Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Kehangatan Bersama Adik Ipar

Amir Sakit 3

Sialan! Akhyar memang sialan, rutukku dalam hati. Bersandar aku di pintu itu. Tegang karena takut ketahuan, membuat detak jantungku menjadi tidak karuan. Nafasku pun ngos-ngosan. Akhyar sialan!

Saat menenangkan diri, aku edarkan pandangan. Ternyata ruang yang aku masuki ini adalah kamar tidur. Ada tempat tidur besi berkelambu, lemari jati yang menghitam warnanya dengan cermin besar di salah satu pintu, dan meja hias. Di depanku, terdapat jendela besar khas tahun 70-an dengan gorden menutup setengah. Daun jendelanya membuka lebar sehingga kamar terang akibat terpaan cahaya matahari yang menyeruak masuk.

Setelah memasang beha dan merapikan pakaian, dengan hati-hati aku mendekati jendela. Melalui gorden, aku mengintip keluar jendela. Tidak ada orang. Hanya pohon-pohon yang merimbun dan beberapa baris tanaman singkong yang meninggi.

Terdengar ketukan dari balik pintu. Sambil meyakinkan diri tubuh ini tidak lagi terbuka, aku tajamkan pendengaran. Jantung pun kembali berdebar tak karuan. Akhirnya,"Ceu, buka."

Karena pintu memang tidak aku kunci, terdorong pintu itu dan kepala Akhyar muncul. Kemudian masuk dia. Masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendeknya, dia tutup pintu dan menguncinya.

"Kolornya ketinggalaaan..."Akhyar mengacungkan celana dalamku. Wajahnya menyeringai geli, sedangkan wajahku memanas. Pasti memerah wajahku.

Puas melambai-lambaikan celana dalamku, dengan penuh kemesraan, dia ciumi celana dalam itu. Sebenarnya mau tersenyum aku, tapi aku tahan. Barang bau seperti itu kok diciumi, pikirku. Aku mendekat untuk mendapatkan celana dalamku itu, tapi Akhyar kembali meninggikan tangannya. Ketika aku menjinjit untuk menggapai celana dalam itu, tangan kiri Akhyar memeluk pinggangku, hingga merapat kami. Dihadapan wajahku, dia lepaskan celana dalam yang dipegangnya. Setelah itu, dilingkarkannya satu tangannya lagi untuk memeluk aku yang membuat aku melupakan celana dalam yang sekarang menggeletak di lantai didekat kakiku.

Dalam pelukannya, selangkangan Akhyar menempel di perutku yang masih terhalang pakaianku. Batang bulat panjang yang masih berada didalam celana pendek itu dia gesek-gesekkan. Makin keras dan membesar kontol itu aku rasakan.

Mendekat wajah Akhyar ke wajahku. Maka mendongak aku untuk menyambut kedatangan bibirnya. Aku pejamkan mata untuk menikmati bibir Akhyar. Dengus birahi Akhyar mengenai pipiku. Satu tangan Akhyar berpindah merangkul pundakku, membuat bibir-bibir kami kian rapat bergumul.

Sambil tetap berciuman, Akhyar memelorotkan pakaianku, lalu diseretnya aku. Hembusan angin menerpa seluruh tubuhku yang kini telanjang, memainkan rambutku yang masih tergelung sementara suara jengkerik lebih keras terdengar dari arah belakangku. Payudaraku melonggar dan beha pun lolos dari tanganku untuk menghilang entah dimana.

Ketika bibir-bibir kami terlepas dan Akhyar mendorong aku menjauh, aku ambil kesempatan itu untuk menoleh ke belakang. Gila! Ternyata aku berdiri membelakangi jendela yang membuka lebar. Untung saja ada gorden yang menghalang.

Menjauh aku dari ambang jendela, tapi Akhyar menahan aku. Dibalikkannya aku menghadap ke jendela. Berpegangan aku pada jendela ketika Akhyar merundukkan aku. Ditepuknya pantatku, diremasnya, dan dielusnya.

Ah! Menjerit tertahan aku karena pantatku lembut dia gigit. Setelah itu dia jilat-jilat, dan dia ciumi. Ciuman Akhyar turun di kedua pahaku. Jari-jari tangannya masuk diantara kedua pahaku, menggerayangi belahan memanjang kemaluan. Mengernyit tubuh ini karena belahan memanjang kemaluan milikku tertusuk jari tangan Akhyar. Lembut diobok-oboknya memekku. Aku pejamkan mataku untuk menikmati itilku yang dia tekan dan elus, tapi aku tahan desahanku.

Terangkat kaki kiriku dan didudukkannya kakiku pada kursi. Masih dengan posisi merunduk dan berpegangan pada jendela, mendesak masuk kepalanya di antara dua pahaku dan kemudian lidahnya menggapai kemaluanku. Dijilatinya kemaluanku. Enak.

Ah! Melenguh aku ketika mulut lelaki itu menempel di kemaluanku. Menjengit aku karena disedot-sedotinya kemaluanku. Apalagi ketika lidahnya menusuk masuk ke dalam belahan memanjang itu dan menjilati itilku. Geli-geli enak.

Akhyar meninggalkan kemaluanku. Berdiri dia. Pantatku dia elus dan diturunkannya kakiku. Ketika aku hendak berdiri, dia tahan aku. Diremasnya pantatku dan kembali dilebarkannya kedua kakiku, lalu menyelinap batang bulat panjang itu di antara pahaku, menempel di area kemaluanku. Maka aku raih kontol Akhyar dan aku arahkan ke ambang lubang kemaluanku.

Ah...! Lenguhanku keluar dan menguat cengkeraman tanganku di jendela ketika batang bulat panjang itu menyeruak masuk ke dalam lubang kemaluan. Lubang kemaluanku pun menjadi penuh.

Menganga lebar mulutku, meskipun tanpa suara, menahan kenikmatan yang aku rasa karena kontol Akhyar mulai beraksi. Maju mundur kontol Akhyar. Kuat-kuat tanganku perpegangan pada jendela karena sodokan kontol Akhyar menjadi kuat dan cepat.

Plok-plok-plok! Bunyi selangkangan Akhyar yang menabrak pantatku terdengar kuat dan berirama. Awalnya sedikit takut aku, takut suara-suara ribut yang keluar akibat persetubuhan kami terdengar sampai keluar kamar, tapi kenikmatan yang diciptakan oleh sodokan kontol Akhyar melenakan aku. Keluar desahanku."Ah-ah-ah."

Kutinggalkan peganganku pada jendela ketika Akhyar memaksa aku berdiri. Rada canggung aku berdiri karena batang bulat panjang itu masih menyumpal di lubang kemaluan. Manakala dia angkat kaki kiriku meninggi, berpegangan aku pada lehernya. Terguncang-guncang tubuhku karena Akhyar kembali menusuk-nusukkan kontolnya, tapi cuma sebentar. Tertarik lepas kontolnya dari memekku, lalu dia turunkan kakiku, dia lepaskan pegangan tanganku di lehernya, sehingga terhuyung aku berdiri.

Disambutnya aku dan dibopongnya aku, tapi,"Hei, hati-hati,"ucapku karena hampir terjatuh aku dari gendongannya. Untung sigap dia. Cepat dia kembali tegak sempurna.

Hanya diam aku manakala dia baringkan aku di tempat tidur. Melengos aku karena Akhyar menurunkan celana pendeknya. Ketika ranjang besi berderit, aku menoleh. Akhyar naik ke ranjang. Berbaring menyamping dia menghadap ke arahku. Dia naikkan kaki kanannya menimpa selangkanganku dan dapat aku rasakan batang keras itu menempel di pinggangku.

"Siapa yang membereskan kamar ini?"tanyaku seraya menahan jari-jari tangannya yang menggelitiki perutku.

"Bude."Jari-jari tangan Akhyar berpindah merabai lereng gunung milikku.

"Kalau makan?"Aku elus pipi Akhyar.

"Bude memaksa aku makan di sini. Jadi aku tambahi saja uang bulanannya."Kini puting susuku yang dia sentuh. Dibelai dan dielusnya, dipelintir dan ditekan-tekannya.

"Mencuci pakaian juga Bude yang melakukan?"Aku biarkan pipiku dia ciumi.

Akhyar menjauhi pipiku. Lalu,"Iya."

Menjengit aku ketika lidahnya tiba di telingaku dan menjilati bagian dalamnya. Selagi aku menikmati cumbuan Akhyar di telingaku dan remasan tangannya di payudaraku, samar aku dengar pintu kamar ada yang mengetuk, tapi Akhyar tidak menghentikan cumbuannya.

Tok-tok! Tok-tok! Terdengar lebih keras ketukan di pintu kamar. Tidak mau terulang kembali kejadian memalukan di ruang tamu tadi, maka aku jauhkan kepalaku.

"Ada yang mengetuk pintu."Aku dorong tubuh Akhyar menjauh."Dibuka dulu."

Dengan sangat berat dia turun dari tempat tidur. Selagi Akhyar mengenakan celana, aku bergeser ke sudut tempat tidur. Selimut aku pakai untuk menutupi tubuh telanjangku dan aku meringkuk.

Pintu membuka. Terdengar percakapan. Kalau tidak salah, itu suara Bude. Aku kian mengecilkan tubuhku. Takut Bude masuk ke kamar dan menemukan aku yang bugil. Syukurlah hanya sebentar mereka bercakap.

Pintu kamar menutup. Akhyar mundur dengan nampan di tangannya. Dia letakkan nampan di atas meja hias.

"Silakan dinikmati, kata Bude tadi,"Sambil berucap, bak pelayan restoran, Akhyar melebarkan tangannya, menunjuk ke arah nampan.

"Ayo, kemari,"ajak Akhyar karena aku belum juga beringsut dari tempatku."Eceu pasti lapar."

Karena aku tetap bersembunyi dibalik selimut, naik dia ke atas tempat tidur dan ditariknya aku. Dibawanya aku turun dari tempat tidur.

"Apa kata Bude, ya, melihat aku berada di dalam kamar ini?"Kurapikan selimut yang menutupi tubuh telanjangku."Apalagi tadi Akhyar memperkenalkan saya sebagai kakak ipar."

"Lho Eceu 'kan memang kakak iparku? Atau Eceu ingin aku perkenalkan sebagai pacar?"

Hi-ih! Dengan gemas kucubit dia dan menjerit dia. Kesakitan karena terlalu kuat sepertinya cubitanku itu.

Sambil mengelus lengannya yang tadi aku cubit, Akhyar berucap,"Tadi aku kasih tahu ke Bude kalau Eceu habis menjaga orang sakit di rumah sakit. Aku ajak kemari biar ada waktu untuk tidur setelah semalaman bergadang. Di rumah banyak orang. Takut tidak bisa istirahat."

"Budenya percaya?"

Ada senyum nakal di wajah Akhyar. Lalu mendekat mulutnya di telingaku dan berbisik,"Bude itu lugu, Ceu. Mudah dikibuli. Hihihi..."

Berkelit tangan Akhyar ketika aku hendak mencubit. Tapi plong dadaku. Lega rasanya.

"Eceu makan dulu."

Kulihat ada dua buah cangkir berisi susu hangat dan satu sisir buah pisang. Pasti enak. Terbit liurku. Rasa lapar menggerogoti perutku. Maka Aku ambil buah pisang itu, membuka kulitnya, dan lalu melahapnya. Sedangkan Akhyar menyeruput susunya.

"Susunya enak."Akhyar mengangkat cangkir di tangannya.

Lalu pandangannya beralih menatap gundukan daging yang tertutupi selimut, dan kembali ia berucap,"Apalagi kalau minumnya sambil meremas tetek Eceu. Susu Eceu 'kan nomor satu."

Aku abaikan guyonan Akhyar. Aku ambil kembali buah pisang dan kembali memakannya. Lapar sekali aku. Sambil menghabiskan buah pisang, aku mendekati jendela yang membuka lebar itu. Mengintip aku dari gordennya. Tetap sepi suasana di luar.

"Ceu,"Akhyar memanggilku dan aku menoleh. Ada buah pisang di tangan Akhyar.

"Pisang ini mengingatkan pada apa?"Akhyar menunjukkan buah pisang yang ada di tangannya kepadaku.

"Ya, pisanglah."

"Kalau begini?"Akhyar menaruh buah pisang di selangkangannya dan pecah tawaku.

Akhyar membiarkan aku merebut buah pisang itu dari tangannya. Buah pisang itu aku kupas kulitnya.

"Begini cara makan buah pisang yang baik dan benar."Sambil memamerkan senyum genitku, buah pisang yang sudah terkupas sempurna itu aku masukkan ke mulutku. Aku kulum buah pisang itu. Dengan perlahan, aku maju mundurkan buah pisang itu dan aku lihat jakun lelaki itu naik turun dengan cepat.

Mendekatlah lelaki itu. Dibawanya aku ke ranjang dan didudukkannya aku di pinggirannya. Buah pisang yang masih dalam kuluman mulutku, dia cabut.

Ketika dibaringkannya aku, cepat-cepat aku telan pisang yang ada di mulutku. Tidak sopan bercinta dengan mulut penuh makanan. Dia lebarkan kakiku yang menjuntai ke bawah dan mendekat dia. Kupejamkan mata ini manakala lidahnya yang hangat itu menjilati memekku; Jari-jari tangannya jatuh di dua bibir memekku dan menguakkan belahan memanjang kemaluanku, membuat aku menjengit karena lidahnya menusuk masuk ke dalam belahan memanjang itu dan mulai mengulik-uliknya; serta terangkat pantatku ketika disedotinya memekku, yang memaksa tanganku meraih rambutnya, mengelusinya dan nafasku mulai tersendat-sendat.

"Akhyar,"panggilku pelan disela deru nafasku.

Akhyar meninggalkan cumbuannya di memekku."Ada apa?"

"Jam berapa sekarang?"

Lelaki itu berdiri di antara dua pahaku yang masih menjuntai ke lantai itu. Jatuh tangannya di pahaku. Dengan heran dia tatap aku. Tapi memang tujuan aku bertanya adalah untuk mengingatkan Akhyar agar dia cepat menyelesaikan permainan ini. Bukannya aku tidak suka atau tidak menikmati persetubuhan kami saat ini, tapi aku harus segera pulang. Ada tanggung jawab aku di rumah.

Seperti memahami maksudku, Akhyar mengangkat kakiku yang menjuntai, lalu digesernya aku ke tengah tempat tidur. Setelah menelanjangi diri, naik dia ke atas ranjang. Masuk dia di antara dua pahaku. Setelah kedua kakiku dia dorong ke depan, batang bulat panjang dan mengeras itu menggesek-gesek kemaluanku.

Aku ambil batang bulat panjang itu dan aku tarik pelan untuk aku benamkan kepala kontolnya pada kemaluanku. Dengan kedua tangannya berpegangan di pinggangku, kepala kontol Akhyar yang bulat lonjong itu terdorong masuk di lubang kemaluan.

Membungkam mulutku karena lubang kemaluanku menjadi sesak. Ketika kepala kontol itu mentok di dalam lubang kemaluan, kedua tangan Akhyar jatuh disisi-sisi tubuhku dan kemudian kontol itu mulai bergerak menyerang lubang kemaluanku.

Lancar kontol itu maju mundur, tetapi ada suara-suara aneh terdengar menemani. Aduh! Ternyata ranjang besi ini mengeluarkan bunyi. Terganggu kenikmatanku untuk menikmati kebersamaan kami pagi ini dalam mencapai kepuasan ini. Semakin cepat batang kontol itu menggagahiku, semakin keras terdengar gerit ranjangnya. Kalah desahanku, kalah pula dengusan Akhyar.

"Ranjangnya berbunyi,"keluhku disela serangan kontol Akhyar.

Aku takut Bude mendengar suara geritan yang dikeluarkan ranjang besi sialan ini. Atau ada tamu yang duduk di ruang tamu sehingga jelas dia mendengar derit-derit beriramanya. Ampun!

"Stop dulu, Akhyar."Panik aku jadinya karena Akhyar tetap mengabaikan ketakutanku. Dengan cueknya, tangan Akhyar berpindah memegangi masing-masing dua kakiku dan kontol itu terus menggagahi kemaluanku, malah kian kencang maju mundur, yang memaksa aku merapatkan bibirku agar desahanku tidak keluar, tetapi ranjang besi ini tetap menjerit-jerit. Kini ranjang besinya menabrak-nabrak dinding kamar. Makin riuh kamar ini, semakin panik pula aku dibuatnya.

Dengan menggunakan kakiku, kudorong dia dan berhasil. Tercabut kontolnya dari lubang kemaluanku dan terduduk dia. Tetapi tidak lama kemudian Akhyar kembali bersimpuh, kembali mengejar selangkanganku. Birahi yang memenuhi kepalanya pasti membuat akalnya sudah tidak jernih lagi. Dia pegang kedua dengkulku dan melebarkannya, sehingga kedua pahaku mengangkang lebar. Dengan posisi yang juga mengangkang, duduk dia di atas selangkanganku.

"Ah!"Menjerit aku karena dengan keras kepala kontol itu menghujam masuk ke lubang memekku. Langsung penuh memekku. Naik turun pantat Akhyar ketika batang kontolnya menusuki lubang kemaluanku. Ranjang besi sialan itu kembali berderit-derit, mengimbangi desahanku.

"Ah!"Kembali aku menjerit karena dengan mendadak batang bulat panjang milik Akhyar tercabut dari memekku.

Terkapar aku dan meninggi dia di antara dua pahaku yang masih mengangkang. Tergenggam kontolnya di dalam pegangannya. Aku hanya bisa melihat kepala kontolnya mengarah kepadaku dan percikan-percikan air hangat mendarat di payudaraku, di perutku, dan di daguku.

Setelah sperma berhenti keluar, berbaring dia di sampingku. Dengan posisi miring menghadap ke arahku, dia ambil daguku dan berciuman kami, meski hanya sekilas bibirnya menempel.

Kualihkan mataku ke jendela. Sinar matahari tidak lagi masuk ke dalam kamar.

"Sudah siang,"tukasku.

Bergeser aku menjauh. Duduk aku. Kuambil selimut dan aku seka sperma yang memenuhi tubuhku. Setelah itu, aku seka pula dada Akhyar yang basah akibat keringat.

"Saya mau pulang."Beranjak aku untuk turun dari tempat tidur.

Setelah berpakaian, aku keluarkan peralatan kecantikan dari dalam tas. Kubedaki pipiku dan memberi gincu bibirku. Kutebar parfum ke tubuhku.

"Ayo, berpakaianlah,"ujarku kesal karena Akhyar masih berbaring telanjang.

Aku ambil pakaiannya dan aku lempar kepadanya. Kutunggu dia berpakaian.

"Kalau tidak mau mengantar, saya pulang sendiri,"ancamku ketika dengan malas-malasan dia berpakaian.

Akhirnya selesai juga Akhyar berpakaian. Dibukanya pintu kamar dan keluar dia, tapi memberat kakiku untuk melangkah. Ada rasa malu menghinggapiku. Apa kata Bude melihat aku keluar dari kamar ini? Harus bagaimana aku ketika bertemu dengan Bude?

"Ayo, katanya mau pulang?"Dengan heran Akhyar menatap aku yang tidak juga beranjak dari dalam kamar.

Aku kuatkan diri ini. Setelah membaca bismillah beberapa kali, aku keluar kamar. Ruang tamu kosong. Menoleh aku ke ruang dalam, pun tidak ada orang. Ringan rasanya dada ini.

"Mau kemana?"tanya Akhyar padaku yang melangkah mendekati pintu luar."Duduk dulu. Biar aku panggil Bude."

Dengan berat hati aku duduk di kursi tamu. Kutaruh tas tangan dipangkuanku. Padahal ini kesempatan untuk tidak bertemu Bude. Akhyar sialan, rutukku dalam hati.

"Tidak sopan pulang tanpa pamit ke pemilik rumah."Akhyar sepertinya mengetahui niatku."Berterima kasih dulu karena sudah dikasih kamar gratis. Hehehe...."

Gondok aku mendengarnya. Ingin aku lempar lelaki itu. Untung saja dia sudah menghilang ke ruang dalam.

Tidak lama dia di ruang dalam. Sendirian dia muncul.

"Budenya tidur,"ucapnya setelah berdiri didepanku."Mau pamit sama Nenek?"

"Tidak perlu."Dengan riang aku berdiri. Lega karena tidak perlu pamit sama Bude."Ayo, pulang kita."

Melangkah aku menuju pintu luar. Ringan sekali langkahku. Setiba di teras, kuhirup panjang udara luar dan melepaskannya. Lega. Berdampingan kami berdiri di teras rumah itu.

"Besok aku libur, Ceu. Malam ini aku tidur di rumah, ya?"

Mengangguk aku.

Digamitnya tanganku dan melangkah kami menjauhi teras rumah itu. Selesai sudah drama hari ini.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd