paijobgt
Pendekar Semprot
Pasang patok hu...ijin nyimak hu @pujangga2000
Lancar RL sehat selalu Hu,Maaf ya buat Prem terpaksa ketunda, soalnya istri mendadak dapat jadwal operasi gigi, jadi udah hampir 3 bulan sejak januari nunggu jadwal operasi, gak taunya tiba2 aja Kamis di suruh Dateng ke rumah sakit untuk siap2 operasi, jadinya ane musti handel semuanya, bocah sekolah sampe bolak balik ke Rumkit. Ya syukurlah udah selesai operasinya, mudah2an besok segera rilis bab 62 dan 63
Semoga keluarga suhu baik2 selalu dan sehat kembaliMaaf ya buat Prem terpaksa ketunda, soalnya istri mendadak dapat jadwal operasi gigi, jadi udah hampir 3 bulan sejak januari nunggu jadwal operasi, gak taunya tiba2 aja Kamis di suruh Dateng ke rumah sakit untuk siap2 operasi, jadinya ane musti handel semuanya, bocah sekolah sampe bolak balik ke Rumkit. Ya syukurlah udah selesai operasinya, mudah2an besok segera rilis bab 62 dan 63
Sehat sehat untuk kluarga suhu,ttep semangatMaaf ya buat Prem terpaksa ketunda, soalnya istri mendadak dapat jadwal operasi gigi, jadi udah hampir 3 bulan sejak januari nunggu jadwal operasi, gak taunya tiba2 aja Kamis di suruh Dateng ke rumah sakit untuk siap2 operasi, jadinya ane musti handel semuanya, bocah sekolah sampe bolak balik ke Rumkit. Ya syukurlah udah selesai operasinya, mudah2an besok segera rilis bab 62 dan 63
Cepet sembuh dan pulih kembali buat istri om @pujangga2000..Maaf ya buat Prem terpaksa ketunda, soalnya istri mendadak dapat jadwal operasi gigi, jadi udah hampir 3 bulan sejak januari nunggu jadwal operasi, gak taunya tiba2 aja Kamis di suruh Dateng ke rumah sakit untuk siap2 operasi, jadinya ane musti handel semuanya, bocah sekolah sampe bolak balik ke Rumkit. Ya syukurlah udah selesai operasinya, mudah2an besok segera rilis bab 62 dan 63
Semoga istrinya kembali sehat hu...Maaf ya buat Prem terpaksa ketunda, soalnya istri mendadak dapat jadwal operasi gigi, jadi udah hampir 3 bulan sejak januari nunggu jadwal operasi, gak taunya tiba2 aja Kamis di suruh Dateng ke rumah sakit untuk siap2 operasi, jadinya ane musti handel semuanya, bocah sekolah sampe bolak balik ke Rumkit. Ya syukurlah udah selesai operasinya, mudah2an besok segera rilis bab 62 dan 63
Hihi....kenapa bisa kesel kaAku malah kesel sama anissa... Kesel sumpah
wah maya ma anto hrs dpt hukuman setimpal tuh...palagi maya sampai hamil bukan ma suaminya..*** rela adam di gituin ma maya...maya hrs dijadiin open bo...makasih suhu updatenya...part yg bikin hati emosi ♂♂Diary Seorang Istri
Part 59 - Kegusaran Santoso
Didalam pesawat jet pribadi yang mereka tumpangi, terasa sekali suasana begitu tegang dan diliputi kemurungan , tak ada satupun yang saling berbicara, mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing, Maya yang duduk berseberangan dengan Santoso menyenderkan kepalanya di jendela pesawat, pikirannya kosong memandang kearah luar yang gelap gulita, air matanya terasa telah kering, Suasana hatinya sedikit lebih tenang, perasaan dan pikirannya dipenuhi kecemasan tentang nasib Adam, dia merasa bersalah pada Adam, suami yang begitu baik padanya.
“Apa yang dilakukan suami kamu hingga kamu memperlakukannya seperti itu Maya! Dia hanya bercinta dengan pelacur beberapa kali dan itu berdasarkan transaksi jual beli, Adam melakukan itu karena uang, tapi kamu..melakukan itu karena begitu menikmatinya dan bahkan kamu memberikan uang sebanyak itu untuk orang yang belum lama kamu kenal?” Suara hatinya terasa gencar memarahinya.
“Suami kamu kecelakaan, kamu malah asik bercinta dengan orang lain, dimana moral kamu, untuk apa jilbab yang kamu kenakan jika kamu obral kemaluanmu pada orang yang gak berhak.” Maya memejamkan matanya, hati kecilnya terus menghujat perilakunya.
Maya teringat semua yang dilakukannya beberapa hari lalu, saat bertemu kembali dengan Anto, ada perasaan untuk meninggalkan suaminya, Maya merasa hidup bersama suaminya hanya akan membuatnya terus membohongi dirinya, Maya saat itu sudah bulat untuk meminta cerai dari suaminya dan hidup bersama dengan pria yang membuat gairahnya terpuaskan, namun kini semua terasa lain, tiba-tiba Maya merasa sangat bersalah dengan Adam suaminya, Maya merasa dirinya telah kotor, sungguh saat ini Maya merasa takut kehilangan Adam, masa-masa indah mereka bagai video yang terputar terus dibenaknya.
Maya teringat betapa Adam sangat baik padanya, betapa Adam begitu menyayanginya, kini Maya merasa dirinya tak pantas untuk menemani suaminya lagi, Maya merasa dirinya begitu kotor dan hina, Maya seolah tersadar atas semua perbuatannya, “Baru sadar kamu! Sudah terlambat non..mungkin saja suami yang menyayangimu itu tak akan hidup lagi? Mungkin aja sekarang dia hanya sedang menunggu kamu datang, lalu mati..puas kamu! Itu kan yang kamu inginkan, suamimu mati dan kamu bisa ngentot sepuasnya sama kekasih gelapmu itu dasar perempuan binal!”
“Gak.***k..” Maya menundukkan wajahnya, kedua tangannya menutupi wajahnya, kembali isak tangis terdengar, Santoso hanya menatap Maya tanpa berkata apapun, hanya helaan napasnya yang terdengar.
Murad yang duduk dibelakang memandang Maya dengan mata tajam, wajahnya terlihat sinis, “perempuan busuk, aktingnya udah kayak artis papan atas, kemarin ketawa-ketawa di pelukan curut got, sekarang nangis kaya gitu, andai lu jadi bini gua, bakalan gua bakar hidup-hidup lo berdua ama si curut got.” Batin Murad, tiba-tiba Rebon yang duduk disebelahnya menjatuhkan kepalanya di pundaknya, Murad melihat temannya itu tertidur dengan mulut mengangga, didorongnya kepala botak rebon dengan kasar, “Sue lo..iler lo kemana-mana botak.”
***
“Ya pak…baik, ya saya paham pak, terima kasih, ya selamat malam juga.” Anissa meletakkan kembali hpnya.
“Telepon dari siapa nduk?” Tanya Bapaknya.
“Dari bos Nissa pak, beliau bilang, Nissa tetap di Surabaya untuk sementara waktu untuk memantau perkembangan pak Adam.” Jawab Anissa sambil tersenyum, namun senyumnya seolah dipaksakan, terasa begitu hambar di wajahnya yang terlihat lelah.
“Hmm ya harusnya memang gitu, ohh ya istri pak Adam, apa dia sudah tahu?” Tanya Pak Darman, sekilas pak Darman melihat perubahan di wajah putrinya saat mendengar istri Pak adam di sebut.
“Hmm, enghhhh, sudah pak…dia sedang dalam perjalanan kesini.” Jawab Anissa tersenyum, Pak Darman melihat senyum getir putrinya dan segera menyadari apa yang sedang terjadi.
Anissa merasa jengah melihat bapaknya terus memandangnya dengan tajam, “Bapak kok liatin Nissa kaya gitu sih..”
“Kamu menyukai pak Adam nduk?” Tanya Pak Darman singkat.
Sejak tadi Nissa sudah berusaha menahan perasaannya untuk menangis, dia sudah mencoba menguatkan hatinya untuk tegar melihat orang yang dicintainya terbaring tak berdaya, namun kata-kata bapaknya seolah menghantam dan menghancurkan dinding ketegarannya, Air matanya menetes tak terbendung, Nissa memalingkan wajahnya sambil menggigit bibirnya, Nisa tahu dia tak bisa berbohong dengan bapaknya ini, namun Nissa juga tak bisa jujur mengatakan perasaannya, Nissa tahu bapak akan kecewa, kalau tahu putrinya ternyata menyukai pria yang sudah beristri. Nissa hanya bisa menyembunyikan wajahnya, sungguh dia tak berdaya menjawab pertanyaan bapaknya itu.
“Pak de..sudah larut malam, saya dan Kadir pulang dulu njih..” Ujar Pak Parmin yang ikut ke rumah sakit.
“Ohh ya…nyuwun sewu loh Min, jadi merepotkan kamu, maaf ya Dir..” Ucap Pak Darman.
“Ohh mboten nopo-nopo toh Pakde..” Balas Parmin, Kadir ikut mengangguk sambil tersenyum.
“Bapak sebaiknya ikut pulang saja, istirahat dulu, nanti bapak sakit.” Ujar Nissa.
Pak Darman terlihat Ragu, “Gak apa pak, nanti kalau ada apa-apa, saya hubungi bapak, Pak Parmin dan Pak Kadir, terima kasih banyak atas bantuannya ya, Nissa minta tolong antar bapak sekalian ya.” Ujar Nissa.
“Njih mbak.” Sahut Parmin dan Kadir.
“Kamu juga istirahat nduk..” Ujar Pak Darman pada Nissa.
“Njih pak, saya tunggu kedatangan istri Pak Adam dulu, kalau beliau sudah datang, saya pulang.” Jawab NIssa.
“Ya Sudah, bapak pulang dulu ya, hubungi bapak kalau terjadi sesuatu..” Ujar Pak Darman, kemudian bangkit dari tempat duduknya, “Hati-hati yo nduk..” Pak Darman berpamitan pulang, Nissa mencium tangan bapaknya, “Hati-hati ya pak.” Ujar Nissa.
Niken mengantar bapaknya hingga lift, setelah bapak dan rombongan tak terlihat lagi, Nissa kembali ke ruangan ICU, ruangan yang ditempati Adam termasuk ruangan ICU khusus VVIP, namun kecuali dokter dan perawat, tak ada yang diizinkan masuk, Anissa sendiri tak melihat secara langsung kondisi terakhir dari bosnya itu, Anissa diruangan tunggu bersama beberapa staf Edwin yang ditugaskan untuk memantau kondisi Adam, namun Nissa duduk menyendiri, dia merasa nyaman duduk sendiri, walaupun Pak Robert tak memberi perintah, Nissa sendiri tak ingin meninggalkan rumah sakit ini, Nissa merasa di rumahpun percuma karena pikirannya berada disini, Nissa melihat jam tangan yang dipakainya, waktu hampir pukul setengah tiga pagi, Nissa merasa tempat yang tepat untuk mengobati kegundahan hatinya adalah berdialog dengan sang Maha Kuasa, Nisa beranjak dan menuju Musholla untuk menunaikan sholat hajat, semua usaha medis telah dilakukan, kini saatnya meminta pertolongan pada Sang Maha Pencipta agar Bos dan juga sekaligus pria yang dicintainya bisa melalui semua ini dengan baik.
***
Pesawat yang ditumpangi Maya dan Santoso tiba lebih cepat dari jadwal, setibanya di bandara, mereka langsung menuju ke Rumah sakit, jarak bandara dengan rumah sakit berjarak 30 menit perjalanan, Supir yang menjemput melarikan mobil dengan kecepatan tinggi, dalam perjalanan hati Maya terus berdegup kencang, desiran desiran semakin kuat mengusik kalbunya, terlihat sekali wajah Maya diliputi kecemasan, kedua tangannya saling meremas satu sama lain.
Hanya butuh waktu 20 menit, kendaraan yang mereka tumpangi telah tiba di lobbi rumah sakit, rombongan Santoso segera bergegas naik ke lantai 12 tempat Adam di rawat, tak ada pembicaraan diantara mereka selama perjalanan itu, mereka begitu cemas dengan kondisi Adam, Santoso meminta supir untuk mengantar Donna pulang, sedangkan kedua bodyguard Santoso mengikuti bosnya ke ruangan tempat Adam di rawat.
Sesampaianya di lantai 12, Staf Edwin segera menyambut kedatangan mereka, beberapa perawat terlihat sibuk menerima kedatangan rombongan tersebut, Santoso mengantar Maya menuju ke kantor perawat. Anissa yang baru saja selesai menunaikan sholat Hajat melihat kedatangan rombongan Maya, namun Anissa hanya melihat sesaat sebelum Maya masuk ke ruangan perawat.
Didalam Ruangan perawat Maya duduk didampingi Santoso, ruangan itu terlihat lengang karena masih dinihari, hanya beberapa perawat dan dokter jaga yang standby di ruangan tersebut, tak lama terlihat seorang dokter didampingi perawat menghampiri Maya dan Santoso.
“Perkenalkan Saya Dokter Irwan, ini Istri pak Adam ya.” Tanya Dokter, Maya hanya mengangguk, Dokter melihat ke arah Santoso, sebelum ditanya Santoso memperkenalkan diri sebagai saudara Adam.
Dokter kemudian menjelaskan prosedur Medis yang telah mereka lakukan, dokter tersebut juga menjelaskan kalau Adam masih dalam pengaruh obat bius, secara keseluruhan kondisi Adam dalam kondisi stabil, hanya saja Adam mengalami trauma di kepala yang menyebabkan gegar otak, mengenai prosedur berikutnya yang harus dilakukan, Akan menunggu kepala Tim bedah yang akan menjelaskan secara langsung pada Maya.
Maya di izinkan masuk untuk melihat kondisi suaminya, sedangkan Santoso harus menunggu di luar, karena hanya keluarga inti yang diizinkan masuk. Santoso mengerti dan memahami peraturan Rumah sakit, sedikitpun dia tak protes saat tak diizinkan masuk mendampingi Maya, Santoso keluar menuju ruang tunggu, Murad dan Rebon yang sedang berdiri menghampiri bosnya.
“Ini sekretaris mas Adam yang ikut ke Surabaya ya.” Santoso menyapa Anissa yang berdiri sambil tersenyum.
“Ya pak, saya diperintahkan pak Robert untuk menunggu informasi tentang Pak Adam.” Ujar Anissa.
Santoso tersenyum dan mengangguk, Santoso melihat gadis manis ini terlihat begitu pucat, matanya memancarkan kegelisahan dan kecemasan, Santoso segera menyadari kalau kegelisahan gadis itu bukanlah kegelisahan biasa, Santoso melihat kegelisahan Anissa adalah kegelisahan seorang wanita terhadap pria yang dicintainya, “Jangan cemas mbak, saya yakin Mas Adam kuat dan segera pulih, saya adalah sahabat beliau, dan sudah mengenal Mas Adam puluhan tahun, saya tahu dia akan baik-baik saja, kita sama-sama berdoa ya mbak.” Ujar Santoso.
Anissa hanya mengangguk dan mengaminkan ucapan Santoso dalam hati, Anissa kembali mengangguk saat Santoso berpamitan dan berjalan bersama anak buahnya menuju Lift. Anissa kembali duduk, walau sudah hampir pagi, namun tak ada kantuk sedikitpun yang dirasakan Nissa, kecemasan dan kegundahan hatinya membuat pikirannya hanya terfokus pada Adam, tak henti Nissa berdoa dalam hatinya untuk keselamatan pria yang dicintainya itu. Kehadiran Maya membuatnya merasa sedikit kesal, namun Nissa tak bisa berbuat apa-apa, NIssa yang mengetahui perselingkuhan Maya sungguh tak rela melihat Maya datang melihat Adam, Andai boleh, ingin rasanya dia menjambak rambut wanita itu dan mengusirnya dari rumah sakit ini, Anissa menghela napas dan memejamkan mata berusaha meredakan gejolak kekesalan di hatinya.
***
“Silahkan bu, tapi maaf ya bu, tolong jangan sentuh apapun, dan hanya 10 menit ya, demi pasien juga.” Ujar perawat yang mengantar Maya ke dalam ruangan tempat Adam berbaring.
“Terima kasih Sus.” Ujar Maya yang telah mengenakan stelan baju dan sarung tangan steril, Perawat tersebut tersenyum dan menutup pintu, Maya melihat keadaan Adam yang tengah berbaring kaku, kepala suaminya di selimuti perban, sebuah selang masuk ke dalam tenggorokan Adam, dihidungnya terdapat selang oksigen, tiba-tiba tubuh Maya seolah tak bertenaga, hatinya hancur melihat keadaan suaminya saat itu, Maya memegang tembok agar tak terjatuh, wajahnya mulai terlihat bagai anak kecil yang hendak menangis, air mata Maya jatuh deras, maya sesenggukan hebat, “Yank…aku datang yank…plisss bangun yankkkk….yankkkkk….” Maya berjongkok didepan ranjang Adam, tangisnya benar-benar pecah, dia berusaha untuk tak mengeluarkan suara, punggungnya bergerak seiring dengan isak tangisnya.
Tiba-tiba Maya tersadar, Maya merasa bersalah dan kotor didepan suaminya ini, Maya mengutuk dirinya sendiri yang bertingkah bagai pelacur murahan, hatinya begitu takut sekarang, Maya sadar betapa dia sangat mencintai suaminya, dan sungguh dia sangat takut kehilangan suaminya ini, apalagi kemudian dia teringat dengan hasil test packnya, Maya tambah mengutuk dirinya sendiri, bisa-bisanya dia hamil dari lelaki lain, “Ya Tuhan Ampunilah aku…jangan ambil Suamiku ini Tuhan…aku takut kehilangan dia, jika Engkau ingin menghukumku, jangan ambil dia Tuhan…aku tak kuat dengan hukuman itu…ambil saja nyawaku…aku rela bertukar tempat dengan suamiku ini….”
Air mata semakin membanjiri pipi Maya, wajah cantiknya terlihat pucat, hatinya begitu terpukul dengan keadaan suaminya, baru Maya sadar kalau dia sangat mencintai suaminya, “yank maafin aku….maafin aku…gak..rasanya perbuatanku udah keterlaluan, aku gak pantas dimaafkan…aku gak pantas yank…tapi tolong sembuhlah yank….bangun yank…tampar aku, hajar aku, aku ikhlas yank…aku ikhlas jika kau meludahiku dan membenciku, aku ikhlas yank………tapi pliss bangun yank…jangan diam aja..bangun yank…yank……….” Sesengukan Maya semakin menjadi.
“Maaf bu, sudah 10 menit, mohon pengertiannya ya.” Suara perawat mengejutkan Maya, tatapan Maya seperti meminta waktu sebentar lagi menemani suaminya, namun suster mengatakan kalau Ruangan Adam harus steril dan meminta pengertian Maya demi kelancaran pengobatan suaminya, akhirnya Maya menuruti perintah perawat tersebut, Maya berjalan gontai keluar dari ruangan tersebut, Maya mengelap wajahnya dengan Tisue, di luar dia melihat seorang gadis yang segera dikenalinya, Maya duduk di dekat Anissa sambil tersenyum, Anissa membalas senyum Anissa dengan terpaksa, hatinya bergemuruh kesal.
“Mbak ini yang ikut dengan mas Adam kan ya.” Tanya Maya dengan suara terbata-bata.
“Eghh ya bu…” Jawab Anissa singkat.
“Gimana kronologinya mbak, kok sampai mas Adam seperti ini?” Tanya Maya.
“Hmmm…saya juga kurang tahu bu..” Anissa tak ingin memberitahu kejadian sebenarnya, dia juga bingung bagaimana menjelaskan kejadian sebenarnya pada Maya.
“Ohhh..toliet dimana ya mbak.” Tanya Maya.
“Disana bu.” Anissa menunjuk ke suatu arah.
“Ohh makasih ya..” Ucap Maya tersenyum lalu berusaha berdiri, Anissa melihat wajah Maya terlihat begitu pucat, “Bu..” Anissa berteriak karena terkejut saat melihat tubuh Maya limbung dan jatuh ke lantai, Anissa segera menghampiri Maya, “Bu..Bu Maya..”
Staf Edwin yang ada disana juga terkejut dan segera menghampiri Maya, kebetulan Santoso tiba kembali di ruangan itu, Murad dan Rebon tak terlihat mendampinginya, Santoso bergegas menuju tempat Maya pingsan, dengan cepat Santoso mengangkat tubuh Maya dan membawanya ke ruang perawat.
***
“Bagaimana dokter keadaan ibu Maya?” Tanya santoso saat melihat dokter telah selesai memeriksa kondisi Maya.
“Bu maya ini istri pak Adam tadi kan ya.” Tanya dokter, Santoso mengangguk membenarkan.
“Beliau tidak apa-apa. Hanya lelah, apalagi kondisi beliau sedang hamil, faktor terkejut melihat suami serta kelelahan membuatnya pingsan, namun secara umum kondisi beliau baik-baik saja, saya beri infus vitamin, nanti kalau sudah habis sebaiknya dibawa pulang dulu untuk istirahat.” Dokter memberi penjelasan panjang lebar.
Anissa yang ada diruangan itu terkejut mendengar kalau Maya tengah hamil, begitu juga Santoso, “Bu Maya hamil Dok?” tanya Santoso.
“Ya dari hasil tes seperti itu pak…sebaiknya jika keadaan bu Maya sudah lebih baik, segera diperiksa ke dokter spesialis kandungan, biasanya faktor terkejut ibu hamil bisa mempengaruhi bayi yang dikandungnya, baik pak saya permisi dulu.” Ujar Dokter.
“Mohon maaf bapak dan ibu, sebaiknya menunggu diluar, Bu Maya gak apa disini saja sambil menghabiskan infus yang diberikan dokter tadi.” Ujar Perawat.
Santoso dan Anissa kemudian keluar dari ruangan, pikiran mereka dipenuhi berbagai dugaan, mereka sama-sama curiga kalau kehamilan Maya adalah hasil perselingkuhannya, namun keduanya hanya diam tak bersuara.
Murad dan Rebon menghampiri Bosnya sambil membawa bungkusan besar, “Bos Cuma ada ini yang udah buka,” ujar Rebon.
“Ya udah bagiin buat mbak Nissa dan stafnya pak Edwin, kasihan mereka pasti lapar.” Ujar Santoso.
Rebon segera menjalankan perintah bosnya itu, dia membagikan masing-masing satu kotak makanan cepat saji merek terkenal kepada orang-orang yang ada disana. Nissa dan staf Edwin yang berada disana menerima pemberian Rebon.
Murad menghampiri bosnya, “Bos, ada yang perlu saya kasih tahu sama bos.”
Santoso melihat ke arah Murad, terlihat wajah Murad begitu tegang, “Ada apa?” Tanya Santoso.
Murad berbisik pada Santoso, mendengar bisikan Murad itu wajah Santoso terlihat berubah merah, “Lo yakin? Kenapa gak kasih tau dari kemarin, ****** lu.” Hardikan Santoso membuat orang-orang disana terkejut, termasuk Nissa.
“Maaf bos, saya juga gak tau kalau yang di gandeng si Anto itu mbak Maya, pas jemput Mbak Maya tadi, saya kaget kok ternyata yang digandeng si curut got itu adalah istri temen bos. Kalau tahu itu istri temen bos, udah saya karungin tuh si curut got.” Ujar Murad.
Santoso merasa Murad ada benarnya juga, darimana dia mengenal Maya, “Sori Rad, gua lupa kalau lu gak gak kenal Maya sebelumnya.”
“Berarti benar dugaanku, Cuma si bangsat itu yang punya Tato kayak gitu, apa jangan-jangan anak yang di kandung Maya anak dia, duh bangsat itu emang gada kapoknya, gua bersumpah bakalan buat perhitungan ama lo setan! Jangan Oliv, presiden sekalipun jadi backing lo, gak bakalan buat gua mundur untuk ngabisin lo, liat aja nanti, apalagi kalau sampai kenapa-kenapa sama Adam…” Wajah Santoso semakin merah padam menahan marah, tangannya mengepal kencang menggambarkan kekesalan hatinya saat ini.
****
Bersambung