Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 

Nurul

Udara dingin dalam cuaca mendung gelap yang menyesakkan. Sudah dua hari ini matahari enggan untuk menampakkan sinarnya. Angin kencang menggoyang daun-daun kering yang tampak ringkih bertahan di dahan. Hari-hari di bulan desember yang selalu basah dan gelap.

Keluarga Ardi baru saja selesai sarapan, membuat sang Istri tampak sibuk membereskan sisa-sisa makanan mereka.

"Mi, kami duluan ya." Ujar Ardi.

Wanita berjilbab hitam itu tersenyum. "Iya Mas... Aku mau beresin ini dulu." Ujar Nurul, sembari merapikan kera baju Suaminya.

"Pamit dulu Mi." Sang anak gadis mendekat lalu mencium punggung tangan Nurul.

"Sekolah yang bener!" Nasehat Nurul.

Aziza menganggukkan kepalanya. "Assalamualaikum, Umi!" Sapanya, ia segera pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Lalu tak lama kemudian Ardi menyusul anaknya, kini tinggal Nurul seorang diri.

Setelah mengantarkan kepergian dua orang yang amat ia cintainya. Nurul kembali melanjutkan pekerjaan yang belum ia selesaikan. Ia membawa piring kotor menuju wastafel yang hanya beberapa langkah dari meja makan keluarganya.

Baru saja Nurul hendak memutar air keran, tiba-tiba seseorang memeluk pinggangnya.

Nurul menoleh kebelakang. "Bapak!" Kaget Nurul saat melihat kehadiran seorang pria yang beberapa hari ini selalu ia hindari setelah tragedi dua malam yang lalu, yang telah merenggut kesuciannya pernikahannya.

"Hehehe..." Pak Bejo menyeringai mesum.

"Le... Lepasin Pak." Kedua tangan Nurul berusaha menyingkirkan tangan Pak Bejo yang tengah memeluk Erat pinggangnya.

Seakan tidak perduli dengan rontahan menantunya. Pak Bejo dengan sangat kurang ajar mencium tengkuk Nurul, membuat Ibu satu anak itu menggelinjang, ketika hawa dingin tiba-tiba menyelimuti tubuhnya.

Kedua tangan Pak Bejo mencaplok kedua payudara Nurul, dan meremasnya dengan sangat kasar.

"Lepasin Pak..." Bentak Nurul.

"Wangi sekali tubuhmu Nak." Racau Pak Bejo, sembari menikmati aroma tubuh dari seorang wanita Soleha.

Sekuat tenaga Nurul berusaha memberontak, tapi percuma. Mertuanya terlalu kuat bagi Nurul. Ia sungguh merasa tidak berdaya di hadapan Mertuanya yang bertubuh besar, dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya yang mungil.

Bayangan kejadian dua hari yang lalu, membuat Nurul menitikkan air matanya. Tuhan... Dia tidak ingin di nodai lagi, bantu dia.

Pak Bejo menarik pipi Nurul, lalu bibir hitamnya memanggut bibir merah menantunya. Darah Nurul berdesir merasakan kuluman bibir Pak Bejo ke bibir merahnya yang di lapisi lipstik mahal. Lalu tangan Pak Bejo melingkar ke pinggang rampingnya, dan mulai meremas pantatnya.

"Aahkk..." Nurul berdesis pelan.

Cukup lama Pak Bejo memanggut bibir Nurul. "Jangan melawan Nak! Bapak tidak akan menyakitimu." Bisik Pak Bejo, ia mengusap air mata Nurul.

"To... Tolong! Saya tidak mau." Melas Nurul.

"Nanti juga kamu akan ngulet-ngulet seperti kemarin malam." Goda Pak Bejo.

Nurul menggigit bibir bawahnya. Tentu saja ia masih ingat setiap detail kejadian malam terkutuk itu. Sungguh ia menyesalinya, tetapi harus ia akui kalau malam itu adalah malam ternikmat yang pernah ia lalui seumur hidupnya. Tetapi walaupun begitu ia tidak ingin kembali mengulangi kenikmatan tersebut bersama mertuanya.

Pak Bejo menggigit lembut bibir merahnya, menstimulus bibir Nurul, hingga Nurul merasa tergelitik untuk membuka bibirnya.

Perlahan lidah Pak Bejo menyeruak masuk kedalam mulut menantunya itu. Tangan kanan Pak Bejo mendekap leher Nurul, sementara lidahnya menggelitik rongga mulut Nurul membuat wanita berhijab tampak kewalahan.

Lidah tebal Pak Bejo mengait lidahnya, menghisapnya dengan lembut. "Sruppss... Sruuuppss... Sruuuppss." Suara peraduan lidah mereka terdengar mengalun indah.

Hentikan... Kumohon! Bisik hati Nurul, ia sudah tidak tahan lagi.

Pak Bejo membuka resleting belakang gamis yang di kenakan Nurul. Lalu dia menarik turun gamis Nurul sebatas pinggangnya yang ramping. Tubuh Nurul bergetar hebat ketika tangan Pak Bejo menyusup masuk kebalik bra yang ia pakai.

Tubuh Nurul tersentak-sentak, dan putingnya mulai mengeras. "Ughkk..." Lenguh Nurul Nikmat. Ia makin terbawa arus birahi.

"Behanya Bapak buka ya Nak?" Bisik Pak Bejo lembut.

Nurul menggelengkan kepalanya, ketika jemari Pak Bejo melepas pengait behanya. "Jangan Pak!" Nurul memandang senduh kearah Pak Bejo yang tengah menyeringai mesum.

"Bagus sekali tetekmu Nak." Puji Pak Bejo.

"Tolooong... Toloooong." Lirih Nurul. Tidak tau kenapa pujian Pak Bejo membuat raganya melayang.

Pak Bejo mengangkat tubuh Nurul, dan mendudukan Nurul diatas wastafel. Lalu dia mencomot salah satu payudara Nurul. Gigi hitamnya menggigit lembut puting Nurul yang telah mengeras. Ketika Pak Bejo menarik putingnya kedepan, punggung Nurul ikut tertarik.

Tidaaaaak... Kenapa dengan diriku? Aaahkk... Ini sungguh nikmat sekali, aku sudah gak tahan. Mas... Tolong aku. Bisik Nurul di hatinya.

Telapak tangan Pak Bejo mencengkram payudara Nurul yang satunya. Dia memilin dan memencet puting Nurul. Wanita berhijab itu hanya bisa menggelinjang dan menjerit-jerit kecil, ketika mendapatkan serangan berutal seperti itu. Ia menggigit bibirnya, ketika mendapatkan orgasme kecil yang membuat memeknya kian basah.

Selama beberapa detik tubuh Nurul terguncang, lalu kembali meredah setelah tak ada lagi air cintanya yang keluar dari dalam memeknya.

Nurul memejamkan matanya, rasanya ia tidak sanggup melihat seringai kepuasan yang terpancar di wajah Pak Bejo. Aku gak mau... Gak mau... Jerit hati Nurul yang kecewa atas ketidak berdayaannya.

Setelah merasa cukup tenang, Nurul membuka matanya. Ia melihat Pak Bejo tengah duduk di kursi sembari mengocok batang kemaluannya yang besar. Nurul merasa ngilu di memeknya, ketika memandang kontol Pak Bejo yang berurat hitam.

Nurul menatap tajam Pak Bejo dengan tatapan marah. Ia turun dari wastafel sembari membenarkan jilbabnya yang berantakan, dan gamisnya yang tadi sempat diturunkan hingga sebatas pinggangnya tanpa menarik kembali resleting dan memakai behanya. Untuk terakhir kalinya Nurul mengutuk imannya yang lemah, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Pak Bejo yang tengah memamerkan kontolnya yang besar.

Dari belakang Pak Bejo mengikuti Nurul yang berjalan menuju pintu rumah mereka. Nurul sudah bertekad ingin membongkar kelakuan Pak Bejo, dan siap menerima resiko apapun.

Ceklek... Ceklek...

Wajah Nurul tampak panik ketika ia tak bisa membuka pintu rumahnya yang terkunci. Sementara Pak Bejo semakin dekat dengannya.

"Kita belum selesai Nak!" Bisik Pak Bejo.

Nurul mati-matian mencoba membuka pintu rumahnya walaupun ia tau akan sia-sia saja. Telapak tangan Pak Bejo membelai punggung telanjang menantunya yang terasa begitu halus dan lembut.

Perlahan Nurul memutar tubuhnya, ia kembali menangis. Bukan... Bukan karena takut, tapi melainkan karena frustasi dengan syahwat nya yang tak kunjung padam.

Kamu kuat Nurul... Kamu bisa melawannya... Ya... Ingat Suamimu, ingat anakmu. Nurul berusaha mensugesti dirinya untuk melawan syahwat nya. Tetapi semakin mengingat Suaminya, tubuh Nurul malah semakin menginginkan sentuhan Mertuanya.

Untuk kedua kalinya Pak Bejo menyapu air mata Nurul. "Sudah jangan menangis lagi." Bisik Pak Bejo di telinga Nurul.

"Jangan Pak, aku Istri anakmu." Nurul mencoba mengingatkan Bapaknya. Tapi yang terjadi selanjutnya, Pak Bejo malah kembali menarik turun gamis bagian atasnya, menampakan sepasang payudaranya yang besar dengan kedua puting yang telah mengeras.

Tubuh Nurul terguncang hebat antara marah dan terangsang atas perlakuan Pak Bejo yang seakan mempermainkan dirinya.

Kedua tangan Pak Bejo membelai pundak telanjang Nurul, lalu dia menekan kebawah pundak Nurul, membuat wanita cantik itu berlutut. Tepat di hadapannya, berdiri kontol Pak Bejo dengan pongahnya, mengangguk-angguk seakan menantang dirinya untuk segera menyentuhnya.

"Hisap." Perintah Pak Bejo.

Nurul menggelengkan kepalanya, walaupun ia sudah beberapa kali mengoral kontol Pak Bejo tetapi tetap saja Nurul selalu kesulitan melakukannya.

Tubuh Nurul tersentak ketika merasakan belaian lembut di kepalanya. Memaksanya mengangkat wajah dan melihat senyum menyeringai dari serigala tua yang selalu berhasil membuatnya tak berdaya. Walaupun hanya untuk membantah perintahnya.

Tangan Nurul gemetaran ketika ia harus menyentuh batang besar yang berada diantara kedua paha kekar Pak Bejo. Dengan perlahan Nurul mengocok kemaluan Pak Bejo yang terasa hangat di telapak tangannya.

Nurul nyaris lupa bernafas ketika melihat sedikit lendir yang keluar dari lobang kencing Pak Bejo.

Hanya melihat kontol Pak Bejo yang tengah ereksi. Nurul dengan mudanya menyerah. Dia mengakui kalau kontol Pak Bejo memang sangat menarik, besar, panjang dan tebal. Ia sudah pernah merasakan kontol besar itu di dalam memeknya dan rasanya memang enak.

"Buka mulutmu Nak." Ujar Pak Bejo lembut.

Gleeek...
Nurul menelan air liurnya. Dengan perlahan ia menggenggam batang kemaluan Pak Bejo dengan kedua tangannya, lalu dia menuntun kontol hitam Pak Bejo masuk kedalam mulutnya. Walaupun Nurul sudah membuka lebar mulutnya, tetap saja hanya kepalanya saja yang bisa masuk.

"Oughkk nikmat sekali Nak." Racau Pak Bejo.

Kepala Nurul bergerak maju mundur menghisap kontol Pak Bejo. Lidahnya menari-nari seperti ular, menikmati kehangatan kontol Pak Bejo.

Sembari menghisap kontol Mertuanya yang besar, kedua tangan Nurul ikut aktif mengocok kontol Pak Bejo. Dia membelai rambut kemaluan Pak Bejo yang tumbuh subur di sekitaran pangkal kontol Pak Bejo. Lalu dia menciumi sekujur kontol Pak Bejo, menuju buah zakar Pak Bejo.

Tubuh Bejo menggelinjang, ketika Nurul melahap habis kantung zakarnya kedalam mulutnya. Dia menghisap kantung telur Pak Bejo, sementara tangannya kembali mengocok kontol Pak Bejo.

"Sssssttt... Aaahkk... Kamu semakin pintar Nak." Puji Pak Bejo kepada Nurul.

"Fuah..." Nurul melepaskan kantong Zakar Pak Bejo. Wajah putihnya tampak memerah, karena ia sempat menahan nafas demi melahap kantung zakar Mertuanya.

Kembali Nurul membuka mulutnya dan melahap kontol Pak Bejo. Dengan gerakan memutar ia menghisap, menyedot kontol Mertua itu. Tak mau tinggal diam, Pak Bejo meraih payudara Nurul yang tampak terguncang setiap kali mulutnya bergerak maju mundur. Sementara tangan satunya lagi memegang kepala Nurul.

Kini giliran Pak Bejo yang mengambil alih. Dia menggerakkan pinggulnya memompa mulut Nurul membuat Nurul tersedak.

Enak... Enak... Ini sangat enak! Nurul memandang wajah Pak Bejo yang tampak mengeras.

Kontol Pak Bejo kembali melesat kedalam mulut Nurul, memenuhi rongga mulut Nurul hingga masuk kedalam tenggorokan Nurul. Pak Bejo menahan kepala Nurul, sembari menekan kontolnya semakin dalam kedalam mulut Nurul. Nurul dapat merasakan kontol Pak Bejo bergerak di dalam kerongkongannya.

"Aaaaaaarrrttt..." Pak Bejo mengeram hebat.

Croooootss... Croooootss... Croooootss...

Menderu seperti ombak, ia menembakan spermanya kedalam tenggorokan Nurul. Tubuhnya mengejan-ejan, mengakhiri semburan spermanya. Ketika Pak Bejo menarik kontolnya, ia tak melihat setetes pun sperma yang keluar dari mulut Nurul.

Nurul bersimpuh di lantai. "Hos... Hos... Hos..." Nafas Nurul memburu, mengambil udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya.

####

Erlina

"Lagi latihan Mi?" Tegur Rayhan.

Erlina yang sedang berlatih bela diri segera menghentikan aktifitasnya. Ia tersenyum menyambut Rayhan yang tengah berdiri di depan pintu rumahnya. Erlina mengambil handuk kecil, lalu menyeka keringat yang membasahi wajah cantiknya.

Rayhan menghampiri Erlina sembari membawakan minuman untuk Gurunya itu.

"Terimakasih Ray!" Ujar Erlina.

Rayhan tersenyum manis. "Sama-sama Umi! Dan seperti biasanya ilmu bela diri Umi memang sangat mengagumkan sekali. Saya merasa beruntung karena pernah di latih Umi." Puji Rayhan setinggi langit, membuat wajah cantik Erlina bersemu merah.

"Bisa aja kamu Ray." Katanya, lalu dia berjalan menuju sebuah kursi plastik. Rayhan mengikutinya dari belakang, sembari memandangi bulatan pantat Erlina yang dibalut celana ketat berwarna hitam.

"Kenyataannya memang seperti itu." Rayhan mempertahankan argumennya.

Erlina tersenyum lalu duduk dengan menyilangkan kakinya, sementara Rayhan berdiri tidak jauh darinya. Ia memandang jauh ke langit yang pagi hari ini terlihat mendung. Rasanya sudah beberapa hari terakhir langit kurang bersahabat kepada mereka.

Rayhan hanya berharap musim hujan kali ini tidak membawa bencana banjir di negeri tercinta, seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Kamu masih suka latihan Ray?" Tanya Erlina, membuyarkan lamunan Rayhan.

Rayhan mengalihkan pandangannya kearah Erlina. Sejenak ia terpaku mengagumi wajah cantik Erlina. Di sudut bibir merahnya terdapat satu titik tai lalat yang mempercantik bibir gurunya yang seksi.

Sadar kalau sedang di perhatikan oleh muridnya. Erlina menjadi salah tingkah.

"Ray!" Tegur Erlina lagi.

"Eh, iya, tadi tanya apa Mi?" Erlina tersenyum geli melihat Rayhan gelagapan.

"Hayo lagi ngelamun jorok ya?" Goda Erlina.

Rayhan hanya menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. "Enggak kok Mi. Tadi Umi tanya apa?" Tanya Rayhan kembali.

"Kamu masih suka latihan?" Ulang Erlina.

"Iya... Kadang-kadang." Jawab Ray cepat.

Erlina mendesah pelan. "Pantesan kemarin kamu bisa dikalahkannya." Ujar Erlina, ia menggelengkan kepalanya. Sementara Rayhan hanya tertawa renyah.

"Umi..." Panggil Rayhan serius.

Erlina merenyitkan dahinya. "Kenapa Ray?" Tanya Erlina menanggapi keseriusan wajah Rayhan.

"Saya ingin Umi melatih saya lagi." Pinta Rayhan.

"Kamu bisa berlatih sendiri." Jelas Erlina, sejujurnya sudah tidak ada lagi gerakan yang bisa ia ajarkan ke Rayhan, semuanya sudah pernah ia ajarkan. Hanya saja Rayhan jarang mengasah kemampuannya.

Rayhan menghela nafas pelan. "Aku takut tidak bisa melindungi siapapun dengan kemampuanku yang sekarang." Keluh Rayhan.

Erlina terdiam sejenak, mencerna ucapan Rayhan. Apa yang di katakan Rayhan memang benar, kalau seandainya saja Soleh kembali ke sini, mungkin Rayhan akan dengan mudah di kalahkan. Dan akan semakin sulit kalau Soleh membawa ikut temannya.

"Ray..."

"Iya Mi."

"Sudah tidak ada lagi yang bisa Umi ajarkan ke kamu, tapi... Mungkin Umi bisa menemanimu latihan." Bibirnya mengukir sebuah senyuman manis.

"Itu sudah cukup Mi." Jawab Rayhan senang.

"Tapi gak gratis." Ujar Erlina cepat. "Kamu pasti mengerti, kalau usia Umi sudah tidak muda lagi, berlatih sama kamu tentu akan menguras tenaga yang membuat tubuh Umi pegal-pegal." Jelas Erlina.

"Lalu apa yang harus kulakukan?" Tanya Rayhan.

Erlina menurunkan kaki kanannya dari atas paha kaki kirinya. "Sebagai bayarannya kamu harus pijitin Umi setiap kali habis latihan." Kata Erlina sembari mengedipkan matanya, membuat Rayhan tertawa ringan.

"Deal... Sekarang juga aku akan mijitin Umi." Rayhan beralih kebelakang Erlina. Dia meletakan tangannya diatas pundak Erlina dan mulai memijitnya.

"Enak sekali pijitanmu Ray." Desah Erlina pelan.

"Untuk guruku, tentu aku akan memberikan pijitan yang terbaik." Kelakar Rayhan.

"Hihihi... Bisa saja kamu." Balas Erlina.

Erlina menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya hingga dadanya membusung. Walaupun ia tidak bisa mengajarkan gerakan baru untuk Rayhan, tapi setidaknya ia bisa mengontrol pola latihan Rayhan, dengan begitu insting Rayhan bisa kembali ter asah.

"Ray..." Erlina memicingkan matanya.

Tanpa berfikir panjang Erlina berlari menerobos semak belukar untuk membantu Rayhan yang tengah berkelahi dengan seorang pria yang mengenakan gamis. Setibanya di lokasi, ia melihat pria itu tengah menghunuskan belatinya dan hendak menikam Rayhan.

Dengan sigap Erlina menerjang pria tersebut, tepat ketika belati itu nyaris menusuk leher Rayhan.

"Bangsat..." Ucap pria tersebut.

Dengan di terangi cahaya rembulan, Erlina dapat melihat wajah Mang Soleh yang sudah tidak mengenakan penutup wajah. "Mang Soleh..." Kaget Erlina, ia tidak menyangkah kalau ternyata penjaga kantin sekolahnya lah yang telah merenggut perawan anaknya.

"Oh Ustadza Erlina." Ejek Mang Soleh. "Gimana kabar anakmu? Hahaha..." Tawa Mang Soleh sungguh sangat menyakiti hati Erlina.

Tanpa basa basi Erlina kembali menyerang Mang Soleh. Kaki jenjangnya terbang keuadara dan langsung mendarat tepat mengenai wajah Mang Soleh. Tendangan Erlina terlalu cepat untuk di hindari Mang Soleh.

Baru saja dia berdiri, tiba-tiba ia merasakan uluh hatinya di hantam tinju Erlina, membuatnya terhuyung ke belakang, lalu di susul opercut yang tepat mengenai rahangnya. Walaupun pukulan Erlina tidak sekeras Rayhan, tetapi semua pukulan Erlina tepat mengenai titik lemah di tubuhnya.

Belum sempat Mang Soleh memasang kuda-kudanya. Tubuhnya kembali terhunyung dan jatuh berdebam diatas tanah. Ia meringkik kesakitan, setelah tubuhnya terhempas di tanah.

Erlina dengan sigap menduduki punggung Soleh, sembari menarik kebelakang wajah Soleh ia memukul bagian samping kepala Soleh berulang kali dengan tinjunya. Seandainya saja yang melakukan tersebut adalah Rayhan, tentu nyawa Soleh sudah tidak tertolong lagi.

Buuk...

Tubuh Erlina terhunyung jatuh menimpah tubuh Mang Soleh ketika seseorang menerjang punggungnya.

Tak lama kemudian terdengar suara keramaian tak jauh dari tempat mereka berkelahi. Pria bertopeng yang baru saja datang membantu Mang Soleh. Dengan cepat memapah Mang Soleh untuk segera kabur sebelum di amuk masa.

