Saat pagi, dua hari setelah kejadian dengan Fany. Aku kembali mendapatkan pengalaman mendebarkan. Setelah aku mandi di sumur, aku kembali belum melihat emakku keluar dari pondok. Lalu aku masuk ke dalam melihat emak. Aku lihat emak sedang menambal atap pondok yang sedikit bocor.
"udah selesai mandi?" kata emak saat melihat aku datang.
"udah" kataku sambil menepikan obat karet dan beberapa seepihan papan dan atap yang tadi di kerjakan emak. Lalu emak turun dari kursi kayu tempat beliau berpijak. Setelah itu emak menghadap ke arah belakang pondok dan mengambil pakaian dari dalam keranjang. Posisi emak membelakangi aku lagi, dan aku kembali harap-harap cemas, apakah kejadian hampir sebulan lalu akan terulang?. Dan benar saja. "sreet"aku mendengar resleting di buka. Selanjutnya emak menurunkan celananya agak sedikit membungkuk. Aku yang sangat dekat dengan emak langsung panas dingin. Aku anak kandungnya sedang melihat gundukan kemaluannya dibalik CD putihnya. Meskipun ini sudah pernah terjadi, tapi aku masih malu melihat ke arah kemaluan emakku sendiri. Tapi aku juga tidak bisa mengalihkan perhatianku dari pemandangan indah dan menggelikan ini.
Setelah itu, tidak seperti sebelumnya. Kali ini emak juga menurunkan CDnya. Aku kembali berkali-kali memohon ampun atas dosa mata ini. Tapi pemandangan ini membuat air liurku terasa asin. Emak menurunkan CD nya dan aku bisa melihat semuanya saat mak agak menunduk. Aku melihat lobang anus emakku sendiri, aku melihat bulu di sela selangkangannya. "duh banyak bulu memek emak" batinku gemas.
"uuuhhh" kataku tanpa sadar. Setelah sadar bahwa aku barusan mendesah, aku mulai khawatir emak bakal mengetahui bahwa aku, anaknya sedang menikmati hal jorok dari emaknya sendiri. Lalu emak memakai kembali CD dan celananya yang bersih. Setelah itu ibu membuka baju dan memakaikan baju lain yang bersih. Setelah semuanya selesai, emak memutar tubuhnya ke arahku. Lalu aku langsung memandang ke arah lain.
"yuk pulang, telat kamu sekolah ntar" kata emak seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi tidak denganku, aku sangat gelisah dengan batang yang keras membatu.
Setelah sampai di rumah, aku langsung masuk ke kamar. Aku sudah tidak tahan. Aku mengocok batangku dengan kejamnya. Aaahh emak memek, berbulu. aaah aku terus mengocok dengan cepat sampai aku muncrat dengan dahsyatnya.
Setelah tenang, aku mau mengambil seragamku. Astaagaa. ternyata ada nenekku yang sedang menatap tajam ke arahku. "Mati aku, pasti nenek bakal ngadu ke emak, karena aku ngocok sambil menyebut emak" batinku. Nenek lalu tersenyum.
"pergilah sekolah dulu, nanti kita bicara" kata nenek nyelonong keluar. Aku langsung terduduk di lantai kamarku.
"nenek ndak akan bilang sama emak, tanang aja. Sekolah aja yang bener" Lalu nenek kembali ngeloyor." Aku sangat khwatir. Tapi seenggaknya nenek udah bilang nggak akan ngadu ke emak. Yaudah liat nanti aja" pikirku
******
Sepanjang jalan pergi ke sekolah, aku masih berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti sore. "kalau nenek memberitahukan apa yang aku lakukan tadi ke emak, pastilah emak akan sangat kecewa. Aku yakin emak nggak akan sampai hati mengusirku. Paling parah emak hanya akan mendiamkan aku. Ndeeh bukan soal emak bakal mendiamkan itu tapi soal ngecewain emak ini. Kek gimana pandangan emak ke aku setalah ini. Duuh Kenapalah tadi itu aku sampai segitunya, sampai-sampai nggak melihat nenek ada di dalam kamarku. Plak plak gub." Entah udah berapa kali tangan kiriku menampar-nambar kepala Mioku ini.
"Huuhh daripada pusing gini mending aku nyari makan dulu. Nggak apalah nggak masuk kelas sesekali" lalu aku memutar motorku ke arah berlawanan. Tujuanku adalah pergi ke pasar Rambai yang berjarak 5km an dari tempatku sekarang. Aku berencana untuk membeli "bak mie" di Pasar Rambai.
Di daerahku ini, pasar itu hanya 1 kali per minggu, dan seriap hari kamis, adalah waktunya untuk pasar Rambai. Setelah selesai beli dan makan Bak Mie, aku berencana untuk kembali ke sekolah. Sudah jam 9 saat aku melihat jam di hp ku. "berati udah nggak akan ke kejar untuk masuk mata pelajaran ke dua" pikirku. Dan aku berencan untuk masuk setelah jam istirahat saja nanti. Lalu ku kendarai motorku pelan-pelan saja.
Jam setengah 10 aku sudah hampir sampai di sekolahku. Tapi aku lihat banyak anak-anak SMA ku yang lalu lalang di jalan.
"Ven, kamu kemana? nggak sekolah?" aku menyapa salah satu temanku yang nampaknya akan pergi entah kemana.
"guru ada rapat, udah boleh pulang" kata Iven tanpa memberhentikan motornya.
"owwh ada rapat, terus aku musti kemana nih, nggak mungkin pulang ke rumah ah, masih belum siap bertemu emak" Lalu aku masuk ke dalam sekolah, berencana untuk mencari si Gepeng sahabatku. Setelah sampai di kelas, ternyata kelasku sudah kosong belompong." Huh kemana nih?" aku kembali ke parkiran motor.
"kalau ada si Gepeng seenggaknya bisa aku ajak main nih, huh" aku meleguh saat aku sudah sampai di motorku. Aku melihat-lihat ke sekeliling, mungkin ada salah satu teman yang bisa aku ajak main, meskipun temanku nggak banyak. Lalu aku alihkan pandanganku ke kelasnya Fany kemudian mencari-cari apakah motor Fany masih ada, dan ternyata benar motor Fany masih ada tidak jauh dari tempat parkir motornya kemaren.
Aku berharap Fany mau mengajakku jalan-jalan lagi, dan mengulangi hal enak yang terjadi kemaren. Loh, kenapa aku mikir hal porno terus yaa belakangan ini? lalu aku teringat lagi kejadian tadi pagi di dalam pondok. Saat emakku menyalin pakaian, aku bisa melihat lubang anus dan bulu kemaluan emak di tengah selangkangannya saat emak mau mengganti CDnya. "aaah enak." Lalu aku memegang batangku dibalik celana yang sudah keras. "kurang ajar sekali aku ini, masa emak sendiri di bayangin jorok" aku berusaha menetralkan pikiranku. Tapi memek emak tembaaam ahh, kampret. Maafkan anakmu ini mak.
"Fanyy, kamu lagi dimana? kita jalan lagi yuk?" aku mengalihkan bayanganku dari emak ke Fany. Aku membayangkan ada Fany di sini dan mengajak dia jalan-jalan lagi seperti kamaren. ah Yaudahlah aku tunggu saja di sini, Fany pasti bakal kesini juga buat ngambil motornya'. Lalu aku mengeluarkan hp nokia 1020 ku, lalu aku mainkan game susun kotak yang ada di hpku.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya nampak Fany keluar dari kelasnya. Dia sedang tesenyum ke arah pacarnya. Nampak dari raut wajahnya, Fany sedang bahagia. Aku, meskipun sejak awal mengatar Fany pulang dulu tidak pernah berharap banyak , karena akupun juga sadar bahwa aku bukanlah orang yang se level dengan Fany. Tapi entah kenapa, melihat Fany bergandengan tangan mesra dengan pacarnya, ada rasa sesak di dadaku. Dua hari yang lalu dia mencium tanganku, dan aku memegang tanganya.Tapii sekarang Fany bergandengan mesra dengan Edy pacarnya.
"Kenapa aku yang merasa cemburu yaa, padahal akulah yang menjadi penjahatnya. Udah jelas sejak awal Fany itu sudah punya pacar" pikirku. "eh tapi kenapa dia mau melakukan itu denganku kemaren? kenapa dia mau mengocok batang kontolku? kenapa dia mau aku mesumin? apa Fany sudah terbiasa melakukan itu dengan teman-teman laki-lakinya yang lain, seperti denganku kemaren? berarti Fany ini adalah cewek yang nggak baik." Berseliweran pikiranku menganalisa tentang Fany, cewek kayak gimana sebenarnya Fany ini.
Ah yaudahlah ngapain aku mikirin pacar orang, meskipun dia cantik, langsing, imut,manis, jari-jarinya kayak lidi, ukuran susunya sangat pas, nggak terlalu besar dan nggak terlalu kecil juga. Meskipun buah pantatnya sangat sekal dan bau memeknya aneh tapi bikin candu. Tetap aja kenyataannya Fany milik orang lain, bukan milikku. Kenapa aku mikir sampai segitunya juga yaa geblek. Kayaknya otakku sudah mulai tercemar.
Saat Fany masuk ke parkiran, Fany hanya melirikku tanpa senyuman. Lalu dia mengambil motornya dan pergi. Sementara Edy mengiringi motor Fany dari samping. "Mungkin mereka pergi untuk ngelakuin hal enak-enak seperti yang aku lakuin dengan Fany dua hari lalu, atau mungkin lebih dari itu. ah biarlah, sama pacarnya sendiri."
Saat aku menoleh ke arah perpustakaan yang berada di samping parkiran motor, aku melihat salah satu teman kelasku sedang berdiri dan tersenyum ke arahku. Aku sedikit bingung kenapa dia senyum-senyum ke aku yaa, kayaknya dia sudah mulai senyum sebelum aku melihat ke arahnya. Mungkin dia lagi ngelamunin hal jorok sepertiku tadi. hahaaa, bisa jadi. Kalau aku ngelamun jorok efeknya batangku mengeras. Semetara dia, ngelamun jorok efeknya itu senyum-senyum. Lalu dia berjalan ke arahku, masih senyum-senyum.
"kenapa Ndan, ngeliatin temen aku terus dari tadi, suka yaa" eh, kenapa ini. Lalu aku melihat lagi ke arah pandanganku yang tadi saat melihat kepergian Fany. Ternyata di sana ada seorang cewe, dan aku tau itu adalah Yana teman dekatnya Ika yang sekarang bertanya ke aku.
"eh nggak kok ka" aku menggelengkan kepala
"kalau suka nggak apa kok, dia jomblo tuh" Ika masih senyum-senyum jahil mengkampretkan.
"owh" kataku singkat. "Bodo amat, orang gue nggak ngeliat ke temenmu kok" kataku dalam hati.
"mau nomornya nggak" katanya lagi. Aku diam saja.
"0813.......... tuh nomornya. Terserah mau di ingat atau nggak. Aku mau pulang dah" Ika pergi ke arah motornya.
Aku masih bengong, Ika ini kenapa sih. Dia ngira aku suka sama temannya atau dia nawarin temannya ke aku?.
Yana temannya Ika ini juga cantik, meskipun masih kalah sama Fany. Dan meskipun masih kalah sama Fany, tetep aja levenya Yana ini masih jauh di atas aku. Aku pernah melihat Yana di antar sama orang tuanya sampai ke gerbang sekolah. Mobil orang tuanya itu adalah Kijang Inova. Dan aku tau Kijang Inova itu mahal, lebih mahal daripada Avanza. Sementara Aku? aku cuma punya Mio ini untuk satu keluarga. Jadi levelnya Yana itu masih jauh di atas aku.
Setelah beberapa waktu aku duduk-duduk di parkiran, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Karena aku memang tidak punya tujuan lain. Aku tidak punya tempat nongkrong dan tidak punya banyak teman juga.
*****
Akhirnya aku sampai di rumah, mempersiapkan mental saat bertemu dengan emak. Saat aku masuk ke dalam rumah, aku lihat nenek dan emak sedang ngobrol-ngobrol sambil melipat pakaian kami. Jantungku langsung bergetar, aku yakin nenek sudah memberi tahu ke emak tentang aku yang ngocok sambil menyebut emak tadi pagi.
"eh kok udah pulang" tanya emakku. Aku lihat nenek mengerutkan keningnya yang juga udah mengkerut itu. Aku tau tatapannya ini adalah tatapan orang curiga.
"iya mak, guru-guru lagi ada rapat" aku berjalan ke arah emak dan nenek dan siap untuk di adili.
"bener guru rapat? apa kamu nggak bolos?" tanya nenekku curiga.
"Emak, mana ada Adan bolos begitu. Rini juga udah pulang kok" emakku membela. Rini adalah tetanggaku yang masih punya hubungan keluarga dengan kami.
" yaudah nak istirahat aja sana" kata emak lembut.
"iya mak" aku langsung nge gas ke kamar. Setelah nutup pintu, aku nggak langsung tidur. Tapi nguping pembicaraan antara emak dan nenek. Ternyata isi pembicaraan mereka biasa saja. Nenek ternyata menepati janjinya bahwa beliau tidak akan mengadu ke emak. "Syukurlah" aku bergumam sendiri. Lalu aku tidur-tiduran di kasur sampai akhirnya tertidur beneran. Baru bangun saat emak membangunkan aku untuk sholat ashar.
****
Sudah jam 10 malam, mataku masih belum mau juga di ajak tidur. Pastilah gara-garanya tadi siang aku tidur kelamaan. Mau nonton tv nggak ada acara yang bagus, mau keluar enggak tau mau pergi kemana. Karena aku nggak punya tongkrongan. "Eh tadi Ika ngasih nomor Yana, berapa tadi yaa. 0813.......... ini bukan yaa. Aku coba tes aja nelpon iseng. Kalaupun ini bener nomornya Yana, aku nggak punya sesuatu untuk di omongin. Lagian belum tentu juga Yana mau telponan sama aku. Coba ajalah dulu miscall." Aku pencet tombol hijau itu.
tuuut tuuut tuut...
"Nggak ada NSP nya yaa. Hari gini nggak pake nada sambung pribadi? kayak orang miskin aja wekwekwek" Ledekku sambil ngomong ke HP ku.
Jaman itu memang lagi ngetrend NSP. Nomor aku aja pake NSP Vegetoz, meskipun gratis, yang penting nggak bunyi tuuuut tuuut tuuut saat ada yang menelpon. Aku pernah diledekin sama si Gepeng, Tio, Dewi dan temen-temenku yang lain karena nggak pake NSP.
"miskin amat lo"
"kalau orang nelpon itu jawab cepet, sakit telingaku denger tuut tut tuut"
Itu diantaranya ledekan dari teman-temanku. Mulai sejak itu aku selalu mencari nsp gratis hehee.
"haaalooo, uummhh" Sahut suara yang mengangkat telponku. Kayaknya dia ngangkat telponku sambil merem. Kedengaran kayak orang bangun tidur.
"halloo,. Ini nomor Yana yaa" tanyaku ingin memastikan ini bener nomornya Yana atau bukan.
"Iya" katanya masih ngantuk. Tapi aku nggak mau selesai gitu aja, aku ingin punya temen ngobrol, agar aku nggak bergadang sendiri.
"Tau nggak aku siapa?" hahaaa, bego, kenapa aku nanya begitu.. Padahal aku yang nelpon, sok penting benget.
"tau" balas Yana disana.
"hah, siapa emang?" Masa iya dia tau.
"Adan kan?"
"eh iya, kok tau?"
"Kata Ika kamu tadi mintan nomor aku" loh, kapan aku minta? Ika ini aneh kayaknya, jelas-jelas tadi siang dia yang ngasih sendiri.
"owh gitu yaa, apa kata Ika?" tanyaku sambil garuk garuk kepala. Agak malu dikit sih seolah-seolah aku yang ngarep banget minta nomornya. Tapi yasudalah.
"yaa gitu aja, kata Ika kamu minta nomor aku, terus dia kasih, gitu"
"owwh"
tik tok tik tok aduh ngomong apalagi yaa. Aku nggak punya bahan buat diomongin.
"Kamu mau nggak sama aku Na" Hah saking nggak ada bahannya, sampe aku langsung nembak Yana. Ah yasudalah, udah terlontar, pantang bagiku untuk menariknya lagi.
"Hah,,, cowok aku Egi..." Kata Yana, kayaknya reflek. Karena dia balas omongan aku langsung nggak pake mikir. Atau dia sedang ingin menolak aku mentah-mentah yaa?. Ahh itu mungkin saja, mungkin Yana berfikir bahwa aku memang nggak pantas buat dia.
Egy adalah salah satu idola di sekolahku. Motonya Ninja dia juga ganteng. Motor Ninja saat itu masih sangat jarang, punya Tiger aja udah keren, apalagi ini Ninja. Aku sering denger dari cewek-cewek di sekolahku, mereka ngomonhin soal motor bawaan pacar-pacar mereka, ataupun incaran mereka. Kalau diangkut sama Ninja, itu udah langsung jadi cantik dan naik levelnya.
Aaah ini aku sedang ditolak cewek mentah-mentah. Meskipun niat awal aku tadi cuma iseng, tapi mendengar penolakan Yana sambil ngebandingin aku sama Egy, rasanya sakit juga.
"oowh, iya maap yaa Yana" cuma itu yang aku katakan. Aku bingung, malu juga. "Ingin aku lari kehutan kemudian menyanyiku". Baru pertama kali nembak cewek dan langsung ditolak. Sedih mana lagi yang kamu dustakan.
Lalu aku menutup telpon Yana tanpa salam penutup..
*****
Saat aku masuk ke kelas, si Gepeng langsung nyamperin aku.
"Kamu di tolak sama Yana Ndan?" Loh.
Aku lihat teman-teman sekelas pasang ekspresi mengasihani aku.
"Makanya kawan, cari cewek itu yang se level.. biar nggak di tolak" Kata Rendi menghampiriku. Lalu menepuk pundakku 3 kali. Seolah-olah dia mau bilang "sabar-sabar". Kampret, ingin ku banting si gepeng ini ke Rendi. Kayaknya teman-temanku ini nggak pernah belajar Psikologi. Mau menghibur kok terasa seperti menghina. Atau emang niatnya untuk menghina?. Ah yasudalah.
Setelah itu banyak lagi komentar teman-teman aku yang bikin panas hati.
Aku melihat ke arah Ika, dia hanya diam saja. Seperti orang yang sedang mengakui kesalahannya. Dari situ aku tahu, bahwa yang menyebar berita ini pertamanya adalah Ika. Tega sekali dirimu Ika Hu hu huuuu.. Tega sekali dirimu mempermainkan teman sekelasmu ini. Setelah kemaren kamu bohong bahwa Yana sedang jomblo. Kamu Fitnah juga aku, bahwa aku yang meminta nomornya Yana..Tegaaaaaaa.
Malu aku dengan teman-teman. Level aku yang sudah di bawah, semakin bertambah ke bawah karena penolakan ini. Sementara Yana, mungkin semakin populer sekarang. Eh tapi kayaknya nggak juga sih, kecuali kalau yang dia tolak itu adalah cowok-cowok beken di sekolah. Kalau cuma nolak orang se level aku, harusnya biasa aja.. Nggak ada pengaruhnya. Tapi kenapa berita soal aku di tolak Yana di ketahui sama banyak orang?. Bahkan saat dikantin jam istirahat tadi, ada banyak orang yang menghampiri aku. Bahkan diantara mereka banyak yang belum pernah bertegur sapa denganku. Aaah bodo amat, sudah terlanjur juga. Yang pasti untuk kedepanya aku harus lebih hati-hati lagi. Aku nggak boleh berurusan dengan cewek sepeeti Yana dan Ika yang mulutnya ember itu. Mereka berdua sudah aku black list.
****
Dalam perjalanan pulang dari sekolah, aku di pepet oleh duo Ika dan Yana. Mereka minta maaf. Mereka tidak bermaksud untuk mempermalukan aku. Kata mereka: Tadi pagi Ika nanya ke Yana, apa aku sudah menelponnya?. Lalu Yana menceritakan soal aku yang tiba-tiba nembak dia dan juga soal aku yang tiba-tiba menghilang setelah menutup telponnya. Tapi entah siapa yang mendengar pembicaraan mereka berdua, dan menyebar berita itu, mereka berdua juga tidak tahu. Tiba-tiba di kelas mereka masing-masing, teman-teman mereka langsung menanyakan soal berita itu.
Ok, berarti Ika dan Yana tidak se jelek yang aku pikirkan tadi. Aku sudah tidak lagi kecewa dengan mereka. Tapi permasalahannya adalah, teman-teman satu sekolah sudah tau tentang berita itu. Dan level aku tetap turun. Ah yasudalah.