Lanjutan Chapter 7
Previously
Pintu lift terbuka.
Aku segera berlari ke arah lorong dan kamar yang merupakan prediksi ku dan Jenny sebagai lokasi transaksi yang sebenarnya.
Betapa terkejutnya aku saat melihat 24 orang pria dengan setelan jas dan kacamata hitam, lengkap dengan pistol telah berada di ruang itu.
'Demi pangeran panda, aku gaboleh nangis'
'tapi...
Ahhh siall.
Ini terlalu banyak!!!!!!'
-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-
POV Dara
'Dorr'
'Dor'
'Dor dor'
'Dor'
Seperti sudah di komando untuk langsung menyerang apabila ada sosok mencurigakan, pasukan bodyguard itu pun langsung menembakkan senjata nya tanpa ampun. Aku pun sontak langsung dengan setengah melompat, kembali ke dinding sebelah lorong untuk bersembunyi.
"Jen!!! Lo ga lupa kan???"
"Bentar, 5 detik lagi.... Oke. . . 3..2..1..done"
Blitzzz
Lampu lantai itu mati seketika. Aku pun tersenyum karena perkiraan ku tepat. Yah walau hanya melenceng sedikit.
"Seperti biasa ya jen"
"Siappppp"
Kemudian tampilan di kacamataku pun berubah menjadi mode thermal yang membuatku dapat mengetahui posisi orang2 yang berada di depanku. Dikombinasi dengan tampilan visual layout gedung yang berada di depanku sesuai transmisi data dari superkomputer di HQ yang sedang di operasikan Jenny.
Aku melangkah santai dengan kedua pistol berperedam yang telah dalam posisi siaga di kedua tanganku. Dari tampilan di layar kacamata, mereka tampak mulai panik di tengah kegelapan malam.
Psstt
Pssttt
Pstttt
Beberapa target rubuh dengan lubang di kedua dahinya akibat tembakan ku. Kemudian kembali ku bersembunyi.
Dengan paniknya, mereka memberondong senjata tanpa henti.
Ketika mulai tenang, ku tembakkan kembali dan beberapa orang kembali roboh tak bernyawa. Idiotnya, mereka lagi2 menembak dengan buta dalam kegelapan. Tentunya tak ada yang mengenaiku. Tinggal sekitar 16 orang dan senjata mereka kini telah kosong tanpa peluru.
"Jen, nyalakan lagi. Gw bosen main kucing2an kayak gini. Lo fokus liat ada yang kabur apa gak"
"Siappp"
Lampu kembali menyala. Belasan pria berwajah garang dengan badan besar serentak memfokuskan pandangannya kewajahku. Aku hanya menyeringai yang tak bisa dilihat mereka dibalik masker yang ku gunakan.
Dengan congkak nya ku sarungkan 2 pistol tadi ke sarungnya di sebelah kedua pahaku.
Tentu saja, 16 orang tanpa senjata api, aku bisa menghadapi nya, tidak seperti tadi, 24 orang dengan amunisi lengkap. Sehebat apapun aku tentu aku hancur,kan?
2 orang datang menerjang disusul dengan yang lain. Aku tak gentar, dan hanya melangkah gontai menghampiri mereka. Hahah, Game On!!!
Kunci pertarungan di ruangan sempit dan kalah jumlah, adalah menempatkan posisi mu sedemikian rupa sehingga meminimalisir serangan sekaligus , dan hanya menghadapi sedikit mungkin lawan dalam satu waktu, serta menghindari posisi 'Sandwich' , serta yang paling penting. Make Sure Every move counts. Gaboleh gerakan sia2. Semua serangan harus vital sehingga yang telah roboh tak bangkit lagi.
Dua pria tadi semakin mendekat. Yang kanan mengambil posisi hendak menendang dengan kaki kiri, sedangkan yang kiri hendak menyerbu dengan pukulannya. Dengan sepatu bot ku yang keras, kuhantam ulu hati pria yang dikiri,membuat wajah nya pucat pasi seketika. Kemudian, dalam sepersekian detik setelah itu, tangan kiriku menahan pukulan pria yang satu lagi, dan mengayunkan kaki kanan tadi ke telinganya hingga ia terpental ke dinding.
Dibelakangnya 3 orang berdatangan aku sedikit mundur agar salah satu dari mereka lebih maju kedepan tanpa mereka sadari, sehingga lebih mudah kuhadapi. Kemudian dengan gerakan cepat, kuraih tangan nya yang memegang pisau dan kupelintir hingga ke bahu, dan kutekan pisau itu hingga menusuk rusuknya sendiri. Pegangannya mengendur, pisau tadi kuraih , kuputar badanku dengan gesit, sehingga aku telah berada di depan kedua pria lainnya yang berada di debelakang pria berpisau tadi. Sebelum sempat bereaksi, ku sabet di sekitar pahanya dan kemudian pisau itu kutusukkan ke lehernya, yang berada di sampingnya panik dan terhenyak mundur tapi aku lebih sigap, kutancapkan dalam2 d perutnya, kuputar dan kugorok ke arah atas. Jenis luka tusuk yang pasti takkan bisa disembuhkan karena semua organ dalam hancur seketika.
5 down. 6 to go.
Hufftt
Dengan sedikit gentar, 3 orang maju mendekat dengan pisau, ku lempar pisau yang masih menancap di dada pria tadi dan ku lempar ke pria yang di tengah.
Cessss
Tepat di leher. Terhuyung. Tewas.
2 nya lagi mendekat. Bersiap menghajar ku saat tiba2... Jenny berbicara melalui perangkat ditelingaku.
"Ra, di dalam kamar masih ada orang, tapi ada beberapa orang yang sudah kabur melalui tangga darurat. Dari yang kulih--"
DUARRRRRR
Aku kehilangan keseimbangan akibat getaran tadi. Sial. Apa ada bom di atas???
Aku harus cepat. Aku gak punya waktu buat ngadepin minion kayak begini. Kalau lantai atas ada bom, kemungkinan semua tim serbu sudah gugur. Dan hanya aku dan 4 orang di tangga darurat lah yang tersisa. Itupun belum tentu mampu menghadapi karena pasti kalah amunisi karena sejatinya mereka hanya tim back up.
Aku... Benar2 gak punya waktu buat minion kayak begini. Setelah berhasil bangkit dan berdiri kembali , dan kulihat 5 orang yang tersisa juga sudah berdiri tegak. Kini giliran ku yang berlari ke arah mereka. Kuambil 2 pisau yang berada di masing2 sepatu bootsku, dengan gesit aku menerjang dan menyabet leher mereka, dan melemparkan ke dua dari tiga orang yang tersisa. Mereka mengelak. Dan menerjang maju. Aku mundur selangkah untuk menghindari tendangannya dan rekan satunya lagi maju sambil menghunus pisau. Kutarik lengannya kearahku sehingga Ia kehilangan keseimbangan, kemudian dengan tubuhnya yang hampir tersungkur, kutarik lagi dan ku hantam kepalanya sehingga Ia benar2 tersungkur dengan tangan kanan yang masih memegang pisau masih di genggamanku, kuputar lengannya dan
Kreekkkk
Laki2 yang menendang tadi kini berada di udara, melancarkan tendangan berputar. Aku berkelit. Topi ku terlepas. Hampir saja kepalaku kena. Kini dengan kaki kirinya, melayang berputar mengincar rahang kiriku. Setengah langkah aku mundur, menanti saat yang tepat sambil memghindari tendangan nya. Dan saat Ia menaikkan kaki kanannya, kaki kanan ku langsung dengan sigap menahan momentum kaki kanannya, tepat di paha nya, ku raih tangan kanannya,ku lingkarkan dengan lengan kananku, kukalungkan kaki kiriku di depan lehernya, dan dengan memutar, tubuhnya berguling kedepan dan terkunci. Krekkk. Bunyi persendian yang patah pun terdengar.
Tinggal satu lagi. Dan tampaknya satu ini berbeda. Sedari tadi dia lah yang paling tenang. Bahkan dia menghubuskan katana, hanya dia yang membawa katana. Sedangkan cecunguk lain hanya bermodalkan pistol.
Dengan berpose hormat, Ia kemudian berubah menjadi posisi siaga dengan kedua jemari tangannya memegang katana itu. Seolah menantikan sebuah duel hidup mati yang membanggakan yang penuh kehormatan. Apanya yang terhormat ketika dia memegang katana dan aku hanya sebilah pisau.
Sebelum Ia melangkah maju, dengan cepat, aku meraih pistol di sebelah paha yang masih terisi cukup banyak peluru, dan
Pssttt.
Satu lubang bersarang tepat di tengah keningnya.
"Sorry I dont have times." Kataku sambil meninggalkan sesosok mayat samurai yang kurasa akan meratapi nasibnya dikemudiam hari karena harapan meninggalnya karena duel hancur dengan sebuah peluru. Hahaha.
"Jen, bagaimana dengan tangga darurat. Jen.. halo... Jen..."
Sial. Seperti nya ledakan tadi mengacaukan transmisi.
Dengan Dua pistol yang siaga , aku masuk ke dalam ruangan. Benar kata jenny tadi. Layout kamar ini persis dengan kamar lantai paling atas , dan sudut nya lebih sesuai dengan sudut kearah luar gedung yang ditampakkan kamera tadi. Kusapukan pandangan ke sekeliling. Kosong. Sial, sepertinya yang lain sudah pergi.
Kucek setiap ruangan, ada seorang wanita berambut pirang dengan posisi menekuk dan menggigil ketakutan terduduk di atas tempat tidur. Dari pakaiannya, sepertinya dia adalah wanita peliharaan salah satu dari bajingan yang menjadi target operasi. Sepertinya dia sempat mendengar rangkaian kesepakatan-kesepakatan yang terjadi tadi dan bisa menjadi saksi dalam kasus ini. Dan jelas, dia terlihat sangat ketakutan.
"It's okay, kamu aman sekarang" kataku dalam bahasa inggris agar dipahaminya.
"Tolong aku, please. Aku mendengar bom. Dan mereka meninggalkan ku disini sejak tadi. Aku tak berani keluar karena banyak penjaga dengan senjata."
Aku iba melihat kondisi wanita itu yang ketakutan. Tapi ada sesuatu yang mengganjal. Kalau yang lain sudah pergi, lalu mengapa penjaga itu berada disini. Pasti ada sesuatu yang lain yang tertinggal disini.
"Apa kamu melihat sesuatu yang penting, yang tertinggal disini? " Tanyaku
"Tidak, aku tidak tahu apa-apa. Aku bahkan tidak tahu mereka sedang membahas apa. Tolong, tolong aku keluar dari sini. Aku takut. Hiks"
Wanita itu mulai menangis.
Ah, sial. Prioritas misi ku adalah menangkap TO dengan barang bukti. Bukan menyelamatkan saksi yang belum tentu tau apa-apa.
"Tenang, tunggu disini. Rekan ku akan menjemputmu. Jangan khawatir, penjaga di luar sudan aman. Kalau kamu berani, sebenarnya kamu bisa saja berlari menuju kebawah dan bergabung dengan keramaian penghuni hotel lainnya karena mereka pasti sedang evakuasi darurat. "
"Tidak, tolong. Jangan tinggalkan aku, jangan pergi, aku takut. "
"Baik, tunggu disini, aku ada perlu sebentar. Kamu jangan kemana-mana" kataku
Aku memalingkan badan , bersiap untuk bergegas untuk bergerak keluar namun baru beberapa langkah dari tempat tidur, tiba-tiba kepalaku pusing, pandanganku kabur, keseimbanganku goyah, dan aku terjerembab ke lantai. Dengan sisa tenaga aku melihat ke belakang.
Wanita itu bergerak dan berdiri dari tempat tidur dengan sebuah pistol kecil berwarna perak, mengacung ke arahku. Dan sekilas nampak Ia tersenyum sinis.
"Sudah kubilang jangan pergi. Sekarang, Tidur yang nyenyak, BlackRose!!!"