Erlina ingin mengejarnya, tetapi dengan kondisinya yang kelelahan dan mengingat jumblah musuh lebih dari satu, Erlina memutuskan untuk segera merawat Rayhan yang keadaannya saat itu tidak sadarkan diri.

#####

Setelah berhasil mengendalikan pernafasannya. Nurul segera berdiri, ia membiarkan sisa gamisnya jatuh kelantai rumahnya. Pak Bejo tersenyum memandangi lekuk tubuh Menantunya. Payudaranya yang besar terlihat naik turun mengikuti irama tarikan nafasnya.

Dengan langkah gontai Nurul segera berjalan menjauh dari Pak Bejo. Pria tua itu memutar tubuhnya, ketika Nurul berjalan melewatinya. Lenggokkan pantatnya yang berisi penuh di balut kain segitiga berwarna biru, membuat sang junior kembali berdiri tegak.

Dengan bersusah payah. Nurul akhirnya tiba di kamar mandi. Ia masuk kedalam kamar mandi tanpa menutup ataupun mengunci pintu kamar mandi, seakan ia mengundang seseorang untuk mandi bersama dirinya. Tak lama kemudian Pak Bejo menyusulnya.

Nurul menoleh sebentar ketika pintu kamar mandinya di kunci. Dia meletakan kedua tangannya di kedua sisi celana dalamnya. Dengan sedikit membungkuk Nurul menurunkan celana dalamnya. Kini ia hanya menyisakan jilbab lebarnya saja.

"Uh..." Nafas Bejo terasa berat, melihat aksi menantunya yang terlihat natural.

Tangannya semakin cepat mengocok kontolnya ketika ia melihat daging gemuk yang terjepit diantara kedua paha mulus Nurul. Pantatnya yang besar, terlihat semakin besar ketika ia menungging.

Nurul segera menggantung celana dalamnya. Lalu ia berdiri di bawah guyuran air shower yang jatuh membasuh tubuh indahnya.

Perlahan ia memutar tubuhnya, menghadap kearah Pak Bejo yang tengah tersenyum menyeringai memandangi lekuk tubuh menantunya yang kini telah basah tersiram air shower. Payudaranya yang besar terlihat begitu menggoda dengan kedua putingnya yang telah mengeras, dan di bawah sana, tepatnya di bawah pusar, ada daging gemuk yang terlihat seperti bakpau, ditumbuhi rambut lebat yang kini terlihat lecek.

Nurul menggigit bibirnya, melihat pandangan Mertuanya terhadap dirinya yang seakan ingin segera menerkam dirinya, memakannya.

Tatapan mata itu. Tatapan seorang pria yang menginginkan betinanya. Sebuah tatapan yang dirindukan Nurul. Ya... Sebagai seorang wanita normal sudah sewajarnya kalau ia ingin di miliki. Sayangnya ia tidak mendapatkan itu dari sorot mata Suaminya.

Pak Bejo mendekat, ia meletakan telapak tangannya diatas payudara Nurul dan meremasnya dengan keras, membuat Nurul meringkik nikmat. "Oughkk..." Bibir tipisnya mengeluarkan suara desahan lembut.

"Jangan Pak." Bisik Nurul ketika Pak Bejo menyandarkan tubuh Nurul di dinding kamar mandi yang berlapiskan marmer bermotif bunga.

Pak Bejo kembali menjilati bibir hitamnya. "Cantik sekali kamu Nak! Bapak ingin memiliki mu." Goda Pak Bejo, sembari berusaha mencium bibir merah anaknya.

Nurul memalingkan wajahnya. "Jangan... Aku menantumu Pak." Penolakan Nurul terdengar begitu manja di telinga Pak Bejo. "Oughkk... Bapak." Tubuh Nurul menegang ketika Pak Bejo mencium pundaknya.

Tangan kanan Pak Bejo menempel di dinding, sementara tangan yang satunya menangkap payudara Nurul. Dia meremasnya dengan kasar, seakan ia ingin memecahkannya. Sementara bibir hitamnya mencari bibir merah Nurul.

Tak terlalu sulit. Pak Bejo berhasil melumat bibir merah menantunya. "Hmmm... Hmmm... Hmm..." Nurul membalas pagutan Pak Bejo.

"Oughkk..." Lenguh Nurul saat merasakan putingnya di pelintir Pak Bejo.

Setelah puas mencium bibir Nurul, dia menurunkan ciumannya menuju puncak payudara menantunya. Dia menghisap, dan mengenyot payudara menantunya dengan amat rakus, seakan ini adalah hari terakhir ia bisa menikmatinya.

"Jangan Pak!" Tolak Nurul, ketika ia merasakan belaian hangat di permukaan memeknya. Jemari Pak Bejo memelintir rambut kemaluannya, lalu tiba-tiba dia menarik jembutnya.

"Oughkk..." Nurul tersentak kaget.

Pak Bejo memperlihatkan jarinya, dan ada beberapa helai rambut kemaluannya di sana.

"Putar." Bisik Pak Bejo.

Nurul memutar tubuhnya menghadap ke dinding, lalu ia merasakan rabaan di buah pantatnya yang menungging. Tubuh Nurul merinding, merasakan usapan hangat di pantat semoknya.

Plaaak...

Tamparan keras mendarat di pipi pantatnya, meninggalkan bekas merah di sana.

"Jangaaaaan... Aaahkk... Aku menantumu Pak."

Pak Bejo menciumi inci demi inci punggung menantunya, terus turun menuju pinggangnya yang ramping, dan berhenti di bongkahan pantat menantunya yang berisi dan padat. Dia membuka pipi pantat Nurul, mengintip cela kecil lobang dubur menantunya.

Bagaikan tersengat aliran listrik, ketika ia merasakan ada daging lunak menyentuh lobang duburnya. Nurul menggigit bibirnya, ia benar-benar tak tahan dengan sentuhan yang lobang duburnya.

Nurul tidak menyangka akan senikmat itu. Lidah Pak Bejo menusuk dan menjilati dubur Nurul tanpa merasa jijik sama sekali, membuat Nurul merasa bangga.

"Aaahkk.. aaahkk..." Nafas Nurul terputus-putus.

Tubuh indahnya menggelinjang, mengulet, bergetar hebat ketika klimaks itu hampir ia dapatkan. "Oughkk..." Dengan satu teriakan panjang, menyemburlah cairan cintanya dengan sangat deras sekali, bercampur dengan air shower yang mengalir di lantai kamar mandinya.

Pak Bejo berhenti menjilati anus Nurul setelah ia berhasil membuat wanita cantik itu orgasme.

"Enakkan Nak?" Bisik Pak Bejo.

Nurul tak mampu menjawabnya, tetapi ia akui tadi itu nikmat sekali. Dan rasanya ia ingin anusnya kembali di jamah lebih jauh lagi.

Pak Bejo menuntun kontolnya menuntun kearah lipatan memek Nurul. Perlahan ia mendorong kontolnya, membela bibir memek menantunya itu, menusuk masuk kedalam cela kecil yang berada diantara belahan memeknya yang tembem itu. "Bleeess..." Dengan satu dorongan, kontolnya bersarang di dalam memeknya.

"Pak... Aaahkk..." Lenguh Nurul.

Ploookss... Plooookss... Ploookkss...

Dengan ritme perlahan Pak Bejo memompa memek Nurul yang tak pernah berhenti mengeluarkan pelumasnya. Sehingga kontol Pak Bejo dengan muda keluar masuk di dalam memeknya. Nurul menatap sayu kearah Pak Bejo yang tengah menggagahinya.

Sembari menyodok memek Nurul dari belakang, Pak Bejo menangkup payudara Nurul. Dia memilin dan menarik puting Nurul, menstimulasi putingnya yang kian meruncing kedepan.

"Aaahkk... Saya dapat Pak!" Histeris Nurul.

Tubuhnya untuk kesekian kalinya gelanjotan, menyambut datangnya orgasme yang begitu luar biasa.

Pak Bejo memutar tubuh Nurul. Masih dalam posisi berdiri Pak Bejo mengait satu kaki Nurul hingga menggantung ke udara. Sejenak mereka saling menatap. Ada hasrat terpendam di mata Nurul, yang membuatnya kian menyerah atas birahi nya yang menginginkan agar segera di tuntaskan.

Tangan kanan Nurul memegang pundak Pak Bejo, sementara tangannya menuntun kejantanan Pak Bejo untuk kembali menusuk memeknya.

"Oughk!" Kepala Nurul mendongak keatas ketika kontol Pak Bejo menyeruak masuk kedalam memeknya. Dengan mata terpejam ia kembali menikmati setiap sodokan kontol Pak Bejo di dalam memeknya.

"Nikmat sekali Nak! Aaahkk... Memekmu sangat sempit... Aaahkk... Kamu pelacur hebat Nak." Ujar Pak Bejo, sembari mencium pundak Nurul.

"A... Aku bukan pelacur." Jawab bibir Nurul, tetapi jawaban berbeda di memeknya di rasakan oleh Pak Bejo. Pria tua itu merasa kontolnya seperti di hisap-hisap oleh memek menantunya.

Pak Bejo semakin dalam menghujami memek Nurul dengan kontolnya. Sangking dalamnya kepala kontolnya sampai menyentuh bibir rahim Nurul.

Ploookksss... Ploooooksss... Ploooookss...

"Pak... Aku mau keluar lagi." Bisik Nurul.

Tubuhnya menegang hebat, dan sedetik kemudian semburan hangat menjalar di batang kemaluan Pak Bejo yang tengah bergerak keluar masuk di dalam memeknya. Alhasil dalam hitungan detik Nurul kembali mencapai orgasmenya, tapi kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya.

Walaupun menantunya telah berulang kali orgasme. Pak Bejo tidak pernah memberi waktu bagi menantunya untuk beristirahat. Ia terus saja menggejot memek Nurul, walaupun Istri dari anaknya itu telah kelelahan.

Tubuh Nurul merosot hendak jatuh kelantai, tetapi dengan sigap Pak Bejo menahannya. Tangan kiri Pak Bejo mengait kaki kanan Nurul, hingga kini kedua kaki Nurul menggantung keudara, sementara kedua tangan Nurul memeluk erat lehernya. Beruntung Pak Bejo memiliki tenaga yang cukup kuat di usianya yang sudah tidak muda lagi itu sehingga ia bisa menggendong tubuh Nurul.

Pak Bejo membawa Nurul keluar dari dalam kamar mandi yang ada di luar kamar. Sembari memompa memek menantunya, ia membawa Nurul menuju kamar anaknya itu.

Kamar bercat putih itu terlihat begitu luas, dengan kasur besar di lapisi seprei berwarna putih bersih. Di pojokan ada tv berukuran 24inc, dua lemari besar, dan satu meja rias dengan kaca yang besar. Sementara di pojokan ada satu ruangan kamar mandi.

Perlahan Pak Bejo menjatuhkan tubuh Nurul diatas tempat tidur dengan ukuran besar. Nurul mengalihkan pandangannya kearah pintu yang terbuka lebar. Seakan mengerti apa yang di inginkan menantunya, Pak Bejo segera menutup dan mengunci pintu kamar Nurul. Lalu dia kembali menghampiri Nurul.

#####


Aisya

Tok... Tok... Tok...

Kemudian pintu kayu dengan ukiran sederhana itu terbuka, seorang wanita menyambutnya dengan senyuman. Tetapi ada yang sedikit aneh dengan keadaan wanita tersebut. Jilbab lebarnya terpasang ala kadarnya, dan raut wajahnya tampak berantakan. Dan lebih anehnya lagi ada aroma khas sperma laki-laki di tubuhnya.

Rahmad merenyitkan dahinya. Ia tidak ingin berburuk sangka, tetapi keadaan Istrinya saat ini memang terlihat seperti orang yang baru saja habis bercinta.

"Maaf Mas, aku belum masak." Ujar Aisya tampak menyesal.

Rahmad menyunggingkan senyumnya. "Nanti kita bisa beli di luar." Ujar Rahmad sembari menggandeng lengan Istrinya menuju kamar mereka.

Setibanya di kamar lagi-lagi Rahmad melihat keanehan yang akhir-akhir ini sering terjadi. Seprei tempat tidur mereka hampir setiap hari di ganti, sesuatu yang jarang mereka lakukan dari dulu. Tetapi Rahmad tidak mau membahasnya.

"Gak usah beli Mas, biar aku masakan saja." Ujar Aisya.

Rahmad menarik tangan Istrinya. "Nanti saja sayang, ada yang lebih penting." Rahmad mendudukan Istrinya kepangkuannya.

"Pulang kerja bukannya Istirahat, malah mau ngerjain Istrinya." Protesnya.

"Habis kamu selalu ngangenin sayang." Bisik Rahmad.

Aisya melingkarkan tangannya di leher Suaminya. "Maaf ya Mas, tapi aku capek banget Mas." Bisik manja Aisya. Walaupun kecewa Rahmad berusaha untuk menutupi kekecewaannya.

"Kalau begitu Mas mandi dulu ya." Katanya.

Aisya tersenyum lalu ia berdiri dari atas pangkuan Suaminya. Dengan langkah malas Rahmad melangkah menuju kamar mandinya.

Selesai membersihkan tubuhnya. Rahmad kembali ke kamarnya, ia mendapatkan Istrinya yang tengah tertidur lelap. Tapi bukan itu yang membuatnya terperangah, tetapi selangkangan Aisya yang terlihat mengkilat diterpa cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamarnya.

"Tidak biasanya dia tidak memakai celana dalam." Gumam Rahmad heran.

Ia merangkak naik keatas tempat tidur, sembari mengamati bibir kemaluan Aisya yang terlihat agak renggang dan basah berlendir. Karena penasaran Rahmad mencolek lendir tersebut lalu mengamatinya. Ia terkesima saat menyadari kalau lendir itu adalah sisa sperma.

"Sperma siapa?" Lirih Rahmad. Menyadari ada sperma pria lain di kemaluan Istrinya, membuat hatinya seakan di tusuk ribuan belati.

Jelas sudah. Istrinya positif telah berselingkuh di belakangnya. Bahkan Rahmad yakin kalau anak yang berada di kandungan Istrinya bukanlah anaknya.

"Aku harus mencari tau siapa selingkuhannya." Bisiknya di dalam hati.

#####

Pak Bejo naik keatas pembaringan. Dia menindih tubuh Nurul yang tergolek pasrah. Perlahan ia membelai wajah cantik menantunya, mentoel hidungnya, lalu menuju bibir merahnya. Tubuh Nurul bergetar merasakan sentuhan kecil di sekujur wajahnya.

Perlahan mereka kembali berciuman, lidah mereka saling membelit mesrah. "Hmmmpss... Hmmmpss... Sembari berciuman, Pak Bejo masuk ke dalam tubuh Nurul, menggesekkan ke jantannannya di lembah basah milik menantunya itu.

"Bapak menginginkanmu Nak!" Bisik Pak Bejo.

Dia menekan kontolnya masuk kedalam memek Menantunya. "Oughk... Bapak!" Erang Nurul nikmat, merasakan gesekan kontol mertuanya.

"Aaahkk... Nikmat sekali. Kamu suka kontol Bapak Nak?"

"Pak... Eehmm... Aku tidak tau! Tapi... Aahkk... Aaahkkk... Aaahkkk..." Nurul tak sanggup untuk mengatakan yang sesungguhnya kepada mertuanya.

"Nikmati sayang kalau kamu menyukainya." Bejo membelai rambut hitam menantunya.

Kedua kaki Nurul melingkar di pinggang mertuanya, menyambut setiap sodokan kontol mertuanya. Bahkan ia ikut menggoyangkan pinggulnya, memutar dan maju mundur, membuat Pak Bejo merasa kontolnya seperti sedang di ulek-uleh.

Sungguh luar biasa permainan menantunya. Ia tidak menyangka kalau wanita berhijab yang ada di hadapannya saat ini memiliki sisi liar yang terpendam.

"Aku mau keluar Pak." Bisik Nurul.

"Bareng sayang." Balas Pak Bejo.

Tubuh keduanya tampak menegang selama beberapa detik. Dan kemudian secara bersamaan mereka menuntaskan hasrat mereka berdua.

Nurul dapat merasakan rahimnya yang kini di penuhi sperma dari Mertuanya.

#####


Nida

Nida menyambut hangat tamunya yang berasal dari timur tenga dengan menyajikan makan malam yang terbilang mewah. Bersama Reza mereka membangun suasana yang sangat menyenangkan, sehingga dengan waktu yang relatif singkat mereka sudah terlihat akrab.

"Bagaimana Madam dengan tawaran ana?" Tanya Abu Nawas sangat antusias.

Nida beradu pandang dengan Reza, yang di jawab dengan anggukan. "Tentu saya dengan senang hati menyetujui rencana yang baru saja anda jabarkan." Jawab Nida dengan senyuman di bibirnya.

"Hahaha... Jadi kapan rencananya akan di bangun?"

"Tunggu dulu Pak Abu! Masalah pembagian untungnya bagaimana?" Tanya Nida kembali.

Pak Abu mencondongkan tubuhnya. "Uang yang akan saya keluarkan bentuknya sebagai donasi, bukan investasi Madam. Jadi... Saya tidak akan mengambil keuntungan sedikitpun. Kalau rencana ini berhasil, semua keuntungan buat Madam." Jelas Abu Nawas, membuat mata Nida berbinar senang.

"Kalau begitu secepatnya." Kata Nida cepat.

"Dalam Minggu ini uangnya akan segera saya berikan. Dan saya berharap pembangunannya selesai lebih cepat." Jelas Abu Nawas.

"Akan kami usahakan Pak." Kali ini Reza yang menimpali.

"Hahaha..."

"Maaf Pak Abu, kalau bukan keuntungan yang bapak inginkan, lantas kenapa Bapak mau susah-susah keluar uang banyak untuk menginvestasikan uang anda ke kami." Tanya Nida penasaran, walaupun ia sebenarnya bisa sedikit menebak apa yang sebenarnya di inginkan oleh orang yang ada di depannya saat ini.

Pak Abu Nawas tersenyum kecil, lalu ia merogoh kocek nya, mengambil sebatang cerutu. "Uang ana sudah terlalu banyak. Yang saya inginkan hanya menyalurkan fantasi sex saya." Jelas Abu dengan gamblang.

"Kami mengerti."

"Kalau sudah tidak ada lagi yang ingin di bicarakan, kami sudah sedikit menyiapkan hadiah untuk Pak Abu." Ujar Reza.

"Di mana saya bisa mendapatkan hadiah tersebut?" Tanya Abu.

"Ikut saya." Pinta Nida.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju sebuah kamar yang sudah di siapkan untuk tamu spesialnya. Ketika pintu kamar terbuka, tampak dua orang wanita cantik tengah tersenyum menyambut mereka. Aisya dengan pakaian gamisnya terlihat sangat anggun. Sementara Clara yang mengenakan seragam sekolahnya, terlihat seperti anak yang polos dan lugu.

"Anda memang tau apa yang saya mau." Abu kegirangan.

"Silakan dinikmati hadiahnya." Ujar Nida mempersilahkan tamunya untuk menyantap hidangan penutup darinya.

#####

Nex Update.

Reza menghampiri Santi. Dengan modus meminta Santi untuk membantunya mengoreksi tugas yang mereka kumpulkan.

Aya menceritakan kejadian yang menimpa Rayhan kepada Andini. Membuat kaget Andini, lalu Andini menceritakan curhatan Rayhan kepadanya, kecuali hubungan mereka. Firda terharu, dan menyesal telah menyakiti adiknya yang selama ini selalu ada untuknya.

Andini yang merasa galau pergi ke villa di pinggir danau. Di sana ia mengenang kedekatannya dengan Rayhan, yang mungkin ia tak akan bisa dekat lagi. Tetapi kegalauannya berkurang setelah d temani salah satu muridnya.

Rayhan merasa sangat senang sekali, setelah tiga hari ia tidak bertemu Kakak iparnya, akhirnya ia kembali bertemu. Kini Kakak iparnya sedikit berbeda dari sebelumnya, ia seperti Ay yang dulu Rayhan kenal.
Menjelang malam hari, merekam menonton sebuah drama Korea tentang percintaan seorang anak laki-laki terhadap Kakak perempuannya yang sudah lama tidak bertemu, adegan tersebut mengingatkan keadaan mereka berdua.
Aya yang terharu menangis di pelukan Rayhan, sementara Rayhan menenangkan Kakaknya. Dan entah bagaimana ceritanya bibir mereka bertemu, dan dari sana hubungan mereka berlanjut.

Bersambung
 
Ada lanjutan ny, ijin baca dulu gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
Thanks update nya suhu...makin seru dan mendebarkan...
 
Mantap updatenya....
Reza lagi nyari korban lagi nih...
Next update bakal ada adegan yg ditunggu tunggu nih,rayhan dapetin kak aya.tinggal nunggu ustadzah erlina nih..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
manthap suhuu... thanks atas updatenya...

di tunggu nih... reyhan dgn kak aya.dan gurunya erlina.....

manthap..

:ampun::mantap::semangat:
 
Jebol jg nurul ditangan pak Bejo... Tinggal nunggu apakah ada kolaborasi Reza dg pak Bejo.
 
thank you suhu, thank you sangat
 
Thx updatenya om

Akhirnya terungkap juga kejadian penyelamatan Ray oleh Erlina, sayang ada gangguan dari pria bertopeng.
Masih menunggu Ray menikmati Aya... :pandaketawa:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd