Aku dan Yana duduk santai di pinggir pengairan. Menatap langit yang terang. Sesekali Yana melempar batu ke aliran air. Aku sendiri sejak tadi hanya diam. Aku ingin memulai pembicaraan. Tapi Yana menyuruhku untuk tetap diam. Setiap kali aku mulai bersuara, Yana akan menatapku. Sssstt, menarok telunjuk ditengah bibirnya. Apa sebetulnya niat Yana mengajakku ke sini?.
"Sejak kapan kamu berhubungan dengan Fany Dan?" Yana akhirnya menoleh ke arahku dan berkata agak berbisik.
Aku menatapnya, ingin mencari tahu maksud dari pertanyaanya.
"Fany kan sudah punya pacar Dan, kenapa kamu berhubungan sama dia" ucapnya agak lantang.
"Maksud kamu gimana Na, aku nggak ada hubungan apa-apa sama Fany"
"eish masih aja bohong kamu. Kamu pikir aku kenal Fany sebulan dua bulan? aku sudah kenal Fany sejak Bayi"
"Hahaahaa,, ngaco kamu Na. Masa iya masih bayi udah kenal"
"Aku sama Fany tumbuh di lingkungan yang sama. Dulu Fany tinggal di samping rumahku. Fany itu sahabat aku, dan sekarang masih sahabat aku."
"Sahabat? beneran Na? kenapa Fany bilang kamu itu musuhnya?"
"Emang Fany bilang begitu? kurang ajar. Aku memang renggang sama Fany karena suatu hal. Fany emang agak membenciku, tapi aku lebih membenci dia. Cuma nggak sampai musuhan kok. Kami masih komunikasi kadang-kadang"
"owh gitu"
"emang apa sih yang disukai Fany dari kamu?" Yana menatapku menyelidik.
"Biasa aja nggak ada yang istimewa. Kenapa Fany suka sama kamu yaa?" Mata Yana masih jelalatan mencari sesuatu yang menarik dariku.
"hahaaahaa, apaan sih Na. Udah aku bilang, aku dengan Fany nggak ada apa-apa. Ngapain dia mau sama aku. Udah ada Edy juga pacarnya yang ganteng"
"nah itu dia. Kenapa Fany suka sama kamu?"
"Terserah kamulah Na. Kamu juga nggak akan percaya sama aku"
"Emang, hahahahaaa" Yana tertawa manis. Aku juga ikut tertawa melihatnya tertawa.
"Na, kata ika kamu jomblo waktu dulu aku telpon. Kok kamu bilang masihn sama Egy?"
"Oowh, ya gitu deh. Aku sama Egy itu sering putus nyambung"
"Emang kenapa? kamu selingkuh yaa Na?"
"eissh plak" Yana memukulku dengan ranting yang ia pegang.
"Emang kamu pikir aku ini cewe apaan? aku ini setia yaa. Egy juga nggak selingkuh kok. Kami cuma sering mis komunikasi aja"
"Ooowh, gitu yaa. Emang sejak kapan kamu pacaran sama Egy"
"Udah lama, sejak baru masuk SMA"
"Oowh iya, udah tahunan yaaa."
"Yaaa begitu deh Dan, udah lama"
"Kamu nggak pengen nyoba selingkuh Na?"
" Hah, Eiishh saran apaan itu Adaan, ada-ada aja kamu."
"Ya biasa aja Na, banyak kok orang selingkuh."
"Tapi mereka bukan aku Adan..." Yana menatap lekat mataku gemas.
"Kamu ngomong kayak gitu karena kamu belum pernah selingkuh Na. Emang kamu mau seumur hidupmu hanya kenal 1 cowo aja?"
"Iya sih, aku juga mikir gitu. Kan ada cinta pertama, ada cinta ke dua, ada cinta terakhir hahaha. Tapi aku tuh nggak mau putus sama Egy. Kayak kemaren itu. Baru putus sehari aja aku udah nangis pengen balikan. Hahaha."
"Owwh... Yaudah kamu nggak perlu putus sama Egy. Tapi tetep bisa ngerasain berhubungan dengan cowo lain. Yaa itung-itung jadi pembandinglah, apa Egy bener-bener yang terbaik untuk kamu atau itu cuman harapan kamu aja."
"Maksud kamu gimana sih?" Yana menatapku serius.
"Gini, kamu pernah nggak ciuman sama cowo lain selain Egy?"
Yana menggeleng.
"Makanya coba dulu ciuman sama cowo lain. Kalau Egy emang yang terbaik, yaa udah nggak usah selingkuh"
Jakunku naik turun. Aku nggak tau sebenarnya arah pembicaraan ini dari awal tadi. Tapi sekarang aku mulai membayangkan, bagaimana aku bisa merasakan bibirnya Yana.
"Nyoba sama siapa Dan"
"Ughmm, gini. Selingkuh itu nggak serumit yang kamu bayangkan Na. Tinggal ciuman aja, udah. Setelah itu nggak usah dipikirin lagi."
"Tapi kalau ketahuan gimana?"
"Yaa jangan sampai ketahuanlah. Misal kayak kita nih, aku cium kamu sekarang. Siapa yang bakal tau? Hubungan kamu sama Egy juga nggak akan terpengaruh kan? Tadi kamu ngajak aku ke sini, kamu pasti berpikir ini nggak apa-apa kan? kamu nggak khwatir kan kita akan dituduh selingkuh. Toh kita nggak ngapa-ngapain?"
Yana menatapku lalu mengangguk.
"Sama juga Na, kalau kita coba ciuman tanpa perasaan. Setalah kita pergi dari sini, kita ya biasa lagi" Yana nengangguk lagi.
"Yaudah sini" Aku pegang ke dua pipi Yana. Lalu.
"cup" ku kecup kilat bibirnya. Ahh sudahlah, kalau dia marah, yaa terima saja. Yang penting sudah bisa nyicipin bibirnya.
"iiihh kamu kok cium aku Dan?"
"Nggak apa kan? nggak ada yang berubah" Yana mengangguk lagi.
"cup"aku kecup lagi. Yana tetap hanya diam menatapku.
"cup cup cup" Aku cium 3 kali. Yana hanya diam saja, tapi pipinya memerah.
"Ayo iku aku" ku tarik Yana ke belakang pohon sawit. Ku sandarkan Yana ke batang sawit itu.
"Cuuup cup" Aku menunggu reaksi dari Yana. Tapi Yana hanya diam.
"cuupp mmmuuah" ku cium basah bibirnya, lalu ku lepas lagi. Ku lihat Yana memejamkan matanya. Takkan kusia-siakan kesempatan ini.
"ciiuhppak ciuup cup"ku cium yana lebih dalam. Ku jilat bibirnya. Ku gigit bibir atas dan bibir bawahnya. Aku keluarkan nafas dari hidung suapaya Yana merakan nafasku menerpa kulitnya.
"aaaah" Yana mendesah.
Aaahh terangsang kamu Na, hah. Iya naa. Ucapku gemas dalam hati. Segemas itu juga kuperlukan bibirnya. Ku cari lidahnya dan ku belit. Setelah itu aku lepaskan. Ada untaian air liur diantara bibir kami.
"Gitu aja Na, yuuk" Kataku mengajaknya kembali ke pinggir pengairan. Yana masih Shok saat ku tarik.
Aku sengaja menghentikannya di saat Yana sedang menikmati cumbuan kami. Aku nggak mau terlalu buru-buru sehingga akan mengesankan kekurang ajaranku pada Yana. Aku nggak mau Yana menghindariku nantinya.
"Aku ke kelas dulu ya Na" Yana mengangguk.
Ku tinggalkan Yana saat sudah sampai di pinggir sekolah. Memang aku masih ada mata pelajaran terakhir.
Di dalam kelas aku masih merenung. Kenapa aku bisa seperti tadi yaa. Seperti orang yang sudah teebiasa merayu. Padahal itu juga kali pertama aku merayu perempuan. Aku memikirkan kenapa aku bisa berbeda saat aku bersama Yana. Saat bersamanya, aku lebih banyak bicara. Aku lebih agresif dari biasanya. Dan itu tadi, aku merayunya. Edan sekali mulutku ini.
Berbeda saat dengan Fany. Kalau dengan Fany aku suka saat mendengar cerita-cerita darinya. Aku ikut bahagia mendengar ia bahagia, aku ikut seding mendengar cerita sedih darinya.
Hahahaaaa yasudalah liat saja nanti.
*******
Setalah mandi, ganti pakaian. Aku menelphone Fany. Aku ingin menjelaskan tentang yang terjadi di kantin tadi.
"Halooo Adan" Waaaow, ternyata Fany baik-baik aja dan tidak tersengar seperti orang marah.
"haloo, Fan. Aku mau jelasin yang tadi."
"Nggak perlu Adan, aku nggak punya hak untuk marah sama kamu. Aku udah berpikir lama tadi. Aku sudah punya Edy, tapi marah saat kamu dengan cewek lain. Itu aku yang egois."
"uhgmmm, iya Fan. yaudalah"
"uhuuhuuu huuu, tapi kenapa aku sakit liat kamu sama cewek lain Dan?" Loh kenapa dia jadi nangis yaa.
"Fan, kamu tenang aja. Nggak ada yang berubah dari kita. Kalaupun nanti kita sama-sama saling sayang, dan kita berjodoh, aku akan sangat bersyukur Fan. Tapi sekarang, jalan kita masih panjang. Kamu masih akan bertemu dengan banyak orang. Kita lihat aja akhirnya nanti kita kayak giman yaa"
"Iya sayang, huhuhuuuu. Yaudah aku mau tidur dulu yaa"
"Iya Fan. Eh Fan, kita nggak bisa ketemu lagiii"
"Maauuuuu, besok kita ketemu yaa. Aku kangeen"
"hihii, aku geli kalau dengar kata kangen itu dari kamu Fan"
"iiiihh mesuuuum"
"hahahaaaa tuh kan kamu juga langsung paham. Trus besok ketemu dimana? Eh besok kan hari minggu Fan.."
"Oiaaa, senin aja barti yaa. Tempat biasa aja, jemput aku di rumah Umi ya Dan..."
"Nanti kalau ketauan Edy lagi gimana Fan"
"Biarin, biar dia tau sekalian"
"Eeh jangan kayak begitu, nanti kan aku yang terkena getahnya Fan."
"Yaudah besok kita atur lagi, aku kangeeen kamu kontol. Hahahahaaa"
Kami tertawa bersamaan.
Aku merasakan ngilu di hatiku sampai ke ujung-ujung jari. "Aku sayang kamu Fan." Aah batinku. Ini nggak seperti rencana awalku. Aku nggak ingin terlibat dengan perempuan apalagi yang seperti Fany. Tapi, Fany adalah perempuan pertama. Dimana aku menghabiskan waktu bersama. Semua hal yang kami lalui, membuatku terbiasa. Aku bahkan masih bisa merasakan nafasnya di kulitku. Tapi, semuanya memang akan menjadi sulit kalau aku jatuh cinta padanya. Ah sudahlah.. Liat aja nanti.
******
Minggu jam 9 malam aku mendengar hpku bergetar. Owwh Yana, ada apa dia menelpon yaa. hihii.
"Haloo Na"
"Eh,,, maaf aku salah telphone."
"Owwwhh aku udah senang padahal. Emang mau nelpon siapa Na" Kataku ingin memperpanjang obrolan.
"Mau nelpon Ika, mau nanyain baju aku sama dia"
"Owhh, kamu lagi dimana Na?"
"Di rumahlah, dimana lagi. Kan udah mau tidur. Emang Adan lagi dimana." Hah, kenapa enak banget denger Yana manggil namaku yaa.
"Oowhh, udah tiduran belum?"
"Udah, kenapa nanyaa?"
"Yaaa nanya aja. Eh Na, kamu kok beda banget saat pakai jilabab dengan enggak yaa"
"Heheee, Iya banyak yang bilang gitu juga Dan"
"Owwh kirain cuma aku aja. Tapi kamu emang cantik banget kalau nggak pakai jilabab yaa Na"
"Emang, baru tau yaa Adaaaan, kemana aja kamu"
"Hihii, kamu kelihatan segar banget kalau nggak pakai jilbab. Seksi."
"iiih kamu itu yang diperhatiin."
"Iyalah Na, kan aku cowok normal. Suka liat yang indah-indah. Eh Na kamu tiduran, posisinya kayak gimana? telentang atau ngadep ke samping?"
"Telentang, kenapa?"
"nggak apa-apa. Aku cuma mau bayangin aja lagi nindih kamu Na"
"Eiish nggak boleh begitu. Apaan sih kamu ini."
"Heheh, Na, kamu pakai rok atau celana?"
"Pakai daster, Kenapa tanya itu Dan"
"Nggak Na, cuma ngebayangin aja. Pasti paha putihmu kesingkap yaa Na"
"Iyalah, namanya juga tidur" Hahaaa, masih di jawab terus. Aku terusin ajalah.
"Aaahh seksi banget tuh Na" Aku pura-pura mendesah.
"Ehh kamu kamu lagi ngapain Dan?"
"Lagi bayangin kamu, sambil mainin ini" masih pura-pura. Aku berharap Yana mau meladeniku. Tapi kalau nggak mau juga nggak apa-apa. Coba aja dulu, nggak ada ruginya kan? orang aku bukan siapa-siapanya dia. Kalau marah ya silahkan heheh.
"eish, mainin apa tuh Dan? Jangan-jangan"
"Iya Na, seperti yang kamu pikirkan"
"eiish udahlah matiin aja telponnya kalau gitu"
"eh jangan dong Na, kan ngaruh apa-apa sama kamu. Kan nggak bisa ngeliat juga"
"Iya sih. trus kamu lagi ngapain? diapain Dan"
"Aku lagi ngocok Na, ngebayangin nge jilat leher kamu yang banyak rambut kuningnya"
"iiiih ngapain sih Dan?"
"Aaah Na, enak banget tuh Na jilat leher kamu sampai basah"
"terserah kamulah"
"aah ok Na, oia, kamu pakai CD warna apa Na"
"Putih" Jawabnya langsung.
"Aaah Na, aku kocok cepet nih Na"
"aaah" Yana mendesah. Ahaa apa dia udah terangsang yaa.
"Na, kangkangin kaki kamu yaa"
"Mau ngapain"
"kangkangin dulu Na"
"Iya udah nih"
"aaaah Naa, kamu cantik banget sih Na. Aku jilat memekmu ya Na, Aah wangi Na, memekmu"
"aaah" Yana mendesah lagi.
"Na" nggak di jawab.
"Yana"
"Apa" jawabnya.
"Na, buka ya CD mu, aku pengen jilat, pengen hisap memekmu Na"
"aaah iya" Aduuuh, aku deg degan juga ngebayangin Yana ngangkang nggak pakai CD.
"Na, dengerin suara kontolku nih Na, clek clek clek" Aku kocok kontolku dibasahi air ludah.
"Aaah kok bunyi sih" Tanya Yana.
"Iya Na, aku kasih ludah. Nih aku ludahin juga memek tembammu. Na, memekmu banyak nggak bulunya Na"
"Iya Banyak" Ah aku jadi terangsang beneran.
"Ahhh Na, kamu ngocok juga?" tanyaku ingin tahu.
"Ngocok gimana? aku masih perawan"
"Kan bisa juga Na"
"Enggak ah, hilang perawanku ntar" Owh aku rasa yana ini belum tau cara ngocok seorang perawan.
"Na"
"Iya" jawabnya singkat.
"Di atas memekmu itu kan ada kayak kacang tuh"
"iya"
"kamu basahin itu, terus kamu elus-elus. Terus elus juga bibirnya"
"aaaaahh iya enak" hahaaaa, aku ketawa sambil menjauhkan Hpku. Aku tertawa karena Yana ini masih sangat polos. Pacaran dua tahun mereka ngapain aja yaa. Dasar Egy tolol, ceweknya di anggurin.
"Iya Na elus terus Na. Bayangin aku yang jilat, aku hisap-hisap. Aaah Na aku bisa ngerasain memekmu Na. Aaaah cepet Na, aku kocok cepet juga."
"iyaaa aaahh"
Setelah beberapa waktu ku suruh Yana ngelus itilnya dengan ceoat.
"aku udah keluar" Kata Yana lemas.
"Hah udah Na?"
"Iya udah, aku baru tau caranya"
"iya Na, aku terusin ngocok dulu yaa.." Setelah beberapa waktu akhirnya aku muncrat juga.
"Na" Tidak ada suara.
"Yana" masih tidak ada suara, tapi panggilanya tetap aktif.
"Yanaa, kamu tiduur yaaa" nggak ada balasan, tapi aku bisa mendengar nafas Yana