Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Another Lonely Story

MULUSTRASI


dr. KAMILA PURNAMA GIMAN


RUMAH DINAS BUPATI


PUSKESMAS LABUAN


PELABUHAN IKAN LABUAN



SEBELUMNYA



Demi aku dan Mila dan keluarga ku kelak.
Itu yang telah ditekadkan Aryo semalaman ini..

Aryo memandangi gelas itu.

Menarik nafas panjang sesaat...

"Mas sudah pikirkan tadi malam di rumah. Mas sudah tekadkan... mau ketemu sama keluarga mas, terutama sama bapak. Mas mau minta maaf sama Romo. Se Keras dan Galak apapun Romo, mas sadar sekarang, mas gak berhak membenci nya dan meninggalkannya. Romo sudah semakin tua, siapa nanti yang akan bertanggung jawab sama beliau dan ibu kalau bukan aku. Adik kandungku perempuan, dia akan ditanggungjawabi oleh suami nya kelak. Dan dia wajib menuruti suaminya. Jadi, aku mau memperbaiki hubungan ku sama Bapak dan Ibu ku dik..."

"Pe'i seneng banget denger nya mas.. Pe'i bangga sama mas. Sungguh. Andai Pe'i mendapat kesempatan yang sama, Pe'i akan sangat bahagia sekali. Tapi dengan berita ini pun, Pe'i seneng mas. Pe'i setuju banget. Segera lah mas jalankan rencana itu, biar Pe'i disini menjaga Puskesmas ini.. Mas gak usah khawatir... Pe'i akan jaga terus kok.. Walau mas ga ada disini..."

"Hei... Aku gak akan meninggalkan tempat ini. Nggak lah. Hati ku di desa ini, masa depan ku disini. Aku akan berusaha sekuat aku untuk meyakinkan Romo kalau aku akan disini. "

"Kalau Romo nya mas gak mau mas nya di sini..?"


SAMBUNGANNYA....



"Romo setuju Aryadi disini....."

Sesosok lelaki tegap setengah baya berkaos Putih berkerah muncul dari balik dinding papan itu dan melangkah mendekati Aryo dan Pe'i..

Aryo melompat berdiri dan memutar badan nya.

Dihadapan nya...

Sesosok lelaki tua, yang sangat berwibawa..

Tapi...

Tapi...

Wajah itu...

Mata itu...

Nampak memerah, kilat an basah mulai nampak, mata yang sendu, mata yang sangat lembut, mata yang menyimpan suatu beban dan gurat kelelahan yang menonjol. Kantung mata yang agak menghitam, dan kerut yang semakin meluas, menambah kan sosok wajah yang semakin menua...

Ya mata itu sangat berbeda dari sebelum nya.

Mata yang tajam, keras dan sombong...

Menjadi mata yang lembut, sendu....

"Romo...."

"Aryadi Satrio Putro...."

"Romoooo..."

Aryo maju, menunduk dan mencium kaki Romo nya..

Tapi...

Romo menahan bahu Aryo.. Menarik nya ke atas untuk berdiri.. Aryo sedikit lebih tinggi..

Sesaat Romo memegang kedua pipi Aryo kiri dan kanan...

Dan....

Menarik wajah itu ke pelukannya....

Aryo pun memeluk erat badan lelaki tua itu...

"Anak ku... Anak ku... Anakku hidup.. Anakku hidup... Ya Allaahhh... Terimakasih.. Terimakasih..."

"Hik.. Hik.. Hik...
Romoo... Maaf kan Aryo Romo.. Aryo berdosa sama Romo... Aryo anak durhaka Romo..."

"Tidak le.. tidak.. Romo yang salah.. Romo sudah tau semua nya.. Romo sadar, Romo gak tahan dan kuat saat kehilangan mu le.. Hidup Romo seperti habis, saat tau kamu pergi le... Romo gak kuat le... "

"Maafkan Aryo Romo.. Aryo sempat benci dan marah pada Romo, sampai setelah kejadian itu, Aryo betekad lari dan menghilang. Meninggalkan tanggung jawab laksana si pengecut pecundang. Maafkan dosa Aryo Romo..."

"Ya le.. Mungkin saat itu Romo memang layak kamu marahi dan benci atas sikap Romo.. Romo sudah mengetahui semua nya.. Sebenar-benar nya le... Dan Romo semakin sadar, Romo gak kuat kehilangan kamu le.. Romo gak siap... "

Mata Romo basah tapi mata itu mulai menampakkan sinar lagi. Sinar semangat, kilat kebahagiaan, dan kelegaan...

Aryo menatap Romo dengan lembut.. Dengan teduh...

"Romo sudah tau...?

"Ya le.. Kami sudah tau..."

Muncul sesosok wanita paruh baya. Berkerudung dan memakai baju gamis kebaya biru muda...

"Ibuu... Ibuuu... "

Aryo bergerak menuju ibu nya dan menunduk hendak mencium kaki sang bunda..

Ibu nya menahan Aryo, dan menarik kepala yang masih setengah menunduk itu ke dalam pelukan dada nya...

"Anak lanang ku... Anak kebanggaan ku sudah ku temukan.. Anak kebesaran ku sudah ketemu... Ya Allah.. Alhamdullilah.... Terimakasih ya TUHAN.. "

"Maafkan anak lelaki mu ini ibu, anak yang seharus nya membanggakan keluarga, malah lari dan mengecewakan... Aryo berdosa sama Romo dan ibu.... Hik.. Hik... Hik...."

"Nggak le.. Nggak.. Nggak.. Kami gak marah pada mu, ibu yang malah merasa ikut membuat mu jadi seperti ini.. Ibu tau sekarang salah nya ibu... Kamu mau kan maaf kan ibu ini Le..."

"Aryo gak berani marah sama ibu.. Gak berani bu.. Aryo sekarang sadar, sadar betul.. Aryo gak akan meninggalkan ibu dan Romo lagi. Aryo akan bertanggung jawab sama ibu dan Romo. Aryo sayang banget sama Romo dan Ibu... Aryo hormat sama Romo dan Ibu..."

Aryo memeluk ke dua orang tua nya bersamaan. Bertiga mereka menangis bahagia, saling peluk, saling cium dalam kebahagiaan yang memancar...

"Bune... Maafkan aku ya bune... Aku sejak dulu keras sekali sama kamu bu... Jadi nya begini.. Romo kepala keluarga, Romo yang bertanggung jawab, semua ini Romo penyebab nya..."

"Sudah Romo.. Sudah.. Ibu sudah maafin Romo. Apalagi sejak Romo tau, anak kita menghilang, tanpa bekas, sejak terakhir ada yang lihat masuk hotel Gr**d itu. Juga Ayu pun hilang.. Itu pertama kali nya sejak ibu rumah tangga sama Romo melihat Romo jadi gelisah dan panik. Mulai dari sana, Ibu paham kalau Romo sangat menyayangi Aryo.. Ibu paham.. Ibu ngerti.. Jiwa dan naluri seorang ibu akan langsung berbisik..."


"Iya bu.. Itu juga pertama kali nya aku merasa takut kehilangan Aryadi. Sebelum nya nda pernah begitu. Pasti itu isyarat dari Gusti Allah buat aku bapak nya, bahwa anak ku dalam bahaya.. Dan memang benar kan.. Masa 2 minggu mencari ini adalah masa paling menyakitkan buat aku bu..."

"Ya Romo... Ibu... Aryo bahagia banget hari ini. Kejutan yang sangat luar biasa. Bagaimana bisa Romo.. ?"

"Itu, 11 hari lalu ada Study Banding dari pemkab Cilacap ke Pandeglang. Disana Romo menemukan mu le... Naluri Romo langsung yakin, itu kamu le. Romo kejar kamu keluar, ternyata kamu sudah pergi le.. Tapi setelah acara itu, Romo cari tau kamu, sampai lah pada pak Sutardi. Beliau tidak tahu menahu awalnya. Dan Romo berjanji akan kembali lagi menemui beliau. Romo ajak ibu mu ikut seminggu kemudian setelah Romo mendapat kan jawaban juga dari teman mu dan dari teman adikmu Ika. Dan... Dan... Kenyataan yang Romo dan ibu mu dapatkan ternyata memang menyakitkan.. Tapi, Romo berterimakasih sama calon mertua mu, beliau sangat besar hatinya..."

"Aa.. Romo... Sudah tau... ?"

"Kami sudah tau le.. Kami sudah 4 hari di Pandeglang ini. Dan tadi malam semua menjadi jelas. Kami pun sudah ketemu dan bicara dengan calon mu.. dr. Kamila. Ibu seneng sama Mila.."

"Ibu... Ah.. Ya Allah.. Aryo merasa sangat bahagia. Entah kapan Aryo pernah merasakan nya, tapi Aryo merasa jangan sampai ini berakhir... "

"Romo dan Ibu bagaimana bisa sampai disini..?"

"Ayo keluar..."

Ajak Romo..

Diluar ada beberapa orang berkumpul, termasuk ibu penjual nasi.

Si ibu penjual nampak berdiri di samping seorang wanita setengah baya dengan gamis biru dan berkerudung biru muda. Di samping si ibu ada lelaki paruh baya yang tegap berkemeja lengan panjang putih dan bercelana hitam bersepatu lengkap. Dan seorang wanita muda cantik berambut sebahu berbaju kemeja merah muda dan celana rok panjang hitam.

Ketiga orang yang di kenal Aryo dan makin di sayang dan di hormatinya setelah kejadian ini.

Aryo segera menghampiri lelaki kemeja putih..

"Bapak... Maafkan Aryo pak.."

Aryo segera menyalim tangan kanan nya. Si bapak memberikan lalu menepuk-nepuk bahu Aryo...

"Ya nak... Kami sudah tau... Dan bapak bahagia.. Kamu jadi seorang lelaki dan seorang Pria yang sudah mengambil keputusan yang tepat. Ini baru lelaki sesungguh nya..."

"Pak.. Aryo gak ada maksud buat menyembunyikan apapun... Aryo hanya masih bimbang... Tapi saat ini tidak lagi..."

"Iya... Bapak tau.. Bapak paham... "

"Terimakasih ya pak.."

Lelaki itu adalah Sutardi Giman, ayah Kamila.

Aryo beringsut ke sisi pak Sutardi. Dia juga segera menyalim tangan kanan ibu Sutardi..

"Bu... Aryo minta maaf kalau belum bicara apapun pada ibu..."

Ibu Sutardi mengelus punggung Aryo..

"Ya nak.. Ibu udah maafkan dan ibu bangga. Pilihan Mila gak salah. Ibu setuju sama kalian.."

"Ibu... Eh.. Itu.. Ah.. Aryo sangat seneng denger nya... Terima kasih ya bu..."

Lalu terakhir Aryo maju ke hadapan wanita nya. Mila...

"Makasih ya Mil.. Kamu membuat aku jadi yakin dan pasti sehingga tidak salah langkah. Tanpa kamu aku bisa akan ambil keputusan yang salah dan makin jauh tenggelam dalam kepahitan dan trauma yang gak terobati. Aku sayang kamu..."

Aryo memegang tangan Mila...

"Ya mas, tadi malam Mila sudah jelaskan semua. Soal teh Mira, Ayu, juga saat kejadian yang terjadi di labuan sini bulan lalu. Mila sayang sama kamu mas. Mila cuma mau sama kamu..."

"Semua...? Juga kejadian yang menimpa aku..?"

"Iya, maaf mas. Aku terpaksa menjelaskan karena biar cepat jelas, dan aku tau kamu belum siap jika harus menjelaskan sendiri. Tapi niat dan hati mu sudah benar, itu udah cukup buat Mila..."

'Makasih ya sayang... Ini semua sangat diluar yang aku bayangkan..."

Mata Aryo menyapu sekeliling. Terlihat beberapa orang juga memandangi mereka, tapi mereka tetap jaga jarak.

Beberapa saling berbisik memandangi ke arah pak Sutardi, yang merupakan bupati mereka.

Romo dan ibu Aryo berdiri menghadap Aryo.

Pak Sutardi dan ibu juga memandang para ibu-ibu warga juga para lelaki yang melihat kejadian itu. Lalu tersenyum ramah pada warga nya.

"Aryo, Mila... Bapak mau ke puskesmas dulu mau nemui masyarakat... Pak, bu mau ikut.. ?"

"Eh.. Iya.. Aduh.. Udah waktu nya untuk dinas... Dok.. Ayo kita di tunggu itu..."

Kata Aryo...

"Tapi Romo sama Ibu...?"

"Sudah kami ga apa-apa. Sudah kalian masuk sana, kalian sudah ditunggu para pasien. Romo sudah lihat, kalian sangat di rindukan disini. Romo dan ibu biar menikmati dulu keadaan ini. Melihat kamu le sehat, kuat dan senang, sudah lebih dari cukup buat Romo. Masuk lah, jangan biarkan warga menunggu kalian..."

Ibu Aryo merapat ke Romo dan menggandeng lengan kiri Romo.

"Makasih ya Romo... Ibu bahagia sekali..."

Romo berpaling memandang istrinya dan tersenyum...

"Ayo pak, kita ke dalam. Bapak kan perwakilan dari kabupaten Cilacap, yang mau melihat juga aktivitas pelayanan kesehatan di wiayah kami... Dan langsung nanti di tempat pembicaranya kemarin praktek nih.. dr. Aryadi Satrio Putro, S.Pd.. "

"Ya pak Bupati, saya sangat tertarik ingin ikut melihat juga... hehehe..."

Pak Suryadi dan Ibu bergerak ke arah puskesmas, di belakang nya mengikut Romo dan ibu Aryo...

Aryo dan Mila berjalan cepat mendahului ke empat nya.

Dan saat memasuki halaman Puskesmas, disambut pak Asep, Pe'i di pintu gerbang. Masyarakat mengikuti di belakang rombongan itu.

Ada beberapa yang mengabadikan kejadian itu dengan ponsel nya...

Tak lama, masuk 4 orang seperti pejabat setempat dengan terburu-buru langsung menyalami pak Bupati dan ibu. Ternyata kepala sudinkes setempat dan jajaran nya.

Lalu juga menyalami Romo dan ibu Aryo..

Aryo dan Mila langsung masuk ruang praktek masing-masing.

Hari ini, hari yang sangat special buat mereka berdua.

Amih juga melayani masyarakat dengan cekatan dan ceria. Ada suasana berbeda disana.

Pak Bupati berjalan menyusuri ruangan demi ruangan, tak lama Mila bergabung. Sebab Mila lah sebagai penanggung jawab Puskesmas ini. Ikut juga menjelaskan secara resmi.

Setelah kunjungan ruangan, pak Bupati menyempatkan waktu berbincang santai dengan para pasien. Menanyakan hal-hal dasar dan penting untuk kehidupan harian mereka.

Lalu rombongan kecil itu di jamu alakadarnya di ruang tamu.

Pe'i, pak Asep, Mahfuds melayani dengan cekatan. Mereka sadar, yang di hadapi nya saat ini adalah kepala daerah mereka.

Satu setengah jam kemudian, Pak Suryadi ingin pamit. Begitu juga ibu Suryadi.

Lalu Romo dan Ibu Aryo pun juga ingin minta diri. Mereka datang dengan dua mobil yang berbeda. Saat ini akhir nya bersatu dalam 1 mobil. Yang di kendarai Arifin, sedang mobil satunya yang sejak pagi di bawa Mila, di tinggal untuk Mila dan Aryo sore nanti...

Hari berlalu cepat. Sore telah menjelang. Pukul 4 sore, Aryo dan Mila bersiap untuk pulang.

Setelah pamitan dengan perangkat Puskesmas, Aryo dan Mila berangkat pulang menuju Pandeglang.

Sambil berjalan mereka bercakap-cakap.

"Mas... tadi malam sepulang dari sini, di rumah sudah ada tamu. Yaitu Romo dan ibu. Tadi nya Mila gak kenal. Setelah di kenalkan bapak, Mila sempat kaget. Gak menyangka sama sekali. Tadi nya mereka berharap, mas nya ikut pulang ke Pandeglang. Saat Mila bilang bahwa mas ga pulang dan menginap di labuan, beliau malah menanyakan keadaan yang sebenarnya disini."

"Lalu Mila cerita bahwa mas tinggal di rumah warga di kampung nelayan. Dan Mila juga cerita bagaimana mas nya bisa sampai disana. Apa adanya Mila cerita, karena Mila lihat, Romo sangat ingin tau keadaan kamu mas..."

"Mila juga cerita tentang almarhumah Mira, juga bagaimana mas pun akhir nya sempat merawat Ayu. Mila akhir nya harus jujur, mengapa mas gak ingin kembali, karena mas yang tidak suka atau trauma pada Romo. Tapi.. Tapi Mila bilang, kalau mas sudah mau berubah keputusan. Demi masa depan mas dan bakal keluarga kita kelak ke depan.."


"Jadi kamu sudah bilang pada orang tua aku soal kita.. ?"

"Iya mas, maaf..."

"Itu harus nya memang tugas aku yang mengenalkan kamu pada keluarga aku. Tapi ternyata kamu sudah membantu aku sayang..."

"Itu tugas Perempuan, sayang. Penolong buat lelaki. Saat Lelaki ku tak sanggup, aku pasti menolong nya.. Kamu sandaran aku mas, tapi saat kamu tak bisa, aku wajib menolong mu..."

"Terimakasih sayang... Terimakasih. Aku janji gak akan menyia-nyiakan pertolongan mu padaku dalam masalah ini. Aku sangat lega sekarang, dan seperti baru bebas dari suatu belenggu yang sangat berat dan menyiksa aku. Lega luar biasa aku rasain saat ini sayang..."

"Ya mas, aku senang kamu udah lega. Jiwamu sudah bebas sekarang dari ikatan beban mental itu. Tembok mental itu sudah berhasil kamu hancurkan mas.. Aku bahagia sama kamu sayang..."

Mila merapat ke Aryo yang sedang menyetir mobil.

Mobil terus berjalan menembus sore hari yang cerah. Matahari condong ke barat, cerah tanpa ada awan yang menghalangi. Secerah suasana hati ke dua insan yang saling mencinta ini....

Satu jam setengah kemudian, Aryo dan Mila sudah masuk halaman rumah Mila, rumah dinas Bupati Pandeglang.

Waktu sudah tiba waktu Maghrib.

Aryo dan Mila segera masuk dan menemui orang tua Mila. Dan ternyata ada orang tua Aryo juga.

Aryo dan Mila tau ini saat nya mereka akan menceritakan semua nya. Sejelas-jelas nya.

Setelah Aryo dan Mila mandi dan salin baju, mereka segera bergabung untuk makan malam.

Acara makan berlangsung hangat, di layani oleh 2 orang PRT, mereka menyantap sajian dengan nyaman dan puas.

Selepas semua selesai, mereka berkumpul di ruang keluarga. Duduk melingkar di sofa santai di tengah nya ada meja tamu berkaca kecil.

Romo memulai perbicaraan...

"Pak Sutardi, Ibu dan nak Mila. Saya mewakili keluarga kami mengucapkan banyak terimakasih atas jamuan, tumpangan juga semua yang disajikan sampai saat ini. Terlebih juga atas jasa bapak dan ibu dalam membuat kami, aku dan istri dapat menemukan putra kandung kami, dan membuat segala kesalahan dan masalah yang saya perbuat pada putra kami, akhirnya dapat selesai dengan sangat baik. Aku dan Istri dan keluarga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalam nya...."

Pak Sutardi tersenyum dan memandang istri nya. Lalu anak perempuannya. Lalu berpaling kembali pada Romo.

Tiba-tiba Romo bangkit berdiri di sisi lain meja tamu itu...

"Saat ini juga.. Izinkan saya, sebagai ayah, orang tua dari Aryadi Satrio Putro, dengan ini memberanikan diri secara langsung, melamar putri bapak untuk putra kami, dan menjadi menantu kami. Kami mohon maaf jika ini dianggap terburu-buru dan kurang pantas, tapi ini adalah permintaan kami secara tulus. Dan.. Untuk kegiatan dan upacara resmi nya, kami akan datang lagi bulan depan dan dengan keluarga utama kami lainnya. Kami tak ingin keduluan yang lain pak, kami atau saya ingin segera menebus kesalahan saya yang lalu dengan merealisasikan keinginan anak saya dan kami, saya dan istri sudah diskusi, kami sangat ingin menjadikan Mila menjadi menantu kesayangan kami..."

Aryo terkejut, matanya membelalak...

Mila melongo, sambil menutup mulut nya dengan dua tangan...

Pak Sutardi Giman terdiam..

Ibu Sutardi melihat suaminya, dan menutup mulut dengan tangan kanan dan tangan kiri menggenggam erat tangan tangan kanan suaminya....

Suatu kejutan yang tak satupun ada yang menyangka sama sekali..

Tak ada yang bisa menebak nya...

Romo menunduk hormat...

Pak Sutardi terlihat tenang.

Sunyi sejenak...

Lalu Pak Sutardi menoleh ke istri nya...

Si Ibu tersenyum...

Lalu memandang ke putri nya...

Mila menutup mulut dengan ke dua tangan, mata nya berkaca-kaca. Nampak raut wajah malu dan bahagia tak bisa di tutupi.

Pak Sutardi tetap memandang Putri nya...

Mila pun... Mengangguk kecil lalu menundukkan kepala nya...

Lalu Pak Sutardi bangkit berdiri...

"Pak Subroto... Saya tak menyangka akan secepat ini. Kami tak mengira sama sekali. Tapi.. Lamaran bapak, saya terima..."


TAMAT....



Terimakasih banyak pada para suhu semua yang masih menunggu cerita ndeso ini. Masih banyak kekurangan dan perbaikan disana sini.

Selanjutnya adalah EPILOG sebgai pelengkap dari cerita ini..


Salam hormat....
Joss edun.....title tamat lagi...hu...anda emang josss
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd