Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
Tenang saja Om, cerita kita gak macet kok Om. Masih kita tulis kok Om, setiap hari malahan... Walaupun nulisnya gak bisa maksimal, tapi kami selalu usahakan yang terbaik Om, agar cerita kami bisa di nikmati.
Terimakasih atas antusiasnya menunggu cerita kami.
Semoga cerita kami tidak mengecewakan Om2 yang ada di forum ini.
 
Tenang saja Om, cerita kita gak macet kok Om. Masih kita tulis kok Om, setiap hari malahan... Walaupun nulisnya gak bisa maksimal, tapi kami selalu usahakan yang terbaik Om, agar cerita kami bisa di nikmati.
Terimakasih atas antusiasnya menunggu cerita kami.
Semoga cerita kami tidak mengecewakan Om2 yang ada di forum ini.
Kangen kak Aya suhu.....
 
Tetep semangat om nulisnya, qta tetep sabar koq nungguin. Qta yakin update selanjutnya pasti tidak akan mengecewakan. :semangat::beer:
 
Tenang saja Om, cerita kita gak macet kok Om. Masih kita tulis kok Om, setiap hari malahan... Walaupun nulisnya gak bisa maksimal, tapi kami selalu usahakan yang terbaik Om, agar cerita kami bisa di nikmati.
Terimakasih atas antusiasnya menunggu cerita kami.
Semoga cerita kami tidak mengecewakan Om2 yang ada di forum ini.
:semangat::semangat::semangat:
Cepat sembuh
 
Tenang saja Om, cerita kita gak macet kok Om. Masih kita tulis kok Om, setiap hari malahan... Walaupun nulisnya gak bisa maksimal, tapi kami selalu usahakan yang terbaik Om, agar cerita kami bisa di nikmati.
Terimakasih atas antusiasnya menunggu cerita kami.
Semoga cerita kami tidak mengecewakan Om2 yang ada di forum ini.
Tetap semangat gan, ane bisa ngebayangin gimana susahnya ngetik sambil mikir...lantaran ane mau nyoba bikin treat jg, baru dapat 200 aja dah capek, kayanya ane batal aja deh, cukup menghargai para ts aja...thanks gan
 
Tenang saja Om, cerita kita gak macet kok Om. Masih kita tulis kok Om, setiap hari malahan... Walaupun nulisnya gak bisa maksimal, tapi kami selalu usahakan yang terbaik Om, agar cerita kami bisa di nikmati.
Terimakasih atas antusiasnya menunggu cerita kami.
Semoga cerita kami tidak mengecewakan Om2 yang ada di forum ini.

Kanjut eh lanjut om suhu
 

Hidayah

17:00
Suara gemercik air yang jatuh ke lantai, sama sekali tidak mengganggu aktivitas seseorang pemuda tersebut. Pemuda itu tetap konsisten dengan apa yang ia lakukan saat ini. Matanya terpejam, deruh nafasnya memburu, menikmati aroma khas yang menusuk indra penciumannya, dari kain segitiga berwarna merah muda yang ia tempelkan di hidungnya. Sementara tangan kirinya menggenggam erat kejantanannya, sembari menggerakkan tangannya maju mundur dengan ritme cepat.

"Kakak..." Ia mendengus berat..

Otaknya bekerja keras membentuk visualisasi, membayangkan seseorang dengan pakaian erotis tengah menggoda dirinya. Membuat kobaran api birahinya semakin membesar. Sesekali ia mendengus, dengan wajah mendongak keatas. Menikmati fantasi yang ia ciptakan sendiri dengan seorang wanita yang ia sukai.

Cukup lama ia mengocok penisnya, hingga akhirnya ia merasakan sesuatu yang seakan mau meledak dari dalam kantung kemih nya. "Croootss... Croootsss... Croootsss..." Tanpa bisa ia tahan lagi, cairan kental itu menyembur cukup banyak.

"Nikmat sekali Kak." Gumamnya.

Nafasnya masih memburuh, seakan ia baru saja mengikuti lomba lari jarak jauh.

Setelah nafasnya kembali normal, ia baru membuka matanya dengan perlahan. Dan pada saat bersamaan, tubuhnya kembali menegang hebat, bahkan kali ini ia sampai lupa bernafas, tatkala matanya menatap bayangan seorang wanita yang tengah berdiri tepat di depan pintu kamar mandi yang terbuka lebar. Dengan wajah tanpa ekspresi, wanita cantik itu memandang pemuda tersebut.

~~~A~~~

Matanya terbelalak dengan mulut menganga. Buru-buru ia mendekap tubuhnya, melindungi tubuhnya dari tatapan seorang pria yang tiba-tiba saja masuk kedalam kamar mandinya. Wajahnya bersemu merah, antara marah dan malu atas tindakan pria tersebut, yang tak lain adalah mertuanya sendiri.

Seorang pria yang seharusnya menjadi tempat berlindung nya, bukan malah menghantui dirinya yang selalu membuatnya ketakutan.

"Jangan takut!" Bisik Pak Bejo.

Tubuhnya gemetar, ketika pria itu menyentuh kedua pundak telanjangnya. "Tolong, saya tidak mau Pak." Melas Nurul, ia menggelengkan kepalanya, menolak sentuhan dari mertuanya yang semakin intim.

"Jangan berisik, kamu tidak maukan Suami dan anakmu melihat apa yang kita lakukan sekarang." Kata-katanya terdengar lembut, tapi penuh dengan ancaman.

"Hiks... Hikss... Hikss..." Tubuhnya terguncang dan tangisnya pun pecah. "Jangan sekarang, masih ada Aziza dan Mas Ardi Pak." Melas Nurul, wanita telanjang itu berharap mertuanya masih punya sedikit belas kasihan untuk mengerti kondisinya saat ini.

Pak Bejo tak menjawab, ia tampak menimbang ucapan Nurul. Apa yang di katakan Nurul memang benar, terlalu beresiko kalau ia memaksakan kehendaknya. Tapi di sisi lain, saat ini sang junior dalam keadaan siap tempur. Tubuh telanjang Nurul, sangat sayang untuk di sia-siakan.

Telapak tangannya yang sudah termakan usia itu berusaha menyingkirkan tangan Nurul yang tengah berusaha menutupi ketelanjangannya. Sikap Nurul yang seakan enggan melayaninya, membuat Pak Bejo makin bergairah.

"Umi... Makan malamnya sudah di siapin belum?" Sayup-sayup terdengar suara Ardi dari ruang keluarga. Reflek Nurul melihat kearah Pak Bejo dengan tatapan memohon.

Terdengar helaan nafasnya yang kecewa. "Baiklah! Saya tunggu kamu di kamar, setelah Suamimu tidur." Ujarnya Pak Bejo, akal sehatnya mengalahkan birahinya yang tengah menggebu-gebu. Ia tidak ingin mengambil resiko yang terlalu besar.

Tubuh Nurul terasa ringan selepas kepergian Pak Bejo. Tapi air matanya tak berhenti mengalir, membayangkan nanti malam ia akan kembali menyerahkan tubuhnya untuk sang Mertua.

Nurul hanya dapat berharap, apa yang dia lakukan tidak di hitung sebagai dosa oleh malaikat yang mencatat amalannya. Dan diapun juga berharap, dengan pengorbanannya saat ini, bisa menjaga keharmonisan keluarganya. Ia tidak ingin, keharmonisan keluarganya retak karena musibah yang ia alami saat ini. Biarlah ia berkorban lebih banyak, demi menjaga keutuhan keluarganya.

~~~A~~~

Sudah hampir satu jam Rayhan terlihat mondar-mandir di dalam rumah. Ia terlihat sangat tidak tenang, setelah apa yang terjadi barusan. Rasa bersalah dan malu kini ia rasakan menjadi satu. Sungguh ia sangat mengutuk kebodohannya atas kelalaiannya yang lupa mengunci pintu kamar mandi yang kini berakibat fatal.

Entah apa yang di pikirkan Aya saat ini tentang dirinya, tapi yang pasti Rayhan siap tidak siap harus menerima konsekuensi atas perbuatannya yang telah bertindak kurang ajar.

Seandainya saja ia lebih teliti... Ah, semuanya sudah terjadi, penyesalan memang selalu datang belakangan.

Di saat Rayhan di landa rasa galau yang berlebihan, tiba-tiba saja pintu kamar Aya terbuka. Tampak sosok wanita cantik mengenakan daster batik rumahan tengah memandangnya dengan heran. Sadar kalau saat ini Aya tengah memperhatikannya, membuat Rayhan menjadi semakin salah tingkah.

Pakaian yang di kenakan Aya sebenarnya masuk dalam katagori seksi. Jilbab kaos yang ia kenakan tidak terlalu besar, sehingga keseluruhan lengannya terepose, dan panjang batik yang ia kenakan hanya sedikit melewati lututnya. Tapi sayang Rayhan tak begitu memperhatikannya, karena saat ini ia tengah di landa rasa takut yang luar biasa.

"Kak..." Panggil Rayhan lemah. Wajahnya terlilhat pucat.

Aya melipat tangannya di atas dada. Dengan wajah serius ia menggelengkan kepalanya. "Kalau kamu lapar, langsung makan aja Ray! Tidak perlu nunggu Kakak sampe pucet kayak gitu. Makan malam sudah kakak siapkan diatas meja." Ujar Aya, membuat Rayhan semakin serba salah. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi tidak tau harus memulainya dari mana.

"Yuk... Kita makan." Ajak Aya.

Rayhan mengusap wajahnya yang tanpa sadar telah di banjiri keringat sebesar biji jagung. "I... Iya Kak." Jawab Rayhan gugup, sembari memijit tengkuknya yang sama sekali tidak sakit. Ia berjalan perlahan mengikuti langkah Kakak iparnya.

Diatas meja makan sudah tersedia lauk pauk yang sangat menggiurkan. Rayhan yang biasanya selalu bersemangat menyantap masakan Kakak iparnya, kali ini ia terlihat tidak begitu antusias seperti biasanya. Berulang kali ia tertangkap basah tengah menghela nafas.

Tak terasa Aya telah menyelesaikan makan malamnya, tapi Rayhan sedikitpun tidak menyentuh makan malamnya. Ia terlalu sibuk mengaduk-aduk makanannya.

"Kenapa Ray? Kok gak di makan?" Tanya Aya, ia menatap Rayhan yang sedang tidak bersemangat. "Tidak enak ya?" Raut wajah cantik Aya tampak kecewa, membuat Rayhan makin serba salah melihat sikap Aya yang biasa-biasa saja, seakan tidak terjadi apapun diantara mereka.

Tentu saja sikap Aya menjadi tanda tanya besar bagi Rayhan, ia mencoba menerka-nerka apa yang ada di pikiran Kakak iparnya. Jangan-jangan Aya tengah menunggu momen yang tepat untuk melabraknya? Atau Kakak iparnya ingin dirinya mengakui kesalahannya, tanpa menunggu dirinya di labrak terlebih dahulu.

"SIAAAAL..."

Braaak...
Rayhan memukul meja cukup keras, hingga nasi yang ada di piringnya melompat keluar.

"Rayhan." Ucap Aya lembut, membuat Rayhan tersadar dengan apa yang ia lakukan barusan. "Kamu kenapa Dek? Lagi ada masalah?" Tanya Aya seraya tersenyum sangat manis, seakan tidak pernah terjadi apapun diantara mereka.

Rayhan menatap senyuman indah itu, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya. Tapi sayang, senyuman Aya terlihat sangat tulus. Tidak ada keterpaksaan di balik senyuman itu.

Apa yang harus kulakukan? Haruskan aku mengakui kesalahanku? Tentu... Tentu aku akan melakukannya, hanya saja bagaimana caranya? Sikap Kak Aya membuatku ragu. Haruskah aku memulainya tanpa menunggu respon Kak Aya?

"Kak..." Lirih Rayhan.

"Iya Dek, ada apa?"

Ku mohon, marahlah Kak... Caci aku Kak... Maki aku... Tapi jangan seperti ini. Rayhan rasanya ingin menangis, atas keputusasaan nya dengan sikap Kakak iparnya.

"Aaaa... Aku..." Rayhan tidak melanjutkan kalimatnya. Butuh keberanian yang besar untuk mengakui sebuah kesalahan, tentu bukan hal yang muda untuk di lakukan Rayhan. Tapi ia harus melakukannya. Ia harus bertanggung jawab dengan mengakui kesalahannya.

Perlahan Rayhan turun dari atas tempat duduknya. Lalu dia bersimpuh di hadapan Aya. "Maafkan aku Kak!" Dengan satu tarikan nafas, ia mengatakan apa yang harus ia katakan sejak tadi. Ia sudah siap menerima resiko apapun.

"Minta maaf?" Aya merenyitkan dahinya. "Minta maaf buat apa Ray? Emang kamu habis nyuri uang Kakak ya?" Lanjut Aya, ia memasang raut wajah menyelidik. Rayhan mengangkat wajahnya dengan tatapan bingung.

Rayhan menghela nafas sembari menggaruk-garuk kepalanya. "Astaghfirullah Kak! Bukan itu maksudnya." Ujar Rayhan, ia merasa di permainkan.

"Lantas maaf untuk apa Ray? Kakak bingung dengan sikap kamu? Ini apa lagi sampe sujud-sujud segala." Protes Aya, tapi ia tidak meminta Rayhan untuk segera berdiri. Seakan ia menikmati wajah melas Rayhan saat ini.

"Soal tadi sore Kak."

"Emang tadi sore kenapa? Kamu mecahin piring?" Goda Aya, benar-benar membuat Rayhan kesal.

Suana yang tadinya melankolis, kini berubah menjadi rasa geregetan. Rayhan merasa sangat kesal dengan sikap Aya, yang seakan tidak peka apa yang dikatakan Rayhan. Ia merasa tidak harus menjelaskannya dengan detail karena kejadian tadi sore sungguh sangat memalukan baginya.

Wajah Rayhan kembali tertunduk, ia merasa kesal karena keinginannya untuk meminta maaf membuatnya frustasi.

"Soal di kamar mandi Kak!" Suara Rayhan melemah.

"Terus..." Aya melirik Rayhan.

Lagi-lagi Rayhan terlihat menghela nafas. "Aku mengaku salah Kak, soal onani dengan celana dalam Kakak. Seharusnya aku tidak melakukan itu Kak." Aku Rayhan, walaupun tidak muda untuk mengakuinya. "Maafkan aku Kak." Bisik Rayhan lagi, ia sangat menyesal.

Dan Aya kembali tersenyum. "Kakak gak ngerti apa yang barusan kamu katakan Ray!" Ujar Aya.

"Kak! Maafin aku."

"Maaf apa si Ray? Onani apa? Kakak gak ngerti deh." Sangkal Aya, sikap Aya yang menyangkal ucapannya, membuat Rayhan makin uring-uringan. Ia tidak tau lagi apa yang harus ia katakan biar Aya bisa mengerti apa yang di katakannya.

Rayhan meletakan tangannya di lutut Aya. "Ya Tuhan... Soal tadi sore Kak, soal aku nyium celana dalam Kakak." Ujar Rayhan, giginya menggeratak saking kesalnya.

"Kakak gak ngerti." Jawab Aya ketus.

"Gak apa-apa kalau Kakak gak ngerti, tapi Kakak maukan maafin Aku?" Harap Rayhan.

"Gimana mau maafin kamu, kalau Kakak aja gak tau salahnya kamu di mana?" Ujar Aya acuh, seakan ia tidak perduli, walaupun Adiknya sudah memasang wajah memelas.

Rayhan merebahkan tubuhnya kesamping dengan wajah yang terlihat nyaris menangis. Lalu ia memukul-mukul lantai menahan emosinya. "Ya Allah Kakak!" Sedetik kemudian Rayhan kembali berlutut di hadapan Aya. "Kakakku sayang, tadi sore aku onani! Ngocok kontol, sambil nyium celana dalam Kakak." Rajuk Rayhan ia sangat frustasi dengan sikap Aya.

Melihat tingkah Rayhan, Aya tak tahan untuk tidak tertawa. Ia tertawa sangat kencang, bahkan saking gelinya, ia mengeluarkan air mata. "Hahaha... Duh kamu tuh Ray!" Gelak Aya, membuat Rayhan kembali merebahkan tubuhnya.

"Kak Aya ngeselin." Celetuk Rayhan. Tapi kali ini terukir senyuman di bibir Rayhan. Entah kenapa ia merasa Plong.

Aya menggelengkan kepalanya, lalu ia berdiri meninggalkan Rayhan sembari membawa piring kotor. Sejenak ia melihat kearah Rayhan yang masih berbaring sembari mendekap dahinya. "Kamu tidak salah Adikku, apapun yang kamu lakukan tidak akan pernah salah di mata Kakak." Ujar Aya pelan, tapi terdengar cukup jelas di telinga Rayhan.

~~~A~~~

20:00

"Hoam..." Setengah mati Ardi berusaha melawan kantuknya.

Entah kenapa, selepas makan malam Ardi merasa begitu mengantuk. Tidak biasanya ia mengantuk secepat ini.

Perlahan Ardi menutup laptopnya, rasa kantuk yang menyerangnya membuat dirinya memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya. Ia segera menyusul Istrinya yang sudah lebih dulu berbaring di atas tempat tidurnya. Perlahan Ardi mengecup kening Istrinya sebelum ia tertidur di samping Istrinya.

Suara dengkuran Ardi perlahan membuka mata Nurul. Ia memutar tubuhnya ke samping menghadap kearah Suaminya yang tengah mendengkur pelan.

"Maaf kan aku Mas." Nurul menyeka air matanya.

Dengan amat terpaksa Nurul mencampur obat tidur di dalam minuman Suaminya atas inisiatif nya sendiri. Ia sendiri tidak mengerti kenapa harus melakukannya, padahal Pak Bejo masih bisa menunggu hingga larut malam nanti.

Perlahan Nurul bangkit dari tempat tidurnya, ia menanggalkan piyamanya, dan menggantikannya dengan lengerie seksi. Dengan kimono ia menutup penampilan seksinya. Dengan satu tarikan nafas ia memantapkan hatinya untuk melangkah pergi, meninggalkan suaminya yang tengah terlelap.

Di dalam ruangan 3×3 Pak Bejo menyambut kedatangan Nurul yang baru saja menutup pintu kamarnya.

"Suamimu sudah tidur?" Tanya Pak Bejo heran.

Nurul menganggukkan kepalanya perlahan. "Iya Pak." Jawab Nurul gugup. Ia memalingkan wajahnya karena tidak ingin melihat wajah sumringah Pak Bejo.

"Tumben."

"Saya memberinya obat tidur." Aku Nurul.

Pak Bejo tertawa renyah sembari bertepuk tangan. "Wah... Wah... Wah... Sepertinya kamu sudah sangat merindukan Bapak. Hahahaha... Malam ini Bapak tidak boleh mengecewakan kamu." Ujar Pak Bejo senang, membuat Nurul merasa sangat hina.

"Bapak salah paham, saya ke sini mau meminta Bapak untuk menghentikan kegilaan yang sudah kita lakukan." Mohonnya, dengan tatapan melas.

Pak Bejo berdiri, menghampiri Nurul. "Oh ya." Jemari keriput Pak Bejo mengambil sampul tali kimono Nurul. Perlahan kimono yang di kenakan Nurul terbuka. "Bapak tidak yakin, kalau kamu benar-benar ingin menghentikannya." Bisik Pak Bejo, dia menarik lepas kimono yang di kenakan Nurul.

Nurul memejamkan matanya seraya menggigit bibirnya, ketika kimono yang ia kenakan meninggalkan tubuhnya. Menampakkan lekuk tubuhnya yang kini di balut lingerie seksi, di padu dengan celana dalam jenis g-string sewarna dengan dengan lingerie yang yang berwarna biru langit.

Tampak rambut kemaluannya yang lebat menerawang di balik celana dalamnya.

Pak Bejo memeluk Nurul dari belakang, membawa wanita cantik itu kearah lemari besar yang memiliki cermin yang juga berukuran besar. "Lihat dirimu Nak." Bisik Pak Bejo.

Nurul membuka matanya, memandang dirinya yang tengah berdiri dengan pakaian yang begitu kontras. Jilbab lebar menghiasi bagian atas tubuhnya, dan di bagian leher kebawah terdapat kain yang sangat tipis menutupi tubuhnya yang nyaris telanjang. Di belakangnya seorang pria tengah memeluknya.

Telapak tangan Pak Bejo mencengkram payudara menantunya, sementara tangan kanannya meraih gundukan yang cukup gemuk di bawah perutnya.

"Kamu muslimah lonte! Jilbab lebar yang kamu kenakan tak bisa menutupi sisi lontemu Nak." Ujar Pak Bejo, sebuah perkataan yang malah membangkitkan birahi sang Ustadzah. Dalam hitungan detik celana dalam Nurul sudah sangat basah.

"Hentikan..." Lirih Nurul.

"Kenapa?" Pria tua itu tak mau berhenti. Dia memelintir puting menantunya yang telah mengeras. "Akui saja kalau kamu seorang lonte Nak?" Lanjut Pak Bejo.

Wanita berhijab dengan pakaian seksi itu ingin sekali menangis, tapi entah kenapa air matanya tidak mau keluar. "Hentikan... Aku bukan lonte Pak." Ujar Nurul kian prustasi dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini.

"Kita buktikan." Bisik Pak Bejo.

Jarinya dengan tangkas melepas sarungnya, membiarkan sang junior mengambil alih tugasnya. Dia mengarahkan penisnya yang besar itu di belahan vagina Nurul yang tengah merekah. Lalu dengan satu sentakan. "Bleesss..." Kontolnya yang besar nan panjang itu menembus memek Nurul.

"Aahkk..." Nurul terpekik kaget.

Tanpa memberi kesempatan untuk Nurul beradaptasi. Pak Bejo dengan berutal melakukan penetrasi. Dia mencengkram erat kedua pundak Nurul, membuat pinggul Nurul tersentak karena tertahan oleh sodokan dan cengkraman tangan Pak Bejo.

Rasa sakit memang ia rasakan, tapi sensasi nikmat juga ia rasakan saat ini. Memandangi ekspresi wajahnya sendiri yang tengah di setubuhi membuat Nurul merasa semakin binal.

Ploookks... Ploookks... Ploookkss...

"Aahkkk... Aahkk..." Sayup-sayup Nurul mengeluarkan desahan. Ia tampak masih malu untuk mengakui kalau dirinya mulai menikmati persetubuhan terlarangnya.

"Lihat dirimu Nak? Masih mau menyangkal?" Goda Pak Bejo.

Nurul tak bisa berkata-kata, apa yang ia lihat memang seperti yang di katakan Mertuanya. Sosok wanita muslimah yang tengah menikmati sodokan haram dari mertuanya. Raut wajah cantiknya, tergambar jelas di dalam cermin, sementara payudaranya yang besar di biarkan melompat keluar dari lingerie yang ia kenakan, tampak terlihat memantul-mantul.

[/I]Apakah ini aku? Tidak... Kenapa aku seperti ini? Raut wajah itu jelas bukan diriku.[/i]

"Gimana rasanya? Enak..." Goda Pak Bejo.

Nurul berusaha menyangkalnya dengan menggelengkan kepalanya. Tapi Pak Bejo tidak menyerah, dia meraih payudara Nurul dan meremasnya. "Aaahkk... Bapak! Aahkk... Aahkk..." Desah Nurul terputus-putus.

"Hehehe..." Ledek Pak Bejo.

Sodokan Pak Bejo yang tadinya sangat cepat dan keras, perlahan mulai di rasakan pelan dan tidak menghentak seperti sebelumnya. Membuat Nurul tanpa sadar menggerakkan pinggulnya, menyambut penis Pak Bejo.

Sadar kalau menantunya kini sudah berada dalam kendalinya, Pak Bejo dengan sengaja berhenti menyodok liang senggama Menantunya.

"Eehmm... Pak! Aahkk..." Nurul mencoba mendapatkan kenikmatannya.

Saat rasa nikmat itu hendak mencapai puncaknya, tiba-tiba Pak Bejo menarik penisnya, meninggalkan lobang vagina Menantunya yang terlihat kosong akibat tak ada benda yang bersarang di dalam vagina miliknya.

Nurul melirik Pak Bejo. Entah kenapa ia berharap Pak Bejo mau kembali menusuknya.

"Kenapa Nak? Kamu menyukainya?" Tanya Pak Bejo.

Nurul terdiam seribu bahasa. Ingin sekali ia mengakui kalau dirinya berharap mertuanya mau membawanya kepuncak kenikmatan duniawi. Tetapi sedikit harga dirinya, memintanya untuk menolak keinginan tubuhnya yang menginginkan kenikmatan tertinggi dari persetubuhan terlarang mereka.

Pak Bejo duduk di sebuah kursi, lalu ia menuntun Nurul duduk diatas pangkuannya. Nurul kembali menggelengkan kepalanya, saat batang kemaluan Pak Bejo kembali membela vaginanya. "Aaahkk..." Desah Nurul dengan kepala menada keatas.

Ploookkss... Plooookkss.... Plooookkss.... Plooookks.... Plooooooksss....

Semakin lama Nurul terlihat semakin lepas, ia tampak begitu bersemangat menyambut setiap hentakan batang kemaluan mertuanya di dalam vaginanya.

Pak Bejo meraih leher Nurul, ia melumat bibir seksi menantunya dengan sangat rakus. Dia menghisap dan menggigit bibir indah menantunya. Sementara tangannya menangkup dan meremas bulatan payudara Nurul. Rangsangan demi rangsangan akhirnya mengantarkan Nurul ke puncak birahinya.

"Paaaak..." Nurul memekik, pinggulnya terangkat dengan seiring ledakan orgasmenya.

Seeeeeeeeeerrrrr....

Tampak cairan cinta Nurul keluar sangat banyak, hingga membasahi kedua paha mertuanya. Beberapa detik kemudian, tubuhnya lunglai ke dalam pelukan Pak Bejo.

"Baru jam sembilan, kita masih punya waktu yang banyak." Bisik Pak Bejo.

Nurul yang mendengar ucapan Pak Bejo kembali birahi. Entah kenapa, ia merasa malam ini akan menjadi malam yang panjang dan terindah baginya.

~~~A~~~

Sementara itu di tempat berbeda, di sebuah rumah dengan ukuran paling besar di bandingkan rumah-rumah lainnya yang ada di dalam komplek pesantren. Tepatnya di dalam sebuah kamar yang bernuansa putih, tampak seorang gadis cantik dalam keadaan telanjang bulat, dan hanya mengenakan jilbab tengah duduk di atas matras. Sementara di sekelilingnya terdapat beberapa sorot kamera yang terarah kepadanya.

Tidak lama kemudian lima orang pria masuk kedalam ruangan tersebut. Mereka berlima kompak hanya mengenakan topeng hitam, dan dalam keadaan telanjang bulat.

"Kita bisa mulai sekarang." Ujar Reza yang tengah memangku Santi yang saat ini dalam keadaan telanjang.

Kelima pria tersebut segera mendekati sang anak perempuan yang bernama Clara. Gadis cantik itu terlihat tersenyum menggoda menyambut kelima pria tersebut.

Tiga orang sekaligus menyodorkan kontolnya ke hadapan Clara, dengan kedua tangannya Clara menggenggam kontol mereka, sementara mulutnya ia menyambut kontol yang lainnya. Ia mengoral tiga kontol sekaligus.

"Oughkk... Nikmat sekali!" Racau mereka.

Sembari menikmati oral sex dari Clara, mereka berebutan menjamah payudara Clara.

Selagi Clara sibuk mengoral penis ketiga pria tersebut, seseorang membuka kedua tungkai Kaki Clara. Lalu tanpa merangsang memek Clara pria itu melesatkan penisnya, membela memek Clara yang ternyata sudah basah.

"Hhhmmpp..." Lenguh Clara saat merasakan memeknya di jejali batang kemaluan seseorang.

Tanpa ampun pria berkulit hitam itu menjejali memek Clara dengan batang kemaluannya yang besar. Tampak terlihat bibir kemaluan Clara kesulitan menerima kontolnya.

Melihat sahabatnya tengah di gang bang membuat Santi ikut bergairah. Ia belum pernah melakukan sex dengan banyak pria seperti yang di lakukan sahabatnya saat ini, membuatnya berkeinginan untuk mencobanya.

"Kamu maukan sayang?" Bujuk Reza.

"Apa gak sakit Ustad?" Tanya Santi, ia masih ragu untuk melakukan seperti yang di lakukan sahabatnya.

"Engga, kamu pasti suka." Jawab Reza.

Santi tidak menjawab, ia kembali mengalihkan pandangannya kearah Clara yang tengah di sandwich oleh kedua pria, sementara mulut dan tangannya kembali bekerja mengoral kontol mereka yang tidak kebagian.

Awalnya Santi sangat kaget ketika tau kalau Clara ternyata sudah menjadi budak sex Ustad Reza. Bahkan selain menjadi budak sex, Clara juga telah menjadi pelacur sekaligus bintang film porno. Dan saat ini, Clara tengah memerankan film terbarunya. Dari raut wajah Clara, gadis cantik itu terlihat sangat menikmatinya.

"Bagaimana sayang?" Tanya Reza kembali.

"Saya coba Ustadz tapi kalau tidak enak, saya bisa berhenti?" Jawab Santi pelan. Ia sama sekali tidak menyadari kalau dirinya saat ini telah di jebak. Sekali masuk, ia tidak akan pernah bisa keluar lagi.

"Tentu sayang. Mari Ustad perkenalkan dulu kamu dengan produsernya." Reza mengecup bibir Santi. Lalu dia membawa Santi keluar dari ruangan tersebut.

~~~A~~~

Di dalam sebuah ruangan, Santi tengah duduk di depan meja belajar. Ia tampak begitu serius dengan buku yang ada di depannya. Dan tak lama kemudian pintu kamar Santi terbuka. Tiga orang pria bertopeng masuk kedalam kamarnya. Santi memasang ekspresi kaget saat menyadari seseorang masuk kedalam kamarnya.

"Ka... Kalian siapa?"

Ketiga pria itu saling pandang. "Anak ini cantik juga Bos, sayang kalau kita abaikan." Ujar pria dengan tubuh yang agak kurus.

"Benar yang kamu katakan, Hahaha..." Tawa si Bos.

Kedua pria tersebut langsung menyerang Santi, dan menyeretnya ke atas tempat tidur. Gadis cantik itu berusaha meronta sejadi-jadinya. Tapi apa daya, tenaganya tidak sepadan dengan ketiga pria yang tengah memperkosa dirinya. Sehingga dengan mudanya ia di taklukan oleh mereka bertiga.

Adegan pemerkosaan itu terlihat natural, membuat kedua orang pria yang tengah duduk sembari menyaksikan mereka tampak merasa sangat puas. Ya... Saat ini Santi tengah memerankan sebuah adegan film porno. Sebuah adegan pemerkosaan.

"Dia artis baru?" Tanya Abu Nawas.

Reza menganggukkan kepalanya. "Benar Abu, bagaimana? Abu suka?" Reza melirik sejenak kearah pria yang tengah menikmati cerutu miliknya.

"Tentu saja... Antum sangat pandai mencari pelacur! Hahaha..." Tawanya puas.

~~~A~~~
 
huu bisa gag selesaikan satu satu pov baru ke pov berikutnya, bikin kentang soalnya saran aja ini
 
Bimabet
Kok reyhan ndak ada exexnya hu malah ust reza yang ada
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd