Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.
Cerita yang mantap.. jalan cerita yang menarik dan tidak membosankan.. lanjuttt..
Terimakasih atas pujian Suhu:beer:

Saatnya exe sang kakak ipar
Masih lama kayaknya gan;)

Nitip jejak ssuhu....
:Peace:
Demi Kerang Ajaib. Mantap!!!
Terimakasih:beer:
Wah...penikmat jd asrama nih...nyimak lagi om sampe tamat.
Mudah2an tamat Om:p
Izin nyimak hu.......
Silakan Hu:ampun:
Kalau banyak yg ngerespon ginikan enak, bikin ts semangat bikinnya;)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Rayhan terbangun dari tidurnya ketika sinar mata hari menyilaukan matanya. Saat ia membuka matanya, Rayhan sempat terkejut saat menyadari kalau saat ini ia sedang tidak berada di kamarnya. Tidak sampai di situ saja, ia mendapatkan dirinya dalam keadaan telanjang bulat.

Saat ia hendak beranjak dari tempat tidurnya, saat itulah Rayhan melihat Andini yang sudah rapi dengan pakaian gamis yang lengkap.

"Sudah bangun ganteng!" Ujar Andini.

Sejenak Rayhan teringat kejadian semalam, ia tidak menyangkah kalau kejadian semalam bukanlah mimpi. "I... Iya Ustadza!" Jawab Rayhan gugup.

Bagaimana mungkin ia tidak gugup, mengingat wanita yang semalam ia gauli adalah gurunya sendiri.

"Kemari lah!" Panggil Andini.

Rayhan segera menghampiri Andini yang sedang berdiri di belakang jendela, sembari menutupi penisnya dari pandangan Andini dengan kedua tangannya. Andini tersenyum geli melihat Rayhan yang tampak malu-malu, padahal semalam mereka telah bercinta dengan sangat panas.

Setibanya di samping Andini, Rayhan melihat keluar jendela, dan apa yang ia lihat membuat penisnya berangsur kembali berdiri tegak.

[Hide]Tepat di depan matanya, puluhan siswa tampak sedang mandi bersama. Ada yang mengenakan kain, ada yang memakai tank top dan celana pendek, dan ada juga yang telanjang bulat. Mereka berbaur menjadi satu, mandi bersama tanpa ada beban.

Andini tersenyum melihat reaksi Rayhan, kemudian ia berjongkok di depan Rayhan. "Kamu sukakan?" Tanya Andini, sembari membuka kedua tangan Rayhan.

"Ustadza!" Gumam Rayhan, ia kehabisan kata-kata.

Sungguh hati kecil Rayhan menolak, ia sudah berjanji ingin berubah, tetapi godaan yang ada di hadapannya saat ini sangat sulit bagi dirinya untuk mengelak.

Kemudian Rayhan merasakan belaian lembut di batang kemaluannya ketika Andini mulai mengocok penisnya. Andini membuka mulutnya dan mulai mengoral penis Rayhan dengan mulutnya, kepalanya maju mundur menghisap penis Rayhan, sementara lidahnya sesekali menggelitik lobang kencing Rayhan.

Mata Rayhan kembali melihat kearah para siswa putri yang sedang mandi. Ia melihat seorang siswa putri sedang menyirami kepalanya hingga ke ujung kakinya, tampak payudaranya yang mungil terlihat mengesankan, dan vaginanya yang ditumbuhi rambut kemaluan yang hitam.

Lalu pandangan Rayhan kearah siswa lainnya yang sedang menungging, sehingga Rayhan dapat melihat belahan bibir vaginanya yang mungil. Melihat hal tersebut, membuat Rayhan kian terbakar birahi.

Karena sudah tidak tahan lagi, dia memaksa gurunya untuk berdiri, kemudian ia memposisikan gurunya menghadap kearah dinding yang bersebelahan dengan jendela kamar Andini. Lalu dia menyingkap keatas gamis Andini, hingga ia dapat melihat bulatan pantat Andini yang tertutup celana dalam berwarna putih.

"Persetan dengan janji itu!" Gumam Rayhan.

Dengan satu tarikan Rayhan menarik celana dalam Ustadza Andini.

Plak...
Rayhan menampar pantat Ustadza Andini, lalu dia mengarahkan penisnya kearah bibir kemaluan Ustadza Andini yang telah basah.

"Oughkk..." Desah Ustadza Andini ketika Rayhan menusuknya dengan kasar.

Rahang Rayhan mengeras ketika merasakan jepitan nikmat vagina Ustadza Andini. Ia mulai memaju mundurkan penisnya kedalam liang senggama Andini. "Aahkk... Nikmat sekali memekmu Ustadza!" Racau Rayhan, sembari melihat para siswa putri yang sedang mandi bersama.

"Eehmm... Ray, aahkk... Kamu suka Ray?" Goda Andini.

"Tentu saja, ini sangat menyenangkan sekali Ustadza! Bisa menyetubuhi mu sembari memandangi mereka, membuatku seakan berada di surga." Ujar Rayhan, dia menggapai payudara Andini yang masih berada di balik pakaiannya, sembari memompa vagina Andini.

Tubuh Andini telonjak-lonjak, merasakan setiap hentakan penis Rayhan di dalam vaginanya. Ia menatap sayu kearah Rayhan yang tampak sangat menikmati percintaan terlarang mereka berdua.

Tidak butuh waktu lama bagi Rayhan untuk membuat Andini ber 'O' ria.

Tubuh Andini merosot kebawah, ia tampak begitu kelelahan setelah di buat orgasme oleh muridnya, belum hilang rasa lelahnya, Rayhan tiba-tiba menjejalkan penisnya kedalam mulut Andini, membuat mata Andini terbelalak kaget.

"Oughkk..." Erang Rayhan.

Sembari menahan kepala Andini, ia memaju mundurkan pinggulnya, menyodok mulut Andini dengan kasar, sehingga berulang kali Andini tampak tersedak.

Rayhan merasa penisnya sudah mau meledak, sehingga dia mencabut penisnya dari dalam mulut Andini, dan menembakan spermanya di wajah Gurunya. "Croooootss... Croooootss... Croooootss...." Andini hanya pasrah menerima sperma Rayhan di wajahnya.

Rayhan membantu Andini untuk berdiri, dan menuntunnya duduk diatas tepian tempat tidur. Tampak nafas Andini masih memburu, dan tatapan matanya terlihat sayu, menandakan kalau sisa-sisa orgasmenya masih belum benar-benar reda.

"Ray..." Andini ingin memarahi muridnya yang berani menumpahkan sperma di wajahnya.

Rayhan merangkul Andini dan memeluknya. "Maaf Ustadza, kecantikan Ustadza membuat saya khilaf." Puji Rayhan, sembari membelai bibir Andini.

"Kamu..."

Rayhan menatap mata bening gurunya, lalu tersenyum manis, membuat Andini terhipnotis oleh sikapnya yang lembut dan tatapan matanya teduh.

"Hmmmpss..." Rayhan memanggut bibir gurunya.

Mereka berdua kembali berciuman sangat panas, sementara tangan Rayhan mulai membuka gamis lebar yang dikenakan Andini, lalu melepas branya.

Tangan Rayhan membelai dan meremas payudara Andini, membuat Andini kembali terbakar birahi. Perlahan Rayahan menciumi payudara Andini secara bergantian, sementara jemarinya membelai paha mulus Andini, membuat tubuh Andini merinding dibuatnya.

Andini yang awalnya ingin marah karena wajahnya di sembur sperma Rayhan, kini kembali hanyut akan belaian muridnya.

Perlahan Rayhan merebahkan tubuh Andini, dia membuka kedua kaki Andini hingga bibir kemaluannya terkuak lebar. Tampak bibir kemaluannya yang kemerah-merahan mengundang Rayhan untuk menyentuhnya. Jemari Rayhan membelai lembut bibir vagina Andini yang terasa hangat dan becek.

"Oughkk." Andini melenguh panjang ketika jemari Rayhan menerobos vaginanya.

Sementara bagian paha mulusnya, Rayhan mencium dan menjilatinya, membuat pinggul Andini tersentak-sentak nikmat merasakan sensasi geli yang di berikan Rayhan kepada dirinya.

Ciuman Rayhan perlahan menuju lembah basah tersebut, ia mengecup mesrah clitorisnya, sementara jarinya menusuk semakin cepat vaginanya.

Sloookss.... Sloookss... Sloookss...

"Ray... Ustadza keluaaaaaarrrrr..." Histeris Andini.

Tubuhnya bergetar hebat, tersentak-sentak, sementara tangannya mencengkram keras lengan Rayhan yang sedang mengobok-obok vaginanya.

Rayhan menarik keluar jarinya, dan tampak lendir kewanitaan Ustadza Andini di jemarinya. Lalu Rayhan membelai bibir Ustadza Andini dengan jemarinya yang telah basah. Perlahan Andini membuka mulutnya, ia membersihkan jari Rayhan dengan mulutnya.

Sementara Rayhan menuntun kembali penisnya kearah lembah surga milik gurunya. Dengan satu hentakan, penis Rayhan kembali bersemayam di dalam vaginanya.

"Raaaaay!" Pekik Andini.

Dengan perlahan Rayhan mulai memompa vagina gurunya. "Ada apa Ustadza?" Goda Rayhan, sembari memilin putrinya Andini.

"Nakal kamu Ray, aahkk... Berani kamu zinahi gurumu sendiri." Ujar Andini, ia menyambut setiap hentakan penis muridnya di dalam vaginanya yang kembali terasa berdenyut-denyut nikmat.

"Maaf Ustadza ku sayang! Muridmu ini hanya ingin berbakti kepada gurunya." Jawab Rayhan, sembari memilin puting Andini.

Andini tersenyum mendengarnya. "Tuntaskan Ray! Aahkk... Aaahkk... Terus Ray, sodok lebih dalam lagi memek gurumu ini Ray!" Pinta Andini, dia menatap Rayhan dengan pandangan memelas.

Rayhan semakin cepat menyodok vagina gurunya, hingga akhirnya mereka berdua mencapai puncaknya. Rayhan melolong panjang seiring dengan tembakan spermanya kedalam rahim Andini, begitu juga dengan Andini, ia memekik nikmat, seiring dengan gelombang orgasme yang menggulung dirinya.

Pagi itu mereka menghabiskan waktu mereka dengan bercinta, tak kurang dari empat ronde dan berbagai gaya mereka lakukan, hingga akhirnya tidak ada tenaga yang tersisa, membuat Andini kembali tertidur, sementara Rayhan setelah beristirahat sejenak, ia segera meninggalkan gurunya tanpa pamit.

#######

Sebelum kembali ke habitatnya, Rayhan memutuskan untuk berkeliling sekali lagi, melihat para siswa putri yang tampak bersiap-siap ke sekolah.

Ketika ia berbelok kekiri hendak mengakhiri cuci matanya, tiba-tiba ia melihat Asyifa berserta ganknya sedang berjalan menuju kelas mereka. Segera Rayhan menghampiri mereka berempat. Melihat Rayhan yang mendekati mereka, membuat Asyifa kembali teringat dengan kejadian semalam.

"Cari jalan lain yuk?" Ajak Syifa malas.

"Kenapa?" Tanya Popi.

Latifa menghela nafas pelan. "Gak boleh seperti itu Asyifa! Semalam kita salah mengira orang, dan sekarang kita sengaja ingin mengacuhkannya." Nasehat Latifa.

"Aku masih kesal!" Jawab Asyifa.

"Sama." Celetuk Ria.

Latifa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya. Sementara Rayhan semakin dekat dengan mereka berempat, setibanya Rayhan, Ria dengan sigap bersembunyi di balik badan Latifa.

Rayhan menatap mereka dengan tatapan bersahabat, tetapi Asyifa tetap menunjukan ketidak sukaannya.

"Assalamualaikum... Uhkti." Sapa Rayhan.

Latifa tersenyum. "Waalaikumsalam!" Jawab Latifa sangat ramah terhadap Rayhan. "Mau kemana?" Tanya Latifa, tampak senyuman manis di bibirnya.

"Sekedar keliling!" Jawab Rayhan.

"Mau cari mangsa ya?" Celetuk Asyifa, ia tersenyum pahit di depan Rayhan.

Bukannya marah, Rayhan malah semakin gemas dengan tingkah Asyifa. Gadis itu menurut Rayhan terlalu jujur, bahkan ketika ia tidak menyukai seseorang ia akan langsung memperlihatkannya.

Berbeda dengan Latifa, walaupun ia masih tidak begitu percaya dengan Rayhan, tapi tetap saja ia lebih mengedepankan prasangka tak bersalah kepada Rayhan, apa lagi kejadian semalam membuatnya merasa tidak pantas menuding Rayhan tanpa bukti.

"Mangsa?" Tanya Rayhan pura-pura tidak mengerti.


"Astaghfirullah Syifa!" Tegur Latifa. "Maaf ya, nama saya Latifa." Latifa mengulurkan tangannya yang disambut hangat oleh Rayhan.

"Hanny!" Jawab Rayhan berbohong.

Ia menyalami satu persatu dari mereka, dengan terpaksa Asyifa juga menyambut uluran tangan Rayhan.

"Kamu sekolah di sini juga?"

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Aku cuman main aja ke sini." Jawab Rayhan.

"Oh gitu, berapa lama rencana di sini?"

"Sorry... Kami harus ke kelas sekarang!" Potong Asyifa. Latifa hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah sahabatnya.

"Oh ya, silakan!" Ujar Rayhan ramah.

Kemudian Asyifa menarik Latifa untuk segera meninggalkan Rayhan yang masih berdiri di tempatnya sembari melihat kearah mereka bertiga.

Di balik cadarnya Rayhan tersenyum simpul. "Fa... Soal semalam aku minta maaf, aku berharap kita bisa berteman." Ujar Rayhan, Asyifa sempat menghentikan langkahnya, kemudian ia kembali melanjutkan perjalanannya.

#######

"Mas pergi dulu ya sayang! Kalau ada apa-apa kabari Mas." Ujar Rahmad yang merasa khawatir melihat Istrinya yang tampak lemas.

Aisya tersenyum manis. "Iya Mas... Jangan terlalu khawatir, aku baik-baik saja." Kata Aisya.

"Assalamualaikum." Rahmad mengecup kening Aisya.

"Waalaikumsalam." Jawab Aisya.

Selepas kepergian Suaminya mengajar, Aisya kembali ke rumahnya. Tetapi ketika ia ingin menutup pintu rumahnya, tiba-tiba seseorang menahan pintu rumahnya. Pria tersebut tersenyum penuh arti, yang di sambut Aisya dengan membiarkan pria tersebut yang bukan muhrimnya masuk kedalam rumahnya.

Setelah pria itu masuk, buru-buru Aisya menutup pintu rumahnya, takut kalau ada orang lain yang melihat kedatangannya.

"Ustad." Kaget Nurul.

Reza duduk di sofa Nurul. "Maaf ya kalau aku datang kemari dengan cara mendadak seperti ini." Ujar Reza, ia tersenyum memandang Aisya.

"Iya... Tapi ini sangat beresiko."

"Aku tau." Reza menarik tangan Aisya lalu memintanya duduk di pangkuannya. "Tapi aku mengkhawatirkanmu sayang, ku dengar katanya kamu sakit." Ujar Reza, dia membelai pipi Aisya yang bersemu merah.

"Aku tidak sakit! Hanya... Sebentar ya Ustad." Aisya segera berdiri dari pangkuan Reza.

Aisya kembali ke kamarnya, lalu tidak lama kemudian ia kembali keluar menemui Reza. Ia duduk di pangkuan Reza sembari mengeluarkan benda kecil yang ada di tangannya. Reza tersenyum sembari mengamati benda tersebut, dan di sana terdapat gambar dua garis berwarna merah.

Aisya menundukkan wajahnya, antara malu dan menyesal karena ia akhirnya benar-benar hamil.

"Selamat ya sayang!" Bisik Reza.

Aisya diam saja, sungguh ia merasa bersalah dengan kehamilannya. "Aku bingung Ustad!" Lirih Ustadza Aisya, ia merasa telah menyakiti Suaminya.

"Kenapa?" Reza membelai kepala Aisya. "Bukankah ini yang kamu inginkan dari dulu, sekarang kamu sudah hamil, seharusnya kamu bahagia." Ujar Reza, dia mengangkat dagu Aisya, lalu mengecup mesrah bibir Aisya selama beberapa detik.

"Aku merasa berdosa Ustadz!"

Perlahan Reza membelai payudara Aisya. "Berdosa karena apa sayang?" Tanya Reza lembut.

"Mas Rahmad! Aku merasa sangat jahat kepadanya Ustad, aku tidak bisa membayangkan kalau dia tau, kalau yang ada di dalam kandunganku ini bukanlah anak kandungnya." Jelas Aisya, dengan wajah tertunduk.

"Jangan di pikirkan, semuanya akan baik-baik saja." Ujar Reza. "Kehamilanmu ini harus kita rayakan sayang." Bisik Reza di telinga Aisya.

Aisya tersenyum malu sembari melingkarkan tangannya di leher Ustad Reza. Kemudian Reza dengan sigap menggendong tubuh Aisya, lalu ia membawa Aisya menuju kamar Aisya.

Dia membaringkan Aisya di atas tempat tidurnya, sementara dirinya berbaring di samping Aisya sembari menatap kearah Aisya.

"Jam berapa Suamimu pulang?" Tanya Reza, sembari bergerilya diatas payudara Aisya.

Aisya memejamkan matanya menikmati remasan diatas payudaranya. "Jangan khawatir Ustadz, dia biasanya pulang jam dua siang." Aisya tersenyum manja, membuat Reza semakin bersemangat.

"Kasihan Suamimu, dia tidak tau kalau Istrinya saat ini sedang bersenang-senang dengan pria lain." Goda Reza, sembari membuka kancing gamis yang di kenakan Aisya.

"Ahk... Ustad!" Rintihan manja Aisya. "Dia temanmu Ustad, Oohk... Kamu telah menodai Istrinya bahkan kamu menghamilinya!" Perlahan Aisya meraih kemaluan Reza, dan meremasnya dengan lembut.

Reza tersenyum penuh arti. "Itu di karenakan kamu sangat menggoda sayang." Bisik Reza, lalu dia memanggut mesrah bibir Aisya.

Sembari berciuman Aisya membuka celana Reza dan mengeluarkan kemaluannya dari balik sangkarnya. Dengan telapak tangannya yang lembut Aisya mengocok penis Reza yang berukuran lebih panjang dan gemuk di bandingkan milik Suaminya.

Reza tidak mau kalah, ia menarik keatas gamis bagian bawah Aisya, lalu membelai paha mulus Aisya.

Jemarinya terus naik hingga menuju selangkangannya yang tertutup kain segitiga berwarna putih. Reza meremas vagina Aisya, membuat vaginanya kini makin basah karena sentuhan Reza.

"Uatadza Aisya! Kamu sangat cantik sekali." Ujar Reza.

Aisya tersipu malu mendengarnya. "Zinahi aku Ustad!" Bisik Aisya yang sudah tidak tahan.

"Bagaimana dengan Suami mu Ustadza Aisya?"

"Gak apa-apa Ustad, Mas Ahmad sudah mengizinkan Istrinya di zinahi oleh temannya. Hihihi..." Goda Aisya, sembari membuka gamisnya, dan hanya menyisakan pakaian dalam saja.

Kemudian dia naik keatas tubuh Reza yang sedang tiduran terlentang diatas tempat tidur Aisya.

Perlahan Aisya membuka branya, hingga payudaranya melompat keluar, lalu dia meraih tangan Reza untuk meremas kedua payudaranya.

"Istri durhaka, wanita murahan." Umpat Reza.

Aisya tersenyum genit. "Aku wanita murahan mu Ustad, sentuh aku... Nodai Istri sahabatmu ini Ustad!" Ujar Aisya, sembari menggesekkan vaginanya yang masih tersimpan rapi di balik celana dalamnya dengan penis Reza yang juga masih bersembunyi di balik celananya.

Perlahan Aisya membantu Reza meloloskan kaosnya, lalu dia merabah dada bidang Reza, dia mulai menciumi dada Reza, terus turun kebawah, sementara tangannya meloloskan celana Reza, berikut celana dalamnya. Dengan perlahan Aisya mengusap kemaluan Reza.

"Kamu suka sayang?" Goda Reza.

Aisya menganggukkan kepalanya. "Apa aku boleh menghisapnya Ustad?" Tanya Aisya, dia mulai menciumi penis Reza.

"Lakukan sesukamu sayang, ini milikmu." Jawab Reza.

Aisya menuntun penis Reza kedalam mulutnya, lalu dia mulai menggerakkan kepalanya maju mundur menghisap penis Reza, membuat pria tersebut tampak merem melek keenakan. Dia membelai lembut kepala Aisya yang sedang bergerak maju mundur.

Jemari lentik Aisya menekan keatas penis Reza hingga menempel di perutnya, lalu dia mulai menjilati batang kemaluan Reza. Dan menghisap telurnya.

"Oughkk... Aahkk... Aahkk..."

Sluuuppsss.... Sluuuppsss... Sluuuppsss...

Reza nyaris saja keluar lebih dulu, kalau seandainya dia tidak menghentikan cumbuan Aisya.

Segera Reza menanggalkan pakaiannya hingga ia telanjang bulat, begitupun juga dengan Aisya, kini wanita alim itu telah telanjang bulat, dan hanya menyisakan selembar kain diatas kepalanya yang menutupi rambut hitamnya.

Reza memposisikan tubuhnya diatas tubuh Aisya, sembari menggesekkan penisnya di bibir vagina Aisya. Menimbulkan rasa geli yang amat sangat.

"Sudah siap sayang?" Tanya Reza.

Aisya mengganggukan kepalanya. "Kita rayakan kehamilanku dengan menzinahiku Ustad." Bisik Aisya, sembari membuka lebar kedua kakinya.

"Ingat suamimu Ustadza!" Ujar Reza, sembari menekan penisnya membela kemaluan Aisya. "Apa kamu tidak lagi mencintai Suamimu?" Bisik Reza, dia mulai memompa vagina Aisya.

"Aahkk... Nikmat Ustad!" Rintih Aisya.

Tubuhnya menggelepar seperti ikan yang terlempar di daratan. "Jawab Ustadza? Apa kamu masih mencintai suamimu?" Reza semakin cepat menyodok vagina Aisya dengan cepat.

"Aku tidak tau." Jawab Aisya dengan nafas memburu.

Mendengar jawaban Aisya membuat Reza makin berutal menyetubuhi Istri sahabatnya tersebut. Dia meraih payudaranya Aisya, meremasnya dengan kasar sembari memilin puttingnya.

Sejujurnya sudah dari dulu ia ingin sekali menjadikan Aisya sebagai kekasihnya. Bukan hanya sekedar selingkuhannya tetapi benar-benar ingin memiliki Aisya seutuhnya, tapi sayang Aisya sangat mencintai Suaminya, walaupun ia juga sangat menginginkan Reza sebagai pemuas birahinya.

Berbagai cara sudah di lakukan Reza, tetapi hasilnya Reza hanya bisa menikmati tubuh mulus Aisya, tanpa bisa mendapatkan hatinya.

Hal tersebut membuat Reza sangat kesal, hingga ia melampiaskannya dengan menyetubuhi Aisya dengan sangat kasar, tanpa memperdulikan erangan Aisya yang keluar dari bibirnya.

Tubuh Aisya terguncang hebat, ia merasakan nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhnya, walaupun ia juga merasa vaginanya seakan mau di robek oleh penis Reza.

"Ustad Ahkk..."

"Aisya... Ohkk... Aisya..." Lirih Ustad Reza.

Selama hampir setengah jam mereka bercumbu hingga akhirnya mereka secara bersamaan mencapai puncak kenikmatan. Tubuh keduanya yang bermandikan keringat menggelepar hebat, seiring orgasme yang datang menghantam mereka berdua.

Setelah selesai bercinta, Reza segera mengenakan pakaiannya. "Aisya..." Panggil Reza, ia menatap tubuh telanjang Aisya yang bermandikan keringat.

"Iya Ustad!"

"Minggu depan ada temanku yang mau berkunjung ke sini, aku berharap kamu mau membantuku untuk menemani mereka." Jelas Reza, dari nada suaranya ia terlihat sangat serius.

"Aku mengerti." Jawab Aisya.

Ini bukan kali pertama Aisya menemani tamu Ustad Reza, dan di bagian ini Aisya selalu merasa sangat terpaksa, ia merasa sangat kotor, karena bukan Reza saja yang pernah menikmati tubuhnya, tapi sudah beberapa pria yang juga telah menikmati tubuhnya.

Tanpa berkata lagi, selesai mengenakan pakaian Reza segera meninggalkan kediaman Aisya.

######

Sementara itu di kediaman Ustad Ardi, tampak Nurul sedang mencuci piring kotor di wastafel. Sementara Suami dan anaknya telah lama pergi.

Kesempatan tersebut di manfaatkan Pak Bejo untuk mendekati Istri Anaknya. Ia segera berdiri di samping Nurul berpura-pura hendak membantu menantunya yang sedang mencuci piring. Nurul tampak kaget melihat kehadiran Pak Bejo.

"Biar Bapak bantu." Ujar Pak Bejo, ia mengambil spon yang ada di tangan Nurul.

Karena merasa tidak sopan membiarkan mertuanya mencuci piringnya, Nurul mencoba menolaknya. "Tidak usah Pak, biar saya saja." Tolak Nurul.

"Gak apa-apa Nduk, kamu pasti kecapean." Ujar Pak Bejo.

Tapi Nurul tetap kekeuh menolaknya alhasil mereka berebutan ingin mengambil spon yang ada di tangan Nurul. Dan hal tersebut di manfaatkan oleh Pak Bejo untuk menyentuh kulit tangan menantunya.

Nurul sadar kalau saat ini tangannya berada di dalam genggaman Mertuanya, sehingga dengan cepat ia menarik tangannya.

Pak Bejo menyeringai mesum, memandang menantunya yang tengah menunduk.

"Maafkan anak Bapak!" Ujar Pak Bejo.

Mata indah Nurul membeliak mendengarnya. "Ma... Maksud Bapak?" Tanya Nurul, jantungnya berdetak cepat, dan tampak buliran-buliran keringat membasahi dahinya.

"Soal semalam!" Deg... Nafas Nurul terasa tercekat. "Bapak tau, anak Bapak tidak menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga membuat Nak Nurul menjadi menderita." Jelas Pak Bejo, ia tersenyum licik sembari membasuh piring-piring kotor.

"Ba... Bapak salah paham!" Elak Nurul.

Pak Bejo meletakan spon yang ada di tangannya, lalu dia melingkarkan tangannya di pinggang menantunya, membuat Nurul tersentak kaget.

Dia berusaha menghindar tapi Pak Bejo dengan sigap menutup pergerakan Nurul, membuat Nurul terjebak antara wastafel dan tubuhnya yang menghalangi Nurul untuk kabur.

"A... Apa-apaan ini Pak?" Tegur Nurul.

Pak Bejo tersenyum menjijikan sembari membelai pipi mulus Nurul. "Cantik sekali kamu Nduk, anakku tidak salah memilih Istri." Puji Pak Bejo membuat darahnya naik, dadanya bergemuruh menahan emosi.

"Jangan kurang ajar Pak." Bentak Nurul, matanya berapi-api menatap Pak Bejo.

"Ckckckck... Jangan munafik, saya tau, kalau kamu sangat merindukan sentuhan laki-laki! Hehehe... Biar saya yang menggantikan anak saya Nduk." Bisik Pak Bejo, dia meremas lembut payudara Nurul.

Dengan cepat Nurul menepis tangan Pak Bejo, dan hendak kabur dari Pak Bejo. Tetapi tenaganya kalah jauh di bandingkan dengan Pak Bejo.

Dengan sangat leluasa Pak Bejo meremas payudara Nurul, sementara Nurul hanya bisa membalik tubuhnya, membelangkangi Pak Bejo yang tengah menjamah payudaranya dengan kasar, sembari menggesekkan selangkangannya di pantat Nurul.

Nafas Nurul mulai terasa berat, ia sangat marah dan merasa dilecehkan oleh Pak Bejo, tetapi ia tidak berdaya untuk melawannya.

"Bodoh sekali anakku itu, punya Istri secantik kamu, tapi sering di anggurin. Bapak sangat marah melihat kelakuannya yang menyia-nyiakan wanita secantik kamu Nak Nurul." Bisik Pak Bejo.

Nurul menggoyangkan tubuhnya, hendak melepaskan diri dari dekapan Pak Bejo. "Lepaskan Pak... Saya istri anak bapak." Mohon Nurul.

"Hehehe...sebagai menantu seharusnya kamu mematuhi perintah Bapakmu ini." Ujar Pak Bejo.

"Auww... Pak!" Nurul terpejam ketika ia merasa remasan di selangkangannya.

Tubuh Nurul bergetar, ia merasa sangat terhina dengan apa yang dilakukan oleh mertuanya. Dengan sekuat tenaga ia berusaha menyingkirkan jemari Pak Bejo di selangkangannya.

"Tolooong." Nurul membatin.

Belum hilang kekagetannya, tiba-tiba Pak Bejo kembali menyerang payudaranya, meremasnya dengan kasar membuat Nurul merintih sakit, tapi ia tidak berdaya, yang bisa dia lakukan hanya merontah dan memohon agar Mertuanya sadar.

Tangan kanan Nurul berusaha menyingkirkan tangan Pak Bejo di atas payudaranya, dan tangan kirinya berusaha menahan tangan Pak Bejo yang ada di selangkangannya.

Tenaga Nurul yang semakin melemah membuat Pak Bejo semakin leluasa melecehkan menantunya. Dia meremas kasar selangkangan dan payudara Nurul, sembari membenamkan wajahnya di leher Nurul yang tertutup kain segi empat.

"Eehk.." Tanpa sadar Nurul mendesah.

Dengan cepat Pak Bejo mempreteli kancing gamis milik Nurul, lalu ia menyusupkan tangannya kedalam gamis Nurul, menyingkap branya, hingga ia dapat menyentuh langsung daging kenyal yang terasa sangat empuk, membuat sang pemiliknya membelalakkan matanya, ia tidak menyangkah kalau Pak Bejo akan benar-benar melakukannya.

Tidak sampai di situ saja, gamis Nurul diangkat cukup tinggi hingga sebatas pinggangnya. Sebisa mungkin Nurul menahan pergelangan tangan Pak Bejo, tapi pada akhirnya gagal juga, ia hanya bisa menangis ketika lembah hangatnya di jamah oleh mertua sendiri.

"Hentikan Pak!" Jerit Nurul, air matanya mengalir dengan deras.

Bukannya kasihan, jemari Pak Bejo malah bermain liar di bibir kemaluan Menantunya. "Cup... Cup... Cup... Jangan menangis anakku, Bapak hanya ingin membantu kamu!" Bisik Pak Bejo.

"Hiks... Hiks... Saya gak mau Pak!" Lirih Nurul.

"Nikmatin aja dulu, nanti kamu juga suka." Bisik Pak Bejo di dekat telinga Nurul.

Pertahanan Nurul kian melemah, tubuhnya yang membutuhkan sentuhan seorang pria membuatnya nyaris menyerah. Hanya saja kesetiaan yang menguatkan dirinya agar terus bertahan.

Tubuh Nurul menegang hebat ketika jemari Pak Bejo memilin putingnya yang merah kecoklatan itu. "Ouhk..." Tanpa sadar ia mendesah panjang.

"Enakkan Nduk." Ujar Pak Bejo.

Suka tidak suka, Nurul harus mengakui kalau Mertuanya telah membuatnya terbakar birahi, dan Pak Bejo tau betul soal itu. Dia dapat merasakan vagina Nurul yang kian basah, hingga merembes kepahanya.

Pantat Nurul tersentak-sentak, ia sudah tidak tahan lagi menahan gelombang birahinya.

Kepala Nurul mendongak ke belakang, mata indahnya terbeliak seiring dengan ledakan orgasme yang tanpa bisa ia tahan. Dengan nafas memburu, ia menuntaskan hasrat birahinya di tangan Pak Bejo yang sedang mengobel-ngobel vaginanya.

Selama beberapa detik tubuh indah Nurul bergetar tak karuan, hingga akhirnya tubuhnya melemas seiring dengan kesadarannya.

Saat itulah Nurul dengan gesit melepaskan dirinya dari cengkraman si tua bangka Bejo dan berlari menuju kamarnya. Sementara Pak Bejo hanya terkekeh melihat menantunya pergi, ia tidak berniat mengejar menantunya, karena ia pikir untuk hari ini sudah cukup.

######

Jam di dinding rumahnya sudah menunjukan pukul 7, tapi seorang yang di tunggu-tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya, membuat sang wanita tampak sangat khawatir. Ia berjalan mondar-mandir sembari sesekali melirik kearah jam dinding.

Lima menit kemudian, orang yang di tunggu-tunggu akhirnya datangnya.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" Jawab Aya, ia mendesah pelan antara lega dan senang melihat adiknya sudah pulang. "Kenapa baru pulang sekarang?" Tanya Aya kepada Adik iparnya.

"Maaf Kak!" Hanya itu yang keluar dari bibir Rayhan, ia tidak mungkin menceritakan alasan kenapa ia terlambat pulang kerumah.

"Ya sudah, sekarang kamu siap-siap! Nanti terlambat." Ujar Aya. Ia pikir nanti juga bisa menanyakannya, karena saat ini jam sudah menunjukan pukul 7 lebih.

"Iya Kak." Jawab Rayhan.

Kemudian Rayhan segera ke kamarnya, dan menyiapkan dirinya untuk ke sekolah.

######[/hide]

Selamat menikmati Gan, semoga tidak membosankan...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd