Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Credit Marketing Oficcer (CMO) Remake

Status
Please reply by conversation.
mantap ni, cerita cerita heroik gini ane suka.
 
Terimakasi Om
Keduax

Jannah,,,,,!!!!

:bacol: :bacol:
:jempol:
welcom back suhu RAY... :semangat: smoga yg ini sampai tamat..
Terimakasi Om atas sambutannya, amin... mohon dukungannya.
nyimak suhu,:cendol:
:cendol:
Terimakasi Om
mejeng dulu lah:baca::bacol:
Tololet Om Hehe...
mantap ni, cerita cerita heroik gini ane suka.
Semoga sampe akhir ttp suka :banzai:
 
Empat


Ploookks.... Plookkss.... Ploookss.... Plokkkss... Plakkk.... Ploookk.... Plaaakk.... Ploookss...

Pinggulku bergerak cepat maju mundur menghentak selangkangan Jana dari belakang, sesekali aku memukul pantatnya. "Aaahkk... Kaak, Aku dapeet lagi." Erang, Janna, ia mencengkram erat seprei tempat tidurnya, hingga semakin kusut dan berantakan hingga akhirnya kurasakan lelehan hangat menyirami penisku.

Kucabut penisku, lalu aku duduk bersandar didinding kamarnya, kuminta Janna menghisap penisku. Segera Janna membungkuk, jemarinya yang halus membelai dan mengocok penisku dengan perlahan. "Uuhkk..." Rasanya sangat nikmat sekali.

"Eeenak Na, kamu pintar banget." Pujiku sembari membelai kepalanya.

Dia tersenyum manis. "Siapa dulu dong." Jawabnya bangga.

Kemudian Janna menjulurkan lidahnya, mula-mula lidahnya mengitari kepala penisku, menelusuri batang kemaluanku hingga semakin basah karena air liurnya. Setelah puas menjilati penisku, ia membuka mulutnya dan melahap habis penisku kedalam mulutnya.

Hisapannya terasa begitu nikmat, apa lagi ketika jemarinya memainkan kantung pelirku. Membuatku mendesah tak karuan.

Tubuhku mengejang nikmat, kuluman Janna memang sangat luar biasa. "Adu Janna, Aahkk... hisapan kamu enak banget." Racauku semakin tak jelas dengan mata merem melek, ketika lidahnya ikut mengelitik lobang kencingku.

Karena sudah tak tahan lagi, kutarik tangan Janna lalu kuminta ia menaikiku, duduk di pangkuanku.

Perlahan Janna berjongkok, ia menggenggam penisku lalu mengarahkan penisku tepat di lobang vaginanya, dengan perlahan Janna menurunkan pantatnya, menenggelamkan penisku kedalam vaginanya yang becek.

"Ouughkk Kak! Aahkk..." Desis Janna ketika inci demi inci penisku masuk kedalam vaginanya.

Kudekap tubuhnya, kucumbu leher jenjangnya dengan lidahku, hingga dapat kurasakan getaran lembut tubuhnya.

Sambil menikmati goyangannya, kuturunkan wajahku, kuraih payudaranya yang menggemaskan itu, kuhisap dengan lembut, puttingnya yang mungil kusentil dengan lidahku membuat Janna semakin keras mendesah-desah nikmat, merasakan kerasnya penisku di dalam vaginanya yang masi terasa seret.

"Aaahkk... Aaaahkkk... kontol Kakak enak bangeeett... Aaahkk.... terusss Kak!" Pinta Janna, ia semakin cepat menarik turunkan pantarnya.

Plookkkss.... Ploookkss... Ploookkss... Ploookkss... Ploooksss... Plooksss....

Tubuhnya yang basah karena keringat, tersentak-sentak nikmat, tak lama kemudian ia mengerang panjang. "Kak... Aku dapeeet lagi!" Dia memikik hebat.

Kupeluk tubuhnya yang bergetar, menikmati sisa orgasmenya, dan diapun membalas pelukanku dengan sangat erat.

"Enaaak Kak!" Bisiknya.

Kubelai lembut kepalanya. "Ini untuk kamu sayang." Kataku sembari mengecup mesrah keningnya yang di balas dengan senyuman.

"Terimakasi Kak."

"Sekarang kamu tengkurep ya, Kakak belum selesai!" Pintaku, dia mengangguk lalu mencabut penisku dari vaginanya.

Aku yang belum selesai kembali meminta Janna berganti gaya, kuminta ia tiarap, lalu dari atas kubuka lipatan pantatnya sehingga terlihat lobang pantat Jannah yang menggiurkan. Segera kutempelkan ujung penisku di anusnya, lalu dengan perlahan penisku melesat masuk kedalam anusnya yang sempit.

Perlahan kukocok penisku, keluar masuk dengan gerakan cepat, tanganku membelai pungungnya yang basah.

"Ooohk... Janna, pantat kamu sempit bangeet!"

"Aaahkkk... Kak, Uughkk... sodok lebih kencang Kak, Aaahkk... Aahkk..." Dia mengerang semakin keras, dan aku sangat menyukai erangannya.

Dengan kedua tanganku, aku menekan kedua pipi pantatnya, sehingga penisku terasa semakin di jepit oleh pantatnya. "Rasanya aku ingin merobek-robek pantatmu Janna." Dengan sengaja aku memprovokasi Janna agar ia semakin liar

"Bikin lobang pantat Janna lebih besar Kak, Aahkk... Janna ihklas pantat Janna di robek! Uuhk... Aku dapet lagi Aahkk...." Dia mengerang, untuk kelima kalinya ia mencapai orgasmenya malam ini.

Tak lama kemudian giliran aku mencapai pucakku, kumuntahkan lahar panas kedalam anusnya.

<><><><><><>

Jam 11 malam aku baru tiba di rumah nenekku, dan seperti biasanya aku harus menunggu lama sebelum pintu kayu itu ada yang membukakannya untukku. Maklum saja, jam segini mereka biasanya sudah tidur lebi dulu.

Tak lama kemudian pintunya terbuka, ternyata Ayu yang membukakan pintu untukku, kalau di lihat dari raut wajahnya, sepertinya ia baru bangun karena mendengar panggilanku, membuatku merasa bersalah, karena akhir-akhir ini sering pulang larut malam.

"Baru pulang Ka?" Tanya Ayu sepupuku. Dia keluar lalu duduk di bangku kayu.

"Iya, lagi banyak kerjaan, jadi lembur terus! Nenek udah tidur Yu?" Tanyaku, aku duduk di depan pintu, sambil membuka sepatuku, sementara Ayu duduk di kursi luar menghadap kearahku, dengan posisi duduknya yang lebih tinggi dari posisiku.

"Iya dari jam 9 tadi Ka." Jawabnya, sembari sesekali ia menguap ngantuk.

Di lihat dari raut wajahnya yang cantik, ia tampak begitu mengantuk. Aku tersenyum, diam-diam aku memperhatikan lekuk tubuhnya. Malam ini Ayu mengenakan daster bermotif batik, bagian ujung bawah dasternya tak begitu tinggi, sehingga aku dapat melihat betis, lutut dan sebagian kecil paha mulusnya yang terbuka.

Gadis yang ada di hadapanku saat ini memang sangat cantik, dan tubuhnya sangat menarik.

Ayu sendiri adalah sepupu jauhku, kedua orang tuanya sudah lama meninggal karena sakit, dari kecil ia sudah di asuh oleh nenekku, ketika anaknya satu persatu meninggalkan rumah, Ayu masih menetap di rumah Nenek, menjaga Nenekku yang semakin menuah.

Dari dulu aku sudah menyukai Ayu, bahkan waktu masih duduk di bangku SMP dan saat itu Ayu masih kelas 6 Sd kami sangat dekat sekali, seperti tak ada batasan antara aku dan Ayu, kemana-mana kami selalu berdua, bermain berdua hingga tidurpun kami berdua.

Hingga suatu hari, sehabis mandi bersama, entah dari mana datangnya setan itu, kami bercumbu di dalam kamar mandi, saling membelai.

Saat itu aku tak begitu mengerti tentang persetubuhan, memasukan penis kedalam vagina, sehingga dulu kami hanya saling meraba satu sama lain, menikmati sentuhan kami masing-masing, dan mencoba banyak hal, seperti berciuman dan menempelkan penisku di perut dan vaginanya yang saat itu belum di tumbuhi rambut.

Lama-kelamaan kami menjadi ketagihan, setiap habis mandi, ketika aku sedang main kerumah nenekku, maka kami pasti akan melakukan percumbuan, hingga akhirnya perbuatan kami kepergok nenekku, dan saat itu Nenek menasehati kami, kalau apa yang kami lakukan itu salah, dan itu sangat di larang.

Semenjak hari itu kami mulai menjaga jarak, dan mulai tampak canggung. Walaupun sesekali terbesit keinginan ingin kembali mengulangi kesalahan kami dulu.

Kembali ke Ayu, sesekali pandanganku kuarahkan kepaha mulusnya yang terbuka, dia yang tak menyadari pandanganku tampak cuek, bahkan ia sedikit membuka kakinya, sehingga mataku dapat melihat jauh kedalam dasternya yang menampakkan paha mulusnya, bahkan aku hampir bisa melihat celana dalamnya, tapi sayang, dari posisi tempat aku duduk menyulitkanku untuk bisa melihat celana dalamnya.

Apa lagi suasana di luar cukup gelap, sehingga tak mendukung aksiku.

"Ka, kamu kenal Suryakan?"

"Surya anaknya Mang Likman?" Tanyaku.

"Iya, orangnya kurus, rambutnya agak gondrong gitu, tadi pulang kerja dia nembak aku loh?" Jawabnya, tampak sumringah, tak menyadari kalau dasternya yang semakin tersingkap.

Dari dulu Surya memang menaruh hati terhadap sepupuku ini, karena aku sering melihat Surya main kerumah Ayu.

Selain itu beberapa kali, Surya menitip salam untuk Ayu kepadaku

"Serius?"

"Beneran, aku aja kaget, hahaha...!" Tawanya, sembari memegang perutnya.

"Ciee, jadi kalian sekarang sudah pacaran ya, jangan lupa pajak jadiannya." Ledekku sambil tertawa ringan, Ayu ikut tertawa, dia mengubah posisi kakinya, dia mengangkat kedua kakinya diatas kursi kayu.

Tiba-tiba angin bertiup kencang dan tanpa sengaja sedikit meniup ujung daster Ayu hingga tersingkap semakin lebar.

Dan... Aahk... perasaaan inilah yang paling kusuka saat bisa melihat selangkangan perempuan. Rasa deg-degkan, penasaran dan takut ketahuan menjadi satu, membuat wajahku merah padam, dan keringat dingin bercucuran sanking tegangnya.

Segera kualihkan pandanganku kearah lain, untuk mengurangi kegugupanku saat ini selama beberapa detik, dan kemudian dengan gerakan cepat mataku kembali menatap selangkangannya, dan ternyata Ayu mengenakan celana dalam berwarna hitam, sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus.

Dengan bersusah paya aku menahan diri agar tak ketahuan sedang mencuri pandang kearah terlarang miliknya yang sangat menggoda.

Berulang kali aku memalingkan wajahku ketika mata kami bertemu.

"Dia baru nembak, tapi aku belum jawab kok."

"Kenapa?" Tanyaku agak gugup.

Dia diam sejenak, seperti sedang mengamatiku, membuatku semakin salah tingkah. "Aku masi ragu, dia baik apa gak?" Jawabannya membuatku bisa bernafas lega, kupikir aku ketahuan.

"Dia anaknya baik." Jawabku singkat.

"Menurut Raka, aku harus gimana?" Dia kembali merubah posisi kakinya.

Kaki kanan ia selonjorkan kedepan, sementara kaki kirinya masi tetap terangkat. Dia menarik ujung dasternya hingga menutup lututnya, tapi cela diantara kedua kakinya tetap terbuka.

Dengan wajah kebingungannya membutku semakin gemas.

"Teeerimaa aja!" Jawabku seraya tersenyum kecil.

Kuluruskan kedua tanganku menyentuh lantai menopang tubuhku. Dengan posisiku saat ini, aku semakin leluasa melihat selangkangan yang di balut kain segitiga berwarna hitam. Beruntung Ayu tak menyadari tatapan nakalku.

Ayu tampak sedang berfikir keras, ia mengayunkan kakinya kekiri dan kekanan hingga aku semakin jelas menatap celana dalamnya.

Dia diam lagi mengamatiku.. "Kamu kenapa Raka? Kok gugup gitu, ada yang aneh ya? Atau jangan-jangan..." Dia diam sejenak, lalu yang aku takutkan terjadi.

"Rakaaa mesum...." Pekiknya dengan suara tertahan sembari membenarkan ujung dasternya yang tadi kesingkap lebar. "Hayo tadi liat apa barusan." Tuduhnya.

Tawaku nyaris meledak saat melihat reaksinya yang seakan marah, tapi malah terlihat semakin menggemaskan.

Sebenarnya ini bukan kali pertama ia memergokiku yang sedang mengintip dalamannya, setiap kali ada kesempatan, aku tak perna melewatkannya, sementara Ayu sendiri seakan tak perna jerah mengenakan pakaian seksi di dalam rumah.

Aku menggeleng. "Gak lihat apa-apa." Kataku cepat.

Kemudian Ayu berdiri, mungkin karena agak kesal tiba-tiba ia menjewer kupingku, dan sumpah rasanya sakit banget.

"Aaauww... ampun, yaaa ampun." Melasku sembari memegang tangannya yang sedang menjewer kupingku, berharap ia mau berhenti menjewer kupingku.

"Janji gak akan ngintip lagi?" Katanya, sembari mengembungkan kedua pipinya.

"I... iya janji, ampuuun." Mohonku meringis, sembari menahan tawa.

Sadar atau tidak, posisinya yang berdiri di depanku, membuatku dapat melihat kedua bulatan payudarahnya yang besar. Tampak samar-samar puttingnya yang ngejiplak.

Tubuh Ayu sangat sempurna, tak heran kalau banyak pria yang suka kepadanya. Tapi sayang dia adalah sepupuku.

Akhirnya ia mau melepaskan kupingku yang kini terasa panas, ia duduk kembali di tempatnya semula, tapi kali ini kakinya ia tutup rapat sehingga tak ada akses bagi mataku untuk melihat bagian dalam dasternya.

Aku mendesah kecewa, sementara Ayu tersenyum penuh kemenangan.

"Jadi, menurut kamu aku harus menerimanya?" Lanjut Ayu kembali ke topik semula.

"Iya, tapi itu kalau kamu suka sama dia, tapi kalau kamu gak suka, tolak aja dengan cara yang halus, soalnya dia orangnya sangat baik." Aku menjawabnya malas sambil memegangi kupingku yang masih terasa sakit.

Jujur aku sedikit kecewa karena tak lagi mendapatkan pemandangan indah dari dirinya. Ah... Ayu, seandainya kamu bukan sepupuku.

"Sebenarnya aku juga suka, cuman masih trauma aja." Jawabnya.

"Kamu gak akan rugi kalau pacaran sama Surya, aku sangat mengenalnya, dia bukan cowok yang suka mempermainkan perempuan." Jelasku, sambil sesekali tetap melihat kearah selangkangannya yang kini sudah tertutup seutuhnya.

Ayu mendesah pelan. "Liat besok aja deh." Katanya seraya tersenyum.

"Jangan lupa kalau di terima, pajak jadiannya."

"Berees...!" Katanya sambil mengacungkan jari jempolnya kearahku. "Aku tidur duluan ya." Sambungnya, lalu berlalu meninggalkan aku sendirian di luar.

Setelah menghabiskan sebatang rokok, aku segera menyusulnya masuk kedalam rumah.


<><><><><><>

Rumah Nenekku seutuhnya terbuat dari kayu, baik itu dinding, lantai hingga tiang penyangga rumahnya, terbuat dari kayu, kecuali atapnya yang terbuat dari genteng. Ukuran rumahnya juga tak begitu besar, ruang tamu ada di bagian depan, ada dua kamar di bagian tengah, lalu bagian belakangnya ada dapur, sementara kamar mandinya ada di lantai bawah, tepatnya di bawah dapur.

Kalau mau kekamar mandi tinggal turun kebawah, tak ada pintu yang menutupinya, sehingga ketika kita turun dari tangga, maka akan langsung kekamar mandi.

Sehingga tak jarang, ketika aku ingin kekamar mandi, aku tidak sengaja memergoki Ayu lagi mandi, ataupun sedang buang air. Jeleknya kamar mandi seperti ini, membuat kita harus sangat waspada, tapi bagusnya untukku, aku tak perlu merasa bersalah ketika memergoki Ayu sedang mandi atau buang air.

Aku masuk kekamar sebentar mengganti pakaianku dengan kain sarung, tak lama aku keluar dari kamar hendak kekamar mandi.

"Mau kebawah Ka?" Aku menoleh kebelakang, sepertinya Ayu juga mau memakai kamar mandi.

Gadis cantik itu tampak mengucek-ngucek matanya yang setengah terpejam.

"Iya, kamu juga mau make?"

"Aku duluan ya?"

"Silakan." Jawabku.

Lalu dia turun kebawah sementara aku menunggu diatasnya. Tak lama kemudian aku mendengar suara desiran air, sepertinya Ayu sedang buang air kecil. Sebenarnya aku bisa saja mengintipnya, karena lantai dapur yang terbuat dari kayu membuat cela lubang yang cukup membuatku untuk mengintipnya, tapi aku takut, kalau nati tiba-tiba Nenekku bangun dan memergokiku sedang mengintip Ayu.

Jadi aku hanya bisa puas dengan mendengar suara desiran air kencingnya, sambil membayangkannya.

Tak lama kemudian Ayu naik keatas. "Jangan lama-lama ya!" Katanya.

"Iya...!" Kataku tak begitu mengerti dengan maksudnya.

Segera aku turun kebawah, jujur saja mendengar suara desiran air kencing Ayu mebuatku jadi terangsang, sehingga niatku yang ingin kencing hilang sudah, di gantikan dengan keinginan masturbasi sambil membayangkan dirinya.

Dan saat aku mulai mengcok batang kemaluanku, tiba-tiba mataku menangkap kain kecil yang tergantung di paku tepat didepan mataku. Aku tau itu adalah celana dalam milik Ayu, yang tadi ia kenakan, berarti saar ini Ayu tak lagi mengenakan celana dalam.

Buru-buru aku mengambil celana dalamnya, dan ternyata celana dalam Ayu tampak lembab, sepertinya ia juga sangat terangsang saat memergokiku sedang menatap selangkangannya tadi.

Kucoba mencium aroma celana dalamnya, dan ternyata memang benar, aroma vaginanya sangat menyengat.

Aku tak tahan lagi, sambil mencium dan menjilat celana dalamnya, aku mengocok penisku hingga akhirnya aku memuntahkan lahar panasku.

<><><><><><><><><>
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Maaf nih suhu,, ini ceritanya lanjutan apa repost ato gmn suhu? Perasaan crita yg ini sdh pernah d posting d mari,, maaf nih suhu klo aq salah
Ini perbaikan dari crta sebelumnya, klu sblumnya exenya kasar, soalnya klu kmrin itu sesuai pesanan seseorang yg mnta bikinin crta ksaya, klu yg ini d perhalus, bahasanya jg d perhalus, sesuai selera saya.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Sodaaap... Lemak nian Kak Raka ni... Colokannyo banyak... Ditunggu nganalin Ayu.
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd