Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Cewek Liar

Status
Please reply by conversation.
Hot Tape

‘Cupphhss... aahhhh... ssshhh...’ suara desahan memenuhi sebuah kamar mewah. Saat ini aku sedang bercumbu dengan seorang pria yang lagi-lagi, seumuran dengan orangtuaku. Bisa dibilang saat ini aku sedang memenuhi panggilan klienku. Sebenarnya aku tidak berniat menjadi seorang ‘gadis bookingan’, tetapi bersenggama sepertinya telah menjadi candu bagiku. Beruntung hanya pak Alex, satu-satunya orang yang kupersilahkan untuk membookingku ‘secara resmi’.
‘Aaahhhss... ssshhhh...’ sambil berciuman, tangan pak Alex mulai menggerayangi tubuhku. Digenggamnya kedua payudaraku dari luar segaram SMA yang kupakai ini.
Tiba-tiba pak Alex menghentikan cumbuannya, dan memperhatikan tubuhku dengan lebih seksama. “Kenapa sih pak?” tanyaku dengan nada manja.
“Engga apa-apa, cuma, makin lama kayaknya bapak makin terpesona aja sama keseksian miridku ini. Hehe.” ucapnya gombal.
“Bisa aja bapak, ihhh. Kan Sasa rajin olahraga di rumah” ucapku menekankan kata ‘olahraga’.
“Jadi kamu juga sering ngentot di rumah?” duga pak Alex.
Malu-malu, aku hanya menggigit bibir bawahku sebagai jawabannya. “Ck... ck... pantes aja badan kamu makin seksi.” ucapnya memujiku. “Bapak jadi penasaran, jangan-jangan kamu main sama papa kamu sendiri?” tanyanya lagi mengintrogasiku.
“Emmm... engga kok pak Alex.” jawabku menyalahkan tebakannya.
“Ohhhh... bapak tau... Beruntung banget ya yang jadi pembantu di rumah kamu...” ucapnya yang semakin membuatku malu.
“Udah deh pak... Emmm, bapak mau lihat Sasa nari?” tawarku mengalihkan pembicaraan.
“Kalo nari biasa, bapak gak mau deh. Kan bapak udah sering lihat tarianmu di sekolah.” goda pak Alex.
Kudorong tubuh pak Alex hingga terduduk di kasur menghadap televisi. “Ihhh, buat pak Alex ya nari yang spesial dooong.” ucapku sambil menyalakan channel musik di televisi.
Pas sekali, saat itu kutemukan channel yang sedang mamutar salah satu musik EDM. Sambil mengikuti irama, aku mulai meliuk-liukkan tubuhku di depan pak Alex. Tentu tarianku saat ini bertujuan untuk menaikkan nafsu pak Alex, sehingga tarianku cukup berbeda dengan tarian cheerleder yang sering kulakukan di sekolah.
“Bapak rekam ya.” kata pak Alex sambil meraih ponsel di sakunya, dan mengarahkan kamera ke arahku.
“Tapi jangan di sebar ya pak.” jawabku setengah-setengah dengan bergaya malu menutupi sekitaran payudaraku, tetapi juga tidak mencegah tindakan pak Alex sepenuhnya.
“Engga lah, paling bapak sebar ke pemilik diskotik biar kamu direkrut. Hehe.” jawab pak Alex.
“Ihhh, makasih pak Alex.” ucapku menyetujui, bukannya justru menolaknya.
Sebagai pembuka tarianku, aku mengkiss-bye ke arah ponsel pak Alex. “Bapak-bapak, nikmati tarian Sasa yaa.” ucapku solah sedang menari di depan beberapa bos diskotik.
Kulanjutkan liukan tubuhku secara erotis, sambil perlahan kubuka kancing kemejaku satu persatu, sambil sesekali kuremas kedua payudaraku. Namun setelah semua kancing terbuka, aku tidak langsung menyibakkan seragam yang kukenakan ini, sehingga yang terlihat hanyalah dadaku bagian tengah hingga pusar.
Kulihat muka pak Alex mupeng dengan payudaraku yang masih kusembunyikan. Lalu dengan cepat kusibakkan seragamku ke kanan dan kiri, hingga payudaraku terpampang jelas di depan muka pak Alex dan mata kamera ponselnya yang terus mengarah padaku. “Uhhhsss... lihat tetek aku, pak... aaahhh... ssshhh... remes yang keceng...” desahku sambil merangsang payudaraku sendiri.
Tak lama kupermainkan payudaraku sendiri, tangan kananku mulai turun ke bawah menuju rok pendek SMA yang kukenakan. Sambil melenggokkan pinggang dan pantatku, perlahan kutarik rokku ke atas sehingga paha mulusku sedikit demi sedikit terpampang di hadapan pak Alex.
Kurasakan vaginaku mulai basah karena rangsanganku sendiri. Ditambah lagi dengan rasa bangga karena kulihat penis lelaki di hadapanku ini semakin mengeras di balik celananya.
Lalu aku mendekat ke arah pak Alex. Kusentuh tangan pak Alex yang sedang membawa ponselnya, dan kurahkan mendekati bagian selangkanganku. “Bapak-bapak lihat yaa, memekku udah basahhh...” ucapku sambil menarik ke atas rok yang kukenakan, hingga terlihatlah vaginaku secara langsung di depan ponsel pak Alex.
Tentu saja pak Alex terpana menyaksikan vaginaku yang bersih dengan bulu tipis di sekitarnya. “Bapak mau colokin memek aku... ssshhh...?” tanyaku menggoda pak Alex.
Pak Alex hanya mengangguk. Lalu kuraih tangan pak Alex yang lain menuju vaginaku, sedangkan tangan lainnya tetap memegang ponselnya. Hingga sekarang 2 jari pak Alex terekam sedang mencolok vaginaku.
“Ahhhsss... enak pak... ssshhhh...” desahku merasakan jari pak Alex semakin dalam.
Beberapa menit, pak Alex mengeluarkan jari basahnya dari vaginaku. Mungkin karena kurang leluasa untuk mengkobel memekku sambil berdiri, pak Alex mengarahkanku untuk duduk mengangkang di sebelahnya.
Akupun sudah pasrah saja dan menurut saja, karena nafsuku juga semakin tidak dapat kutahan lagi. Rasanya sebentar lagi aku akan orgasme.
Sambil tetap mengarahkan ponselnya ke tubuhku yang sedang mengangkang di atas kasur, lagi-lagi jari pak Alex asik mengkobel vaginaku dengan tempo yang lebih cepat daripada yang tadi.
“Ahhsss... paakkk... Sasa mau nyampeee... aaahhhhsss...” ‘crrr... crrrrr... crrrr...’ akupun squirting di hadapan ponsel pak Alex.
Hingga orgasmeku reda, pak Alex mengelap dan meletakkan ponselnya sejenak lalu mulai melepas pakaiannya. Sepertinya dia sudah tidak sabar untuk menyenggamaiku.
Namun belum selesai pak Alex melepas semua pakaiannya, diraih kembali ponsel yang masih dalam mode rekaman. Diarakan lagi ponselnya ke arahku. Sambil memberi kode, bahwa aku dimintanya untuk melepaskan celana sekaligus celana dalamnya.
“Bapak mau Sasa sepongin?” tanyaku menggoda ke arah ponsel. Lalu pak Alex hanya mengangguk.
Perlahan aku berjongkok menuju selangkangan pak Alex. Kulepas dan kupelorotkan celananya, hingga terpampang celana dalam hitam yang dia kenakan dengan kepala penis yang sedikit mencuat di atasnya.
“Ihhh, kontol nakal ngintip-ngintip.” ucapku pada penis pak Alex.
Tak menunggu lama, kupelorotkan juga celana dalam pak Alex membuat penis tegangnya langsung lurus menghadap mukaku. Penis pak Alex memang cukup besar, meskipun tetap lebih besar milik pak Yono. Yang jelas, aku tetap menyukai semua penis yang bisa memuaskan nafsuku. Dan aku sudah tidak sabar lagi.
Kugenggam dan kumainkan penis pak Alex dengan lembut. “Hai ontol, udah lama gak ketemu Sasa ya. Kasiaannn...” ucapku genit sambil menatap ke ponsel pak Alex yang ada di atasku.
Perlahan kukocok penis pak Alex semakin cepat. Sambil sedikit membungkuk, tangan kiri pak Alex berusaha meraih payudaraku sebelah kanan. Diremasnya payudaraku sebisanya dan memainkan putingnya.
Mengerti akan kesulitannya, akupun sedikit meninggikan badanku dan mengarahkan penis pak Alex pada payudara kiriku. Sensasi geli langsung menjalar saat ujung penis pak Alex kutempelkan dengan putingku yang juga semakin mengeras. Kutekan-tekan ujung penis pak Alex dengan gundukan payudara kiriku ini. Kulirik mata pak Alex yang keenakan di balik ponselnya. “Kalo enak jangan ditahan pak. Ini belom Sasa sepong lho.” ucapku binal sambil menatap pak Alex, yang juga terekam oleh ponselnya.
“Emmhhh... ssshhh...” desah pak Alex mulai terdengar karena saat ini penisnya sedang berada diantara keduabelah payudaraku. Kujepit dan kugoyang payudaraku untuk mengocok penis tegak pak Alex.
“Ssshhh... aasshhh... mmmhhh...” desahku menghadap ponsel pak Alex karena merasakan nikmat penisnya pada lembah kedua payudaraku.
“Aaasshhh... ssstopphh... Sssaa...” sergah pak Alex menghentikan jepitan payudaraku pada penisnya.
Tanpa bersura, kulihat pak Alex mengucapkan “Emut!” memintaku untuk segera mengoral penisnya.
“Siap-siap Sasa emut ya, pak...” ucapku binal pada penis pak Alex.
Kujilat penis pak Alex layaknya sedang menghisap permen lolipop. “Sluurpp... sluurpp...” sambil menatap binal ke arah ponsel, kuhisap kepala penis pak Alex.
Semakin lama, semakin kupercepat gerakan mulutku pada penis pak Alex. “Sluurp... sluurppp... cleppp... clokkk... puaahh...” kurasakan penis pak Alex semakin menegang dan melengeluarkan sedikit cairan precumnya.
Meskipun kulihat pak Alex merem-melek keenakan, kurasakan belum ada tanda-tanda akan mengeluarkan lahar putihnya. Namun aku merasa semakin tertantang untuk memuaskan empunya. Akupun semakin memperbanyak variasi emutanku pada penis pak Alex. Kupermainkan lidahku di sekeliling batang, testis, dan lubang kencingnya
Hingga hampir 5 menit berlalu, rasanya mulutku mulai lelah menghisap penis pak Alex. “Assshhh... emmmhhh...” kurasakan otot penis pak Alex mulai menegang. Dengan paksa, ditariklah penisnya keluar dari mulutku.
Kurasakan pada genggamanku, “Crottt... crooottt... croott...” penis pak Alex bergetar dan langsung menyemprotkan lahar putihnya ke muka, leher, dan permukaan payudaraku.
“Sempot yang banyak pakhhh...” ucapku binal saat penis pak Alex terus menyemprotkan spermanya. Kuperas dan kuemut penis pak Alex hingga habis mengeluarkan beberapa spermanya di mulutku.
Sambil terus merekam, kupasang mukaku yang menghayati gurihnya sperma pak Alex ke arah kamera ponselnya. “Bapak-bapak ada yang mau Sasa emut juga? Atau mau ngewe sama Sasa juga boleh lhoo.” ucapku binal ke arah kamera sambil memberi kode pada pak Alex sebagai penutup sesi ini.
Pak Alex pun mematikan video rekamannya dan berbaring di sebelahku dengan penis yang masih tegang. Akupun ikut berbaring sejenak dalam rangkulannya, sambil masih kupermainkan penis tegangnya dengan tanganku seolah menahan supaya tidak melemah.
Kami saling tatap, selayaknya sepasang kekasih. Namun jika ada orang yang melihat, tentu ini adalah hal tidak dapat diterima, karena umur kami yang sangat berbeda.
“Malam masih panjang lho, pak. Masih kuat kan?” godaku padanya.
“Tenang aja, itu tadi buat pemanasan. Lihat tuh, masih berdiri, kan.” ucapnya.
Aku tidak meragukan staminanya sama sekali, karena pak Alex selalu mampu memberiku kepuasan. Dan malam ini tentu aku akan mendapatkan kepuasan lagi darinya.
‘Cuphh...’ kukecup bibir pak Alex, “Sasa ambilin minum ya pak.” tawarku sambil berlalu menuju sudut kamar hotel untuk mengambil minum.
- - - - -​
Sambil menyiapkan minum dan membiarkan pak Alex untuk istirahat sejenak, aku membalas beberapa chat yang masuk ke ponselku terutama kepada pacarku.
‘Sayang udah selesai ngerjain tugas?’ ‘Halo honey...’ ‘Kamu lagi apa sayang?’ kulihat 3 chat Andi dan beberapa panggilan tak terjawab darinya. Memang sejak diantar Toni sampai Hotel aku tidak memperhatikan ponselku.
Kupikir supaya tidak perlu bertele-tele mambalas chatnya, kutekan tombol telepon untuk menghubungi Andi secara langsung. Cukup cepat Andi mengangkat teleponku, “Halo sayang.” katanya.
“Hai sayang, kamu lagi apa? Maaf ya baru bisa Sasa hubungin.” tanyaku basa-basi.
“Gapapa sayang. Emang kamu tadi ngapain? Udah selesai kan ngerjain tugasnya?” tanyanya
“Udah kok, sayang. Tadi dianter pulang sama Toni.” jawabku mengabari Andi.
Memang Andi tipe orang yang cemburuan. Sering moodnya menjadi tidak baik saat tau aku dekat dengan pria lain, sekalipun sebagai teman. Namun dia hanya selalu mendiamkanku saat sedang cemburu.
“Tau gitu tadi aku jemput aja, maaf ya.” ucapnya.
“Gapapa sayang, lagian tadi keburu. Mumpung ada yang bisa ditumpangin juga.” jawabku.
“Tapi Toni langsung pulang, kan?” tanya Andi.
“Dia aku tawarin mampir sih, yang. Aku suguhin susu ke dia, kan udah anterin Sasa pulang.” ucapku menggoda Andi sambil menekankan kata ‘susu’.
Tentu dia saat ini semakin cemburu dan berpikiran macam-macam. Namun dia hanya diam tidak meresponku.
Tiba-tiba justru dari belakang kurasakan ada tangan yang mencoba memelukku dan meraih kedua payudaraku. Aku menoleh sedikit, kulihat pak Alex sudah bernafsu menyaksikanku sedang bertelepon dengan pacarku di depannya.
“Emmhhh... yang...” ucapku pada Andi, berniat untuk menyudahi sambungan telepon kami.
Namun ucapanku justru membuatnya tersadar dan berkata, “Enaknya dibikinin susu. Aku juga mau dong, yang.”
“Emhhh... yaudah, lain kali Sasa buat sshhh... in.” jawabku, sambil was-was karena beberapa kali desahkanku tidak tertahan atas cubitan jari pak Alex pada ujung putingku.
“Kamu kenapa sayang?” tanya Andi.
“Ssshhh... Ghh.. gapapa kok, say...” ucapanku terpotong karena tiba-tiba ponselku bergetar.
Ternyata baru saja Andi menekan permohonan panggilan video. Akupun kaget dan menunjukkan layar ponselku kepada pak Alex yang berada di belakangku.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd