Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Catatan si Iqbal: Pengemudi Penikmat Perempuan (Update Series)

Stephanie Series: 022 Jadi Saksi (Part 3)​

Mulutstrasi:


Stephanie


Mobil Eksekusi


Kamar Hotel

Meluncurlah kami ke salah satu hotel di bilangan Dago. Sebut saja inter belakangnya continental. Berhubung pengemudi yang membawakannya kali ini bukan aku, rasanya dibawa Stephanie cukup membuat jantung setengah copot. Wanita, posisi panik, membawa mobil MINI Cooper S Countryman bertenaga hampir 200 hp, dengan banyak notif sensor muncul karena antara terlalu dekat dengan objek mobil/motor di depan, atau sudah bahaya. Well, istilah kata kaki kanan tidak sekolah benar adanya kali ini.

Sesampainya di hotel, aku minta Stephanie mencari parkiran basement, Posisi kami tidak dalam kondisi aman untuk berada di lobby langsung drop off, setidaknya untuk dia. Sedangkan aku masih bisa lah sekedar melenggang ke Lobby hotel modal celana pendek dan kaos, palingan diomelin sama satpam kalo dress nya tidak sopan pikirku.

Semua proses check in dilayani dengan cepat, karena aku sudah book lebih dahulu. Akupun ke parkiran kembali, dan memastikan kami berdua bisa ke kamar hotel dalam kondisi agak lebih proper untuk Stephanie. Setidaknya kini ia sudah mengenakan celana jeans pendek dan kemejanya di pakai agak proper. Aman!

Masuk ke dalam kamar, welcome presentation dari hotel ini cukup membuat kami yang tadinya kondisi jantung antara senen-kamis, idup ato mati, jadi lebih chill. Memang ya kabur dikejer orang itu bikin semaput. Ada-ada aja weekend ku dengan kehadiran Stephanie.

Stephanie: Kak, i’m terribly sorry. Aku gak tau malah begini. Tau gitu aku langsung balik ke Jakarta aja..​
Iqbal : Shit happen. Seenggaknya kamu tau dia gak layak kamu perjuangin. Sini2 (kali ini giliran aku peluk dia karena posisinya air mata sudah mengalir dari wajahnya yang syahdu)
Stephanie: Aku gak bisa kak kalo gini. Takut aku..​
Iqbal: Sekarang kamu aman di bandung, seenggaknya sampe besok hp kamu di service. Kemudian pas di Jakarta, kamu block akses komunikasi aja ke dia.​
Stephanie: Bener. Ah brengsek itu laki, pengen aku gampar rasanya…​
Iqbal: Udah stay calm ya.. kita udah aman.​
Stephanie: Iya kak, thanks…​

Kubawa Stephanie pun ke dalam kasur tidur di hotel ini. Kaca kami sengaja buka gordennya, agar langit Bandung di malam hari terlihat jelas.. AC pun kami tak gunakan, karena jujur Bandung saat itu sudah dingin dan ruangan kami tak kalah dinginnya. Hanya pelukan kami dalam kondisi masih berbusana ini, yang menjadi penghangat di malam itu. Dan tak lupa, TV Smart di hotel pun ku setting connect dengan spotify ku, karena balik lagi, harus ada lagu dan musik untuk menjaga mood atau membuat aku bisa dalam kondisi yang aku mau.


Stephanie: lagu apalagi ini? kayaknya hidup kamu kudu selalu ada musik ya?​
Iqbal: hehehe, ini aku punya playlist sendiri buat emang kalo mau tidur. Patokannya kalo di jakarta dengerin radio xxx (sebutannya Br**a)​
Stephanie: Lawas banget masih dengerin radio, spotify juga isinya lagu yang aku gak tau…​
Iqbal: Tapi enak kan?​
Stephanie: Jujur, pinter kamu milihnya hehehe.​
Iqbal: Let’s get sleep, besok aku bakal balik ke jakarta siang, kita bareng aja aku anter ke kosan kamu.​
Stephanie: hmmmm (Peluk stephanie pun makin erat terasa di tubuhku)

Memang aku merasakan kalau baiknya hubungan sesaat aku dan Stephanie ini tidak sekedar hanya sex. Ingat dia baru patah hati. Diselingkuhi pria yang ternyata juga "freak" sampai hack hp-nya. Being nice is the least I can do. Itu pikirku. Lupa sudah tugas riset test drive yang seharusnya kulakukan di mobil ini, tapi masih ada waktu 3 minggu lagi bersamanya, bisa diatur lah.

Akupun mulai merasakan kantuk yang menandakan waktunya tidur. Rasanya energiku habis. Lampu ku sengajakan tidak gelap total, karena aku bukan tipikal suka tidur dengan lampu gelap. Dan kapan lagi aku bisa melihat gadis oriental kuliahan yang memikat mata kini tidur terlelap di sampingku. Cara terbaik menyelesaikan satnite aku.

Entah aku yang terlalu lelah, atau memang situasinya se nyaman itu. Tidurku rasanya memalukan, mengorok kencang (katanya sampai bikin Stephanie sempat terbangun). Namun entah kenapa, kurasakan di satu waktu, degup jantung berdetak cepat dan terasa ada aliran tenaga yang cukup kencang berfokus ke satu area: Kontolku.

Iqbal: ahhhh… Stepphhh, aahhh (mataku masih dalam kriyep2, tapi kulihat tubuh stephanie kini berada tepat depan kontolku dan sedang menjilati dari ujung pangkal sampai ke batang kontol secara lembut)
Stephanie: Eh… bangun beneran, aku kira kontolnya doang… (dan kemudian disinilah ia terapkan teknik deepthroat, sontak nyawaku 100% dan fokusku kembali ke tubuhnya yang sudah siap kujamahi)
Iqbal: kamu tuh… aahhhh gilaaa.. (sedotannya semakin menyentrum impuls impuls di dan seluruh syaraf.. tak bisa aku begini.)
Stephanie; Please yah, aku mau kali ini pakai permainan aku.​


Kubiarkan Stephanie pimpin permainan ini. Sorot parasnya yang syahdu kini semakin terlihat sensual, seakan kontolku adalah kunci kenikmatan yang ia butuhkan saat ini. Dalam posisi blowjob ini, baru kusadari, ia sudah telanjang menyisakan kemeja putih yang seakan menjadi “jubah” nya.

Perlahan tapi pasti, kecupan dan isapan pada kontolku kini bergerak menuju bagian atas. Perut, dada, leher, bibir, sampai kening ku tak lewat Stephanie kecup penuh mesra. Barulah saat ia berdiri, dengan posisi mataku tepat di liang surgawinya, ia jambak kepalaku sampai posisi mengedengah ke atas. Aku tau maksudnya apa..

Stephanie: Lakuin kaya tadi yah plea….shhhh ahhh (saat ini bibir dan lidahku sudah tepat mendarat mencicipi memeknya yang sudah dalam posisi basah)

Kubiarkan jambakan pada rambutku semakin mengencang, tanda permainanku sudah mulai membuatnya panas. Tadinya tanganku semula meremas kedua bongkahan pantatnya, kini sudah mulai mengarah ke memeknya. Kubiarkan 2 jari masuk secara perlahan, sedangkan aku fokus pada gundukan tipis di atas memeknya, serta titik-titik samping memek yang diyakini membuat cewek bisa mabuk kepayang.

Stephanie: Stoopppp ahhhh Stooppp… Jangan bikin akuuu.. Aaaarrghhhhh hah hah hah.. (iya, dia baru saja orgasme dan membuat mulutku banjir cairan surgawinya. Ini sensasi berbeda dari sebelumnya)
Iqbal: Enak?​
Stephanie: Belum! Now enjoy thiss! Ahhh yessshhh (Langsung ia masukkan kontolku ke dalam memeknya dalam posisi WOT namun aku berhadapan dengan wajahnya)


Hentakan WOT yang dilakukan Stephanie memang makin menggila. Diiringi lagu Style - Taylor Swift, ritme gerakan pelan namun sesekali hentakan kuat, menjadi strategi permainan Stephanie kali ini. Agak aneh rasanya ku nikmati tubuhnya tapi ada lagu Taylor Swift, tapi persetan. Goyangan Stephanie gak ada lawan!

Stephanie: Kamuhhhh sukaaaa?​
Iqbal: Best WOT iivvveeee eveeerrr haddddd Steph.​
Stephanie: Kakkkkk…… (tubuhku kini dibanting ke kasur, dan aku dibuat terkesima akan liukan sensual tersinkron yang menjalar dari wajah, toket, sampai ke pinggul dan memeknya).
Iqbal: Kamu kuattt goyangggg giniii? Argghhh (ketika itu hentakannya cukup kencang, mencampurkan sensasi sakit tapi enak secara bersamaan)
Stephanie: Dogggg… Doggy akuuhhh ya pleasseeee….​

Kini posisi berganti doggy, tapi sengaja aku arahkan tubuhnya merapat ke mini bed yang menempel dengan kaca hotel yang menampilkan langit Bandung yang semakin bercahaya oleh bintang di langit dan lampu-lampu temaram dataran Bandung. Kugoyangkan tubuhnya hingga ada di momen baik wajah dan toketnya menempel pada kaca di hotel itu. Dengan kondisi lampu hotel yang tidak sepenuhnya mati, mungkin saja orang bisa melihat dari luar. Dan…

Stephanie: Fuck. Stop! (Stephanie pun langsung menunduk dan mendorongku mundur)
Iqbal: Kenapa? Ada yang liat? (Kaget rasanya didorong begitu)
Stephanie: Kayaknya. Aku kaget aja sumpah.. (tapi tangannya seakan mencari kontolku, dan benar saja ia arahkan kembali ke memeknya. Sehingga kini gayanya missionaris)
Iqbal: Okayyyyy.. lanjut ya.​

Mampus. Andai terlihat pun, semoga tidak sampai membuat telepon kamar hotel berdering.

Ah, lanjut… Sang bidadari di depan mataku kini harus kubuat tamat dalam kenikmatan. Genjotanku secara tak sadar mulai tak terkontrol. Permainan lidah dan bibir kami semakin panas. Dan mulai kurasakan kedutan kedutan yang mulai terasa keras, seakan menandakan ini waktunya “keluar”

Iqbal: Steppphhh Akuu gakkk kuattt..​
Stephanie: Kencengggiinnn kak…​
Iqbal: Aku gak kuat.. Arrghhh Argghh Argghhhh (ya, aku keluar duluan kali ini, dengan posisi masih menggenjot memeknya secara intens)
Stephanie: Bentar lagi kaaakkk. Please Teruusss.. Shiiitttt I’m comiiiinggg tooo (tepat saat kurasakan aku sudah tidak keluar, giliran stephanie keluar dan benar-benar terasa banjir di memeknya)

Baru sejenak kami bernafas dan saling tatap penuh kepuasan birahi, telepon hotel berbunyi. Semoga saja bukan complain.

Cukup cepat Stephanie beranjak dari mini bed itu untuk meraih telepon. Ternyata, Stephanie baru saja pesan makanan di ojek online dan baru sampai makanannya.

Stephanie: hehehe, orderan makanan kita nyampe. Untung bukan komplen kita ngewe depan kaca ya. Bandel sih (sembari dicubit dadaku)…​
Iqbal: Awww. Ya anggep aja bagi rezeki sama yang liat, kaget sumpah tadi pas kamu dorong.​
Stephanie: Lagian! Udah ah, rapih2 kita, aku minta diantar soalnya ke kamar.​

Baru Stephanie ngomong begitu, sekitar 2 menit sudah ada kring-kring dari bell di kamar kami. Untung aku ngumpet ke kamar mandi, membersihkan sisa-sisa kenikmatan ku dan dia. Stephanie cuma menggunakan bathrobe dan mengurus makanan di depan. Seusai kami mandi dan bersih-bersih, makan “kemalaman” menjadi hal terakhir yang kami lakukan di hotel malam itu. Jujur sepertinya energi kami sudah pol habis. Jangan paksakan sesuatu yang sudah di ambang batas.

Stephanie: Kalo aku single, kamu mau sama aku?​
Iqbal: Hah? (tersedak sesaat). Kamu mau jawaban jujur apa diplomatis?​
Stephanie: Terserah. Tapi aku rasanya udah tau jawabannya..​
Iqbal: Kecepetan kalo dalam semalam kita langsung menjalin status, belum kita beda agama loh. Apa kita gak jadi friends with benefit aja? Still friend, but have sex.​
Stephanie: Yakin kamu relain aku buat cowok lain?​
Iqbal: Kalo itu terbaik buat kamu, gass. Tapi jangan khawatir aku tetap ada disini. Minimal jadi shadow ato bantalan kalo ada apa2.​
Stephanie: I’ll consider it. But I'm lucky to have you tonite kak Iqbalku...​

Kami pun kembali tertidur, terlelap hingga pagi datang. Agak sial karena kami bangun jam 8:30, yang berarti area breakfast sudah penuh. Tapi ya gas terus lah, buffet disini gak boleh dilewatkan.

Setelah breakfast kelar, ku kontak penjaga rumah untuk mengupdate situasi apa heboh-heboh terjadi semalam ketika “mantan” Stephanie datang. So far, terkendali katanya. Ada tetangga dan satpam juga yang tau-tau ngerubungin karena bikin rame malam-malam. HP-nya pun masih ditangan satpamku, dan aku minta segera bawa ke BEC, diperbaiki secara cepat dan pastikan saat recovery datanya masih ada semua. Setahuku pengerjaan software tidak lebih dari 2-3 jam. Minimal keluar hotel kita ke BEC sebelum balik ke Jakarta.

Memasuki kamar hotel, Stephanie meminta waktu untuk tidur lagi. Yahhh, padahal baru saja ingin ku sergap wanita cantik ini, mumpung morning sex kan. Tapi okelah, tugasku memastikan ia terbangun jam 11 siang.


Tepat jam 11 ku bangunkan Stephanie, kami pun memilih mandi bersama sebelum check out. Tapi dasar kontolku tak tau waktu, kami mandi saja ia sudah kembali tegak melawan gravitasi ingin segera kembali menggoyang memeknya…

Ah, persetan. Sange ku sudah diubun-ubun. Tepat saat Stephanie hanya mengenakan handuk seusai dari bathtub, aku goda tubuhnya dengan segera mencari kedua toketnya yang sejujurnya tak muat kugenggam saking besarnya..

Stephanie: Udah minum susu di buffet, ehhhh dia nyusu juga disini….​
Iqbal: Enaaakk abis mandi juga, masih segerrr​
Stephanie: Mau coba sesuatu gak? duduk disitu..​

Oke, aku duduk di kursi kecil. Di depanku, terlihat Stephanie yang membasahkan tubuhnya sejenak dan menaruh entah cairan apa, sepertinya antara body lotion or sabun or apapun itu, ke dalam belahan toketnya yang indah..

Stephanie: Cobain ya.. Muah (kiss manis ia daratkan pada pala kontolku, sebelum kemudian giliran toketnya memberikan “pijatan” pada khas titfuck)
Iqbal: Aduhhhh Ahhhh Fuckkkk​
Stephanie; Seneng banget kak mukanya. Enak dipijet gini?​
Iqbal: Hahhh Hahh Hahh.. Ampuunnn Stephh​
Stephanie: Enakan di mainin tangan? Pake lidah? Ato pijet begini… (3 hal itu ia praktekan bergantian, seakan menyuruhku memilih mana terbaik membuatku crot keluar)
Iqbal: Semua samaaahh… Ini kaloo keluarrr aku kemana? Hahh hahh hahhh…​
Stephanie: Udah mau ya? Dikit lagi yah tahan kak..​

Oh benar-benar sensasi diubun-ubun. Pala kontolku dijilatnya lemah lembut, tangan kanannya intens mengocok kontolku, dan tangan kirinya memijat kedua peler di bawah itu. I'm feeling it coming..

Tanpa aba-aba kontolku memuncratkan sperma cukup kencang, meski sepertinya secara load sudah tidak sebanyak kemarin. Dengan sigap, mulut Stephanie menerima hujanan sperma yang mengalir pada mulutnya. Lagi-lagi, habis dalam mulutnya secara tak tersisa.

Stephanie: Kalo cuma buat nelen kamu, aku kuat berkali2. Masih enak, gak kaya cum-nya perokok ato yang biasa mabok.​
Iqbal: Siappp Steph… Semoga masih ada tersisa..​

Beres mandi, kami pun check out dan meluncur ke BEC sebelum menuju ke Jakarta. Mungkin ini benar rasanya tahta tertinggi yang ada di hidupnya Stephanie. Romantic. Sudah lama rasanya ku tak rasakan sensasi ini. Tapi, tak yakin rasanya aku mencoba ke ranah yang bikin hidup aku sempat berantakan selama 2 tahun di 2016-2018.

Stephanie: Kak, diem aja di jalan. Gak nyaman?​
Iqbal: Aku konsen di jalan, plus disenderin kamu beda banget rasanya.​
Stephanie; Makanya, yakin aku mau dikasih ke cowok lain? Muah! (meluncurlah pipi genit yang bikin jantung deg-deg an).

Sampai di BEC, kami ketemu dengan penjaga di rumah yang standby menunggu perbaikan software dan system di HP Stephanie. So far teknisinya menjamin data bisa di recover kembali, tinggal cek nanti. Proses pun berlalu setelah lunch bersama, dan kamipun lanjut ke Jakarta. Sempat kami arahkan mobil melipir di rest area, untuk isi bensin, beli stok makanan, dan yah standar ke rest area lah ya. Sampai…

Stephanie: Aku boleh gak nyetir gantiin kamu sampai jakarta? Cape banget loh kamu..​
Iqbal: Yakin? (lebih ke takut sih karena gaya nyetirnya sih)
Sqbal: Atau.. (Stephanie melirik kanan kiri parkiran rest area). Aku turun ke bawah nih…​
Iqbal: Ehhh gak pake aba2.. auuhhhh (Cepat rasanya kontolku kini keluar dari sarangnya, dan sudah lahap disantap oleh nya)
Stephanie: Kali ini aku minta cepet keluarin ya, gak aman nih..​

Waduh! Di BJ dengan “ancaman” seperti itu, belum dengan situasi yang bikin deg-deg serrr. Ampun. Untung BJ yang dilakukan Stephanie tak terkontrol, ya sekalian pertahananku lepas sekalian.

Sambil ku remas-remas toket menggemaskan di balik bra-nya (kali ini dia menggunakan tank top sehingga lebih mudah ku akses toketnya), isapan dan gerak BJ nya semakin liar.. Baru saat tanganku ingin mencoba meraih memeknya, Stephanie mengunci tanganku untuk hanya bermain di toketnya. Wah rasanya itu toket makin keras saja, mungkin “sebel” sudah disiksa berkali-kali olehku.

Iqbal: Stephh.. Stopp.. Akk Ahkkk Ahkkkkk (ya lagi-lagi keluar di mulut, ditelan dan dibersihkan kontolku secara telaten olehnya)
Stephanie: Yah udah stok sisa nih, hahaha. Udah ya kakak Iqbal yang gemes, jangan minta lagi, udah abis tuh stoknya.​
Iqbal: Aku apa kamu nih yang minta?​
Stephanie: hehehe, aku yang pengen si. Let’s go!​

Singkat cerita, kuantarkan Stephanie sampai ke depan kosannya. Sampai tahun 2020, praktis aku berfungsi sebagai “FWB” nya. Hadir saat dia dan atau aku lagi sange, membantu Stephanie dalam studi sampai lulus kuliah, serta menjadi salah satu “mata-mata” terhadap pria-pria yang mendekatinya. Even cerita saat dia habis ML dengan pria manapun turut menjadi cerita “ranjang” kami. Tiada kecemburuan. Hanya gelora nafsu adam dan hawa. Sedikit rasa sayang juga, tapi tak sampai ingin memiliki.

Sampai di akhir tahun 2021, Stephanie memilih menikah dengan pria pilihan keluarganya. Seagama, Chindo Bandung, Ekonomi jauh diatas aku (new rich kids di PIK, maklum), dan secara penampilan juga cukup atletis dan manly (apa jangan-jangan dia ???).

Setelah menikah, 3 bulan berikutnya Stephanie bersama suami memilih pindah ke Chicago, USA. Ceritanya urusan bisnis. Dan disinilah perpisahan kami pun terjadi.

***

Januari 2023, hidupku menjadi fluktuatif. Aku masih dalam tahap membangun bisnis startup yang menuju titik sustainable. Ada masa aku sampai bekerja 2 job (nanti akan ada di cerita ini, masih dalam tema berkendara), sampai aku harus kehilangan calon istri karena satu dan lain hal. Banyak drama lah

Telepon WA masuk, nomor US. Siapa ini?

Stephanie: Iqbal,... ini aku Stephanie.​
Iqbal: Hey, apa kabar? Bisa yah udah di US ngilang gak ngasih kabar.​
Stephanie: Aku di Jakarta. Bisa kita ketemu? Aku butuh ketemu kamu segera.​
Iqbal: Okay.. Baik-baik aja kan semuanya?​
Stephanie: Just.. Come here. I’ll share the loc to your whatsapp. (okay disini suaranya sudah tak terkontrol)
Iqbal: Brangkat!​

(Bersambung)​
NEXT


Note penulis: FYI ceritanya karakter Iqbal dan Stephanie sebentar lagi bakal ane closing di episode berikutnya. Tapi tenang, bakal ada perjalanan Iqbal berikutnya yang semoga makin menarik ya. Mohon bersabar :)
 
Terakhir diubah:
ok gas ok gas
Lanjut suhu jangan sampai putus...
Lanjutt...
Thanks update hu
Nice story
Terima kasih suhu2.. Semoga seneng sama ceritanya

Driver premium dapet to premium. Good job 🤤
Yep. Masih bakal banyak cerita-cerita lain dari Iqbal si pengemudi penikmat perempuan hu..

Mantap bener ..lanjut
Mantappp suhuuu
menunggu kelanjutannya
Siap hu ditunggu saja yaa.. Kalo gak ada halangan bisa panjang ceritanya dengan cewek-cewek lainnya

dari namanya aja kok kebayang binalnya. wkwkwkwk
Hehehe memang Stephanie berbahaya huuu...

menarik untuk di tunggu kelanjutan nya
Thank you suhuuu dalam waktu dekat akan rilis lagi
 
Bimabet
Note penulis: Yuhuuu akhirnya ane bisa menyelesaikan series perdana dari perjalanan seksual Iqbal. Karena setelah melalui pertimbangan, edisi penutup Stephanie Series ini harus ane kembangkan jadi 2 part, karena saking ane keasyikan menulis mengembangkan momen pertemuan terakhir Stephanie dengan Iqbal, sekaligus mencoba menampung ide-ide dari para suhu yang ada DM atau komen di thread. Langsung 2 part ane rilis malam ini ya, Enjoy!


Stephanie Series: Malam Terakhir di Jakarta (Part 4)​

Mulutstrasi:


Stephanie


Mobil


Rooftop Bar


"Office" Kemang

Setelah pernikahannya di 2021, Januari 2023, Aku bertemu dengan Stephanie di Sk*e, sebuah rooftop bar yang ada di kawasan Jakarta Pusat. Tempat ini menjadi lokasi terakhir aku berdiskusi soal semua persiapan Stephanie dan suami menuju jenjang pernikahan. Ya, vendor, MC, live music sampai ke urusan bridal dilakukan oleh tim WO dan agency yang aku rekomendasikan karena aku ada andil saham disitu. Dan setidaknya aku memastikan pernikahan Stephanie sesuai dengan mimpinya. Aku rasa tugasku cukup keren disini! :p

Kini suasananya terasa beda. Ada getir suara berat kurasakan di telepon itu. Entah menahan tangis, atau terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan, tak ada yang tau. Dan sunset Jakarta juga sedang dalam kondisi gloomy, tidak ada sisa-sisa matahari tenggelam yang kurasa bisa terlihat dari langit rooftop bar tersebut. Bakal ada cerita sedih nih.

Kularikan si mungil Wuling Air EV menuju lokasi tersebut. Gegara mobil “bom-bom car” ini, ganjil genap bebas jadi gaskeun. Parkir juga cukup strategis karena bisa di area yang ada charger listrik. Yang penting, cepat sampai. Jarang-jarang nih bidadari dari USA mau pulang ke Jakarta yang …. Aukdah.

Stephanie: Text WA Masuk -> Udah dimana?​
Iqbal: Send Voice Note -> Masuk parkiran. Give me 5-10 mins.​

All good! Aku pastikan tampilan aku dalam kondisi terbaik. Outfit casual karyawan SCBD kalo kata anak-anak jaman sekarang.


Masuk ke area bar Sk*e, aku yang sudah segar (soalnya abis dari toilet, si penting dibahas haha) siap menyambut Stephanie yang kini duduk di sebuah seating area dekat dengan pool yang ada disitu. But the vibes are something different now.

Stephanie: Iqbal… (memelukku sangat erat, antara terlalu kangen sama terlalu sedih beda tipis nih) Thanks for coming.​
Iqbal: Steph, kamu gapapa?​
Stephanie: Enggak. Kacau.​

Tanpa basa basi, Stephanie menceritakan apa yang terjadi padanya selama di Chicago, dan efeknya terhadap dia, pasangan, keluarga kedua belah pihak.

Intinya, tebakan aku benar bahwa suaminya Stephanie gay. Kepergian Stephanie ke USA bersama suami, selain urusan bisnis, memang karena pacar suami Stephanie di sana. Kepergok lah intinya mereka di gay bar dan the rest is history.

Sialnya, di Indonesia kedua belah pihak keluarga ini ingin segera memiliki keturunan (kalo gak salah jadi cucu pertama). Stephanie harus cepat hamil kalo nggak life support di USA dicabut, mereka harus balik ke Indonesia. Bangkenya, suami Stephanie ini gak mau balik ke Indo. Dan maksa Stephanie gimanapun caranya harus hamil, karena dari pihak suami klaim bahwa sudah di test segala macem kondisinya subur dan fit.

Iqbal: Lah babik ni cowok. Pasti gak bisa hamil lah, lakinya aja demen kontol. Ya sampe "mentari terbit di utara" juga gak bakal hamil lah.​
Stephanie: Bentar, Kahitna banget referensi kamu? (tipis ketawa nih Stephanie, boleh lah). Yah.. itu yang bikin aku gila. Mau marah sama keluarga, tapi what can i do?​
Iqbal: Cerai. Be fair, harus terbuka sama semuanya. Yakali kamu nikah sama pria boti begitu.​
Stephanie: Makanya aku ajakin nikah sama kamu, kamunya pragmatis banget.. Jadinya aku nikah sama cowok gay..​
Iqbal: Tapi agak kurang ajar nih nanyanya, (sambil berbisik) kamu gak di anal kan? takutnya biasa jalur belakang tuh topita botita…​
Stephanie: HUAHAHAHAHAHA. Epic epic epic.. (Sontak ketawanya heboh, lumayan dilihat orang-orang, dan kayaknya alkoholnya sudah mulai kebanyakan si)

Daripada brabe gak bisa di kontrol lagi, okay kuajak dia keluar dari SK*E. Aku tanya sementara stay di mana, apa mau diantar ke rumah keluarganya? Ternyata dia tinggal di hotel bintang lima yang lokasinya masih sekomplek dengan SK*E dan mall Gran* Indo**sia. Tapi permintaan dia, mampir melihat tempat aku tinggal sekarang. Ceritanya “How’s life, Iqbal?”

Stephanie: Hah, seorang Iqbal, pakai mobil listrik mungil begini? Gak salah?​
Iqbal: Yah biar bebas ganjil genap kali. Yuklah masuk.​

Kubawa Stephanie melewati Jakarta dengan kemacetannya yang kita paham saja yah, gak ngotak. Dari bilangan Jakarta Pusat, aku meluncur ke "office" di Kemang, Jakarta Selatan. Bisa dikatakan ini adalah rumah yang ku sewa untuk office start up aku. Setidaknya lebih aman karena ya semua fasilitas ada. Sering bahkan aku tidur di sini, secara sudah ada swimming pool, jacuzzi, bathtub, pintu smart security, satpam 24 jam, bahkan setiap hari panggil tukang masak. Hemat!

Stephanie: Yakin kamu bisa kerja disini? Ini sih tidur sama main-main yang ada.​
Iqbal: Investornya kasih tempat disini, ya nurut aja. Malah kadang karyawan pada tidur disini.​
Stephanie: Eh gimana?​
Iqbal: Iya biar hemat ini tempat kadang jadi office sekaligus rumah mereka. Tapi kan ya lagi pada cabut, besok weekend juga, makanya gak ada siapa-siapa selain satpam sama mbak yang tinggalnya di area depan yang terpisah sama gedung ini.​
Stephanie: So fancy ya.​

Kuajak Stephanie tur keliling kantor yang kosong ini, sembari aku terus cerewet. Jaga-jaga kalau misal ternyata Stephanie malah makin ambruk, sementara masih sober menuju tipsy, enggak sampai mabok. Jangan sampe deh!

Masuk ke ruangan kerjaku, disana hanya tersedia sofa, meja kerja untuk aku dan 3 senior level yang penting di startup aku. Tidak ada TV disini, tapi hanya sepasang projector dan speaker Bang Olufsen Beosound 2 yang menjadi penghibur di waktu suntuk, atau jadi speaker saat gmeet dengan banyak orang.

Stephanie: Sini iPad kamu, pinjem dong. Udah connect kan? (dia mainkan apple music yang langsung terconnect ke speaker di ruang office-ku)
Iqbal: Gih pake, aku bentar dulu ya wrap up beberapa pekerjaan. Nanti aku anter balik ke hotel.​


Ketika Stephanie konsen dengan iPad, ada satu momen dimana ia tertegun. Iya, dia membuka galeri di iPad, dimana ada sebagian foto-foto dirinya masih tersimpan. Baik dalam kondisi sadar, maupun dalam kondisi sedang beradu seksual.

Sekalipun di hidden, Stephanie masih bisa buka kok. Sebab iPad ini hadiah dari Stephanie sebelum dia menikah. Jadi Face ID-nya ya kami berdua.

Stephanie: Kenapa masih disimpan? Iqbal, gak lucu deh foto2 video kita kamu masih simpen.​
Iqbal: Yah orang-orang penting di hidup aku rasanya patut aku simpen disitu. Kalo dilihat ada orang lain juga sih, tapi gak sebanyak kamu..​
Stephanie: Iya, aku liat juga nih foto mantan tunangan kamu yang untungnya batal. Tapi, kenapa foto kita dari jaman aku kuliah masih ada disini?​
Iqbal: Why not? Kalo gak suka hapus aja.​

Wajah Stephanie pun mulai murung lagi. Wah, salah pergerakan bung sepertinya. Baper dah nih cewek.

Ku hampiri dia di sofa, just to be side with her, sampai kemudian kecupan panas (plus sedikit efek alkohol) menghampiri bibirku.

Stephanie: Bisa gak sih kamu aja jadi suami aku?​
Iqbal: Steph, jangan gila deh kamu. Gak mungkin aku jadi selingkuhan istri orang.​
Stephanie: Udah Iqbal. Please, kalo enggak aku gak mau ketemu kamu lagi.​
Iqbal: Yakin? Bisa gak kita waras dikit aja. Kita punya waktu indah bertahun-tahun, tapi pernikahan kamu sakral Steph. Aku gak bisa jadi selingkuh,....​
Stephanie: Mmpphhh… then just fuck me like you used to. For tonight..​

Disinilah, memori pergumulan birahi antara aku dan Stephanie kembali memutar cepat di kepala. Runtuh pertahanan aku jika yang Stephanie butuh adalah sex. Terlebih, saat itu Stephanie datang dengan dress Givenchy yang benar-benar menggoda. Seakan melihat outfit office yang biasa dipakai karakter Donna di serial Suits (yang tau-tau aja)

Sentuhan rabaan Stephanie pada area celanaku membuat kontolku langsung cepat bangun, seakan ingin keluar dari celana ini. Blazer dan kaosku sudah terbuka saat aku dan Stephanie saling berciuman, tak lupa kubuka dress-nya yang hanya menggunakan 1 tarikan tali di belakang.

Oh Tuhan, tubuh ini sangat kurindukan.

Tetap dengan bongkahan toket yang sempurna dan firm melebihi size tanganku, tubuhnya kini memang sedikit berisi tapi masih tak jauh seperti saat-saat dia tinggal di Indonesia. Tunggu, kok langsung toket? Ternyata dia tidak menggunakan bra di balik dress ini. Turun lagi semakin telanjang, kini kami hanya tersisa boxer dan g-string.

Stephanie: Aku boleh kan kangen sama (menunjukkan tangan ke arah kontolku).. Hmmpppp Slurrppphhh (yak kembali kontolku disantap habis-habisan oleh Stephanie, seakan layaknya anak kecil yang baru buka puasa pertama kali)
Iqbal: Ahhh Steph, kamu barbar banget malem ini.​
Stephanie: I’m your bitch Iqbal! Pake aku sebebas kamu mau malam ini.​


Sofa panjang yang menjadi saksi bisu kerinduan seksual kami sejatinya cukup fleksibel untuk aku bergeser posisi. Alhasil, kucoba arahkan tubuhku di posisi 69, dimana aku dibawah siap menyantap memeknya, dan dia masih terfokus pada kontolku yang sudah membesar tegak.

Sekilas aku melihat sebuah tattoo bertuliskan SI. Ah nanti saja ku tanya, jarang-jarang Stephanie di tattoo.

Stephanie: Ahhhh.. Kamu kangen… arhhhh mmmpphh​
Belum sempat dia selesakan kalimatnya, mulutku sudah bermain di memeknya. Mencoba mengeksplorasi lubang surgawinya, tangan dan lidahku saling berkolaborasi menciptakan sinyal-sinyal ledakan hasrat seksual yang memungkinkan adanya orgasme diantara kami. Aku fokus jilati memeknya, dia fokus emut dan kocok kontolku.

Stephanie: Jangan bikin aku keluar sekarang pleasee… Masukin aja tolong…​

Akupun menghentikan peraduan kami, untuk meraih tasku di pojok dekat kursi kerjaku untuk mengambil kondom yang aku biasa stok. Baru saja ingin ku ambil kondom tersebut, Stephanie mendorongku duduk ke kursi, dan.. ya bisa ditebak. Dia WOT aku dengan kondisi lagi-lagi tanpa kondom.

Iqbal: Auuhhhh kok sempit bangett. Sakitt… (memang kurasakan sedikit sakit, entah karena kita terlalu semangat, atau memang memeknya tak se-fleksibel dulu)
Stephanie: Udah lamaaa kamuuuu gak samperin sayanggg… (disini gerakan pinggul dan WOT yang pada masanya selalu beritme, menjadi brutal sejak pertama masuk)
Iqbal: Oh fuck.. Memek kamu gak ada lawan Steph.. Best pussy i’ve ever fuuukkkk ohhh…​
Stephanie: Kanggeennn ngeweee kamuuu…​

Sejujurnya hampir sedikit lagi pertahananku jebol, tapi ada satu hal yang belum pernah aku lakukan. Mumpung ini di ruangan kantor aku, kenapa gak sekalian coba office sex layaknya di bokep-bokep?

Oke, kuhentikan goyangan Stephanie, kuarahkan tubuhnya ke meja yang entah kemana isinya semua, dilempar lah intinya. Ku jilati memeknya yang terbuka lebar di depan mataku, sembari tanganku bermain di kedua toketnya yang masih firm dan indah seperti pertama ku eksekusi. Dan kini giliran kontolku yang siap menghajar memeknya dengan pertahanan tersisa, siap untuk dimuntahkan secara brutal…

Stephanie: Ohhh Jeeezzz.. Kontol kamu masih enak kaya dulu.​
Iqbal: Suka? Aku cepetin bolehhhh?​
Stephanie: Please Hhhhh​

Makin brutal, goyangan ku sudah tak beritme, fokusku hanya satu. Crot. Ku coba stimulasi tubuhnya dengan mencicipi pentil dan meremas toketnya yang masih kukagumi sampai sekarang. Tangan Stephanie pun tak kalah bergerilya memberikan janggutan di kepala, sampai agak sedikit mencakar di punggungku.

Kini ku balikkan tubuhnya dengan posisi doggy style. Kupercepat goyanganku, berharap peraduan nafsu kami berakhir segera. Bukan apa-apa, ini tempat office plus kadang jadi “kosan” karyawan. Amit-amit kami ketahuan, kan gak lucu..

Stephanie: Akuu mauu. Cepetin Pleasseeee…​
Iqbal: Barengggg aaarrghhhh…​

Akh, sukses. Kami berhasil keluar bareng juga. Dan tidak terlalu lama peraduan selangkangan kami terjadi, sehingga if shit happen. Masih bisa ku kendalikan..

Stephanie: Enak kan crot bareng lagi?​
Iqbal: Kamu tuh ya… Tau banget lemahnya aku (sambil ku cium bibirnya yang sukses membuat kontolku setengah terbang ke surga)​
Stephanie: I. Need. Sex. Udah 3 kunci itu aja kalo mau bikin kamu nurut sama aku.​
Iqbal: Iyadeh iyaaa…​

Aku dan Stephanie segera bergegas ke kamar mandi, setidaknya membersihkan diri dari sisa percintaan yang kami lakukan. Tak lupa aku melihat ada cakaran merah di punggung, yang semoga saja, gak berbekas. Maklum, baru kali ini ngewe sampe di cakar-cakar, boss!!

Lagi-lagi Stephanie memancing libido pria ini menuju level yang barbar. Diambilnya kemeja yang tergantung di lemari di belakang mejaku, dan dia gunakan langsung tanpa bra untuk menutup gunung indahnya.

Nyeplak, sudah pasti.
Tapi kemeja + Stephanie?
Lemah aku!


Oke sedikit intermezzo, sebenarnya satpam dan pembantu di “office” kita punya rules bahwa diatas jam 9 malam, dilarang akses masuk ke ruang gedung utama, hanya sekedar pintu depan baik itu untuk anter barang atau order makanan. Praktis, ruangan di office sebenarnya aman kosong sampai seenggaknya jam 6 pagi untuk bersih-bersih.


Jadi, saat Stephanie tau-tau keluar dari ruang kerjaku dan pergi ke lantai dasar, harapanku cuma satu. Jangan sampai ada karyawan yang tau-tau masuk ke area kantor. Udah itu aja.

Datang ke ruang makan, diambilnya makgeolli yang tersimpan di kulkas. Tanpa perlu komando sama sekali, kini ia berubah menjadi chef memasak stok yang ada, sialnya cuma sisa french fries, sosis, dan nugget. Yaudahlah ya.

Sejenak imajinasiku melayang, membayangkan Stephanie yang semula agak tipsy di SK*E, kini segar dan sedang memasak di depan aku. Kalo dia seagama, fix istri sih.

Stephanie: Aku boleh tanya gak?​
Iqbal: Ehh iya gimana tuh?​
Stephanie: Jacuzzi sama swimming pool di luar bisa dipake?​
Iqbal: Bisa sih, tapi.. Jangan gila ya kamu…​
Stephanie: Wleeee :p

Masakan sudah jadi, langsung dong Stephanie lari ke kolam renang di belakang rumah. Wah gila juga ni chindo balik dari Chicago. Ya jadinya aku bawa lah snack yang dimasaknya, termasuk sama makgeolli kami yang rasanya sudah ¼ dihabiskan dia sendiri.

Mampus gue! Bisa-bisanya Stephanie langsung nyebur di kolam renang belakang office kita. Patut dicatat, dia berenang hanya mengenakan g-string. Di jam 11 malem, kemang lagi dingin. Lagi-lagi, semoga gak ada yang liat please.

Stephanie: Nyalain jacuzzi-nya dong, dingin gila ni kemang jam segini​
Iqbal: Ya iyalah, lagi ngide main nyebur gitu. Bentar aku setting dulu. Kuat-kuat dah berenang disitu.​

Sesudah suhu air di Jacuzzi menuju titik hangat yang optimal, kusuruh Stephanie berpindah ke Jacuzzi. Tak lupa, lelaki bodoh ini juga ikutan karena bagaimanapun Jacuzzi di malam hari itu stress releaser.

Stephanie: Ahhh enak juga nih Jacuzzi. Pantes kamu milih tinggal disini akhirnya​
Iqbal: Iyalah, anggep aja kaya penjaga rumah di dalem, dipastikan barang aman dari siapapun.​
Stephanie: Iya. Siniin dong makanan sama makgeolli-nya.​
Iqbal: Siap boss (kuarahkan tubuhku mendekat ke Stephanie)

Ditengah ngemil dan menghabiskan makgeolli yang kadar alkoholnya minim, muka Stephanie jadi makin memerah. Semoga tidak mabok please..

Iqbal: Muka merah amat kaya lobster direbus. Gak mau balik ke kamar aja?​
Stephanie: Enak ah disini, anget juga.​
Iqbal: Baiklah.. Anyway, boleh tanya gak? Tattoo Si itu artinya apa? Kan kalo di bahasa spanyol artinya “ya”​
Stephanie: Itu... Inisial kita.​
Iqbal: Gimana-gimana?​

Belum sampe aku men-follow up pernyataan yang keluar dari mulut Stephanie, terdengar suara mobil masuk ke area kantor. Sialan, ada orang masuk kantor.

Stephanie: Eh gimana nih?​
Iqbal: Udah kamu ke kamar bilas disitu, kunci dulu. Ada handuk di dalem lemari. Sampai aman disitu dulu ya…​

Hadeeeeehhh

(Bersambung)​

NEXT
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd