dekat kami saat itu.
Setelah makan, kami masih berdebat kemana tujuan kami selanjutnya. Fany sempat mengejekku "dasar kuper", dan aku hanya ketawa saja. Karena sadar kenyataannya memang begitu. Lalu Fany mengajakku untuk melihat bendungan. Sampai di sana, kami sama sekali tidak menengok ke arah bendungan itu. "apanya yang ditengok, nggak ada apapun yang spesial. Bendungan ini sama saja dengan bendungan yang letaknya tidak jauh dari sekolah kami."
"duduk di sana saja yuk" kataku menunjuk ke arah pondok yang berada agak di sebelah kiri kami.
"yuk" kata Fany. Lalu aku mengarahkan motorku ke arah pondok.
Setelah sampai di pondok, kami bingung mau ngapain lagi. Karena nggak ada apa-apa. Jangankan cemilan, air minum saja tidak ada kami bawa. Tapi itu tentu tidak mengurangi keromantisan kami.
"uuuhh capek" kata Fany menyandarkan kepalanya di bahuku. Lalu aku elus-elus puncak kepalanya yang ditutupi jilbab itu.
"kenapa kita kok kehutan terus mainnya?" kata Fany menoleh ke aku. Sebenarnya aku juga sedang memikirkan itu. Belum lagi jika nanti ada orang yang melihat kami di dalam hutan begini. Sebenarnya bukan hutan, lebih tepatnya kebun karet. Tau gini mending aku ajak Fany ke kebunku saja tadi. Di sana ada sumur, ada jala, ada pancing, bisa saja kami bakar ikan disana.
Saat aku menoleh ke arah Fany, aku melihat matanya yang indah. Nggak nyangka aku bisa membawa cewek secantik Fany ini ke dalam hutan begini. Lalu , "cup" Fany mengecup bibirku sekilas. Aku yang sudah sejak tadi pulang sekolah sudah memikirkan hal-hal mesum dengan Fany, langsung saja terpancing. Aku ubah posisi kepala Fany menjadi berhadapan denganku. Aku pegang pipi kiri dan pipi kanannya, aaah lembut sekali. Aku belai kedua pipinya dengan jempolku, Fany hanya diam saja. Matanya sayu,nampak makin indah.
"cup cup cup" aku kecup dua pipinya dan keningnya. Lalu aku kecup lagi hidungnya yang agak mancung. Hidungnya bikin aku geli, keras tapi aku ulang lagi mengcup hidungnya. Gemas aku gigit-gigit hidungnya lembut. "iiiiihh" keluhnya dengan tatapan manja. Lalu aku lihat Fany memejamkan matanya. Aku tau keinginannya. Segera saja aku tempel bibirbya dengan bibirku. Setelah itu aku lepas lagi. Aku ingin tau ekspresinya Fany, apa dia masih ingin lanjut atau tidak. Karena bagiku, ini adalah keaempatan terakhirnya untuk mundur.
Karena Fany tidak melakukan apa-apa, aku kembali mencium bibirnya. Kali ini ciuman basah. "aaahh nikmat sekali ciuman bibir ini. Hembusan nafas Fany bikin aku makin gemes. Aku cium Fany lebih dalam lagi dan pelan-pelan berubah jadi kasar. Aku hisap bibir atas dan bawahnya bergantian, lalu aku masukkkan lidahku mencari lidahnya dan dibalas oleh Fany. Saat itu ciuman kami menjadi panas dan kasar. Kami seolah berubut untuk menguasai lidah lawan. Lalu aku rasakan tiba-tiba Fany memelukku. "aaahh naluri laki-lakiku nggak mau kalah". Aku belai mulai dari kepala Fany bagian belakang, turun ke lehernya, turun ke punggungnya. Aku merasakan ada kain karet ketat dipunggungnya. Aku semakin gemas menyadari itu adalah bra Fany. Aku memikirkan isi yang ada di dalam bra ini. Lalu satu tanganku turun ke arah pantatnya.. "uuuhh" "aaah" leguh kami bersamaan. Berdebar-debar jantung merasakan kegemasan yang sangat saat memegang pantatnya. Enak sekali, hangat, kenyal, menggelikan. Langsung saja aku usal-usal dan aku remas seenaknya. Aku nggak tau apa yang dipikirkan oleh Fany, aku hanya mengikuti keinginanku. Tangan kiriku yang tadi ada dipunggung Fany, aku arahkan ke depan, dan meramas dada Fany dan menggelitik putingnya. Aku nggak punya niat untuk menggelitik dan meilin puting Fany. Hanya rasa gemasku menuntunku untuk melakukan itu.
"aaah ahh duh" Fany remas rambutku, kadang juga dia cium-cium. Lalu aku buka 3 buah baju bagian atasnya. Dan kemudian aku bisa melihat betapa indahnya kulit Fany. Putih, bening, bersih, lalu ada bulu romanya yang sedang berdiri, sehingga pori-pori kulitnya yang sangat kecil-kecil itu, yang mengeluarkan air keringatnya membuat aku makin belingsatan. Aku cium aku jilat dada Fany yang terasa agak asin. Tapi itu justru membuat aku makin gila. Aku jilat semua permukaan dada Fany, sampai basah oleh air liurku. Kadang juga aku hisap-hisap sehingga meninggakkan bekas merah. Lalu aku berencana untuk menurunkan cub BH nya, tapi di tahan oleh Fany. "jangan" katanya lemah. Aah persetan, kalau mau berhenti harusnya dari tadi. Aku angkat cup BH nya, lalu aku hisap puting kecilnya bergantian. Aku sangat gemas dengan susu itu, tapi aku nggak bisa apa-apa. ingin kumasukkan semua susunya ke mulutku. Tapi tidak muat. Akhirnya aku hanya memakan susunya bertahap.
Aku semakin nggak tahan, aku tuntun tangan Fany memegang batangku, tidak perlu lama aku langsung membuka hak dan resleting celanaku. Saat batangku sudah di luar, aku menengok ke arah Fany. Matanya berbinar, lalu dia menunduk mengamati batangku. Desahan kami sudah tidak jelas dan sudah agak kasar.
Saat Fany mempermainkan batangku, aku mengambil alih bagian pantatnya. Lalu tanganku masuk kedalam, merasakan gundukan memek kampretnya Fany. Aaah enak sekali memegang memeknya. Terasa gemuk, nggak cukup hanya ditelungkupi satu tangn. Tanganku bisa masuk ke dalam menyentuh semua selangakangan di balik roknya. Karena rok yang dipakai Fany hari ini adalag rok lebar. Saat aku mengobel-ngobel, menggosok memeknya Fany, aku merasakan basah di kepala batangku. Aaah Fany sedang menjilat kepala batangku. Aah romantis sekali. Aku merasa Fany ingin memasukkan barangku ke mulutnya tapi ngggak bisa-bisa. Sangat terasa bahwa Fany juga sangat gemas dengan batangku. Dia menggosokkan batangku ke seluruh wajahnya.
"aaah aku sudah tak tahan, aku tarik Fany lalu aku telentangkan dia. Aku cium memeknya yang menggembung itu di balik roknya. "aahhh bau sabun" batinku. "apa dia tadi mencuci memeknya yaa?" Aku masih tidak puas, aku balikkan Fany supaya pantatnya ngadap ke atas. Aku cium pantatnya, aku gosok wajahku disana. Lalu saat aku menarik roknya ke atas, dan ingin melepaskan wajahku di bokongnya agar bisa merasakan memeknya lebih jelas lagi di balik celana dalamnya. Tangn Fany menahanku "terus dikit lagi". Katanya. Aku teruskan seperti itu. Lalu Fany beretriak "aaaaaaaaahhjkk" lalu dia mengejang. Aku takjub dengan apa yang terjadi. Lalu Fany lemas.
Tapi aku masih kentang. Aku tarik pantat Fany sehingga dia agak menungging. "udaah aku capek" katanya. Aku nggak peduli, aku juga sedang kentang. Aku kocok batangku di antara pahanya. Aku naikkan roknya. Antara batangku dengan memeknya masih terhalang CDnya yang banjir. Aku kocok terus, aku remas pantatnya.
"aaahhh ahh duh ah" Fany kembali meracau. Dan tidak lama setalah itu Fany kembali mengejang. Dan karena aku juga sudah mau sampai. Aku biarkan Fany melemas. Aku kocok batangku sendiri sampai aku muncrat. Aaaah ahhh ahhh enaknya aaaaaaah crut cruuut cruuut, spermaku terlempar cukup jauh.
Lalu saat batangku mulai loyo, dan akan aku lap. Fany menahanku. Dia memasukkan batangku ke dalam mulutnya. Aaah gelliii Fan. Kataku memegang kepalanya. Lalu dia menatapku tajam. "rasain" katanya lagi. Dia terus saja mengulum batangku sambil melihat ke arahku. Memikirkan ada cewek cantik yang sedang mengulum batangku. Nafsu pelan-pelan naik lagj. Batangku mulai mengeras lagi. "eeh" kata Fany kaget.
"eeh udalah aku capek katanya" menampar kontolku.
"kalau tegang begini nggak bisa di kulum, nggak muat" katanya lagi. Lalu merapikan pakaiannya.
Aku yang juga sebenarnya capek, membiarkan saja Fany berberes. Aku juga memasukkan batangku yang masih basah karena air liur Fany. Setelah berberes, Fany nyeletuk.
"aku haus" katanya mengenyitkan kening.
"eh iya ayuk pergi"ajakku.
"gendoooong" katanya mengulurkan ke dua tanganya. Yaelah aku juga capek kali. Tapi tetap aku ambil tanganya dan menggendongnya ke motor. Aku dudukkan Fany di atas motor, lalu kami pergi. Saat di jalan mau keluar dari kebun ini. Aku lihat ada orang datang ke arah kami.
"heh darimana kalian" katanya sok garang. Padahal badanya kayak bocah.
"nggak ada bang cuma lihat bendungan" kataku tanpa menghentikan motor. Entah kayak gimana muka abang-abang berbadan kayak bocah itu di belakang. Aku nggak peduli. Aku terus aja menjalankan motor ke luar dari wilayah ini.
Kami mencari minuman dan istirahat sebentar di warung itu, lalu pulang. Sepanjang jalan Fany sangat manja. Dia berkali kali mencium punggung tangan kiriku. Karena sejak masuk jalan aspal tadi, tangan Fany di letakkan di atas paha dan tanganku. Dia tidak mau melepas tanganku, meskipun ada jalan berlubang atau tanggul di jalan. Aku turuti saja kemaunnya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd