Mohon izin posting cerita pertama ane ya suhu, mohon bimbingan dari para suhu-suhu disini....
Part 01 - Berawal Dari Penasaran Berakhir Dengan Pemerkosaan
Part 02 - Tukang Kebun Bangsat
Part 03 - Masa Orientasi Lonte
Part 04 - Tertangkap Basah Oleh Supirku
-----------------------
Berawal Dari Penasaran Berakhir Dengan Pemerkosaan
Namaku Elsha, gadis 18 tahun dengan kulit putih berambut hitam kecoklatan sepunggung, sebenarnya aku tak terlalu memperhatikan kecantikan maupun tubuhku, namun karena mamaku yang mantan model, mamaku selalu memperhatikan produk perawatan tubuh yang aku pakai, dimana aku melakukan perawatan tubuh, jadwal olahragaku bahkan dia menjaga ketat makanan yang aku makan untuk memastikan tubuhku sehat dan menarik untuk dilihat. Aku bersyukur memiliki mama yang sangat perhatian padaku, meskipun kadang iri melihat teman-temanku yang biasa jajan bakso di kantin sekolah, sedangkan aku harus makan salad yang dibuat mama. Hasil dari kombinasi pengawasan gizi dan perawatan kecantikan mama ini benar-benar membuat tubuhku menjadi sangat ideal, kulitku benar-benar halus dan kenyal, wajahku bersinar tanpa sedikitpun titik jerawat dan rambutku meskipun tak sepenuhnya hitam namun berkilau. Menurutku kualitas-kualitas inilah yang membuatku terkenal sebagai gadis paling cantik di sekolah, meskipun aku merasa wajahku tak terlalu cantik.
Berbeda dengan mama yang sangat memperhatikan ku dari segi penampilan fisik, papa yang background nya adalah seorang akademisi, justru paling memperhatikan ku dari segi kemampuan intelektual, sedari kecil dia membiasakan ku membaca buku, maka tak heran jika sampai saat ini hobiku adalah membaca buku
--------------------------
"Pak nanti ga usah jemput aku ya pak, aku ada tugas kelompok dirumah teman, nanti aku pulang bareng Erna, minta tolong pamitan ke mama ya pak, aku lupa bilang tadi" ucapku pada Pak Anto supir pribadiku sambil aku menutup mobilku
"Baik non" jawab singkat Pak Anto
Akupun berjalan santai menuju kelas, sudah biasa anak-anak cowok menggodaku setiap pagi, aku hanya menganggap godaan itu sebagai pujian buatku dan menanggapi nya seperlunya.
"El..." teriak Reno dari jauh
Aku tak merespon apapun dan justru memperkencang jalanku. Reno adalah cowok yang suka dengan ku sejak pertama kali masuk SMA, dia sekelas denganku, berulang kali dia mengajakku berpacaran, namun aku selalu menolak setiap kalinya. Aku sangat benci dengan kelakuan dia yang sok berkuasa, membully anak yang dianggapnya lemah, dan banyak kelakuan dia yang menurutku sudah masuk ranah kriminal, seperti tawuran, narkoba, bahkan pernah salah satu guru masuk rumah sakit karena kelakuan dia. Tapi entah kenapa terlepas dari semua kelakuan busuk dia ini, malah dia dikejar-kejar cewek
"Mau kemana sih El buru-buru, gw temenin jalan ke kelas ya" ucapnya seraya menggandeng tanganku tanpa izin
Secepat mungkin aku tepis tangan nya "Apaan sih lo, ga usah pegang-pegang, jijik gw"
Tanpa berkata apapun, dia justru melingkarkan tangannya ke pinggang ku, dan entah sengaja atau tidak jarinya mengenai payudara ku.
"Eh anjing, kurang ajar banget lo, budek ya lu, sini gw teriakin ke kuping lo, gw jijik ama lo" dengan kasar aku tepis tangannya dan meneriak kan kalimat ini tepat di sebelah telinganya
Tapi si anak bangsat ini justru menoleh, dan menciumku tepat di bibir, semua mata yang sudah memandang kita sejak aku berteriak ke dia, kini pandangan itu berubah menjadi pelotot.an ketika Reno menciumku, entah apa yang terjadi denganku, aku justru membeku beberapa saat. Aku baru tersadar ketika suara riuh para cowok meneriaki aku dan Reno, segera kudorong tubuhnya dan berlari menuju kelas.
"Gimana bibir nya Reno, El"
"Isep dong bibirnya El"
Kalimat-kalimat bernada seperti ini terus bergaung sepanjang perjalananku menuju kelas, aku hanya ingin hari ini cepat berakhir dan berharap semua melupakan kejadian ini, meskipun aku tahu itu tak mungkin
---------------------------
Bel istirahat pun berbunyi, seperti biasa aku lebih suka menikmati jam istirahatku dengan membaca buku di perpustakaan sambil memakan salad buatan mama, entah apa yang dipikirkan para arsitektur sekolah ini, perpustakaan yang seharusnya diletakkan di area yang mudah dijangkau justru terletak di area paling jauh dari bangunan utama, hal ini mungkin yang membuat perpustakaan selalu sepi. Aku berjalan santai menuju perpustakaan, sampai langkahku terhenti di depan gudang sekolah, suara rintihan sayup-sayup terdengar dari dalam gudang, aku yang penasaran mencoba melihat ke dalam gudang lewat jendela, aku berusaha menjinjitkan kakiku menengok ke dalam.
Aku sangat kaget menyaksikan Erna sedang berhubungan seksual dengan Reno, aku tak menyangka Erna sahabatku sejak SMP ternyata memiliki kepribadian tersembunyi yang tak aku kenal, satu hal yang jauh lebih mengagetkan ku adalah mereka berhubungan seksual dengan disaksikan 2 temen Reno yang asik merokok di salah satu sudut ruangan tersebut.
Entah kenapa aku tak segera pergi dari sini, sudah lebih dari 5 menit aku menyaksikan Reno menyetubuhi Erna, Erna yang tampak sangat menikmati persetubuhan itu sesekali ditawari rokok oleh Tio (salah satu temen Erna), dan Erna pun menghisap rokok itu disela desahannya. Saat ini tak lagi rasa penasaran yang menahanku untuk tak bergeming dari tempat ini, rasa itu sudah tergantikan dengan gairah seksual, gairah seksual yang membuatku merasakan gelitikan kecil di area kemaluanku yang tak pernah dijamah siapapun, gelitikan ini semakin lama semakin intens, aku bisa merasakan kemaluanku yang semakin lembab, putingku mengeras, jantungku berdegup kencang, hingga akhirnya sensasi ini membuatku terpeleset jatuh menumpahkan salad yang sedari tadi aku bawa.
"Woi siapa itu" terdengar dari dalam teriakan Deni dari dalam gudang bersama dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arahku, aku panik, dan segera berdiri hendak pergi, namun malang, langkahku dihalangi oleh salad yang tertumpah membuatku terpeleset kedua kalinya
"Boss, bini lu nih" Deni berteriak sambil memegang kasar tanganku memaksaku bangun
"Hah, Elsha? Ngapain dia" sahut Reno
"Ngapain lo disini, ngintip ya lu" Tio berjalan mendekat dan langsung memaksaku masuk ke dalam gudang, sekuat tenaga aku berusaha melepaskan tanganku dari genggaman mereka, namun nihil.
"Lepasin gw, gw cuma jatuh di depan kepleset" ucapku seadanya berusaha membela diri
"Hahaha, gw ga bego El, gw yakin lu ngintipin gw ngewe sama temen lo ini kan, ngaku lu" suara Reno membentak tepat didepan wajahku, ini adalah bentakan pertama yang aku alami seumur hidupku, orang tua ku sedikitpun tak pernah membentakku, aku hanya diam menunduk diperlakukan seperti ini hingga tak terasa air mata jatuh setetes dua tetes dari mataku
"Liat memek nya boss, kalo becek berarti dia ngintip, hahaha" celetuk Deni, aku ingin membela diri, namun efek bentakan tadi membuat tak satu katapun yang berhasil keluar dari bibir tipisku, entah betapa malunya aku jika mereka mengetahui jika vaginaku sudah basah terangsang
"Udah lepasin dia, lagian meskipun dia ngintip aku bisa jamin dia ga bakal ngaduin kita" aku agak lega mendengar Erna masih membelaku
"Bacot lu Er, gw cuma pengen tau dia ngintip beneran apa enggak" sahut Reno sembari mengangkat rok biruku, dan menurunkan celana dalamku hingga dibawah lutut, terpampang jelas vaginaku di depan nya, tangan nya pun mulai meraba area kewanitaanku, dan tentu saja dia bisa merasakan basahnya vaginaku
"Anjir udah becek banget nih memek, elu sange ya gw ngentotin temen lu, hahaha, pengen ya lu gw entotin juga?" Ucap Reno sambil terus mengelus vaginaku
"Memeknya licin bgt bos, mulus boss" sahut Tio mengomentari vaginaku yang memang putih bersih sama sekali tak berbulu
"Bos lu mesti liat pantatnya, anjing mah, ini pantat bulet dan mulus bgt bos." Deni mengomentari pantatku yang bulat hasil dari squad teratur setiap sore bersama mama
"Ampun, please aku janji g bakal ngaduin kalian, please lepasin gw" ucapku sambil terisak, entah mengapa tak sedikitpun terfikir untuk berteriak waktu itu, seakan bentakan Reno menyumbat jalan pikirku
"Udah lepasin aja Elsa, please, kalian kan udah punya gw yang bisa kalian pake kapanpun, kasian Elsa, dia anaknya masih polos" sekali lagi Erna membelaku, meskipun aku merasa sangat kaget ketika dia ngomong bisa di pake kapanpun
"Eh Er, inget kita ga pernah minta ngewe ama elu, elu aja yang kegatelan pengen di ewe, lagian mana ada cewe polos ngintipin orang ngewe ampe memeknya becek" bentak Reno pada Erna
"Udah lu diem aja, gw mau nikmatin cewe yang kata lu polos ini"
"El, lu nurut atau gw tampar" bentak Reno sekali lagi padaku
"Ampun Ren, aku mohon jangan apa-apain aku" ucapku memelas iba ditengah isak tangisku, namun segera setelahnya Reno menampar pipiku,
"gw bilang nurut atau gw tampar" tamparan Reno membuatku diam dari tangisku, entah kenapa, mungkin aku mengalami shock. Aku hanya bisa pasrah mengangguk pelan.
"Sekarang lu lepas pakain lu satu-satu sampe lu telanjang" ucap Reno sambil menyulut sebatang rokok
Akupun hanya bisa menuruti kata2 nya, Deni dan Tio melepaskan genggamannya dan bergabung dengan Reno merokok sambil melihatku menelanjangi tubuhku sendiri, satu hal yang membuatku semakin sakit, Erna juga ikut bergabung merokok dengan mereka menyaksikanku
Akupun mulai membuka kemeja putihku, satu dua kancing kulepas hingga seluruhnya lepas, perlahan aku melepaskan kemejaku dari tubuhku
"Anjing, tete lu gede juga El" Tio mengomentari payudaraku yang masih tertutup bra berwarna putih
Mulai kubuka resleting rokku, dan kulepas rok abu-abuku, sekarang aku berdiri di depan mereka hanya menggunakan celana dalam dan bra, aku merasa sangat rendah saat ini, bagian tubuhku yang paling private aku pamerkan ke orang-orang yang paling aku benci.
"Kenapa berhenti, buka bra dan celana dalam lu sekarang" Reno membentak ku sekali lagi
Aku melepas braku perlahan, begitupun dengan celana dalamku. Aku melihat mereka sangat menikmati tubuh telanjangku, kulihat gundukan mulai terlihat di selangkangan mereka, aku rasa penis mereka sudah mulai menegang, entah kenapa memikirkan hal tersebut malah membuatku terangsang.
"Hmm, emang tubuh lo the best sih El" tak kusangka Erna berani mengomentari tubuh telanjangku
"Sekarang lu duduk di lantai, dan ngangkang di depan kita, lu gesek-gesek memek lu pake tanganlu"
Aku menuruti perkataan Reno, aku duduk dan membuka kaki ku di depan mereka, meng-expose bagian dalam vaginaku yang berwarna pink, perlahan aku menggesekkan jari-jari lentikku ke permukaan vaginaku. Ahhhkkk, gesekan pertama benar benar mengagetkan ku, seperti tersengat aliran listrik aku pun secara otomatis pinggangku mengangkat, kupejamkan mataku sejenak menikmati gesekan2 selanjutnya, desahan kecil tak sengaja keluar dari mulutku "Ehmmppp"
"Wah mulai menikmati nih perek" seronoh Reno
"Enak ya El hihihi" Erna kembali berkomentar
Aku tersadar aku sedang melakukan hal memalukan ini di depan merek, tanganku berhenti
"Sudah, kalian semua bangsat" aku berteriak dan berusaha memakai pakaianku kembali, Erna dan Reno menghampiriku
"El, cobain dulu kontolnya Reno, entar lu juga ketagihan, lagian udah kepalang tanggung kan, memek lu udah becek banget gini, sayang kalo ga dimasukin kontol" aku benar benar kaget dan sama sekali tak menyangka Erna bisa seenteng itu ngomong seperti ini bahkan sambil mengelus vagina ku
"Lu sudah gila ya Er, elu sahabat gw lama, lu bisa2 nya ngomong ke gue seperti itu"
"Temen lu ini udah jadi lonte kita bertiga El, semua lubang di tubuh temen lu ini udah pernah kita masukin kontol kita hahahah, apapun yang kita perintah, lonte ini bakal lakuin, jangan kaget lu, iya kan Er?"
Aku semakin kaget ketika Erna menjawab omongan Reno yang jelas-jelas merendahkan nya dengan "Iya Reno, aku lonte kalian" diiringi dengan senyum menggoda
"Kalian semua gila, lepasin gw, gw mau balik kelas, gw anggap hari ini ga ada, gw g akan ngaduin kalian"
"Liat, mau foto lu yang lagi nikmatin colmek nyebar ke WA group sekolah?" Tio menunjukkan fotoku yang sedang merem menikmati gesekan tanganku sendiri di vaginaku
"Hapus anjing, atau...."
"Atau apa? Hah? Lu sekarang bakal jadi lonte kita, lu bakal jadi budak seks kita, kalo lu nolak, gw bakal kirim foto ini ke WA group sekolah, biar foto lu jadi bacol anak2, paham?" Reno tertawa terbahak-bahak
Reno mulai memelukku, tangan kirinya meremas payudaraku, dan tangan kanan nya meremas pantatku, mulutnya menjilat tak beraturan leherku, aku melenguh pelan "Ehmmpp"
"Reno please aku mohon"
"Mohon apa? Mohon pengen di entotin"
Dia mengangkatku naik ke meja kosong, aku duduk dengan paha mengangkang di depan nya, dia menciumi dan menjilati paha ku, namun semakin lama semakin mendekat ke vaginaku, sementara itu Tio dan Deni mendekati tubuhku dan menghisap keras puting ku, Tio di puting kanan ku dan Deni di puting kiriku. Semua rangsangan ini secara bersamaan aku rasakan, tubuhku bagaikan di sambar petir, tak terasa aku mulai memejamkan mata dan menggigit bibir tipisku, aku masih menahan jangan sampai aku mendesah, aku tak mau mereka menganggap aku suka diperlakukan rendah seperti ini. Sementara itu sekilas aku melihat Erna berdiri disampingku menggesekkan jarinya ke vaginanya
"Ahhhkkk, ehmmmm" desahanku semakin tak tertahan ketika lidah tio sampai pada klitorisku, mataku yang terpejam terpaksa melek, pinggangku sedikit naik menahan jilatan reno yang semakin ganas,
"Ehmmpppp, ahhkkk, ahhh" aku tak sanggup lagi menahan rangsangan sebesar ini di setiap titik sensitifku, desahanku seakan membuat mereka semakin bersemangat, jilatan, isapan bahkan gigitan gigitan kecil mereka semakin instens
"Memek lu enak bgt El, gw suka bau dan rasanya, tapi sayang memek sebagus ini akan dower seminggu lagi, hahahaha" aku tak sanggup merespon komentar reno yang merendahkan ku ini, otakku benar-benar sibuk dengan semua rangsangan ini.
"Ini lonte udah keenakan kayaknya bos, liat wajah sange nya boss, udah merem melek gitu hahaha, emang polos wajahnya doang, jiwanya mah lonte sejati"
"Er, lu cuma mau colmek doang?, naik ke meja, jongkok di atas kepalanya lonte ini, biar memeklu di jilatin si lonte ini" perintah Reno pada Erna
"El, maaf ya, minta tolong jilatin dong El" dia berucap sambil memposisikan vaginanya tepat di atas mulutku
"******, ngapain minta maaf ke lonte, lonte emang selayaknya buat dipake tubuhnya" Reno kembali tertawa
"Please Er, tega banget elu sama gw" aku memelas
"Udah El, jilatin aja cepet, atau gw suruh Reno nyebarin foto lu"
Aku berusaha menjilat lubang kencing sahabatku sendiri, tapi ketika lidahku menjulur setetes cairan vagina Erna menetes tepat di lidahku, aku ingin muntah merasakan asam dan asin cairan ini
"Huekk"
"Hahahah, enak El cairan memek gw? Jilat aja entar juga lu kebiasa"
Aku berusaha kembali menjilatnya, namun jilatanku sedikit terputus putus karena rangsangan yang aku terima begitu hebat, beberapa menit kemudian tubuhku bergetar hebat, mataku terbelalak, dan pinggangku terangkat begitu saja
"Ahkkkkkkhhkk, ahkkkkkk, ehmmmmm" aku berteriak cukup kencang, aku bisa merasakan vaginaku berdenyut dan mengeluarkan cairan, orgasme pertama kali di 18 tahun hidupku, tak pernah aku merasakan kenikmatan yang seperti ini sebelumnya.
Sekian detik penuh nikmat berlalu, tubuhku terkulai lemas di atas meja, nafasku masih tersengal
"Dasar lonte, udah keluar aja" seloroh Tio
Reno mengangkat wajahnya yang basah terkena cairan vaginaku "Gimana El, enak kan jadi lonte?"
"Ampun, please udah ya, gw mohon, gw udah lemes bgt ini" ucap gw ditengah energi gw yang terkuras habis
"Eh, enak aja lu, kita belum ngerasain enak, sekarang gantian, gw pengen ngrasain memek lu"
Reni mengangkatku turun dari meja, memaksa ku menungging
"Please ren, gw belum pernah"
"Lu masih perawan? Beruntung bgt gw dapet memek perawan hahahah"
"Ahhhkkkk, sakit, pleaseee .... aku mohon jangan" Reno memaksa penisnya masuk ke dalam vaginaku, meskipun vaginaku sudah dipenuhi cairan vagina, usah tersebut tampak gagal, sempitnya vaginaku ditambah besarnya penis Reno menjadi faktor utamanya
"Buset dah, asli memek lu sempit bgt anjing"
"Ahkkk please sakit, ahhkkkk, aku ga kuat, sakit Reno"
"Bacot lu lonte, diem aja, entar lu juga keenakan"
Aku bisa merasakan ujung penis Reno sudah mulai menembus ke dalam vaginaku
"Ahhhkkk" sekali hentak penis Reno sepenuhnya masuk ke vaginaku, perih dan penuh terasa di vaginaku,
Reno berhenti sejenak, kemudian memberi tanda kepada Tio untuk mengeluarkan penisnya dan memintaku untuk mengulum nya,
"Eh lonte, sepongin kontol gw, awas lu ampe kena gigi gw gampar lu" ucap Tio sambil mendongakkan kepalaku secara paksa
Aku melihat penis hitam legam di depanku, aku berusaha meraihnya dengan tanganku, bahkan lingkar jariku tak mampu sepenuhnya menggenggam penis Tio. Perlahan aku menjulurkan lidahku, menjilat pelan ujung penisnya, lidahku merasakan rasa yang sama dengan cairan vagina Erna, namun kali ini aku sudah terbiasa, aku mulai memasuk kan penis ini ke dalam mulutku sepenuhnya, hampir tak muat, sejenak ku diam kan dalam mulut ku
"Ahhhkkkkk" tiba-tiba Reno menghujamkan penisnya ke dalam vaginaku, membuatku terdorong kedepan dengan mulut penuh dengan penis Tio, secara otomatis penis Tio masuk ke ujung tenggorokanku membuatku tersedak
"Hahaha, rasain lu lonte" ucap Reno sambil tertawa terbahak-bahak
Reno mulai memaju mundurkan pinggangnya, mengobok-obok vaginaku yang tak lagi suci, vagina yang mereka bilang milik seorang lonte, lonte yang tak punya harga diri, namun fikiran ini hanya terlintas sekejap di benakku, karena nyeri di vaginaku kini telah terganti oleh nikmat, fikiranku mulai sibuk dengan nikmat ini, mungkin jika mulutku tak penuh dengan penis Tio, desahanku pun juga akan semakin keras.
Aku terus menghisap kontol Tio, menjilati setiap centimeternya, menghisapnya penuh semangat, bahkan aku berinisiatif menjilat buah zakarnya, aku sudah tunduk di bawah nikmat, aku tak malu lagi mendesah melampiaskan kenikmatan ini.
"Eh lonte, enak ga kontol gw?" Kata reno sambil terus menggenjot vagina ku, meskipun aku menikmatinya, aku tak mau menjawab pertanyaan yang merendahkan ku semacam itu
"Jawab bos gw lonte" Tio menjambak rambutku dan membenamkan seluruh penisnya masuk ke batang tenggorokan hingga aku hampir tak bisa bernafas, aku memukul mukul paha Tio berharap dia melepaskan penisnya, sekian detik dia tarik penisnya, aku tarik nafas dalam
"Iya enak" jawabku terpaksa ditengah nafasku yang tersengal
Kembali Tio menyodorkan penisnya, kali ini aku mengisapnya dalam dalam, sambil lidahku menjilat-jilat batang kemaluan nya di dalam mulutku, Tio sepertinya sangat menikmatinya, hingga akhirnya dirinya sedikit mengejang,
"Ahkkk, lonte... gw pejuin mulut lo " Tio menyemburkan spermanya ke dalam mulutku, deras sekali semburannya hingga sampai ke ujung tenggorokan, aku tersedak, merasa mual dengan cairan kental yang memenuhi setiap rongga mulut dan tenggorokan ku, kumuntahkan sebagian yang tersisa di mulutku, namun tentu sebagian telah tertelan
Aku terlalu sibuk dengan kenikmatan di antara selangkangan ku sehingga aku tak menyadari ternyata Deni merekam semua ini sambil dia mengocok batang kemaluannya, tapi entah apa yang aku fikirkan, aku malah membiarkannya begitu saja.
Aku mendongak sedikit ke arah meja, dan aku melihat Erna masih duduk di atas meja sedang asik memasukkan jari-jarinya kedalam liang vaginanya, aku bisa menilai dia sangat menikmati persetubuhan ku dengan Reno, terlihat jelas ceceran cairan vaginanya di tempat dia duduk. Melihat Erna sangat menikmati jarinya membuatku semakin terangsang, ditambah dengan hujaman penis Reno yang semakin cepat, kombinasi dari dua hal ini sukses membuat tubuhku mengejang menikmati orgasme ke 2 ku
"Eh lonte, lu sekarang di atas gw, gw capek genjot memek lu terus, gantian ******" ucap Reno
Aku sekarang di atas Reno, berusaha memasukkan penis Reno kedalam lubang kewanitaan ku, cukup mudah kali ini. Setelah masuk, aku goyangkan pinggangku, ahh, benar-benar aku menyukai posisi ini, aku bisa mengatur kenikmatan yang aku ingin kan, sepertinya reno juga sangat menikmatinya, aku melihat wajahnya yang sedang dibuai nikmat, dan entah apa yang merasuki pikiranku, aku melumat bibirnya habis, menjilati bibir dan lidahnya, aku sama sekali tak menyangka aku melakukan ini pada cowok yang baru tadi pagi aku katain "jijik"
"El gw mau keluar, isepin kontol gw, gw mau keluar di mulut lo" mungkin karena ciuman spontanku yang membuat cara bicara Reno jadi tidak terlalu kasar
"Iya Ren" dengan sigap aku berlutut, begitu dia bangun di depanku, aku mulai menjilat setiap jengkal penisnya yang masih terlumuri cairan vaginaku yang agak kental dan ada sedikit bercak darah perawanku, benar kata Erna, aku sekarang sudah terbiasa dengan rasa cairan vagina, perlahan aku masukkan penisnya kedalam mulutku, aku hisap kuat penisnya sambil aku memaju mundurkan kepalaku mengocok penisnya di dalam mulutku, aku melakukan itu semua dengan menatap wajah Reno yang menikmati mulutku, beberapa detik kemudian aku merasakan kedutan pada penis Reno, aku sadar dia akan klimaks, aku membiarkan dia menumpahkan setiap tetes sperma nya di dalam mulutku,
"Elshaaaaaa…., ahhhkk, gw penuhin mulut lu sama peju" aku agak senang Reno menyebut namaku dan bukan memanggilku lonte
Sperma Reno memenuhi mulutku,
"Jangan di muntahin, telen semua peju gw"
Aku hanya mengangguk dan menelan setiap tetes pejunya, setelah kutelan, aku kembali membuka mulutku menunjukan bahwa spermanya telah habis aku telan
"Lonte pinter, mulai sekarang elu jadi budak peliharaan gw, turutin setiap kemauan gw, kalo lu nolak, lu tau konsekwensinya" ucap reno sambil membelai rambutku.
Hilang sudah harga diriku, aku tak lagi perawab suci, aku sekarang tak lebih dari budak yang bisa dipermainkan seenaknya oleh Reno dan temen2nya
"Ren gw boleh pake baju" masih sambil berlutut memelas kepada reno
"Boleh, tapi setelah Deni crot di mulut lu, sekarang lu merangkak ke arah Deni, dan isep kontol dia, biar cepet keluar"
"Baik Ren"
Aku merangkak ke arah Deni, aku merasa benar-benar merasa hina sekali, benar-benar seperti lonte yang tak punya harga diri, terlebih ketika mereka menertawakanku saat aku merangkak ke arah Deni. Kupegang batang kemaluan Deni yang sudah tegang dan kuhisap sekuat mungkin, mungkin karena dia sudah mengocok penisnya lebih dari satu jam, tak butuh waktu lama hingga dia menumpahkan sperma nya di mulutku. Deni memberi isyarat untuk menelan sperma Deni, dan aku melakukan nya tanpa penolakan yang berarti.
"Hahahahah, puas bgt ngewe sama lonte satu ini, memeknya bener2 mantap" ucap Reno
Aku masih berlutut di depan Deni, hingga sesaat kemudian Erna menghampiriku dan membantu aku bangun.
"Enak kan El kontolnya Reno, apa gw bilang" erna menggodaku sambil mencubit putingku lembut,
Aku cuma bisa mengangguk sambil berjalan menuju seragamku, namun belum selesai aku memakai kemejaku, kami dikagetkan dengan teriakan
"Ngapain kalian… !!!" Teriak tukang kebun sekolah memasuki gudang
-------- BERSAMBUNG ---------
Lanjut Part 02 disini hu "Tukang Kebun Bangsat"
Part 01 - Berawal Dari Penasaran Berakhir Dengan Pemerkosaan
Part 02 - Tukang Kebun Bangsat
Part 03 - Masa Orientasi Lonte
Part 04 - Tertangkap Basah Oleh Supirku
-----------------------
Berawal Dari Penasaran Berakhir Dengan Pemerkosaan
Namaku Elsha, gadis 18 tahun dengan kulit putih berambut hitam kecoklatan sepunggung, sebenarnya aku tak terlalu memperhatikan kecantikan maupun tubuhku, namun karena mamaku yang mantan model, mamaku selalu memperhatikan produk perawatan tubuh yang aku pakai, dimana aku melakukan perawatan tubuh, jadwal olahragaku bahkan dia menjaga ketat makanan yang aku makan untuk memastikan tubuhku sehat dan menarik untuk dilihat. Aku bersyukur memiliki mama yang sangat perhatian padaku, meskipun kadang iri melihat teman-temanku yang biasa jajan bakso di kantin sekolah, sedangkan aku harus makan salad yang dibuat mama. Hasil dari kombinasi pengawasan gizi dan perawatan kecantikan mama ini benar-benar membuat tubuhku menjadi sangat ideal, kulitku benar-benar halus dan kenyal, wajahku bersinar tanpa sedikitpun titik jerawat dan rambutku meskipun tak sepenuhnya hitam namun berkilau. Menurutku kualitas-kualitas inilah yang membuatku terkenal sebagai gadis paling cantik di sekolah, meskipun aku merasa wajahku tak terlalu cantik.
Berbeda dengan mama yang sangat memperhatikan ku dari segi penampilan fisik, papa yang background nya adalah seorang akademisi, justru paling memperhatikan ku dari segi kemampuan intelektual, sedari kecil dia membiasakan ku membaca buku, maka tak heran jika sampai saat ini hobiku adalah membaca buku
--------------------------
"Pak nanti ga usah jemput aku ya pak, aku ada tugas kelompok dirumah teman, nanti aku pulang bareng Erna, minta tolong pamitan ke mama ya pak, aku lupa bilang tadi" ucapku pada Pak Anto supir pribadiku sambil aku menutup mobilku
"Baik non" jawab singkat Pak Anto
Akupun berjalan santai menuju kelas, sudah biasa anak-anak cowok menggodaku setiap pagi, aku hanya menganggap godaan itu sebagai pujian buatku dan menanggapi nya seperlunya.
"El..." teriak Reno dari jauh
Aku tak merespon apapun dan justru memperkencang jalanku. Reno adalah cowok yang suka dengan ku sejak pertama kali masuk SMA, dia sekelas denganku, berulang kali dia mengajakku berpacaran, namun aku selalu menolak setiap kalinya. Aku sangat benci dengan kelakuan dia yang sok berkuasa, membully anak yang dianggapnya lemah, dan banyak kelakuan dia yang menurutku sudah masuk ranah kriminal, seperti tawuran, narkoba, bahkan pernah salah satu guru masuk rumah sakit karena kelakuan dia. Tapi entah kenapa terlepas dari semua kelakuan busuk dia ini, malah dia dikejar-kejar cewek
"Mau kemana sih El buru-buru, gw temenin jalan ke kelas ya" ucapnya seraya menggandeng tanganku tanpa izin
Secepat mungkin aku tepis tangan nya "Apaan sih lo, ga usah pegang-pegang, jijik gw"
Tanpa berkata apapun, dia justru melingkarkan tangannya ke pinggang ku, dan entah sengaja atau tidak jarinya mengenai payudara ku.
"Eh anjing, kurang ajar banget lo, budek ya lu, sini gw teriakin ke kuping lo, gw jijik ama lo" dengan kasar aku tepis tangannya dan meneriak kan kalimat ini tepat di sebelah telinganya
Tapi si anak bangsat ini justru menoleh, dan menciumku tepat di bibir, semua mata yang sudah memandang kita sejak aku berteriak ke dia, kini pandangan itu berubah menjadi pelotot.an ketika Reno menciumku, entah apa yang terjadi denganku, aku justru membeku beberapa saat. Aku baru tersadar ketika suara riuh para cowok meneriaki aku dan Reno, segera kudorong tubuhnya dan berlari menuju kelas.
"Gimana bibir nya Reno, El"
"Isep dong bibirnya El"
Kalimat-kalimat bernada seperti ini terus bergaung sepanjang perjalananku menuju kelas, aku hanya ingin hari ini cepat berakhir dan berharap semua melupakan kejadian ini, meskipun aku tahu itu tak mungkin
---------------------------
Bel istirahat pun berbunyi, seperti biasa aku lebih suka menikmati jam istirahatku dengan membaca buku di perpustakaan sambil memakan salad buatan mama, entah apa yang dipikirkan para arsitektur sekolah ini, perpustakaan yang seharusnya diletakkan di area yang mudah dijangkau justru terletak di area paling jauh dari bangunan utama, hal ini mungkin yang membuat perpustakaan selalu sepi. Aku berjalan santai menuju perpustakaan, sampai langkahku terhenti di depan gudang sekolah, suara rintihan sayup-sayup terdengar dari dalam gudang, aku yang penasaran mencoba melihat ke dalam gudang lewat jendela, aku berusaha menjinjitkan kakiku menengok ke dalam.
Aku sangat kaget menyaksikan Erna sedang berhubungan seksual dengan Reno, aku tak menyangka Erna sahabatku sejak SMP ternyata memiliki kepribadian tersembunyi yang tak aku kenal, satu hal yang jauh lebih mengagetkan ku adalah mereka berhubungan seksual dengan disaksikan 2 temen Reno yang asik merokok di salah satu sudut ruangan tersebut.
Entah kenapa aku tak segera pergi dari sini, sudah lebih dari 5 menit aku menyaksikan Reno menyetubuhi Erna, Erna yang tampak sangat menikmati persetubuhan itu sesekali ditawari rokok oleh Tio (salah satu temen Erna), dan Erna pun menghisap rokok itu disela desahannya. Saat ini tak lagi rasa penasaran yang menahanku untuk tak bergeming dari tempat ini, rasa itu sudah tergantikan dengan gairah seksual, gairah seksual yang membuatku merasakan gelitikan kecil di area kemaluanku yang tak pernah dijamah siapapun, gelitikan ini semakin lama semakin intens, aku bisa merasakan kemaluanku yang semakin lembab, putingku mengeras, jantungku berdegup kencang, hingga akhirnya sensasi ini membuatku terpeleset jatuh menumpahkan salad yang sedari tadi aku bawa.
"Woi siapa itu" terdengar dari dalam teriakan Deni dari dalam gudang bersama dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arahku, aku panik, dan segera berdiri hendak pergi, namun malang, langkahku dihalangi oleh salad yang tertumpah membuatku terpeleset kedua kalinya
"Boss, bini lu nih" Deni berteriak sambil memegang kasar tanganku memaksaku bangun
"Hah, Elsha? Ngapain dia" sahut Reno
"Ngapain lo disini, ngintip ya lu" Tio berjalan mendekat dan langsung memaksaku masuk ke dalam gudang, sekuat tenaga aku berusaha melepaskan tanganku dari genggaman mereka, namun nihil.
"Lepasin gw, gw cuma jatuh di depan kepleset" ucapku seadanya berusaha membela diri
"Hahaha, gw ga bego El, gw yakin lu ngintipin gw ngewe sama temen lo ini kan, ngaku lu" suara Reno membentak tepat didepan wajahku, ini adalah bentakan pertama yang aku alami seumur hidupku, orang tua ku sedikitpun tak pernah membentakku, aku hanya diam menunduk diperlakukan seperti ini hingga tak terasa air mata jatuh setetes dua tetes dari mataku
"Liat memek nya boss, kalo becek berarti dia ngintip, hahaha" celetuk Deni, aku ingin membela diri, namun efek bentakan tadi membuat tak satu katapun yang berhasil keluar dari bibir tipisku, entah betapa malunya aku jika mereka mengetahui jika vaginaku sudah basah terangsang
"Udah lepasin dia, lagian meskipun dia ngintip aku bisa jamin dia ga bakal ngaduin kita" aku agak lega mendengar Erna masih membelaku
"Bacot lu Er, gw cuma pengen tau dia ngintip beneran apa enggak" sahut Reno sembari mengangkat rok biruku, dan menurunkan celana dalamku hingga dibawah lutut, terpampang jelas vaginaku di depan nya, tangan nya pun mulai meraba area kewanitaanku, dan tentu saja dia bisa merasakan basahnya vaginaku
"Anjir udah becek banget nih memek, elu sange ya gw ngentotin temen lu, hahaha, pengen ya lu gw entotin juga?" Ucap Reno sambil terus mengelus vaginaku
"Memeknya licin bgt bos, mulus boss" sahut Tio mengomentari vaginaku yang memang putih bersih sama sekali tak berbulu
"Bos lu mesti liat pantatnya, anjing mah, ini pantat bulet dan mulus bgt bos." Deni mengomentari pantatku yang bulat hasil dari squad teratur setiap sore bersama mama
"Ampun, please aku janji g bakal ngaduin kalian, please lepasin gw" ucapku sambil terisak, entah mengapa tak sedikitpun terfikir untuk berteriak waktu itu, seakan bentakan Reno menyumbat jalan pikirku
"Udah lepasin aja Elsa, please, kalian kan udah punya gw yang bisa kalian pake kapanpun, kasian Elsa, dia anaknya masih polos" sekali lagi Erna membelaku, meskipun aku merasa sangat kaget ketika dia ngomong bisa di pake kapanpun
"Eh Er, inget kita ga pernah minta ngewe ama elu, elu aja yang kegatelan pengen di ewe, lagian mana ada cewe polos ngintipin orang ngewe ampe memeknya becek" bentak Reno pada Erna
"Udah lu diem aja, gw mau nikmatin cewe yang kata lu polos ini"
"El, lu nurut atau gw tampar" bentak Reno sekali lagi padaku
"Ampun Ren, aku mohon jangan apa-apain aku" ucapku memelas iba ditengah isak tangisku, namun segera setelahnya Reno menampar pipiku,
"gw bilang nurut atau gw tampar" tamparan Reno membuatku diam dari tangisku, entah kenapa, mungkin aku mengalami shock. Aku hanya bisa pasrah mengangguk pelan.
"Sekarang lu lepas pakain lu satu-satu sampe lu telanjang" ucap Reno sambil menyulut sebatang rokok
Akupun hanya bisa menuruti kata2 nya, Deni dan Tio melepaskan genggamannya dan bergabung dengan Reno merokok sambil melihatku menelanjangi tubuhku sendiri, satu hal yang membuatku semakin sakit, Erna juga ikut bergabung merokok dengan mereka menyaksikanku
Akupun mulai membuka kemeja putihku, satu dua kancing kulepas hingga seluruhnya lepas, perlahan aku melepaskan kemejaku dari tubuhku
"Anjing, tete lu gede juga El" Tio mengomentari payudaraku yang masih tertutup bra berwarna putih
Mulai kubuka resleting rokku, dan kulepas rok abu-abuku, sekarang aku berdiri di depan mereka hanya menggunakan celana dalam dan bra, aku merasa sangat rendah saat ini, bagian tubuhku yang paling private aku pamerkan ke orang-orang yang paling aku benci.
"Kenapa berhenti, buka bra dan celana dalam lu sekarang" Reno membentak ku sekali lagi
Aku melepas braku perlahan, begitupun dengan celana dalamku. Aku melihat mereka sangat menikmati tubuh telanjangku, kulihat gundukan mulai terlihat di selangkangan mereka, aku rasa penis mereka sudah mulai menegang, entah kenapa memikirkan hal tersebut malah membuatku terangsang.
"Hmm, emang tubuh lo the best sih El" tak kusangka Erna berani mengomentari tubuh telanjangku
"Sekarang lu duduk di lantai, dan ngangkang di depan kita, lu gesek-gesek memek lu pake tanganlu"
Aku menuruti perkataan Reno, aku duduk dan membuka kaki ku di depan mereka, meng-expose bagian dalam vaginaku yang berwarna pink, perlahan aku menggesekkan jari-jari lentikku ke permukaan vaginaku. Ahhhkkk, gesekan pertama benar benar mengagetkan ku, seperti tersengat aliran listrik aku pun secara otomatis pinggangku mengangkat, kupejamkan mataku sejenak menikmati gesekan2 selanjutnya, desahan kecil tak sengaja keluar dari mulutku "Ehmmppp"
"Wah mulai menikmati nih perek" seronoh Reno
"Enak ya El hihihi" Erna kembali berkomentar
Aku tersadar aku sedang melakukan hal memalukan ini di depan merek, tanganku berhenti
"Sudah, kalian semua bangsat" aku berteriak dan berusaha memakai pakaianku kembali, Erna dan Reno menghampiriku
"El, cobain dulu kontolnya Reno, entar lu juga ketagihan, lagian udah kepalang tanggung kan, memek lu udah becek banget gini, sayang kalo ga dimasukin kontol" aku benar benar kaget dan sama sekali tak menyangka Erna bisa seenteng itu ngomong seperti ini bahkan sambil mengelus vagina ku
"Lu sudah gila ya Er, elu sahabat gw lama, lu bisa2 nya ngomong ke gue seperti itu"
"Temen lu ini udah jadi lonte kita bertiga El, semua lubang di tubuh temen lu ini udah pernah kita masukin kontol kita hahahah, apapun yang kita perintah, lonte ini bakal lakuin, jangan kaget lu, iya kan Er?"
Aku semakin kaget ketika Erna menjawab omongan Reno yang jelas-jelas merendahkan nya dengan "Iya Reno, aku lonte kalian" diiringi dengan senyum menggoda
"Kalian semua gila, lepasin gw, gw mau balik kelas, gw anggap hari ini ga ada, gw g akan ngaduin kalian"
"Liat, mau foto lu yang lagi nikmatin colmek nyebar ke WA group sekolah?" Tio menunjukkan fotoku yang sedang merem menikmati gesekan tanganku sendiri di vaginaku
"Hapus anjing, atau...."
"Atau apa? Hah? Lu sekarang bakal jadi lonte kita, lu bakal jadi budak seks kita, kalo lu nolak, gw bakal kirim foto ini ke WA group sekolah, biar foto lu jadi bacol anak2, paham?" Reno tertawa terbahak-bahak
Reno mulai memelukku, tangan kirinya meremas payudaraku, dan tangan kanan nya meremas pantatku, mulutnya menjilat tak beraturan leherku, aku melenguh pelan "Ehmmpp"
"Reno please aku mohon"
"Mohon apa? Mohon pengen di entotin"
Dia mengangkatku naik ke meja kosong, aku duduk dengan paha mengangkang di depan nya, dia menciumi dan menjilati paha ku, namun semakin lama semakin mendekat ke vaginaku, sementara itu Tio dan Deni mendekati tubuhku dan menghisap keras puting ku, Tio di puting kanan ku dan Deni di puting kiriku. Semua rangsangan ini secara bersamaan aku rasakan, tubuhku bagaikan di sambar petir, tak terasa aku mulai memejamkan mata dan menggigit bibir tipisku, aku masih menahan jangan sampai aku mendesah, aku tak mau mereka menganggap aku suka diperlakukan rendah seperti ini. Sementara itu sekilas aku melihat Erna berdiri disampingku menggesekkan jarinya ke vaginanya
"Ahhhkkk, ehmmmm" desahanku semakin tak tertahan ketika lidah tio sampai pada klitorisku, mataku yang terpejam terpaksa melek, pinggangku sedikit naik menahan jilatan reno yang semakin ganas,
"Ehmmpppp, ahhkkk, ahhh" aku tak sanggup lagi menahan rangsangan sebesar ini di setiap titik sensitifku, desahanku seakan membuat mereka semakin bersemangat, jilatan, isapan bahkan gigitan gigitan kecil mereka semakin instens
"Memek lu enak bgt El, gw suka bau dan rasanya, tapi sayang memek sebagus ini akan dower seminggu lagi, hahahaha" aku tak sanggup merespon komentar reno yang merendahkan ku ini, otakku benar-benar sibuk dengan semua rangsangan ini.
"Ini lonte udah keenakan kayaknya bos, liat wajah sange nya boss, udah merem melek gitu hahaha, emang polos wajahnya doang, jiwanya mah lonte sejati"
"Er, lu cuma mau colmek doang?, naik ke meja, jongkok di atas kepalanya lonte ini, biar memeklu di jilatin si lonte ini" perintah Reno pada Erna
"El, maaf ya, minta tolong jilatin dong El" dia berucap sambil memposisikan vaginanya tepat di atas mulutku
"******, ngapain minta maaf ke lonte, lonte emang selayaknya buat dipake tubuhnya" Reno kembali tertawa
"Please Er, tega banget elu sama gw" aku memelas
"Udah El, jilatin aja cepet, atau gw suruh Reno nyebarin foto lu"
Aku berusaha menjilat lubang kencing sahabatku sendiri, tapi ketika lidahku menjulur setetes cairan vagina Erna menetes tepat di lidahku, aku ingin muntah merasakan asam dan asin cairan ini
"Huekk"
"Hahahah, enak El cairan memek gw? Jilat aja entar juga lu kebiasa"
Aku berusaha kembali menjilatnya, namun jilatanku sedikit terputus putus karena rangsangan yang aku terima begitu hebat, beberapa menit kemudian tubuhku bergetar hebat, mataku terbelalak, dan pinggangku terangkat begitu saja
"Ahkkkkkkhhkk, ahkkkkkk, ehmmmmm" aku berteriak cukup kencang, aku bisa merasakan vaginaku berdenyut dan mengeluarkan cairan, orgasme pertama kali di 18 tahun hidupku, tak pernah aku merasakan kenikmatan yang seperti ini sebelumnya.
Sekian detik penuh nikmat berlalu, tubuhku terkulai lemas di atas meja, nafasku masih tersengal
"Dasar lonte, udah keluar aja" seloroh Tio
Reno mengangkat wajahnya yang basah terkena cairan vaginaku "Gimana El, enak kan jadi lonte?"
"Ampun, please udah ya, gw mohon, gw udah lemes bgt ini" ucap gw ditengah energi gw yang terkuras habis
"Eh, enak aja lu, kita belum ngerasain enak, sekarang gantian, gw pengen ngrasain memek lu"
Reni mengangkatku turun dari meja, memaksa ku menungging
"Please ren, gw belum pernah"
"Lu masih perawan? Beruntung bgt gw dapet memek perawan hahahah"
"Ahhhkkkk, sakit, pleaseee .... aku mohon jangan" Reno memaksa penisnya masuk ke dalam vaginaku, meskipun vaginaku sudah dipenuhi cairan vagina, usah tersebut tampak gagal, sempitnya vaginaku ditambah besarnya penis Reno menjadi faktor utamanya
"Buset dah, asli memek lu sempit bgt anjing"
"Ahkkk please sakit, ahhkkkk, aku ga kuat, sakit Reno"
"Bacot lu lonte, diem aja, entar lu juga keenakan"
Aku bisa merasakan ujung penis Reno sudah mulai menembus ke dalam vaginaku
"Ahhhkkk" sekali hentak penis Reno sepenuhnya masuk ke vaginaku, perih dan penuh terasa di vaginaku,
Reno berhenti sejenak, kemudian memberi tanda kepada Tio untuk mengeluarkan penisnya dan memintaku untuk mengulum nya,
"Eh lonte, sepongin kontol gw, awas lu ampe kena gigi gw gampar lu" ucap Tio sambil mendongakkan kepalaku secara paksa
Aku melihat penis hitam legam di depanku, aku berusaha meraihnya dengan tanganku, bahkan lingkar jariku tak mampu sepenuhnya menggenggam penis Tio. Perlahan aku menjulurkan lidahku, menjilat pelan ujung penisnya, lidahku merasakan rasa yang sama dengan cairan vagina Erna, namun kali ini aku sudah terbiasa, aku mulai memasuk kan penis ini ke dalam mulutku sepenuhnya, hampir tak muat, sejenak ku diam kan dalam mulut ku
"Ahhhkkkkk" tiba-tiba Reno menghujamkan penisnya ke dalam vaginaku, membuatku terdorong kedepan dengan mulut penuh dengan penis Tio, secara otomatis penis Tio masuk ke ujung tenggorokanku membuatku tersedak
"Hahaha, rasain lu lonte" ucap Reno sambil tertawa terbahak-bahak
Reno mulai memaju mundurkan pinggangnya, mengobok-obok vaginaku yang tak lagi suci, vagina yang mereka bilang milik seorang lonte, lonte yang tak punya harga diri, namun fikiran ini hanya terlintas sekejap di benakku, karena nyeri di vaginaku kini telah terganti oleh nikmat, fikiranku mulai sibuk dengan nikmat ini, mungkin jika mulutku tak penuh dengan penis Tio, desahanku pun juga akan semakin keras.
Aku terus menghisap kontol Tio, menjilati setiap centimeternya, menghisapnya penuh semangat, bahkan aku berinisiatif menjilat buah zakarnya, aku sudah tunduk di bawah nikmat, aku tak malu lagi mendesah melampiaskan kenikmatan ini.
"Eh lonte, enak ga kontol gw?" Kata reno sambil terus menggenjot vagina ku, meskipun aku menikmatinya, aku tak mau menjawab pertanyaan yang merendahkan ku semacam itu
"Jawab bos gw lonte" Tio menjambak rambutku dan membenamkan seluruh penisnya masuk ke batang tenggorokan hingga aku hampir tak bisa bernafas, aku memukul mukul paha Tio berharap dia melepaskan penisnya, sekian detik dia tarik penisnya, aku tarik nafas dalam
"Iya enak" jawabku terpaksa ditengah nafasku yang tersengal
Kembali Tio menyodorkan penisnya, kali ini aku mengisapnya dalam dalam, sambil lidahku menjilat-jilat batang kemaluan nya di dalam mulutku, Tio sepertinya sangat menikmatinya, hingga akhirnya dirinya sedikit mengejang,
"Ahkkk, lonte... gw pejuin mulut lo " Tio menyemburkan spermanya ke dalam mulutku, deras sekali semburannya hingga sampai ke ujung tenggorokan, aku tersedak, merasa mual dengan cairan kental yang memenuhi setiap rongga mulut dan tenggorokan ku, kumuntahkan sebagian yang tersisa di mulutku, namun tentu sebagian telah tertelan
Aku terlalu sibuk dengan kenikmatan di antara selangkangan ku sehingga aku tak menyadari ternyata Deni merekam semua ini sambil dia mengocok batang kemaluannya, tapi entah apa yang aku fikirkan, aku malah membiarkannya begitu saja.
Aku mendongak sedikit ke arah meja, dan aku melihat Erna masih duduk di atas meja sedang asik memasukkan jari-jarinya kedalam liang vaginanya, aku bisa menilai dia sangat menikmati persetubuhan ku dengan Reno, terlihat jelas ceceran cairan vaginanya di tempat dia duduk. Melihat Erna sangat menikmati jarinya membuatku semakin terangsang, ditambah dengan hujaman penis Reno yang semakin cepat, kombinasi dari dua hal ini sukses membuat tubuhku mengejang menikmati orgasme ke 2 ku
"Eh lonte, lu sekarang di atas gw, gw capek genjot memek lu terus, gantian ******" ucap Reno
Aku sekarang di atas Reno, berusaha memasukkan penis Reno kedalam lubang kewanitaan ku, cukup mudah kali ini. Setelah masuk, aku goyangkan pinggangku, ahh, benar-benar aku menyukai posisi ini, aku bisa mengatur kenikmatan yang aku ingin kan, sepertinya reno juga sangat menikmatinya, aku melihat wajahnya yang sedang dibuai nikmat, dan entah apa yang merasuki pikiranku, aku melumat bibirnya habis, menjilati bibir dan lidahnya, aku sama sekali tak menyangka aku melakukan ini pada cowok yang baru tadi pagi aku katain "jijik"
"El gw mau keluar, isepin kontol gw, gw mau keluar di mulut lo" mungkin karena ciuman spontanku yang membuat cara bicara Reno jadi tidak terlalu kasar
"Iya Ren" dengan sigap aku berlutut, begitu dia bangun di depanku, aku mulai menjilat setiap jengkal penisnya yang masih terlumuri cairan vaginaku yang agak kental dan ada sedikit bercak darah perawanku, benar kata Erna, aku sekarang sudah terbiasa dengan rasa cairan vagina, perlahan aku masukkan penisnya kedalam mulutku, aku hisap kuat penisnya sambil aku memaju mundurkan kepalaku mengocok penisnya di dalam mulutku, aku melakukan itu semua dengan menatap wajah Reno yang menikmati mulutku, beberapa detik kemudian aku merasakan kedutan pada penis Reno, aku sadar dia akan klimaks, aku membiarkan dia menumpahkan setiap tetes sperma nya di dalam mulutku,
"Elshaaaaaa…., ahhhkk, gw penuhin mulut lu sama peju" aku agak senang Reno menyebut namaku dan bukan memanggilku lonte
Sperma Reno memenuhi mulutku,
"Jangan di muntahin, telen semua peju gw"
Aku hanya mengangguk dan menelan setiap tetes pejunya, setelah kutelan, aku kembali membuka mulutku menunjukan bahwa spermanya telah habis aku telan
"Lonte pinter, mulai sekarang elu jadi budak peliharaan gw, turutin setiap kemauan gw, kalo lu nolak, lu tau konsekwensinya" ucap reno sambil membelai rambutku.
Hilang sudah harga diriku, aku tak lagi perawab suci, aku sekarang tak lebih dari budak yang bisa dipermainkan seenaknya oleh Reno dan temen2nya
"Ren gw boleh pake baju" masih sambil berlutut memelas kepada reno
"Boleh, tapi setelah Deni crot di mulut lu, sekarang lu merangkak ke arah Deni, dan isep kontol dia, biar cepet keluar"
"Baik Ren"
Aku merangkak ke arah Deni, aku merasa benar-benar merasa hina sekali, benar-benar seperti lonte yang tak punya harga diri, terlebih ketika mereka menertawakanku saat aku merangkak ke arah Deni. Kupegang batang kemaluan Deni yang sudah tegang dan kuhisap sekuat mungkin, mungkin karena dia sudah mengocok penisnya lebih dari satu jam, tak butuh waktu lama hingga dia menumpahkan sperma nya di mulutku. Deni memberi isyarat untuk menelan sperma Deni, dan aku melakukan nya tanpa penolakan yang berarti.
"Hahahahah, puas bgt ngewe sama lonte satu ini, memeknya bener2 mantap" ucap Reno
Aku masih berlutut di depan Deni, hingga sesaat kemudian Erna menghampiriku dan membantu aku bangun.
"Enak kan El kontolnya Reno, apa gw bilang" erna menggodaku sambil mencubit putingku lembut,
Aku cuma bisa mengangguk sambil berjalan menuju seragamku, namun belum selesai aku memakai kemejaku, kami dikagetkan dengan teriakan
"Ngapain kalian… !!!" Teriak tukang kebun sekolah memasuki gudang
-------- BERSAMBUNG ---------
Lanjut Part 02 disini hu "Tukang Kebun Bangsat"
Terakhir diubah: