Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Batu Kerikil Pasutri

Status
Please reply by conversation.
Terima kasih banyak sudah bersedia menunggu. Saya sungguh terharu. :capek::angel:

-L.

EPISODE 3 - RASA YANG (MASIH) SAMA


“Sayang?”

Kenapa harus dateng sih?

“Sayang, hei…”

Even if he had to come, why now?

Iqbal menepikan mobilnya di pinggir taman yang berada dekat dengan kluster kediamannya. Hanya tinggal belok kiri di ujung jalan, maka mereka akan sampai di rumah. Namun karena Nana sepertinya sedang memikirkan suatu hal dengan serius, ia memutuskan untuk melipir sebentar.

Iqbal meraih tangan Nana, menggenggam dengan sedikit meremas sekedar untuk mengembalikan perhatian istrinya.

Nana mengedipkan matanya beberapa kali, tersadar dari lamunannya dan melihat keadaan sekitar dengan bingung.
“Kita dimana, Mas? Kok berenti?” tanyanya, menatap mata Iqbal dengan ekspresi, well, bingung.

“Kamu kayaknya pusing banget. Kenapa, sayang?” tanya Iqbal tanpa menjawab pertanyaan Nana.

Istrinya tersenyum sedikit. Iqbal tahu kalau Nana sedang berusaha menyembunyikan sesuatu darinya.

“Gak ada apa2, Mas,” jawabnya sambil agak terbata, matanya melirik ke arah lain.

“Karena pasien?” Iqbal bertanya lagi.

“Eh… Emm, gak kok Mas, bukan,” dalih Nana dengan cepat. Terlalu cepat bahkan. Iqbal makin yakin pasti telah terjadi sesuatu. But, he just remained calm. Iqbal ingin menghargai privasi Nana, walaupun mereka telah menikah. Jika Nana butuh dirinya untuk mendengarkan cerita apapun, he would be there for her.

“Oke, tapi kalo kamu ada apa2, langsung cerita ya. Jangan disimpen sendiri,” katanya dengan sabar. “Kamu laper gak?” tanyanya, berusaha merubah suasana.

Nana mengangguk sambil tersenyum, menatap suaminya kembali. “Laperin kamu,” katanya, tertawa begitu melihat perubahan ekspresi Iqbal. “Ih tatapan apa itu? Dasar tengil,” katanya berkomentar.

“Mau di sini? Eh tapi jangan deh, nanti digedor2 sama Satpol PP gara2 liat mobil goyang,” candanya. Dan triknya pun berhasil, Nana tertawa lebih keras mendengar ucapannya. Iqbal ikut tertawa namun lebih pelan. Paling tidak ia berhasil mengalihkan fokus istrinya lagi.

“Yuk, Mas cari makan dulu deh. Bi Popon tadi siang aku bilang gak perlu masak soalnya,” kata Nana. Ia memang terbiasa makan malam di klinik, terutama jika Iqbal lembur di kantor. Dan khusus untuk hari ini, tadinya ia ingin memasak sendiri untuk suaminya. Tetapi, ia menjadi malas karena pikirannya masih memanggil2 nama Zaldy.

“Mau ke Kampung Talas?” tanya Iqbal. Kampung Talas adalah nama daerah di pinggir kota Jakarta yang terkenal dengan wisata kulinernya. Segala macam makanan ada, dari roti bakar sampai bubur Manado. Minuman dari air mineral sampai es pisang hijau. Selain murah meriah, letaknya yang strategis juga menjadikan tempat itu sebagai tempat nongkrong favorit dan selalu ramai dikunjungi banyak orang, terutama di malam hari.

“Cieee mau nostalgia pas PDKT sama aku ya?” ujar Nana sambil memeluk lengan kiri Iqbal.

Iqbal mencubit hidung Nana dengan gemas. “Jam segini yang masih banyak pilihan kan cuma di sana, sayang,” katanya sambil menunjuk jam di radio mobil. 22.04 WIB.

“Eh hehe, iya sih ya daripada junk food,” kata Nana setuju. “Oke deh, let’s go, perutku udah kepanasan, minta cepet2 diisi,” tambah Nana kemudian melepas pelukan lengannya.

Iqbal mulai mengendarai mobilnya lagi dengan hati2 di jalanan yang masih ramai, mengarahkan mereka ke Kampung Talas. Tangan kanannya memegang stir, sementara tangan kirinya tetap menggenggam tangan Nana, menjaganya untuk tidak melamun lagi dengan sesekali meremasnya.

Nana menoleh ke arahnya sambil tersenyum, memberi tanda bahwa fokusnya masih ada. Kemudian ia mencium tangan Iqbal dengan penuh kasih sayang.

Mas Iqbal gak boleh mikir macem2. Aku harus jaga perasaannya, pikir Nana. Ia masih melihat ke arah Iqbal dan saat tatapan keduanya bertemu, mereka kembali saling tersenyum. Ya, aku dan suamiku harus saling menjaga, kata Nana lagi. For God’s sake, Mas Iqbal is the most important for me.

Tatapan Iqbal kembali fokus ke jalanan, namun tangannya tetap menggenggam erat istrinya. Seolah2 ia dapat membaca pikiran dan isi hati Nana. Istrinya hanya tersenyum, melepaskan pegangan dan tangan kanannya mengusap2 bagian belakang kepala Iqbal.

I love you, Mas,” ucap Nana dengan pelan.

Iqbal lagi2 menghentikan mobilnya kemudian mematikan mesinnya. Nana melihat ke sekelilingnya dan ternyata mereka sudah sampai di Kampung Talas. Mungkin karena saking dekatnya, atau Nana terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri, sampai2 ia merasa perjalanan mereka sangat cepat.

“Kamu kok tumben melankolis,” kata Iqbal menilai.

“Ih itu romantis tau,” sanggah Nana.

Iqbal tertawa. “Kamu lagi gombalin aku ya? Minta diapain sih?”

Nana memukul lengan Iqbal dengan pelan. “Yee apaan sih, Mas. Udah yuk turun, laper banget nih,” kata Nana sambil bersiap2 mengeluarkan dompet dan handphone dari dalam tasnya.

Sebelum sempat ia membuka pintu mobil, tangan Iqbal sudah memegang dagunya dan menarik wajahnya ke depan. Bibir keduanya bertemu di tengah, saling mencium satu sama lain dengan lembut.

Nana membuka kedua matanya begitu Iqbal menarik bibirnya kemudian lagi2 tersenyum. Ia membersihan bibir Iqbal yang terkena lip gloss dari bibirnya lalu membuka pintu, beranjak keluar dari mobil.

Iqbal melakukan hal yang sama, mengunci mobilnya lalu berjalan ke arah Nana. Mereka saling bergandengan tangan dan mulai berjalan mengelilingi setiap tenda tukang makanan sebelum memutuskan apa yang akan mereka makan.

XXX

*Sedikit flashback di klinik*

“Selamat malam, dokter Inana,” sapa pasien tersebut dengan pelan.

“Zaldy?” Nana dengan refleks yang cukup cepat langsung mengarahkan pandangannya ke pasien barunya itu.

Orang yang dipanggil Nana dengan nada dan tatapan tidak percaya itu pun hanya tersenyum simpul lalu berkata, “It’s been a long time since our last meet in New York.”

Dengan perlahan Nana berdiri dari tempat duduknya, masih memperhatikan laki2 yang berdiri tidak jauh dari pintu masuk. Ia ragu apakah ia ingin menghampirinya atau tidak. Bukan untuk memeluk, tapi hanya sekedar berjabat tangan.

Rasa rindu itu pun terkuak kembali namun Nana tahan, karena ia tidak ingin ada hal2 buruk yang terjadi pada dirinya. Dan pernikahannya.

“You look… beautiful,” puji Zaldy, memperhatikan Nana dari atas sampai bawah sambil berjalan dan berhenti di depan meja kerjanya.

What are you doing here? What do you want?” tanya Nana dengan hati2.

Senyuman ramah Zaldy semakin merekah. “Don’t worry, aku gak bakal macem2 kok. Aku ke sini karena aku pengen ketemu sama kamu,” jawabnya dengan santai. “Dan ngasih tau kalo aku bakal tinggal lagi di sini, permanently,” tambahnya.

Dahi Nana mengerenyit. “What about your dream job in the US? And your family?” tanya Nana lagi.

I’ve taken care of a few things before I came here. So, aku tinggal ngejalanin hidup sebagaimana mestinya aja,” jawab Zaldy. “Dan lagipula keluargaku mendukung, walaupun mereka tetep stay di sana,” tambahnya.

Nana menggangguk mengerti. “Tapi bener kan kamu gak ada maksud apa2?”

Zaldy tertawa pelan. “Benar, Inana. I promise.”

Nana menghela nafas panjang. “Aku harap kamu serius dengan ucapan kamu,” imbuh wanita berhijab itu.

Kali ini Zaldy yang menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya. “Na, trust me, I won’t do anything to you or Iqbal. He is the best man I’ve ever hoped to be your husband. Aku tau kamu bahagia sama dia,” sahut Zaldy untuk meyakinkan.


Indeed, I’m in the happiest state of my life with him,” jelas Nana dengan mantap.

Yeah, I can see that from your face,” kata Zaldy lagi.

Kalo udah gak ada yang mau kamu omongin lagi, sebaiknya kamu pergi. Aku gak mau Mas Iqbal ngeliat kamu ada di sini,” kata Nana, mengusir laki2 yang sempat menjadi love partnernya beberapa tahun lalu itu.

Okay, take care ya, Na. Kalo butuh apa2, nomer HP dan alamat rumahku masih sama kayak yang dulu,” sahut Zaldy sekalian memberi informasi.

“You too,” jawab Nana dengan singkat.

Kemudian tanpa berkata apa2 lagi, Zaldy
melangkah keluar dari ruang pemeriksaan dan tidak menutup kembali pintunya. Sehingga Nana dapat melihat Zaldy tersenyum ke arah Mbak Indah dan berjalan ke arah pintu depan.

Nana kembali duduk di bangkunya, menyenderkan punggungnya ke bantalan bangku tersebut. “Huft, what a day,” keluhnya pada diri sendiri.


Entah berapa lama Nana duduk dengan posisi seperti itu, pikirannya terus melalang buana ke berbagai kenangan manis dengan Zaldy hingga ia mendengar suara ketukan pintu.

Dok?” panggil seseorang.

Eh iya Mbak Indah, udah mau pulang?” tanya Nana, menengok ke arah pintu yang terbuka dan melihat Mbak Indah sudah menggunakan jaket dan helm yang biasa dipakainya.

Mbak Indah mengangguk. “Gak apa2 kan ya, dok, saya duluan? Suami saya udah jemput,” tanyanya dengan sopan.

Iya gak apa2, Mbak. Saya juga sebentar lagi pulang,” jawab Nana.

Mas Iqbal udah dateng kok, dok,” kata Mbak Indah.

Masa? Kok dia gak masuk ya?” kata Nana dengan heran. Biasanya Iqbal memang langsung masuk untuk melihat keadaan sebelum klinik ditutup. Walaupun ia benci baunya.

Apa jangan2 Mas Iqbal tadi liat Zaldy ya? Aduuuuhhh, pikir Nana dengan panik.

Baru juga markirin mobilnya, dok, hehe belom lama kok,” jawab Mbak Indah dengan jujur. Memang Iqbal baru saja datang saat Mbak Indah sedang bersiap untuk pamit kepada dokternya.

Nana menghela nafas lega karena kemungkinannya sangat kecil untuk Iqbal melihat Zaldy. Itupun kalau Zaldy memang langsung pergi begitu ia minta.

Duluan ya, dok, assalamualaikum,” pamit Mbak Indah lagi kemudian berjalan ke luar.

“Wa’alaikumsalam, hati2 Mbak,” jawab Nana dengan sedikit lantang agar terdengar sampai telinga Mbak Indah.

Nana cepat2 membuka jas putihnya lalu dilipat dan dimasukkan ke dalam tas, mau ia bawa pulang untuk dicuci besok. Tak lupa ia bereskan meja dan mengambil handphonenya kemudian bergegas ke luar menghampiri sang penjemput yang dengan sabar dan setia menunggu di dalam mobil.

XXX

“Iya, Ma, aku udah landing dari tadi kok, ini bahkan udah di rumah,” kata Zaldy menjawab pertanyaan dari ibunya melalui sambungan telepon dari HPnya.

Zaldy terdiam sesaat, fokus mendengarkan sahutan ibunya. “Rumah rapi kok, Mbak Icha udah beresin semuanya,” jawabnya lagi sambil menaruh koper dan tas ranselnya di dalam kamarnya.

Zaldy melangkah keluar kamar dan duduk di sofa ruang keluarga, bersandar supaya lebih santai untuk lanjut mengobrol.

*pertanyaan 1*
“Inana baik kok, tadi aku mampir ke kliniknya.”

*pertanyaan 2*
“Makin cantik, sekarang dia pake hijab.”

*pertanyaan 3*
“Praktek pribadi, tapi lumayan besar kliniknya.”

Zaldy tersenyum, masih terbayang dengan jelas perawakan wanita bersuami yang tadi ia temui. Kemudian ia berdiri, melangkah ke belakang rumah dan membuka pintu geser di hadapannya. Ia berjalan ke luar, ke area pinggir kolam renang yang masih terawat dengan baik.

“Ma, just calm, okay? I won’t disturb her marriage,” katanya dengan sungguh2.

“Ya ampun, Ma, believe me, aku gak ada niatan mau ngapa2in.”

“Iya Mama sayang, gak kok.”

“Giselle? Well, Giselle and I are officially over,” jawabnya sambil menahan kesal. Dia lagi, dia lagi disebut, katanya dalam hati.

Giselle adalah mantan pacar/teman kuliah S2 Zaldy di Amerika. Memang ia lahir dan besar di sana, tapi mempunyai darah Indonesia dari ibunya. Cantik? Jelas. Tubuhnya sangat proporsional dari berat dan tinggi badannya.

Dan ia pun sudah kenal dekat dengan keluarga Zaldy, terutama dengan sang nyonya besar. Itulah mengapa ibu Zaldy menanyakannya, selain karena ia sudah jarang bertemu dengan mantan calon menantunya itu, Zaldy juga sangat jarang menyebut namanya lagi.

I'll tell you in details about it. Tapi, sekarang aku mau istirahat dulu ya, Ma, capek.”

“Iya, iya. Salam buat Papa, Tina sama James. Bye, Ma, love you.”

Zaldy menutup sambungan telepon internasionalnya setelah ibunya menutup lebih dahulu. Perlu ia akui, feeling ibunya sangatlah tajam. Ibunya tahu bahwa Zaldy masih memendam rasa sayang terhadap Nana, namun ia selalu mengingatkan Zaldy untuk menguburnya dalam2.

Kenapa? Karena putusnya hubungan mereka juga dikarenakan keegoisan Zaldy, keegoisan laki2 yang ingin menapaki dunia yang lebih luas. Dan lagipula sekarang Nana juga sudah menikah.

Zaldy termenung sesaat lalu kembali tersadar setelah Mbak Icha memanggilnya untuk memberitahu bahwa kopi hitamnya sudah ditaruh di atas meja ruang TV.

Zaldy memijit2 leher belakangnya sambil berjalan masuk ke dalam rumah kemudian menutup kembali pintu yang ia lewati. Badannya terasa sangat lelah dan ia ingin cepat2 beristirahat setelah menghabiskan kopinya nanti.

XXX

Nana mengerejapkan matanya beberapa kali, berusaha untuk menjernihkan pandangannya. Ia tiba2 saja terbangun dari tidur dan merasa ingin pipis. Nana melihat ke arah jam digital di meja samping tempat tidurnya. Pukul 02.37 WIB.

Nana bangun dengan perlahan, mencium pipi suaminya kemudian beranjak ke kamar mandi. Setelah pipis, ia mencuci mukanya dan dalam sekejap rasa kantuknya pun hilang.

Nana memutuskan untuk mengambil air minum dari dapur kemudian duduk di sofa ruang tengah. Ia duduk dengan tenang, membiarkan pikirannya dibanjiri banyak memori yang ia punya bersama Zaldy.

Zaldy begini, Zaldy begitu. Nana terus termenung, berandai2 bahwa setiap momen bersama mantannya bisa ia lewati bersama lagi.

Nana menggelengkan kepalanya dengan cepat, membuyarkan lamunannya sendiri ketika mendengar suara deritan halus dari pintu yang dibuka. Pasti Mas Iqbal, pikir Nana.

Benar saja, tiba2 Nana merasakan sentuhan hangat pada pundak kanannya.

“Sayang kok di sini?” tanya Iqbal, berjalan memutari sofa kemudian duduk di samping istrinya.

“Iya tadi aku kebangun terus gak bisa bobo lagi,” jawabnya. “Mas mau aku ambilin minum?”

Iqbal menggeleng, “Gak usah, yang,” sahutnya, kemudian ia merebahkan diri secara miring ke arah Nana, kepalanya ia taruh di atas pangkuan istri cantiknya itu. Nana dengan otomatis mengelus2 kepala suaminya dengan pelan.

“Mas, gak mau pindah aja?” tawar Nana.

“Gak usah, mau di sini aja sama kamu,” katanya dengan sedikit tidak jelas. Mungkin karena masih mengantuk, dan belaian tangan Nana siap mengantarnya untuk kembali tertidur dalam sekejap.

“Sayang lagi mikirin apa sih?” tanya Iqbal tiba2, memecah keheningan. Ia tetap memejamkan mata dan menyilangkan kedua tangan di dadanya.

“Gak mikir apa2 kok, Mas,” sanggah Nana dengan hati2, berusaha untuk terdengar sebiasa mungkin. “Kenapa emangnya?” tanyanya balik, masih sambil mengusap2 kepala Iqbal.

“Gak apa2 sih, cuma tumben aja kamu pagi2 buta bengong di luar kamar. Biasanya juga gak berani,” jawab Iqbal.

Memang benar, Nana sering merasa takut sendirian berada di ruang tengah. Namun entah apa yang merasukinya, kali ini ia tidak merasa demikian.

“He he kan sekarang udah ditemenin sama kamu, gak takut lagi dong,” Nana mencoba beralibi. Ia yakin usahanya berhasil ditelan bulat2 oleh Iqbal ketika ia melihat Iqbal tersenyum.

“Meh,” cemooh Iqbal, namun kepalanya ia majukan untuk mencium perut rata istrinya itu.

“Eh, belom ada isinya lho, Mas,” kata Nana sambil tertawa pelan karena kegelian.

“Oh jadi boleh diciumnya kalo udah ada isinya aja, begitu?” tanya Iqbal, membuka mata dan melihat ke arah Nana.

“Kalo iya kenapa, kalo gak kenapa?” tantang Nana dengan memicingkan kedua matanya, memperlihatkan tatapan “serius namun dibuat2” khasnya.

Iqbal tidak segera menjawab, namun tiba2 saja ia kembali menciumi perut istrinya lagi sampai2 Nana kelepasan tertawa. Iqbal harus berhenti melakukan tindakan kriminalnya demi menghentikan tawa Nana yang bisa saja diduga sebagai suara makhluk halus oleh Bi Popon dan Pak Iyan.

“Sayang berisik ih,” kata Iqbal memberi komentar sambil melepaskan dekapan tangannya di bibir Nana.

“Mas sih, lagian,” jawab Nana, berusaha untuk menahan tawanya. Iqbal ikut tertawa namun dengan pelan. Posisi mereka masih sama, Nana duduk dan Iqbal rebahan dengan kepalanya di atas kedua paha Nana.

Tanpa dinyana dan tanpa diduga, Iqbal menarik kepala Nana ke arahnya dan mencium bibirnya dengan lembut. Tetapi, Nana justru membalas ciumannya dengan sedikit nakal.

Sengaja Nana cium dan kulum bibir bawah Iqbal agak lama, kemudian ia tarik ke luar sampai terlepas.

“Curang,” sungut Iqbal dengan berbisik.

“Lho kok? Kenapa?” tanya Nana dengan heran.

“Bikin pengen makanin kamu,” jawab Iqbal dengan serius. Dan seketika bagian bawah Nana lagi2 berdesir, merasa terpanggil. “Mau nenen, yang,” kata Iqbal dengan manja.

Nana tersenyum lalu mengangguk. Dengan perlahan ia buka ketiga kancing dasternya kemudian mengeluarkan kedua buah dadanya yang tidak diamankan oleh bra.

“Wow,” bisik Iqbal saat memandang kedua sumber penghilang dahaga sementaranya. Lalu dengan sigap ia hisap puting kiri Nana sambil memilin puting sebelah kanannya dengan gemas.

“Mmh, pelan2 Mas sayang,” kata Nana dengan melenguh pelan. Iqbal tidak mendengarkan, ia terus saja menghisap dan memainkan puting kiri Nana dengan lidahnya.

Bosan dengan puting kiri, Iqbal mulai menghisap dan menggigit pelan puting sebelah kanan istrinya. Nana hanya dapat melenguh dan mengusap2 kepala suaminya dengan tidak sabar.

“Aahh enak, Mas,” kata Nana mulai meracau dan mulai merasa lebih horny. Iqbal pun dapat mengetahuinya dari makin mengerasnya kedua puting yang baru ia mainkan selama beberapa menit itu.

Nana menekan kedua buah dadanya ke arah wajah Iqbal, membuat suaminya sedikit meronta karena merasa sesak. Terang saja, wajahnya ditindih oleh dua gunung kembar berukuran 36D.

Lalu Nana tarik badannya sedikit untuk membebaskan nafas Iqbal, namun suaminya tetap dengan lahap menikmati suguhan buah dada yang menggiurkan itu.

Selagi suaminya menyusu, tangan kiri Nana mulai bergerak ke arah selangkangan suaminya. Ia usap kontol yang masih setengah tegang itu dari atas celana. Kemudian dengan gerakan lihai, ia masukkan tangannya untuk menyentuh dan menggenggam kontol idamannya secara langsung.

“Oohhh,” desah Iqbal begitu merasakan hangatnya tangan Nana yang menyentuhnya.

Nana berusaha menurunkan celana training yang suaminya pakai yang lalu ia sadar bahwa suaminya tidak menggunakan celana dalam. Maka kontol besarnya pun langsung dapat dikeluarkan tanpa kesulitan yang berarti.

Nana mulai mengocok kontol yang sekarang sudah terbebas tersebut dengan tangan kiri, ke arah atas dan bawah, kiri dan kanan sesuai arah jarum jam. Tangan kanannya sesekali meremas dadanya sendiri yang tidak sedang dihisap Iqbal atau mengusap2 kepala suaminya itu secara bergantian.

“Mmmhhh, mmuuahh,” desah Iqbal lagi sambil memberikan ciuman pada dada Nana. Suara itu pun merangsang Nana untuk mulai mengocok kontol yang ada di genggamannya dengan lebih cepat, membuatnya makin menegang dan membesar.

“Yang, ooohhh, mau memek kamu,” kata Iqbal dengan terbata2. Nafsunya yang makin membara, ditambah nikmatnya kocokan Nana membuat ia hampir sulit untuk berkata2.

Tanpa diminta dua kali, Nana bangun dari sofa lalu melepas celana dalamnya. Iqbal pun sama, namun ia hanya melepas celana trainingnya saja karena ia memang tidak menggunakan celana dalam dan membiarkan kontol besarnya berdiri dengan kokoh.

Nana menyingkap bagian bawah dasternya, kemudian merebahkan diri berlawanan arah dengan Iqbal, menjilat bagian ujung kontolnya. Sementara Iqbal membuka bibir memek Nana dengan kedua tangannya dan mulai menyantapnya.

Sllrpp. Sllrpp.
Mmmhhh.
Ooohhh.

Setiap jilatan diiringi dengan desahan nikmat yang dilontarkan oleh kedua pasutri penuh nafsu itu. Satu mengulum kontol dengan ganas dan yang satu mengobel memek dengan rakus.

“Ooohh yesss,” lenguh Nana sambil menggoyangkam pinggul, mengarahkan lidah Iqbal supaya menyentuh bagian tertentu dari memeknya. “Uuuhh, disitu, Mas,” tambahnya, ketika Iqbal berhasil menyentuh G-spotnya.

Iqbal menyodok mulut Nana dengan kontolnya, selain untuk menyuruh Nana berhenti berbicara, ia juga menunjukkan bahwa ia ingin dipuaskan.

Nana menurut, ia membuka mulutnya lebih lebar dan membiarkan Iqbal mengentot mulutnya sampai ujung kepala kontolnya berhasil menyentuh tenggorokan Nana.

“Akkhh uuhhhkkk,” Nana kesulitan bernafas, namun dengan segera ia keluarkan kontol yang sudah licin terkena air liurnya. Ia kocok lagi ke atas dan bawah dengan cepat dengan tangannya, lidahnya ia arahkan ke skrotum beserta kedua bijinya. Ia jilat, gigit dan hisap keduanya bergantian.

Lalu ia kembali fokus untuk menelan dan mengulum batang kontol suaminya. Ia hisap dari ujung, jilat dari dalam mulut kemudian dimasukkan hingga mentok.
Ia kulum keluar masuk, dari yang pelan menjadi cepat. Dari sedikit menjadi banyak bagian.

Sllrpp. Sllrrpp.
Mmmhhh. Sllrpp.

Iqbal tidak mau kalah, ia percepat jilatan dan sesekali menusukkan lidahnya ke lubang memek Nana. Ia hisap dan gigit dengan gemas klitoris yang membengkak dan menelan cairan birahi Nana makin membanjiri liang surgawinya.

Nana menahan desahannya sendiri selagi mengulum kontol Iqbal. Namun pinggulnya ia goyangkan, naik dan turun sebagai respon nikmat dari permainan Iqbal.

Clep. Clep. Clep.
Sllrpp.

“Ahh Mas, Nana mau keluar,” kata Nana. Iqbal memegang kedua bongkahan pantat Nana, menekan supaya memeknya makin dalam lidahnya ia entot. “Ohhhhhhhhh,” desah Nana lagi lebih panjang.

Kontol sudah Nana lepaskan dan Nana mengangkat badannya sedikit, seperti orang setengah duduk dengan menopang badannya pada kedua tangannya yang ia taruh di atas paha Iqbal. Memeknya masih ia tempelkan di mulut suaminya itu.

“Mas, ahhh, gak kuat,” racaunya lagi. Nafasnya makin memburu dan badannya mulai sering bergerak tidak tentu arah. Ia dapat tetap stay di tempat karena pegangan Iqbal pada pahanya.

Nana goyangkan memeknya atas dan bawah supaya lidah Iqbal tetap menyentuhnya. “Ooohhh Mas, gak tahaaaaannnnnn,” katanya dengan desahan lebih panjang. Dan diiringi dengan keluarnya cairan kenikmatan yang membanjiri rongga mulut Iqbal.

Nafas Nana terengah2 sambil mengempitkan memeknya, membuat lidah Iqbal terjepit sementara dan merasakan otot2 memek Nana yang berdenyut karena orgasme.

Setelah terasa melonggar, Iqbal mengeluarkan lidahnya dan melihat ke arah Nana yang membungkuk lemas. “Masih mau lanjut?” tanya Iqbal, mengusap2 punggung istrinya.

Nana menengok ke arahnya sambil tersenyum. “Doggy ya, Mas,” katanya bersemangat. Iqbal tersenyum lebar. Kemudian tanpa berkata apa2 lagi, mereka berdua bangun dari posisi sebelumnya dan berciuman. Saling melumat dan mengigit bibir serta lidah lawan mainnya.

Iqbal menghentikan ciuman, memutar tubuh Nana dan mendorongnya agar menungging di atas sofa. Kedua kakinya ia lebarkan agar kontol besarnya dapat masuk ke memek istrinya dengan mudah.

“Ayo masukin, Mas,” kata Nana, lebih melebarkan kedua kakinya. Iqbal hanya tertawa melihat istrinya sudah tidak sabar. Ia berdiri di belakang Nana, memegang pinggul istrinya dengan tangan kiri dan mengarahkan kontolnya masuk ke memek Nana dengan tangan kanan.

Awalnya ia gesek2an kepala kontolnya ke bibir memek Nana dan juga klitorisnya. Namun hal tersebut hanya membuat Nana makin belingsatan dan tidak sabar.

“Mas, iihh, cepet pengen dientot kamu,” katanya dengan nada manja dan wajah sangenya. Iqbal lagi2 hanya tertawa.

“Iya sayang, nih aku masukin ya,” jawab Iqbal sambil memasukkan batang kontolnya ke dalam memek Nana.

BLEEESSSS.

“Oooohhhh,” desah keduanya berbarengan.

“Sempit banget, yang,” kata Iqbal, masih berusaha memasukan semua kontolnya sampai mentok.

“Uuuhhh, kontol kamu yang kegedean, Mas,” jawab Nana sambil mengigit bibir sendiri. Kontol yang menusuk memeknya terasa sangat nikmat.

Iqbal mulai memggenjot begitu merasakan kepala kontolnya menyentuh serviks atau mulut rahim Nana. Kedua tangannya melepaskan daster Nana dari belakang kemudian melepas kausnya sendiri sehingga keduanya bertelanjang bulat.

Persetan dengan konsumsi publik. Mereka sudah terlalu sibuk untuk menuntaskan birahinya daripada memikirkan kalau2 Bi Popon dan Pak Iyan melihat.

“Aaahhhh, ooohhhh,” adalah desahan pasutri muda yang terus menerus terdengar di ruang tengah. Makin lama volumenya makin keras.

Iqbal menggenjot memek Nana sambil memegang rambut Nana yang dikuncir ekor kuda, seolah2 ia memang sedang mengarahkan kuda yang ia tunggangi.

PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK

Irama erotis di rumah itu kembali terdengar. Suara yang berasal dari antar daging yang bertabrakan saat memadu kasih. Suara yang justru membuat suasana menjadi lebih menggairahkan.

Iqbal berhenti menggenjot lalu menciumi punggung istrinya. Nana berinisiatif mencabut kontol Iqbal dan duduk di sofa. Ia tidak ingin suaminya cepat tuntas.

“Miring sini, Mas,” katanya, menepuk2 dudukan sofa. Iqbal menurut, ia merebahkan dirinya dengan miring lalu diikuti Nana di depannya.

Nana mengangkat salah satu kaki untuk membuka memeknya, lalu dengan pengertiannya, Iqbal memasukan kontolnya lagi.

BLEESSS.

Nana menengok ke arah samping dan mencium bibir suaminya dengan penuh nafsu.

Smooch. Smooch.

Suaminya pun membalas ciumannya tersebut sambil menyodok memeknya dengan kecepatan tinggi. Nana mendesah hebat begitu merasakan suaminya mengentotinya dengan keras dan sedikit kasar.

“Aaahhh, Mas, terusss, uuuhhhh,” racaunya. Iqbal menggigit daun telinga Nana, tangannya ia lingkarkan di dada istrinya untuk menghentikan goyangan tidak tentu arah dari dada besar istrinya itu.

“Ooohhh, ooohhh.”

PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK

Tangan kanan Nana mengusap2 klitorisnya sendiri, merangsang tubuhnya agar orgasme untuk kedua kalinya malam itu.

“Enak sayang?” bisik Iqbal, menjilat lubang telinga Nana setelah itu.

“Uuuhhh, enak banget,” jawab Nana tidak berdaya oleh nafsunya sendiri. Ia masih terus mengocok klitorisnya, makin lama makin cepat.

PLOK PLOK PLOK

Hantaman kontol Iqbal makin cepat dan makin dalam. Membuat Nana semakin tidak tahan. Ia kempitkan memeknya lagi, membuat Iqbal berhenti menggenjot karena merasa linu. Tetapi, ia tahu bahwa Nana akan segera orgasme lagi, karena ia juga dapat merasakan otot memek Nana berdenyut.

Nana menjambak rambut belakang Iqbal sambil mendesah, “Mas, keluar lagi, aaahhh.”

Iqbal tidak menjawab namun menggigit2 kecil lagi daun telinga Nana.

“Oooohhhhh,” desah istrinya dengan suara bergetar. Bergetar karena orgasme hebat yang baru saja ia rasakan. Ia tertawa pelan saat proses puncak kenikmatan itu berakhir.

“Aku udah keluar dua kali, Mas nya belum sama sekali,” kata Nana dengan malu2.

Iqbal menarik wajah Nana agar menghadapnya lalu bibir mungil istrinya ia lumat lagi. “Gak apa2, sayang, tapi sekarang gantian aku ya,” katanya, tiba2 bangun dan memposisikan dirinya di atas Nana.

Nana tersenyum mengerti sambil memeluk pinggul Iqbal dengan kedua kakinya, menempelkan memeknya pada ujung kepala kontolnya.

Tanpa aba2, Iqbal lagi2 menghunuskan kontol besarnya untuk masuk ke lubang favoritnya. Lubang yang sudah terasa sangat licin.

Pinggul Iqbal mulai bergoyang kembali, fokus untuk menggenjot memek istrinya. Ia menopang berat badannya pada kedua lengan yang ia tempatkan di samping kiri dan kanan kepala Nana, mendesah sambil merem-melek, sangat menikmati momen tersebut.

“Aaahhh, aaahhh,” desahnya, mengangkat salah satu kaki Nana agar memeknya terbuka lebih lebar. Kedua tangan Nana berada di kedua dada besarnya, sambil sesekali meremas dan memilin putingnya sendiri.

Iqbal tidak mau rugi, ia menunduk dan mulai mengulum kedua puting dari dada ranum istrinya itu secara bergantian. Hal yang membuat Nana mendesah dan menggelinjang lagi.

“Mmmhhh, entot lebih keras, Mas,” pinta Nana, matanya menatap Iqbal dengan sayu.

“Ooohhh iya sayang,” jawabnya sambil menaikkan kecepatan. Desahan mereka yang awalnya sudah mengecil, kali ini mengeras kembali.

Ooohhh.
Aaahhh.
PLOK PLOK PLOK

Untuk kesekian kalinya malam itu, suara2 tersebut terdengar jelas. Dan entah sudah berapa lama itu berlangsung.

“Eeennggghhh, aku mau keluar,” kata Iqbal, setelah merasakan sensasi geli pada ujung kontolnya.

“Entot deeper, Mas. Crot-in memek aku,” kata Nana sambil ikut menggoyangkan pinggulnya. “Aaahhh, aaahhh,” desahnya, tidak mampu menahan nikmatnya sodokan Iqbal yang semakin dalam.

“Sayaaaaang, oooooohhhhhhhh,” desah Iqbal lebih panjang, setelah sebelumnya ia sodok memek Nana sedalam2nya dan ia tahan. Ia tunggu sampai semua tetes pejuh keluar dari sarangnya.

Nafas keduanya memburu namun penuh kepuasan yang tersirat dari wajah2nya. Serta senyum penuh kemenangan setelah mencapai puncak kenikmatan bersama2.

Iqbal mendekap erat2 tubuh Nana, tidak peduli sebagaimana basahnya tubuh mereka karena keringat. Nana menciumi seluruh wajah Iqbal dengan cepat. Pipi, dahi, hidung kemudian yang terakhir bibir.

Mereka memagut bibir satu sama lain dengan kelembutan dan penuh rasa cinta. Rasa yang nyata. Rasa yang diharapkan bisa terus terjalin, apapun rintangan yang akan mereka hadapi di dalam kehidupan berumah tangga.

Iqbal melepaskan ciumannya, seraya mengeluarkan kontolnya yang telah melemas dari memek Nana. Dan tak ayal, pejuh yang telah bercampur dengan cairan bening dari memek istrinya langsung tumpah ruah, mengenai beberapa bagian sofa.

Dengan panik, Nana cepat2 mengambil daster yang Iqbal taruh tidak jauh dari mereka dan segera mengelap sofa serta memeknya.

“Mas sih nakal, basah nih jadinya,” canda Nana sambil tetap mengelap sofanya, berusaha sebisa mungkin untuk tidak meninggalkan jejak dari pejuh.

Untung saja sofa tersebut terbuat dari bahan kulit yang licin, bukan dari bahan kain yang menyerap cairan. Jadi ia tidak perlu khawatir akan meninggalkan bekas.

Iqbal tertawa, berdiri kemudian mengambil bajunya sendiri yang berada di lantai. “Udah biarin, nanti juga kering sendiri,” katanya dengan tenang. “Ke kamar yuk,” ajaknya, meraih tangan Nana dan menyuruhnya untuk berdiri dari sofa lalu melangkah ke dalam kamar mereka.

Setelah keduanya masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu, mereka mengurungkan niat untuk ke kamar mandi. Mereka sudah terlalu lelah untuk sekedar membersihkan diri.

Jadinya, mereka kembali merebahkan diri di atas kasur, bertelanjang bulat namun saling memeluk satu sama lain serta memakai selimut pada sekujur tubuhnya agar tetap hangat.

Good night, Mas,” kata Nana.

Iqbal tersenyum dengan wajah lelah dan mengantuk. “Good night, sayang,” balasnya. Kemudian ia memeluk istrinya dengan lebih erat dan mulai tertidur kembali.

Nana menghela nafas panjang sambil berusaha memejamkan kedua matanya. Na, lupain Zaldy. Lo udah punya Mas Iqbal. Lo gak boleh ngecewain dia, batinnya. Tapi, gue kangen sama Zaldy. Ya Allah Tuhanku, gimana ini?

=BERSAMBUNG=
 
Terakhir diubah:
Waduh mantan nya ya om....pdhl ane bayanginnya ntar konfliknya sama pak tua yg diperiksa dokter kemarin.wkwkwk
Terlalu ketebak bukan ya? Haha bapak tua itu sementara cuma pemanis aja kok :p


Bagus suhu ceritanya..kaya gak asing sama gaya penulisannya.

Lanjutkan..semoga bisa sampai khatam..
Aamiin, makasih om


weww seru tuh kl.sampe ngetot diruaga sementara suaminya nunggu didpn
Lol pasti sensasinya luar binasa :p
 
Terakhir diubah:
Lanjut suhu sampai nana hamil
Kalo udah hamil langsung tamat dong?

Someone special
From the past sepertinya
Indeed he is :)

Ijin masang tower pengintai ya suhuuu
Silahkan, asal jangan kelamaan dipanjat, ntar lupa cara turun :Peace:

manteb nih suhu tulisannya..
suka ane. ijin nunggu updetnya yak hu..
Makasih hu, silahkan dibaca updatenya

Cerita pasutri dengan karakter wanita dokter berjilbab, dan karakter pendukung yang kelihatannya cukup kuat.

Semangat lanjutnya hu.
Terima kasih byk suhu
 
Dikirain update ternyata blm jg
Hehe udah ada update ya

Ditunggu updtenya hu.....cinta lama bersemi kembali nih ceritanya.....

Lebih asik lagi kalau ada ilustrasinya.
:)
Wah mohon maaf nih hu kayaknya gak bakal saya kasih ilustrasi, takut ada kesalahpahaman ato lebih parah ada PK. Kasian jg kalo org baik2 dijadiin bacol banyak org lol

Mo nongkrong disini akh..!!:ngeteh:
Wah ada suhu besar, silahkan hu

Episod berikutnya, ada batu kali dateng nih bukan kerikil lagi
Wkwkwk bisa saya pertimbangkan untuk ke depannya :D

Mangga di lanjut nulisnya hu, biar cepet update
Hehehehhe
Terima kasih, udah ada update ya hehe

menjanjikan cerita nya
Menjanjikan siapa hayo
 
Masih menunggu.......
Sudah update suhu

Kancutkan suhu
Intrik2 perselingkuhan kayanya mulai terbuka dgn datangnya masa lalu
Uuuyeaaa :adek:

Baru dimulai ni cerita.
Semoga rl nya dimudahkan biar cepat update.
Udah update yaa

cerita yang beginian biasanya rawan macet. kali ini penulisannya rapi, cara berceritanya juga tampak menarik, moga moga nggak ikutan macet kayak yang lain :adek:
Aamiin, terima kasih byk suhu

Semoga jadi threesome deh... :D
Aamiin in ga yaaa? Hahaha :Peace:
 
Jd inget cerita yg udah tamat. Twist nya luar biasa. Meski sang suami dan istri masing2 sempat menikmati kenikmatan lain. Apakah selingan seperti itu sudah mulai jd khayalan masyarakat skrg ya?
btw suhu, apakah nana masih prewi pas nikah sama iqbal?
 
Jd inget cerita yg udah tamat. Twist nya luar biasa. Meski sang suami dan istri masing2 sempat menikmati kenikmatan lain. Apakah selingan seperti itu sudah mulai jd khayalan masyarakat skrg ya?
btw suhu, apakah nana masih prewi pas nikah sama iqbal?
Pertanyaan saya sama nih, hu.

Terlalu mengalir untuk sebuah fiksi, sepertinya cerita ini buah curhat dari seseorang ke penulis yg lalu dikisahkan kembali di sini...untuk seorang pemula, cerita ini apik sekali...good job, sis.:beer:
 
Jd inget cerita yg udah tamat. Twist nya luar biasa. Meski sang suami dan istri masing2 sempat menikmati kenikmatan lain. Apakah selingan seperti itu sudah mulai jd khayalan masyarakat skrg ya?
btw suhu, apakah nana masih prewi pas nikah sama iqbal?

Ini hrs dijelaskan penulis
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd