Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Crazy Ass Couple (True Story)

Sabar dulu, suhu.
TS sambil ngerjain revisian skripsi.
Wkwkwkwkwk.
Part-part berikutnya mulai melibatkan Amey, jadi bakalan seru.
:D

Skripsinya revisi gegara kalo konsul gak bawa parcel buah itu Hu
:Peace:
 
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan WF sebagai orang pertama tunggal untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.


PART V - Karma Does (S)Exist (Chapter 2 - End of Part V)

Chapter sebelumnya:
Melanie mengajak Natalie bertemu Pak Andi, suami dari salah satu klien di kantornya. Di sela-sela makan siang bersama itu, Natalie melihat gelagat yang tak wajar, baik dari Pak Andi maupun Melanie..


Kuperhatikan ketika Amey memberikan penjelasan detail tentang rincian biaya perawatan istrinya lewat invoice itu, sesekali Pak Andi mencuri kesempatan untuk melirik ke belahan dada Amey. Ia bahkan sengaja mendekatkan posisi duduknya agar bisa melongok ke balik kemeja Amey. Anehnya lagi, Amey bukannya berusaha menutupi payudaranya, malah justru membuka sebuah kancing kemeja lagi sehingga mata nakal Pak Andi seolah mendapatkan kebebasan menjelajahi area terlarang itu.

"Dasar laki-laki mata keranjang. Pantesan aja istrinya boros di perawatan. Rupanya nih orang emang kegatelan kalo di luar rumah", gumamku dalam hati.
Usai Amey memberikan penjelasan yang diminta Pak Andi, kami pun pamit undur diri.

"Ce, kamu duluan ambil motornya ke parkiran ya. Ini kunci motornya. Aku tunggu disini", ujar Amey padaku sambil menyerahkan kunci motor, sementara ia masih menemani Pak Andi mengobrol sebentar sambil menungguku. Aku mengambil motor di parkiran, lalu memutar ke depan menjemput Amey. Ia melambaikan tangan ke arah Pak Andi dan naik ke motor, kemudian kami pun pergi.

"Itu bapak-bapak kayanya ganjen ya? Dari tadi kayanya ngintipin dada kamu mulu", kataku memulai pembicaraan dengan Amey.

"Iya, dan dia bilang dia tertarik sama kamu", jawab Amey singkat.

"What?! Maksudnya apa?", tanyaku dengan sedikit terkejut.

"Ya dia mau bayar kamu buat short-time", lanjut Amey blak-blakan.

"Kamu ngejual aku ke om-om?!", tanyaku sedikit membentak. Aku sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran Amey. Gila! Bisa-bisanya ia menjual saudara kembarnya sendiri.

"Bukan gitu, Ce. Masalahnya kak Dion mulai ngerasa ngga nyaman kalo kita tidur sekamar bertiga terus-terusan", ujarnya menjelaskan padaku perihal apa yang dikatakan cowoknya. Alasan ini cukup bisa kumengerti, karena ia dan pacarnya pasti juga perlu memenuhi kebutuhan biologis mereka. Sedangkan jika aku tetap numpang di kostnya, tentu aku akan menjadi gangguan untuk mereka melakukan 'aktivitas' itu.
"Kamu tenang aja. Pak Andi itu orangnya baik kok. Aku juga sering ngelayanin dia kalo lagi banyak keperluan", sambung Amey. Kali ini aku sungguh kaget dengan pengakuannya. Jadi selama ini, dia dapat uang tambahan itu dari Pak Andi!

"Kamu.. Kamu tidur sama dia?!", tanyaku terheran-heran.

"Ya mau gimana lagi. Ngga munafik lah, kebutuhanku juga banyak. Dan gajiku ngga mungkin bisa nutupin semuanya", jawab Amey.

"Trus? Cowokmu tau kamu ngelakuin ini?", lanjutku penasaran.

"Ya jelas ngga tau lah. Gila aja kalo sampe dia tau, mungkin aku bakal diputusin", ujar Amey.
Sesampainya di kost Amey, aku berpikir keras. Aku merasakan dilema yang sungguh membuatku bingung. Di satu sisi, aku tidak mungkin terus menerus merepotkan Amey dengan menumpang di kostnya. Tapi di sisi lain, aku juga tidak mau menjual diriku dan mengkhianati Rey. Puncaknya adalah saat aku mendapati Amey dan Kak Dion bertengkar. Waktu itu aku baru saja pulang dari mencari makan. Belum sempat aku masuk ke dalam kamar, dari luar aku mendengar sayup-sayup suara Kak Dion yang intinya menginginkan agar aku segera pindah dari kost mereka.

"Beep.. Beep..", ponselku berbunyi. Ada pesan masuk dari Pak Andi.
"Jam 2 kita ketemu di tempat yang kemaren aja ya", ujar Pak Andi dalam pesan singkat itu. Beberapa hari telah berlalu sejak pertemuan pertamaku dengan Pak Andi.
Ya, aku akhirnya menyanggupi usulan Amey untuk berkencan dengan Pak Andi. Sebenarnya aku tak ingin melakukan ini, tapi apa boleh buat. Aku tak bisa lagi jika harus terus membebani Amey dengan menumpang di tempatnya.

"Setidaknya aku hanya akan melakukannya sekali saja. Ini pun kulakukan karena terpaksa", pikirku dalam hati.
"Ok, Pak. Sampai ketemu jam 2 nanti ya", balasku lewat pesan singkat kepada Pak Andi. Setelah itu, aku langsung berdandan, bersiap-siap menemui Pak Andi di tempat yang telah ditentukan. Aku memakai tanktop berwarna pink dibalut jaket jeans, dan rok mini berwarna biru. Selesai berdandan, aku langsung meluncur ke KF* Kebo Iwa.

"Hai, Natalie. Kamu keliatan cantik siang ini. Mau makan dulu?", kata Pak Andi menyapaku.

"Ngga usah, Pak. Kebetulan saya baru aja abis makan. Kita mau langsung jalan?", ujarku kepada Pak Andi.

"Wah, kamu udah ngga sabaran ya?", tanya Pak Andi.

"Bukan gitu sih, Pak. Sore ini saya kuliah, jadi mungkin saya ngga bisa terlalu lama", jawabku memberi penjelasan sambil sedikit tersenyum basa-basi.
Pak Andi pun kemudian mengajakku ke mobilnya. Kami pergi menuju losmen kelas melati yang berada tak jauh dari tempat itu. Dari bentuknya, kulihat sepertinya losmen ini memang biasa dijadikan tempat pelampiasan nafsu sesaat. Buktinya, mereka menyediakan tarif khusus untuk short-time. Penjaga losmen itu langsung mengajak kami ke kamar yang disewa Pak Andi setelah ia menyelesaikan pembayarannya. Kamar losmen itu sedikit pengap dan bau apek, tipikal ruangan yang memang sudah biasa dipakai untuk mesum.

"Silakan, Pak. Ini handuknya", kata penjaga losmen sambil memberikan dua buah handuk dan sebuah sabun kecil.

"Makasih", jawab Pak Andi sambil memberikan tip selembar uang sepuluh ribuan.
Pak Andi kemudian mengunci pintu kamar, dan mulai mendekatiku. Jantungku berdegup kencang. Bukan apa-apa, tapi ini adalah pertama kalinya aku melayani om-om.
"Kamu manis banget. Dari awal ketemu, saya emang pengen banget nyobain kamu. Kembaran kamu juga udah beberapa kali main sama saya kok", katanya padaku sambil mendekatkan wajahnya.

"M..maaf, Pak. Saya ngga pengen ciuman di bibir", ujarku ketika Pak Andi mencoba menciumi bibirku. Aku memang sedikit naif. Bagiku, ciuman di bibir hanya untuk orang yang kusayang, Rey.

"Trus kita mau mulai dengan apa?", tanya Pak Andi padaku.
Tanpa menjawab, aku langsung membukakan kemeja yang dikenakan Pak Andi, dilanjutkan dengan membuka ikat pinggang dan resleting celananya. Kuturunkan celana panjang dan celana dalamnya sambil aku berlutut di hadapan penisnya yang sudah mulai tegang di bawah perut buncitnya. Kuraih penis itu, lalu kukocok perlahan.
"Ughhh..", desah Pak Andi sambil membuka kaus dalamnya.
Sambil kukocok batang pelir Pak Andi, mulai kujilati kepala penisnya dengan lidahku dengan gerakan memutar.
"Oughhsss.. Mmhh.. Ternyata kamu lebih jago dari adikmu ya", ujar Pak Andi memujiku, yang segera saja kulanjutkan dengan memasukkan seluruh batang penis itu ke dalam mulutku.
"Aaaaggghhh.. Wowhhh.. Kamu binal juga ya ternyata. Sshhh..", kata Pak Andi sambil membelai rambutku yang saat ini sedang berlutut mengulum penisnya. Aku melakukan oral sex padanya selama beberapa menit, sampai pada akhirnya ia memintaku berdiri, dan membaringkanku di kasur. Disingkapnya rok yang kupakai, lalu ia pelorotkan celana dalamku. Dirogohnya vaginaku dengan jarinya.

"Mmhh.. Aahhh.. Ahhh.. Awhhh..", aku mulai mendesah ketika jarinya mengobok-obok liang vaginaku yang mulai basah. Sambil mengobel memekku, ia juga menjilati bibir vaginaku. Ia memberikan rangsangan yang membuatku sesekali mengejang.
"Aawhh.. Pak.. Ummhh.. Geliii..", aku meracau karena rangsangan hebat yang kurasakan di liang kewanitaanku. Tanpa kusadari, aku mulai meremas-remas toketku sendiri. Rupanya Pak Andi memperhatikan aku yang sudah horny ini. Sambil mengocok vaginaku, ia bergerak naik dan mulai menciumi wilayah dadaku. Gerak refleks akibat rangsangan Pak Andi membuatku membuka tanktop dan bra yang kupakai. Tentu saja payudaraku yang menyembul ini membuat Pak Andi makin beringas menjelajahi tubuhku. Ia langsung melahap puting susuku, mengenyotnya kuat-kuat.
"Aaawwwhh.. Oughhh.. Geliii.. Mmmhh..", rintihku semakin tak tertahan. Kedua bagian paling sensitif dari tubuhku, vagina dan payudara, menjadi sasaran amukan nafsu Pak Andi.

"Wowwhh.. Kamu emang luar biasa. Ngga salah saya booking kamu hari ini. Sini, naik ke atas", kata Pak Andi sambil membaringkan tubuhnya, menyuruhku untuk berada pada posisi woman-on-top.
Aku pun kemudian memakaikan kondom di penisnya, dan mengarahkan batang kemaluannya ke lubang vaginaku. Ukuran penisnya lebih pendek dari penis Rey, tapi dengan diameter yang cukup besar.

"Aawwhh.. Mmhh.. Mmmhh..", aku mulai mendesah ketika penis Pak Andi mulai menyodok memekku. Diameter kontolnya yang cukup besar membuat vaginaku terasa penuh.
"Ummhh.. Shittt.. Oughhh!", aku terus menggenjotnya dengan harapan aku bisa mengurangi rasa geli yang menjalar di sekujur tubuhku. Tapi semakin aku memompa vaginaku naik turun, semakin kurasakan nikmat penisnya menyodok liang kewanitaanku. Aku tidak bisa lagi mengontrol tubuhku.

"Aaahh.. Mmhh.. Enak banget goyanganmu. Oughh.. Bikin saya ngga tahan aja nih", puji Pak Andi padaku. Ia kemudian memegangi bongkahan pantatku, menahannya agar tidak terlalu cepat bergerak memompa penisnya. Dalam posisi ini, sesekali ia melumat putingku dengan mulutnya. Kumis tebal yang memayungi bibirnya menggesek payudaraku, membuat sensasi geli luar biasa yang sulit kuhindari.
"Ugghh.. Pelan-pelan ya. Saya ngga pengen cepet keluar. Ssshh.. Saya pengen nikmatin kamu", lanjutnya.
Ia menahanku dengan tangannya agar pinggulku tidak bergerak, lalu ia hujamkan batang kemaluannya masuk dengan keras ke dalam memekku.

"Aahh.. Aahh.. Ummhhh.. Nnggghh.. Aaaawwwwhhh..", aku merintih keras seiring dengan orgasme pertamaku dengan Pak Andi. Aku tidak dapat menahannya, karena Pak Andi cukup cerdik untuk bisa mengontrol ritme permainan ini.

"Uughh.. Kamu udah keluar ya? Hmm? Gimana rasanya?", tanyanya padaku, melihat tubuhku membungkuk kaku menahan klimaks.

"Hm-mh.. Aahhh.. Titit Bapakk.. Mmhh.. Enakkk..", begitu kata-kata yang meluncur dari bibirku tanpa dapat kukendalikan.
Melihat responku, Pak Andi hanya tersenyum kecil sambil merebahkan tubuhku di kasur.

"Siap-siap buat yang lebih enak yahh..", ujar Pak Andi sambil mengarahkan penisnya ke bibir vaginaku, menggesek-gesekkannya sebentar, kemudian membenamkannya.

"Aaaawwhhh.. Mmmhhh.. Udahhh, Pak.. Mmhh.. Aahhh..", aku meracau dan mendesah, saat penis Pak Andi menyodok memekku yang terbuka lebar.
Aku sungguh tak dapat menahan birahiku melawan permainan Pak Andi. Bahkan ingatanku luput sejenak dari Rey. Benar-benar kunikmati batang pelir Pak Andi yang menghajar vaginaku saat ini. Tidak mungkin kubandingkan antara Rey dengan Pak Andi, karena ketika bercinta dengan Rey aku melibatkan seluruh perasaan cintaku padanya. Tapi saat ini, Pak Andi yang sedang menyetubuhiku cukup membuat vaginaku kegelian.
"Mmhh.. Mmhh.. Haahhh.. Ngghhhh.. Terus, Paakkk.. Aaahhh.. Tusuk yang daleemmhh..", ujarku sambil mendorong pinggul Pak Andi agar menyodok memekku sedalam mungkin.
Pak Andi pun mempercepat ritme permainannya, membuat penisnya keluar masuk menyesaki vaginaku dengan gerakan cepat.
"Aawwhhh.. Mmhhh.. Yesss.. Aahh.. Iniii, aahhh.. Buat Bapak.. Mmhh..", desahku saat Pak Andi menggenjot vaginaku, sambil kusodorkan payudaraku dengan tangan mendekati mulut Pak Andi agar putingku ini diisap olehnya.

"Aaaaaaarrrrgghhhhh..", kudengar Pak Andi melenguh panjang. Gerakan pinggulnya terhenti. Pelan-pelan ia cabut batang penisnya dari vaginaku. Kulihat kondomnya sudah penuh dengan cairan. Rupanya Pak Andi sudah ejakulasi, hanya sesaat sebelum aku mencapai orgasmeku yang kedua.

"Bapak udah keluar?", tanyaku sambil mencopot kondom yang terpasang di batang kemaluannya, sambil mengelapnya dengan tisu basah yang kubawa dalam tasku.

"Iya nihh.. Kamu bikin saya ngga tahan", jawabnya.
Kami pun kemudian masuk kamar mandi secara terpisah. Aku duluan membersihkan badanku, disusul Pak Andi usai aku keluar dari kamar mandi.
"Ini buat kamu. Kalo kamu butuh uang lagi, sms saya aja. Nanti kita atur waktu buat ketemuan lagi", kata Pak Andi sambil memberikanku uang sebanyak satu juta rupiah.
Kami pun check out dari losmen dan menuju KF* untuk mengambil motorku. Sepanjang perjalanan dalam mobil Pak Andi aku hanya diam saja. Aku akhirnya merasa tenang, karena sekarang aku bisa keluar dari kost Amey dan mencari tempat tinggal untukku berdua dengan Rey. Tapi di samping itu, aku benar-benar merasa bersalah telah mengkhianati Rey dengan cara menjual tubuhku pada Pak Andi.
Aku sempat mengulangi perbuatan bejatku dengan Pak Andi hingga dua kali, sampai pada akhirnya suatu saat..

TO BE CONTINUED..

 
Terakhir diubah:
:mantap::nenen:

Mulustrasinya g kebaca di hape saya
Hikshiks
 
bakal panjang nih titinya
 
Terakhir diubah:
:mantap:
Baru baca part awal ceritanya keren kayaknya.. Jd gagal fokus lg meeting..hahaha
Lanjut gan
 
*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan TS sebagai orang pertama tunggal untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.


PART VI - Sweet(domasochist) Revenge (Chapter 1)

Aku tidak pernah menaruh kecurigaan apapun pada Natalie. Aku sepenuhnya mempercayai kesetiaannya sebagai pacar. Terlebih lagi ia masih mau menerimaku kembali, meskipun dulu aku pernah benar-benar melukai perasaannya. Tapi dua minggu belakangan ini, aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan Natalie. Seriously, aku mengenal dia dengan baik, jadi aku tau betul ketika ada yang berubah dari sikapnya. Ia seperti menjadi pribadi yang lebih dingin. Ditambah lagi, kadang ia berusaha menutupi layar ponselnya dariku, seolah ponselnya menyimpan rahasia besar. Selama ini aku memang tidak pernah membuka-buka handphone-nya hanya sekedar untuk mengecek panggilan atau pesan yang masuk; tidak, aku sama sekali tidak melakukannya, karena aku bukan tipe cowok alay yang kepo sama aktivitas pacarnya. Dan terkhusus untuk Natalie, seperti yang telah kukatakan; aku sepenuhnya mempercayainya. However, perubahan sikapnya tadi sungguh membuatku resah. Berkali-kali aku bertanya padanya tentang perubahan sikapnya itu, ia selalu menjawab dengan penuh keyakinan bahwa tidak ada yang ia sembunyikan dariku. Sekali waktu, saat ia sedang mandi, ada pesan masuk ke ponselnya. Ia memang tidak pernah mengunci ponselnya dengan password, karena ia tau aku tidak akan menyentuh ponselnya, terlebih jika tanpa ijin. Tapi rasa penasaran mendorongku untuk melirik ke layar ponsel itu.

"Dik Natalie, jangan lupa janji kita after lunch nanti ya", begitu yang tertulis pada notifikasi pesan masuk di ponselnya. Disitu tertera nama pengirimnya, Pak Andi.
Aku belum pernah mendengar ia bercerita tentang nama itu sebelumnya, tidak juga dari profesi baru yang ditekuninya. Oya, aku lupa menyebutkan bahwa saat ini Natalie menjalani profesi sebagai model, usher, dan SPG freelance. Ia memutuskan resign dari tempat kerja lamanya dengan alasan gajinya yang kurang untuk memenuhi kebutuhannya. Aku bukan tipikal cowok yang suka mengatur dan melarang pacarku. Jadi ya kuijinkan saja ia menjalani profesi itu, selama dia enjoy dengan apa yang ia jalani.

"Yank, tadi hp-ku bunyi ya?", tanyanya padaku usai mandi.

"Ngga tau ya, iya mungkin", jawabku santai.
"Aku kan ngga pernah perhatiin hp-mu", ujarku melanjutkan kata-kataku.

"Beneran kamu ngga tau?", tanyanya lagi, sambil mengambil ponselnya dan memposisikan agar layar ponselnya membelakangi pandanganku.
Ini jelas menambah kecurigaanku pada sms tadi.

"Emang kenapa sih? Rahasia banget gitu ya?", balasku sambil tertawa kecil, agar ia tidak curiga bahwa aku telah membaca pesan yang masuk.

"Ngga sih, rahasia apaan coba?", jawabnya sambil sibuk menekan layar sentuh ponselnya.
Aku yakin ia sedang membalas pesan masuk tadi.

"Yauda, tapi inget loh ya. Aku ngga suka diboongin, jadi jangan ada yang kamu sembunyiin dari aku. Mending kalo ada yang belom kamu omongin, jujur aja ke aku. Aku ngga bakalan marah kok", ujarku yang sebenarnya bermaksud untuk menyindirnya, supaya ia tidak segan untuk jujur padaku.

"Iya, yank. Lagian ngapain aku nyembunyiin sesuatu dari kamu?", katanya merespon ucapanku.
"Oya, yank. Siang ini aku ada show sebentar di Nus* Du* Be*ch ya. Palingan cuma dua jam aja kok", lanjutnya meminta ijin.

"Perlu aku anter?", tanyaku.

"Ngga usah, nanti aku dijemput Amey kok", jawabnya.

"Baiklah kalo begitu", kataku menutup pembicaraan kami.
Dalam hatiku, tidak dapat kutahan rasa curigaku ini. Tingkah laku Natalie semakin lama semakin tidak wajar. Tidak biasanya ia menolak saat aku menawarkan diri untuk mengantar. Jam 1 siang, Melanie datang menjemputnya. Mereka berdua berpamitan padaku, lalu berboncengan pergi.

"Kali ini bakalan gw bongkar semua rahasia Natalie", gumamku dalam hati.
Segera saja kuraih kunci motorku, sedikit tancap gas karena aku sempat ketinggalan beberapa ratus meter, kemudian kubuntuti mereka diam-diam. Kulihat Melanie menurunkan Natalie di sebuah restoran cepat saji di bilangan jalan Kebo Iwa. Aku menunggu di pom bensin yang tepat berada di seberang restoran tersebut. Aku tak percaya ketika melihat Melanie pergi meninggalkan tempat itu tanpa membonceng Natalie. Namun pemandangan selanjutnya tidak hanya membuatku terkejut, tapi juga naik pitam. Kulihat Natalie dibawa oleh seorang pria dengan menggunakan mobil Av*nz* berwarna putih. Ya, AKU MELIHAT PACARKU DIBAWA SEORANG PRIA PARUH BAYA YANG TAK KUKENAL. Segera kuambil ponselku, dan kubidik menggunakan kamera dengan zoom seadanya. Tanpa menunggu lama, kustarter motorku dan kuikuti kemana mobil itu pergi. Tak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar 500 meter dari tempat semula, kulihat mobil itu memasuki sebuah penginapan kelas melati. Aku masih tak ingin sepenuhnya percaya dengan apa yang kulihat. Aku berharap pengelihatanku salah.
"Tidak, ini tidak mungkin terjadi!", kataku dalam hati, saat kulihat Natalie dan pria itu masuk ke salah satu kamar. Kembali kuambil ponselku, dan menjepret momen-momen itu sebisaku. Kalut bercampur emosi menaungi pikiranku saat itu. Namun anehnya, penisku pelan-pelan mulai berdiri, membayangkan apa yang tengah dilakukan Natalie dengan pria itu di dalam kamar. Tentu saja, ketika seorang pria dan wanita masuk ke sebuah kamar losmen, aku rasa kalian pun tau apa yang terjadi disana. Selang satu jam kemudian, kulihat mereka keluar dari kamar, si pria berjalan ke resepsionis, sementara Natalie langsung menuju parkiran. Tanpa pikir panjang, aku segera pergi dari tempat itu. Sepanjang perjalanan, hanya kata-kata umpatan yang keluar dari mulutku. Darahku seperti mendidih, mataku memerah menahan amarah yang luar biasa. Kuhentikan laju sepeda motorku di sebuah percetakan. Kucetak semua foto yang berhasil kuambil dengan kameran ponselku tadi, lalu kuletakkan dalam sebuah amplop coklat. Aku menyempatkan diri untuk mampir ke coffee shop, memesan segelas ice hazelnut latte kesukaanku sekedar untuk menenangkan diri.
"Bahkan minuman favoritku saja terasa begitu pahit", sesakku dalam dada.
Aku kemudian meluncur menuju kost, bersiap menunggu kedatangan Natalie..

TO BE CONTINUED..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd