Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dunia Fantasi

Terima kasih untuk pembaca yang sudah berkunjung. Semoga cerita ini bisa menghibur. Cerita terbaru agak terhambat karena ada perubahan sistus dan kehidupan pribadi yang cukup rumit untuk dipahami.

Membuka bulan baru, silahkan nikmati sajian terbaru dari cerita ini. Terima kasih.
 
Pelipur lara

Sekitar jam 7 aku bangun. Tidur semalam rasanya enak sekali. Mungkin karena kelelahan setelah seharian bekerja lalu dijalanan dan mengantarkan adik ku ke puncak kenikmatan tubuh ini sepertinya butuh lebih banyak istirahat. Setelah mengecek ponsel aku turun menemui orangtuaku yang sedang sarapan. Aku kaget karena mereka sudah rapih. Ayah dengan batik lengan panjang dan ibu dengan dres panjang dengan hijab gaya masa kini.

Hari ini orangtuaku dan beberapa warga akan mengantarkan anak tetangga kami menikah di kota sebelah. Kemungkinan mereka akan sampai rumah lagi siang atau bahkan sore hari mengingat daerah tersebut belum ada tol dan memang rawan macet. Setelah sarapan aku mengeluarkan mobil yang terparkir di garasi. Akupun sempat berbincang dengan beberapa tetangga sebelum mereka dan orangtuaku pergi. Ibu berpesan bahwa dia sudah memasak nasi untuk makan. Jadi aku dan adik ku tinggal membeli lauknya saja.

Setelah menyapu dan membereskan ruangan bawah aku beranjak ke lantai atas. Menurut ibu, adik ku belum bangun. Aku lalu ke kamarnya. Saat aku ketuk tak ada respon, aku memutuskan untuk membuka pintunya. Ternyata adik ku masih dalam keadaan telanjang. Sama seperti tadi malam. Bedanya kini ia hanya berbalut selimut. Pakaian yang tadi malam aku lolosi masih berserak di lantai.

“ayah sama ibu udah berangkat bang?” tanyanya dengan cuek meski selimut yang menutupi dadanya terbuka
“udah, mandi dulu sana. Tuh toketnya keliatan” katalu sambil membereskan pakaiannya yang berserakan
“yaelah, kaya baru pertama kali ngeliat aja” katanya lalu bangkit dan mengambil handuk untuk mandi

Aku kemudian membereskan tempat tidurnya. Nuansa khas wanita terasa sekali disini. Dengan banyak hiasan dan beberapa foto kecil bersama temannya membuat kamar ini nyaman ditingggali. Setelah beres di kamar adik ku kemudian aku membereskan kamarku. Setelah semuanya beres aku lalu menonton tv sambil menunggu adik ku mandi.

Dia adalah Nisa. Anak terkahir dari keluarga kami. Dia memiliki dua kakak. Satu perempuan yang mana itu adalah kakak ku dan aku. Hubungan kami memang dekat. Perbedaan umur yang tidak terlalu jauh serta pergaulan yang hampir sama membuat kami sering berkomunikasi. Sudah satu tahun kiranya percumbuan ini berlangsung. Sejak aku diputuskan pacarku demi pasangannya yang aparat dan adik ku yang juga memutuskan pacarnya yang selingkuh.

Awalnya memang aku tergoda dengan pertumbuhan adik ku. Terutama setelah kakak ku pergi meinggalkan rumah karena menikah. Perawakannya tidak terlalu tinggi namun cukup tinggi bagi wanita. Ditunjang dengan wajah yang manis membuat banyak pria yang terpikat, termasuk aku.

Sepeninggal kakak ku, aku selalu curi-curi waktu untuk mengendusi celana dalam atau bra bekas pakainya. Tonjolan yang sering terlihat kala dia hanya memakai tengtop membuatku lupa diri. Karena kamar kami dan orangtua berbeda, maka tak jarang dia tampil berani di depanku. Beberapa kali dia hanya memakai daster tipis tanpa lengan. Atau saat dia hanya menggunakan kaos barong dengan hotpants. Dari beberapa bra yang dia punya aku tau ukuran payudaraya. Meski tidak besar tapi bisa memuaskan hasrat para pejantan. Terutama aku yang memang tergila-gila dengan wanita dengan payudara yang kecil. Entah kenapa, bercumbu dengan wanita yang berpayudara kecil menimbulkan sensasi bercumbu dengan anak remaja. Kalian pasti yau kan rasanya?

Hari ini aku tidak memiliki rencana apapun. Aku lebih penasaran dengan perkataan Nisa tadi malam. Dia masih hutang memuaskan ku hari ini. Terlebih aku sudah mengumpulkan sperma ku untuk ku muntahkan di tubuhnya. Selama aku tidak pulang, aku tahan untuk tidak mengeluarkannya meski setiap mandi aku terbayang akan gundukan menggemaskan milik Fitri. Jujur saja memang aku tergila-gila dengan wanita yang memiliki payudara tidak terlalu besar.

“abang udah makan?” Tanya Nisa saat keluar dari kamarnya
“udah tadi. Masih ada nasi goreng di bawah. Sana makan dulu terus langsung di cuci piringnya” jawabku sambil tetap melihat layar ponselku
“oh gitu, yaudah aku makan dulu ya bang” Nisa masih berkata di belakangku
“yaudah sana, kenapa mesti bilang sih” kataku heran
“ya ampun, sibuk banget sih sama hpnya” katanya sambil meninggalkan ku

Aku masih sibuk dengan hp ku karena masih antusias pada beberapa postingan teman yang ku ikuti di akun instagramku. Setelah sekian menit, aku mendengar suara langkah kaki naik dari tangga. Tak salah lagi itu adalah Nisa. Secara spontan aku melihat ke arahanya dan dikagetkan karena saat ini Nisa memakai semacam daster dengan tali kecil di pundaknya. Daster itu tingginya hanya sampai lutut dengan potongan dadanya terbuka yang otomatis belahan dadanya cukup terlihat. Daster berwarna biru muda itu terlihat serasidengan kulit Nisa yang kuning olangsat cenderung putih. Melihat pemandangan itu jantung ku langsung berdegup kencang. Penisku mulai berdiri.

Kini Nisa duduk disampingku dengan acuh pada mataku yang tidak berhenti menatapnya nanar penuh nafsu.

“awas mata gak takut copot tuh?” katanya sambil memindahkan tayangan di televisi
“kamu kok pake baju kaya gitu? Kamu mau ngapain?” tanyaku heran sambil mencoba bersikap biasa
“ya emang kenapa? Dasar aja sange ngliat adek pake baju ini, hahah” jawabnya meledek ku
“btw, semalem abang belum keluar lho. Gak mau gentian nih?” tanyaku kini sambil melihat ke arahnya
“hahah, abang mau keluarin dimana emang?” tanyanya sambil menatap mataku
“boleh gak, abang keluarin di dalem memek kamu. Biar Rahim kamu anget hahah” jawabku sudah kepalang tanggung
“dih, maunya abang” jawabnya sambil berdiri

Tanpa basa basi aku langsung mencium bibirnya. Nisa yang sepertinya juga sudah tinggi langsung merespon ciuman kami. Sayup-sayup suara tv terdengar menjadi pengantar percumbuan abnormal antara kakak dan adik kandung ini. Bibir kami saling mengecup. Secara bergantian kami memberi ruang untuk bernafas untuk melanjutkan perzinahan ini. Sesekali tanganku membelai rambutnya yang masih agak basah sementaranya tangan Nisa memegang daguku untuk memastikan bibir kami tertaut dengan tepat.

Ciuman kami terlepas. Nisa beranjak dari sofa dan berdiri di depanku. Dengan lincah tangannya mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda yang membuat dasternya terangkat sampai aku melihat ada kain hitam yang menempel menutupi lubang itu. Setelah selesai mengikat rambutnya Nisa meminta aku untuk merapatkan kaki yang diikuti olehnya duduk diatas pahaku.

Saat ini posisi kami sudah saling berhadapan. Aku duduk dengan nyaman di atas sofa, sedang Nisa duduk dengan nyaman di atas paha. Wajahku sesejar dengan dua kancing daster yang masih tertutup. Aku bisa merasakan payudaranya yang tak terbungkus oleh bra.

“abang nakal, nafsu sama adiknya sendiri” katanya manja sambil menempelkan hidungnya dengan hidungku
“Nisa juga nakal, mau aja jadi pemuas nafsu abangnya” kataku membalas

Nisa hanya tertawa kecil dengan nafas yang sudah memburu. Aku yang tak mau membuang waktu langsung menicum kembali bibir Nisa. Kali ini ciuman kami terasa lebih membara entah mungkin karena posisi yang baru atau karena memang sudah nafsu. Dengan posisi ini aku bisa merasakan kenyalnya payudara adik kandungku ini. Belum lagi pantatnya yang bisa denagn mudah aku jamah bisa menambah sensasi percumbuan kami. Nisa sesekali melenguh saat aku remas pantatnya kuat-kuat. Di sela-sela ciuman kami aku bisa mendengar bibir perempuan ini mendesah terbakar birahi.

Sudah puas bermain pantat tanganku beranjak ke payudaranya. Tetapi saat aku baru ingin meremas dadanya, Nisa menghentikan ciuman kami. Wajahnya yang cantik tersenyum. Tanpa kata dia mengarahkan kedua telapak tanganku ke payudaranya. Dengan senang hati aku melayani kehendaknya. Nisa kembali mencium ku. Kali ini lidahnya ingin menjelajah ruang mulutku. Lidah kami saling berbelit. Bergulat dalam nafsu tabu saudara kandung.

Nisa kembali mendesah saat tanganku usil mencubit kedua puting payudaranya. Meski ukurannya tidak terlalu besar tapi karena bentuknya bulat aku senang memainkan benda ini. Terlebih Nisa yang memang cukup sering berolahraga menjadikan tubuhnya sekal dan kencang meski masih ada beberapa lemak di tubuhnya.

Tanganku mulai membuka dasternya. Aku yang tak sabar ingin melihat tubuhnya langsung membuang daster itu ke lantai. Kini dihadapanku bahkan tepat di depan wajahku ada gundukan daging yang tidak terlalu besar milik seorang perempuan yang keluar dari Rahim ibu ku. Bentuknya bulat dengan puting yang usdah mengeras dihiasi dengan aeoral yang tidak terlalu banyak. Sejenak aku tertegun, bentuk tubuh adik ku ini mirip dengan bintang film porno Jepang yang sering aku imjinasikan. Memiliki tubuh yang langsing dan proporsional. Beruntung sekali suami mu kelak, Dek!

Tak mau telanjang sendirian, Nisa membuka kaos yang ku pakai. Setelah kain itu terlepas aku langsung menyasar leher jenjangnya yang putih. Sesekali aku mengecup belakang telinga kirinya. Lidahku menggelitik lubang telinganya yang bersih. Desisian mulai terdengar dari bibir Nisa. Gerak tubunya mulai tidak beraturan ketika lidahku mulai menyusuri lehernya sambil sesekali mengecup. Siksaan Nisa bertambah saat tanganku dengan tanagn halus membelai payudaranya. Sengaja aku tidak menyenth putingnya untuk terus menyiksanya.

“Sssshhhhhhhhh baanngghhhhhhh”

Nisa terus melenguh. Bibirku berpindah ke belakang telingan kanannya. Tanganku menahan tangan Nisa agar tidak meremas payudaranya sendiri. Aku kecup perlahan belakang telinganya. Sesekali lidahku menggelitik telinganya. Semakin aku turun ke arah payudaranya semakin desahannya terasa. Tapi sengaja aku tahan untuk menyentuh itu agar Nisa bisa menikmati setiap detik percumbuan ini.

Dengan spontan aku meramas payudaranya lembut. Sontak tubuh Nisa langsung bergerak tak beraturan.kedua ibu jariku memainkan putingnya yang mengejang hebat sambil aku menjilati telinga bagian kirinya. Puas dengan tubuh bagian atasnya, aku beralih untuk memanjakan bagian bawah tubunya. Dengan napas yang masih memburu, aku memintanya untuk duduk di sofa. Seolah budak yang mengerti akan perintah atasanya, Nisa langsung membuka kedua pahanya menampakan belahan vagina rapatnya yang sudah basah. Jujur aku suka melihat vagina yang bersih. Beberapa orang suka dengan vagina yang dihiasi bulu di atasnya, namun begiku itu terlihat seperti kotoran.

Aku langsung bersimpuh dan mengarahkan wajahku ke selangkangannya. Tanpa membuang waktu bibirku langsung menyerbu bibir vaginanya yang merekah indah. Tanpa pemanasan langsung ku jilati vaginanya. Sesekali aku hisap kuat bagian atasnya. Secara konstan aku gerakan lidahku naik turun di celah sempit itu. Tanganku bergerilya di payudara mungilnya yang semakin mengencang. Ku pelitir putingnya, sesekali aku cubit gemas.

Mendapat serangan itu Nisa pasrah tak berdaya. Membiarkan tubuhnya menjadi mainan kakak kandungnya. Tangannya menarik rambutku untuk menjauh dari vaginanya namun pantatnya mendekap erat. Antara geli dan nikmat. Bibirnya terus meracau sebagai ekspresi kenikmatan tabu suadara kandung. Jujur saja, semakin lawan mainku mendesah keenakan akan semakin semangat aku memuaskan.

“abanghhhh adek mau sampeeehhhh” desahnya lirih
“keluarin dek, keluarin semuanya” kataku sambil terus menggelitik tonjolan kecil dipuncak vaginanya

Sepersekian menit kemudian tubuhnya mengejang. Aku langsung mencubit dan memelintir ujung payudara Nisa. Dia orgasme.

“aabaaanggghhhhhhh oohhhhhhhh” tubuhnya mengejan, tangannya menekan kepalaku

Pantanya berkedut, terlonjak-lonjak menahan badai birahi yang telah sampai. Putingnya masih aku pilin sampai orgasmenya selesai.

Kini Nisa ada dalam pelukanku. Karena kami sama-sama telanjang dada aku bisa merasakan payudaranya yag menekan di dadaku. Nafasnya masih terengah-engah setelah mencapai puncak pendakian. Tanganku masih asik meremas pantatnya yang sesekali masih berkedut. Sesekali aku kecup kening atau lehernya yang mulai berkeringat.

“aku kangen kaya gini banghh, enak bangethh” katanya sambil mengatur nafas
“haha ya senagaja dek, biar tetep enak harus jarang-jarang” kataku sambil mengecup keningnya
“sekarang gentian ya, kan katanya abang belum keluar” katanya sambilmelepas pelukan kami
“ga usah dek, kamu emang udah puas?” tanyaku
“kok gak mau? Emang adek gak nafsuin ya?” tanyanya manja sambil menjauhkan tubuhnya
“abang mau keluarin di mulut kamu, kalo di perut lagi atau di toket mah udh biasa, hahaha” kataku
“yaudah keluarin di mulut aku, nanti aku telen” katanya sambil beranjak berdiri

Aku kemudian memposisikan diri. Aku duduk di sofa, sedang Nisa dengan telanjang bulat sudah bersimpuh di lantai. Kepalanya tepat berada diantara kakiku yang terbuka. Tatapan Nisa nanar saat aku menggerakan benda tumpul pujaan wanita itu. Sedikit cairan pelumas keluar dari ujungnya.

"bang, tahan ya. Adek mau maenin kontol abang dulu" katanya sebelum melahap penisku dalam mulutnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd