permisi suhu-suhu sekalian.
newbie mencoba berkontribusi dalam forum ini. mohon masukan yang membangun dan ide2 nama untuk tokoh wanita kalo ada yg berkenan hehe. trims semua.
salam hangat.
dewa.
4. Sarang Elang
1. prologue
trang.. tang..
suara Scalpel atau pisau bedah terjatuh dalam ruangan berhawa dingin, penuh aroma zat kimia khas ruangan steril.
“maaf, ada apa prof ?”
“aku lelah” lelaki tua berperut besar itu menjawab, keringat mengucur di dahinya, melewati celah kacamatanya, dan terhenti dimasker operasinya. tangannya lemas terkulai kebawah bergetar. lalu menatap jam di ruangan, menyimpulkan baru 30 menit sejak pasien ini terbaring dibawah pengaruh obat anastesi, ini pasien keempatnya.
“kau lanjutkan, dirga” prof. basyir kemudian berlalu ke ruang cuci tangan di sebelah kamar operasi, tampak rapuh menahan lelah melepas handschoen dan celemek khas ruang operasi. “aku gerah” tambahnya.
dirga menukar posisi, mengambil alih menjadi operator Sectio Caesarea kali ini.
“oke semuanya, kulanjutkan.. tapi tunggu, mana dia ? tumben” ucap dirga sambil menyisir seisi ruangan yang kini terisi lima orang.
“kreekkk...”
pintu ruang OK/kamar operasi terbuka perlahan,
“kukira kau tak akan datang kali ini” dirga kembali bersuara tanpa mengarahkan pandangannya padaku, terus melanjutkan prosedur operasi cesar, manyayat corpus 10cm.
“sudah steril ?” Nesya bertanya padaku, senyum manis tertutup masker menyisakan mata menyipit khas wajah wanita sumatera oriental.
perawat OK baru, berusia 20an akhir ini membawa suasana segar, kutaksir tingginya 165cm, berbadan sintal dengan dada yang membusung tercetak meski telah memakai gown operasi.
berkebalikan dengan Dirga, residen laki-laki senior semester akhir studi spesialis obgyn berbadan tambun berperut jauh lebih besar dari perut prof. Basyir, yang terkesan sombong.
“maaf aku terlambat, belum kak” kujawab.
“haha dewa.. dewa.. kau bahkan tak di stase ini, tapi setiap ada OP kau selalu ingin ikut dan datang terlambat, pagi ataupun juga malam. konyol sekali tingkahmu” prof. Ardi, dokter anastesi menimpali.
Dewa, nama panggilanku, dokter muda 23 tahun. aku diruang operasi ini bukan karena cerdas, rajin, junior kesayangan, ataupun semua hal yang kalian bayangkan pada imej anak kedokteran. aku berbeda. akulah kegelapan. hidup menyendiri sejak masih kecil. satu satunya manusia yang kuanggap teman adalah prof.basyir.
“sudah, sudah.. Dewa, segera cuci tangan, tolong bantu dirga ya” prof.basyir telah melepas gowning jubah OK lalu masuk ke ruang operasi kembali.
“baik prof” jawabku singkat.
operasi ini tidak terlalu lama menyita waktu, 20 menit setelah aku bergabung menjadi asisten 1, berdiri diseberang Dirga dan disamping Nesya, si perawat baru.
setelah mengeluarkan bayi dan plasentanya, dinding uterus ditutup lapis demi lapis, lalu Dirga menyerahkan sisanya padaku. menutup dinding abdomen.
tak banyak percakapan selama operasi berlangsung, hanya suara dan gerak seperlunya penunjang operasi.
anatomis dan fisiologis tubuh pasien ini juga normal dan tidak terlalu banyak kesulitan kami hadapi, begitupun padaku saat ini yang merupakan operasi ke-279 yang kuikuti.
cukup cepat kujahit luka operasi pada perut pasien, posturku lebih tinggi dari Dirga, sehingga posisi bed operasi menyesuaikan tingginya dan hal itu membuatku sedikit lelah membungkuk.
Dirga beranjak hendak mencuci tangan, meninggalkanku untuk menyelesaikan operasi ini, tentu ditemani Nesya dan prof.Ardi dokter anestesi.
Dengan santai kulanjutkan pekerjaanku, namun satu hal, selama operasi ini, instingku mengatakan bahwa sepasang mata selalu memperhatikanku, bukan prof.basyir tentunya.
ini tatapan wanita.
newbie mencoba berkontribusi dalam forum ini. mohon masukan yang membangun dan ide2 nama untuk tokoh wanita kalo ada yg berkenan hehe. trims semua.
salam hangat.
dewa.
1. Prologue
2. Kau tahu namaku
4. Sarang Elang
1. prologue
trang.. tang..
suara Scalpel atau pisau bedah terjatuh dalam ruangan berhawa dingin, penuh aroma zat kimia khas ruangan steril.
“maaf, ada apa prof ?”
“aku lelah” lelaki tua berperut besar itu menjawab, keringat mengucur di dahinya, melewati celah kacamatanya, dan terhenti dimasker operasinya. tangannya lemas terkulai kebawah bergetar. lalu menatap jam di ruangan, menyimpulkan baru 30 menit sejak pasien ini terbaring dibawah pengaruh obat anastesi, ini pasien keempatnya.
“kau lanjutkan, dirga” prof. basyir kemudian berlalu ke ruang cuci tangan di sebelah kamar operasi, tampak rapuh menahan lelah melepas handschoen dan celemek khas ruang operasi. “aku gerah” tambahnya.
dirga menukar posisi, mengambil alih menjadi operator Sectio Caesarea kali ini.
“oke semuanya, kulanjutkan.. tapi tunggu, mana dia ? tumben” ucap dirga sambil menyisir seisi ruangan yang kini terisi lima orang.
“kreekkk...”
pintu ruang OK/kamar operasi terbuka perlahan,
“kukira kau tak akan datang kali ini” dirga kembali bersuara tanpa mengarahkan pandangannya padaku, terus melanjutkan prosedur operasi cesar, manyayat corpus 10cm.
“sudah steril ?” Nesya bertanya padaku, senyum manis tertutup masker menyisakan mata menyipit khas wajah wanita sumatera oriental.
perawat OK baru, berusia 20an akhir ini membawa suasana segar, kutaksir tingginya 165cm, berbadan sintal dengan dada yang membusung tercetak meski telah memakai gown operasi.
berkebalikan dengan Dirga, residen laki-laki senior semester akhir studi spesialis obgyn berbadan tambun berperut jauh lebih besar dari perut prof. Basyir, yang terkesan sombong.
“maaf aku terlambat, belum kak” kujawab.
“haha dewa.. dewa.. kau bahkan tak di stase ini, tapi setiap ada OP kau selalu ingin ikut dan datang terlambat, pagi ataupun juga malam. konyol sekali tingkahmu” prof. Ardi, dokter anastesi menimpali.
Dewa, nama panggilanku, dokter muda 23 tahun. aku diruang operasi ini bukan karena cerdas, rajin, junior kesayangan, ataupun semua hal yang kalian bayangkan pada imej anak kedokteran. aku berbeda. akulah kegelapan. hidup menyendiri sejak masih kecil. satu satunya manusia yang kuanggap teman adalah prof.basyir.
“sudah, sudah.. Dewa, segera cuci tangan, tolong bantu dirga ya” prof.basyir telah melepas gowning jubah OK lalu masuk ke ruang operasi kembali.
“baik prof” jawabku singkat.
operasi ini tidak terlalu lama menyita waktu, 20 menit setelah aku bergabung menjadi asisten 1, berdiri diseberang Dirga dan disamping Nesya, si perawat baru.
setelah mengeluarkan bayi dan plasentanya, dinding uterus ditutup lapis demi lapis, lalu Dirga menyerahkan sisanya padaku. menutup dinding abdomen.
tak banyak percakapan selama operasi berlangsung, hanya suara dan gerak seperlunya penunjang operasi.
anatomis dan fisiologis tubuh pasien ini juga normal dan tidak terlalu banyak kesulitan kami hadapi, begitupun padaku saat ini yang merupakan operasi ke-279 yang kuikuti.
cukup cepat kujahit luka operasi pada perut pasien, posturku lebih tinggi dari Dirga, sehingga posisi bed operasi menyesuaikan tingginya dan hal itu membuatku sedikit lelah membungkuk.
Dirga beranjak hendak mencuci tangan, meninggalkanku untuk menyelesaikan operasi ini, tentu ditemani Nesya dan prof.Ardi dokter anestesi.
Dengan santai kulanjutkan pekerjaanku, namun satu hal, selama operasi ini, instingku mengatakan bahwa sepasang mata selalu memperhatikanku, bukan prof.basyir tentunya.
ini tatapan wanita.
Terakhir diubah: