Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Credit Marketing Oficcer (CMO) Remake

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Empat


Tab... tab... tab...
Terdengar suara langkah kaki yang menghentak menuju sebuah kamar yang saat ini aku tempati, Kemudian seseorang membuka pintu kamarku, lalu dengan santainya seorang wanita yang hanya mengenakan handuk duduk di kursi kayu di depan meja rias.

Aku tersenyum girang melihat Ayu sepupuku yang sedang duduk menghadap cermin, membelakangi diriku yang sedang berpura-pura tidur.

Memang sebenarnya dulu ini adalah kamarnya Ayu, tapi semenjak aku tinggal di rumah nenek, Ayu mengalah dan tidur di kamar Neneknya. Tapi walaupun Ayu tidur bareng Nenek, barang-barang Ayu masi tinggal di kamar ini, dari pakaian hingga kosmetiknya. Sehingga tidak heran kalau Ayu suka keluar masuk kamar ini.

Dari posisiku saat ini, aku bisa melihat sebagian wajah Ayu, lutut dan paha mulus Ayu yang tidak tertutup handuk sementara dari posisi Ayu, dia dapat melihat Aku sepenuhnya melalui pantulan cermin yang ada di depannya saat ini.

Aku yang tidur diatas kasur melakukan sedikit gerakan, dengan menekuk lutut kananku dengan posisi tegak, membuat sarungku tersingkap sangat banyak, membuat cela hingga keselangkanganku.

Saat tidur aku memang lebih suka mengenakan sarung sebagai selimut, alasannya karena merasa lebih nyaman ketimbang menggunakan selimut.

Setiap pagi, Aku memang suka menggoda Ayu dengan mempertontonkan kemaluanku kepada Ayu, sebagian orang pasti menganggapku tidak tau malu, atau kurang kerjaan, atau penyimpangan seksual. Tapi inilah aku, aku suka mempertontonkan kemaluanku di hadapan mereka kaum perempuan, karena aku bangga dengan apa yang aku miliki, dan biasanya wajah Ayu akan berubah tegang ketika sadar kalau penisku terekpose.

Lama aku memperhatikan Ayu, dan tiba-tiba Ayu menghentikan aktivitasnya yang sedang mengolesi lipstik di bibir merahnya. Mata Ayu tampak melotot, dengan mulut yang menganga lebar, kemudian Ayu memutar duduknya, memperhatikan melihat kearahku yang masih memejamkan mata, aku hanya membuka sedikit mataku agar ia tidak curiga.

"Fuh..." Terdengar suara desahan Ayu.

Kemudian ia segera menyelesaikan mengoles bibirnya dengan lipstiknya lalu segera berdiri dan keluar dari dalam kamar. Sepeninggal Ayu, aku segera bangun dan kemudian aku membuka lemari Ayu, mengambil celana dalam Ayu dan kembali berbaring dengan menyingkap sarungku hingga penisku benar-benar terbebas.

"Aaahkk... Ayu!"

Dengan menggunakan celana dalam Ayu, aku mengocok penisku, tanganku bergerak maju mundur, sementara mataku merem melek membayangkan tubuh sintal sepupuku yang menggoda.

Berselang sepuluh menit kemudian, tubuhku bergetar nikmat dan kemudian lobang penisku mengeluarkan cairan kental berwarna putih, membasahi celana dalam Ayu yang berwarna ungu.

Sreeak...
Pintu kamarku kembali terbuka, membuatku kaget setengah mati, buru-buru dengan gerakan cepat aku menyembunyikan celana dalam Ayu kebawah kasurku, karena buru-buru celana dalam itu ternyata hanya sebagian saja yang masuk kebawah kasurku.

Nafasku tampak terputus-putus ada kekhawatiran ketika saat Ayu membuka kembali pintu kamarku "Semoga saja Ayu tidak melihatnya." Gumamku di dalam hati, sanking gugupnya kalau Ayu mengetahui kelakuanku.

Ayu kembali duduk di meja rias, wajahnya terlihat tegang dan kemudian Ayu kembali melangkah berjalan kearahku lalu tanpa sadar dia berjongkok di depan wajahku

Astaga.... Aku betdecak kagum melihat pemandangan yang ada di depan mataku saat ini. Aku yang sedikit membuka mataku dapat melihat jelas bibir vagina Ayu yang tembem, di tumbuhi rambut lebat di seekitaran pubik dan bibir vaginanya, membuat penisku yang tadi tertidur kini kembali berdiri tegak. Dan ketegangan semakin bertambah ketika Ayu melambaikan tangannya di depan wajahku, seolah Ayu ingin memastikan kalau aku benar-benar masih dalam keadaan tertidur lelap.

Berselang beberapa detik kemudian, tiba-tiba kurasakan tangan Ayu yang halus meraih penisku, menggenggam penisku yang sudah berdiri maksimal.

"Uuhkk..." Aku melenguh pelan ketika tangan Ayu mengurut batang kemaluanku, sementara tangan kiri Ayu turun kebawah, menuju bibir vaginanya. Ayu menggosok vaginanya sambil mengocok penisku.

Kemudian Aku melihat kedua jari Ayu tiba-tiba masuk kedalam lobang vaginanya, membuat mataku terbuka semakin lebar. Beruntung Ayu yang sedang menikmati masturbasinya tidak memperhatikan mataku yang sedang terbelalak.

Kejutan demi kejutan kembali di kudapatkan, Ayu tiba-tiba mengangkat satu kakinya, kemudian melangkahi wajahku, sehingga kini bibir vagina Ayu berada tepat di depan wajahku, aku dapat melihat semakin jelas vagina Ayu yang becek, dan dapat menghirup aroma khas vagina Ayu yang sudah mengeluarkan precum cukup banyak.

"Maaf ya Raka." Bisik Ayu, kemudian Aku merasakan sesuatu yang hangat menjalar ke penisku, sebuah sapuan lidah yang amat kukenal.

Sungguh aku tidak menyangkah, kalau Ayu juga terangsang denganku.

Baru kali ini Ayu seberani ini denganku, selama ini Ayu yang aku kenal tidak seliar ini, mungkinkah selama ini ia menahan diri, sama sepertiku?.

Dalam diam Aku merasakan penisku kini berada di dalam mulut Ayu, membuat penisku semakin besar dan memanjang, bahkan aku merasa penisku berhasil masuk hingga ketenggorokan Ayu, ketika Ayu memaksa penisku masuk sejauh mungkin di dalam mulutnya.

Sembari menikmati kuluman Ayu, Aku di suguhi pemandangan yang begitu indah, ketika kedua jari Ayu keluar masuk kedalam vaginanya, membuat cairan cinta Ayu merembes keluar semakin banyak, bahkan menetes ke wajahku.

Setelah sepuluh menit kemudian penisku berkedut-kedut dan akhirnya aku memuntakan spermanya kedalam mulut Ayu. Degan lahap Ayu menelan spermaku.

"Hhmm.... Aku dapet Raka!" Erang Ayu, kemudian dia menyemburkan cairan cintanya kewajahku.

Ayu segera menarik diri, kemudian dia kembali berjongkok di hadapan wajah ku. "Terimakasi ya Raka ganteng, maaf sudah ngontori wajah kamu, habis kamu juga yang nakal, tidur gak pake celana dalam, hihihi..." Tawa Ayu lalu dia berjalan beberapa langkah, membuka lemari pakaiannya dan mengambil celana dalamnya.

Tapi tepat ketika ia ingin mengenakan celana dalamnya, Ayu mengurungkan niatnya dan kembali mendekatiku, membuatku kembali gugup.

"Dasar Raka mesum!" Bisik Ayu.

Dia mengambil celana dalam yang tergeletak di sampingku, kemudian seolah tidak perduli dengan noda yang ada di celana dalamnya, Ayu mengenakan celana dalam tersebut, membuatku tersenyum kecil.

Kemudian Ayu keluar dari dalam kamarku sambil membawa beberapa helai pakaian kerjanya.

<><><><><><>

Braak...
"KALIAN ITU BISA KERJA GAK SI"

Aku dan yang lainnya hanya bisa tertunduk lesu mendengar amarah dari atasan kami, beberapa kali Pak Togar memukul mejanya, dengan berteriak lantang dengan muka memerah marah, dan mata yang melotot.

Pagi ini dia baru saja di panggil Pak Dito managernya, di ruangan Pak Dito, kemungkinan besar ia di marah habis-habissan karena pencapaian bulan ini sangat jauh dari target, dan tentu saja pencapaian itu mengancam posisinya, dan sebagai bentuk luapan emosinya, ia balik membentak, memarahi kami bawahannya yang menurutnya paling bersalah.

"Kamu Raka, saya lihat pencapaian kamu dulu sangat baik, tapi kenapa sekarang pencapaian kamu sangat buruk? Ini sudah tanggal 20 tapi kamu baru menjual 4 aplikasi sampai hari ini." Kuangkat kepalaku, sembari mendengarkan ocehannya.

"Saya cuman manusia biasa Pak, gak mungkin setiap bulan saya mencapai target, selain itu kalau di bandingkan yang lain, pencapaian saya jauh lebi baik." Jelasku membela diri dengan nada tinggi.

Jujur aku tak terima di bentak-bentak seperti ini, apa lagi aku merasa penjualanku masih cukup baik, kalau di bandingkan yang lain.

"Saya tau di sini Bapak adalah atasan kami, tapi apakah tidak bisa di bicarakan baik-baik?" Lanjutku yang mulai semakin emosi. Bahkan aku sempat berdiri, tapi di tenangkan teman-temanku.

"Kamu sudah salah membantah lagi."

"Maaf Pak, saya hanya menyampaikan pendapat saya." Kataku agak kesal. Sungguh aku sangat tersinggung dengan ucapannya.

"Diamlah..." Balas Pak Togar. "Dan kamu Tedi, Ronald, mana hasil kalian, ini sudah hampir satu bulan, tapi sampai saat ini kalian hanya bisa menjual satu aplikasi, apa kalian gak malu terima gaji satu bulan tapi tidak ada hasilnya." Suara Pak Togar kembali meninggi.

"Maaf Pak, saya sudah berusaha."

"Saya tidak butuh usaha kamu, saya cuman butuh hasil, dan mana hasil kalian." Pak Togar memandangi kami bawahannya satu persatu.

"Secepatnya Pak!" Jawab Tedi.

"Sudalah saya muak sama kalian, Tedi, Ronald, kalian berdua temuin hrd, minta sama dia surat pengunduran diri. Dan kalian semua boleh jalan sekarang."

Aku dan yang lainnya segera turun kebawah, sebagian dari mereka tampak mendumel kesal.

Kedua temanku, Edi dan Ronald segera menuju ruang hrd dan yang lainnya pergi berkeliling mencari pelanggan, hanya aku sendiri yang saat ini masih berdiri tegak di depan kantor. Aku mengambil bungkusan rokok dunhild milikku dan menyalakannya.

kuhisap perlahan rokokku, membiarkan racun nikotin memenuhi paru-paruku, hanya dengan ini aku bisa sedikit menenangkan diriku.


<><><><><><>

"Hahaha... ada-ada saja kelakuan kamu ini Dek." Tawa Vera setelah mendengar curhatanku tentang Pak Togar.

"Tapi dia keterlaluan Kak."

"Iya Kakak ngerti kok perasaan kamu, Kakak juga sering kok di bentak atasan, membentak bawahan juga lebih sering lagi." Jelas Kak Vera sembari tersenyum menenangkan hatiku yang lagi emosian.

Kak Vera memang selalu menjadi tempat curhatanku. Setiap kali aku ada msalah, aku selalu mendatangi Kak Vera, entah itu kerumahnya atau mendatangi Kak Vera di kantornya. Seperti saat ini, Aku sedang berada di kantin kantor Kak Vera. Dan seperti biasanya Kak Vera selalu mau menjadi pendengar yang baik untukku.

"Gini Dek, dalam dunia pekerjaan, hal seperti itu sudah biasa, kamu mau bekerja di mana saja, hasilnya akan tetap sama saja."

"Maksud Kakak?"

"Dimanapun kamu bekerja, pasti akan ada tekanan dari atasan kamu. Bahkan sekalipun kamu menjadi manager, tekanan itu akan tetap ada, bahkan lebih parah lagi. Sama halnya dengan Pak Togar, dia sebagai SPV kamu, pasti mendapat tekanan dari atasannya, dan tentu saja itu akan mengancam kariernya.

"Coba kamu bayangkan kalau dia sampai di pecat, bagaimana nasib dia dan keluarganya? Sementara usianya sudah tidak muda lagi, tentu akan sulit baginya untuk mencari pekerjaan, berbeda kalau senadainya saja kamu yang di pecat, usia kamu masih mudah, dan kamu bisa saja dengan mudah mendapatkan pekerjaan lain." Jelas Kak Vera panjang lebar.

"Tapi dia tidak perlu membentakkan? Dia tinggal pecat saja semuanya dan mencari karyawan lain."

"Tidak segampang itu Dek, emang kamu pikir cari karyawan baru itu muda? Ya katakanlah muda, karena banyak dari kita yang pengangguran, tapi sebagai karyawan baru, tentu mereka butuh beradaptasi, tidak mungkin dia langsung bisa berprestasi dalam sekejap." Kak Vera diam sejenak, memberi waktu untukku mencerna penjelasannya.

"Selain itu, reputasinya di mata atasan akan menjadi buruk, karena dia di anggap tidak mampu mengendalikan bawahannya." Lanjut Kak Vera.

"Iya, tapi kenapa harus membentak."

"Di bentak saja kalian belum tentu memberikan hasil yang baik, apa lagi kalau di lembutin, bisa-bisa dia angkat kaki lebih awal dari kantornya." Kak Vera tersenyum, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, apa yang di katakan Kak Vera memang benar, di bentak saja mereka masih malas-malasan, apa lagi kalau di kasi hati, bisa-bisa mereka akan meminta jantung.

"Terimakasih ya Kak!"

"Iya sama-sama Adikku sayang." Jawab Kak Vera menggodaku, sembari mengucek rambutku.

"Kabarnya Janna gimana? Uda jadian?" Jleb... pertanyaan Kak Vera menusuk hatiku.

Memang tak ada rahasia antara aku dan Kak Vera, aku selalu menceritakan apa saja tentang diriku kepadanya, dan ia akan menjadi pendengar yang baik.

Termasuk kedekatanku dengan Janna, bahkan aku juga menceritakan ke Kak Vera kalau aku juga sudah perna menidurinya.

Aku menggelengkan kepalaku. "Hati ini, cinta ini hanya untuk satu orang, selamanya juga akan selalu begitu Kak!" Jelasku, Kak Vera menghela nafas panjang.

<><><><><><><><><><>

Jam empat sore seperti biasanya, kami berkumpul di kantor, menyerahkan laporan hasil kerja kami hari ini. Tapi tidak biasanya Pak Togar sekarang lebih banyak diam, karena biasanya setiap pagi dan sore, Pak Togar sangat rajin menceramahi kami.

Dan tak lama kemudian, kamipun di perbolehkan pulang, tapi hanya aku seorang yang masi menetap tinggal di kantor. Setelah teman-temanku pergi, aku segera menemui Pak Togar di mejanya.

"Sore Pak!" Sapaku.

"Belum pulang Raka? Ada apa?" Jawab Pak Togar ramah, membuat aku merasa semakin bersalah.

"Saya mau minta maaf soalnya kejadian tadi pagi, saya kebawak emosi!" Kataku, sambil menundukan wajahku, aku tidak berani menatap langsung mata atasanku yang sedang tersenyum kepadaku.

"Bapak mengerti Raka, dulu sewaktu seumuran kamu Bapak juga emosian."

"Tapi saya sudah membentak Bapak."

"Sudah lupakan saja Raka, saya sudah memaafkan kamu sejak awal." Ujar Pak Togar dengan nada suara yang terdengar sangat berwibawa. "Bapak juga minta maaf sudah membentak kamu tadi."

"Itu wajar Pak!" Jawabku.

Aku merasa tidak seharusnya aku membentak atasanku di hadapan yang lainnya.

"Hahaha.... kamu benar-benar mirip saya waktu masi muda, gampang sekali emosi, tapi juga tidak malu untuk mengakui kesalahan, saya salut sama kamu." Pak Togar menepuk pundakku sembari memujiku.

"Tapi kamu juga harus tau Raka, saya sebenarnya sangat bangga sama kamu, pencapaian kamu selalu diatas teman-teman kamu." Lanjut Pak Togar.

"Tapi kenapa Bapak tadi memarahi saya, bahkan saya orang yang pertama Bapak marahi."

"Hahahaha...." Pak Togar kembali tertawa. "Bapak memarahi kamu tujuannya bukan untuk kamu melainkan untuk teman-teman kamu. Orang yang seperti kamu saja, bisa terancam, apa lagi teman kamu yang selalu berada di bawah kamu." Jelas Pak Togar.

"Jadi maksud Bapak, aku cuman sebagai pancingan agar teman-temanku yang lainnya jadi bersemangat mengejar target, agar tidak terancam?"

"Ya, kamu benar."

"Maafkan saya Pak!" Lagi aku memimta maaf.

"Eeehmm..." Pak Togar mendesah pelan. "Tujuan Bapak memang baik, tapi mungkin cara Bapak yang salah dalam menyampaikannya."

"Bapak tidak salah kok."

"Ya sudah, kita tidak perlu saling menyalahkan, cukup menjadikan kesalah pahaman ini sebagai pelajaran kedepannya nanti!" Pak Togar berdiri dari kursinya. "Yuk kita pulang, sudah mau magrib ni." Ajak Pak Togar kepadaku

"Iya Pak!" Jawabku tersenyum.

Sambil mengobrol ringan kami menuruni anak tangga, bercanda gurau seolah tidak perna terjadi masalah diantara kami berdua.

<><><><><><><>

Sesampinya di parkiran kantor aku melihat Janna yang berdiri di samping motorku.

"Belum pulang?" Tegurku.

Janna mendesah pelan. "Nungguin kamu." Katanya dengan nada kesal. "Tadi kamu ngapain, kok lama banget?" Tanyanya penasaran.

Aku tersenyum sembari mengucek kerudung putihnya. "Mau tau aja." Kataku menggodanya.

"Kak Raka nyebelin." Rajuknya sembari merucutkan bibirnya.

"Hahaha..." Tawaku pelan. "Pulang yuk." Ajakku, sembari membelai wajahnya.

"Mau mampir ke kos gak?" Aku tersenyum.

"Pengen ya..." Godaku, wajah Janna langsung merona merah, mungkin dia malu. "Mampir gak ya..." Lanjutku menggoda dirinya.

Dia melengos lalu hendak menuju motornya, dengan cepat aku menahan tangannya, lalu menarik dirinya masuk kedalam pelukanku. Tanpa aba-aba aku langsung melumat bibirnya selama beberapa detik, membuat Janna tampak terkejut.

Mata kami bertemu, dapat kulihat senyuman tipis Janna yang menggoda.

"Malu tau di lihat orang." Protes Janna.

Aku melihat kekiri dan kekanan. "Sepi tu." Kataku sembari mengangkat kedua pundakku.

"Dasar gila." Dia mencubit perutku. "Udah yuk, gak tahan ni." Lanjutnya, membuatku kembali terkekeh mendengar ajakannya.

<><><><><>
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Pressure dari perusahaan emg wajib hukumnya dilampiaskan ke perlendiran..
:pantat:
 
Mantap hu

Aada scene sama janda mahmud dan ibu tirinya gak yaa
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd