Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Fakultas Ilmu Seks Season 2

Mantap menunggu kelanjutannya suhu...

akhirnya suhu @marcioz datang lagi ...
mantap hu ceritanya, tolong di lanjutsamoe tamat hu ...

Lanjut om. Cerita season 1 tiada matinya. Smoga season 2 makin crot

Wow mantap deh Ada karya baru suhu marcioz. Tetap semangat hu ditunggu lanjutannya
sadis sadis bikin tegang, cocok nih. trims suhu :semangat::semangat:

warbiasaaaa

makasih. lagi dimasak nih hu. ditunggu aja ya hehehe.

alamat kampus hu....

coba googling hu :victory:
 
Lanjut hu, kalau bisa dibikin indeks ceritanya hu, biar enak dan gampang bagi yang membaca cerita suhu @marcioz
 
mohon maaf suhu-suhu
seharusnya ane update tadi malam tetapi karena ada hal yang tidak bisa ditinggalkan jadi update nya tertunda selama beberapa hari kedepan. tetap stay tune dan sambil nunggu update suhu-suhu bisa sambil baca-baca koleksi cerita ane yang lain.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
UPDATE


Setelah beberapa jam tidak sadarkan diri, Alya terbangun dan ia terkejut melihat dirinya tiba-tiba ada di sekretariat. Ia menengok ke kiri dan kanan melihat ketiga temannya masih tertidur. Saat Alya berdiri, rasa sakit akibat sabetan gesper di perutnya masih terasa sehingga ia berjalan agak tertatih. Ia segera menuju cermin dan ia terdiam ketika pakaian dan jilbabnya yang dikenakannya masih baru walaupun agak lecek. Begitupun saat ia menarik selimut, ketiga temannya juga mengenakan jilbab dan pakaian yang baru. Kemudian ia melihat ada sebuah amplop coklat di sebelah Yasmin. Dibukanya amplop itu lalu ia menemukan beberapa ikat uang tunai ratusan ribu serta sebuah surat dan flashdisk. “Makasih adek-adek sudah memuaskan hasrat saya. Sebagai imbalan, ini uang yang saya janjikan jumlahnya ada 40 juta rupiah. Silahkan adek hitung lagi untuk memastikan karena jika kurang saya akan transfer lagi ke rekening adek. Flashdisk itu berisi tandatangan dan logo perusahaan. Silahkan digunakan sesuai dengan kesepakatan nilai di proposal yang adek berikan ke saya. Kalau adek-adek rindu dengan saya bisa sesekali mampir ke tempat saya hehe.” Alya membaca surat itu sambil menangis. Tangisan Alya menunjukkan antara kebahagiaan karena mendapatkan uang yang banyak untuk menghidupi program yang tersisa dan disisi lain hatinya juga hancur karena ia telah menjual dirinya dan teman-temannya ditambah siksaan yang masih membekas di tubuh mereka.

Saat Alya merenungi tumpukan uang di hadapannya, Sofi dan Dian terbangun lalu mereka berdua berlari ke arah cermin. “Wah bapak itu baik juga ya baju kita dikasih yang baru. Merk mahal lagi.” ujar Dian sambil berputar-putar di cermin. “Iya nih. Aku jadi kayak princess.” tambah Sofi yang merapikan jilbabnya yang agak kusut. “Eh, itu uang siapa Al ?”sapa Dian ketika melihat Alya yang terus memandangi tumpukan uang di lantai. “Wih, banyak banget. Dikasih cash pula.” Ujar Sofi sambil menghitung-hitung uang tersebut. “Al, kok diem aja sih ? harusnya seneng dong kita bisa jalanin acara kampus lagi.” Hibur Dian sambil merangkul Alya. “Guys, aku masih takut sama kejadian kemarin. Aku merasa kita seperti menjual diri kita.” ujar Alya yang kembali menangis. “cupcup… udah cantik. Gapapa kok, terkadang kita mendapat cobaan lain setelah menyelesaikan cobaan pertama.” hibur Dian sambil mengelus kepala Alya. Tangisan Alya semakin pecah lalu Dian memeluk Alya untuk menenangkannya. Sofi kemudian keluar untuk menengok sekitar dan ia melihat kampus sangat sepi. Ia pun membuka hape nya dan ternyata sudah hari Minggu. “Pantes sepi. Udah hari Minggu aja ya. Eh itu si mimin bangunin tuh.” ujar Sofi. Alya yang sudah baikan kemudian membangunkan Yasmin. “Min, bangun eh.” ujar Alya sambil menggoyangkan tubuh Yasmin namun tidak ada respon. Dian kemudian tersenyum nakal lalu menyingkapkan rok Yasmin. “Haduh si Dian ini…” ujar Sofi. Dian kemudian memasukkan jarinya ke vagina Yasmin dan dioboknya. Beberapa menit kemudian, tubuh Yasmin mulai bergerak-gerak namun ia mengigaukan kalimat yang membuat Dian menghentikan aksinya. “jangan…. Jangaaannn….” Igau Yasmin sambil mengeluarkan air matanya. “Min, lo gapapa kan ?” ujar Alya yang mulai khawatir. Tiba-tiba tubuh Yasmin mengigil dan mengeluarkan keringat dingin. “Min, min… kamu kenapa ?” Sofi kemudian memeriksa tubuh Yasmin yang memucat. “Cepet kita bawa ke rumah sakit. Ayo Al, Sof kita bopong.” ujar Dian panik. Alya langsung menelpon taxi online lalu Dian dan Sofi merangkul tubuh Yasmin yang bergetar ke luar kampus. “Bertahan say… kita ke rumah sakit..” ujar Sofi. Setelah beberapa menit, taxi mereka datang lalu mereka berempat langsung meluncur ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Yasmin langsung diarahkan ke UGD. “Adik-adik tunggu diluar ya.” ujar dokter di rumah sakit itu. Setelah menunggu hampir setengah jam, dokter itu keluar. “Teman kalian mengalami trauma yang cukup merusak kondisi psikologisnya serta infeksi di dalam alat reproduksinya. Beruntung kalian cepat membawanya ke rumah sakit karena jika terlambat akan sangat berbahaya. Kalian sudah menghubungi keluarganya ?” Tanya dokter yang bernama Sinta itu. “Belum dok. Karena kami sangat panik hingga tidak sempat melakukan yang lain.” ujar Alya. “Apakah teman kalian baru saja menjadi korban kekerasan seksual atau semacamnya ? karena kondisi vaginanya dan beberapa bagian tubuhnya ada luka.” Ujar dokter itu. “Kami kurang tau dok.” ujar Alya yang berusaha menutupi apa yang dialami Yasmin. “Yasudah. Sementara teman kalian dirawat disini. Kalian hubungi orangtua teman kalian ya.” ujar dokter Sinta. Yasmin kemudian dibawa ke kamar rawat. Sofi dan Dian menunggu Yasmin sementara Alya berjalan keluar.

Alya kemudian menelpon orangtua Yasmin dan mereka shock mendengarnya. Setelah memberitahu rumah sakit Yasmin dirawat, beberapa jam kemudian orangtuanya datang dengan raut yang sangat khawatir. “Yasmin bagaimana. Tidak apa-apa kan ?” ujar ibunya panik. “Gapapa tante. Yasmin lagi istirahat ditemenin Sofi sama Dian.” Jawab Alya. ”Haduh itu anak. Tante mau ke ruang Yasmin ya. Ruangannya dimana ?” Alya kemudian mengantar ibunya Yasmin sementara ayahnya mengurus biaya perawatan.

Dua hari sudah Yasmin dirawat dan belum sadarkan diri walau denyut jantungnya sudah stabil. Alya yang sedang tidak ada jadwal kuliah menunggu di ruang rawat. Beberapa saat kamudian, Yasmin tersadar dan memanggil-manggil orangtuanya. Alya kemudian memeluk Yasmin sambil menangis. “Mimiinnn… syukurlah kamu udah sadar..” isak Alya. “Eh, kenapa aku di rumah sakit ? Terus Alya kenapa nangis ?” ujar Yasmin. “Kamu udah dua hari ga sadar-sadar. Aku takut kamu kenapa-napa gara-gara kejadian itu.” isak Alya. “Udah gapapa. Aku udah baik-baik aja kok.” ujar Yasmin sambil mengusap kepala Alya. Kemudian ibunya datang untuk menjenguk dan melihat anaknya sudah sadar. “Sayang… kamu kenapa sampe kayak gini ?” ujar ibunya sambil memeluk Yasmin. “Eh ibu… gapapa kok. Aku cuma kecapekan aja.” Ujar Yasmin. Setelah 4 hari dirawat, Yasmin sudah boleh pulang dari rumah sakit. “Makasih ya udah bantu tante nemenin Yasmin. Ini buat kalian jajan.” ujar ibunya Yasmin sambil memberi amplop ke Alya, Sofi dan Dian. “Eh, tante ga perlu sampe repot begini.” ujar Alya malu-malu. “Udah guys terima aja. Buat bentuk makasih udah jagain aku sampe kalian bela-belain pulang kuliah ga nongkrong dulu demi aku.” ujar Yasmin yang masih harus duduk di kursi roda. “ummm.. iya deh makasih ya tante.” ujar tiga gadis itu. “Maaf ya guys gabisa bantu kalian ngurus seminar.” Ujar Yasmin. “Aduh gapapa min. Kamu sembuh dulu aja ya. Kita pamit tante.” Ujar Alya sambil menyalami ibu Yasmin diikuti oleh Sofi dan Dian


Sudah H-1 acara seminar sekaligus pertaruhan Alya sebagai ketua BEM akan diadakan. Alya beserta timnya benar-benar berusaha maksimal untuk membuat acara itu menjadi bagus dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Yasmin juga sudah sembuh dan ikut membantu pekerjaan ringan Alya dan kawan-kawan. Saat tim panitia sedang sibuk, Dian sedang berada di salah satu kantor di pusat kota untuk melakukan pertemuan dengan pembicara acara itu. Pembicara itu tak lain dan tak bukan adalah Ken, mantan majikan seks nya waktu di kampus. “Eh Dian kok kesini ? Kan aku udah Acc kemarin semuanya.” ujar Ken heran ketika Dian datang ke ruangannya. Lebih mengherankan lagi, Dian mengenakan setelan serba ketat mulai dari jins dan baju lengan panjang yang ketat dan pendek sehingga terlihat sedikit perutnya yang putih mulus. “Hmm… anu… aku… kangen sama ini.” Dian tiba-tiba menghampiri Ken lalu mengelus celana kerja Ken sambil menjilat bibirnya sendiri. “Kamu ini… kangen ya ?” ujar Ken genit sambil memegang tangan Dian. Dian hanya tersenyum lalu ia berinisiatif untuk masuk ke kolong meja dan memelorotkan resleting celana Ken.

Setelah memelorotkan celana dan celana dalam Ken, penis yang dirindukan Dian mengacung tegak. Dian kemudian menjilati setiap bagian dari penis Ken dan diemutnya dengan lembut. “sshh… bagus Dian… kamu semakin jago ya ? banyak cowok yang udah kamu servis ya ?” ujar Ken sambil menikmati sepongan Dian. Dian tidak menghiraukan Ken dan terus menyepong penisnya dengan lembut sambil sesekali dikocok dengan tangan mungilnya. Saat Ken sedang menikmati sepongan Dian. Tiba-tiba pintu kantor terbuka dan Icha masuk kedalam kantor. “Eh bundaku sayang… tumben datengnya cepet..” ujar Ken sambil menahan serangan Dian. Icha hanya tersenyum lalu menghampiri Ken. Ia kemudian mengelus kepala Dian yang masih asyik mengulum penis Ken tanpa menyadari kehadiran istrinya Icha. Ken yang mengetahui maksud istrinya kemudian mengeluarkan suara desahan. “Terus yan… oohhh… sedotanmu masih enak yah..” desah Ken sambil tersenyum menatap istrinya. Icha kemudian memegang kepala Dian lalu dimaju mundurkan dengan cepat. Setelah beberapa menit, Ken memberi kode kepada Icha lalu Icha mempercepat gerakan kelapa Dian yang terhimpit paha Ken. “mmmhhh… mmmmhh..mmm….” gumam Dian sambil memejamkan matanya. “ooohhh…. Diaannn… gw mau keluar…. Ooohhhsss…” Icha menekan kepala Dian dalam-dalam lalu Ken langsung menyemprotkan spermanya mengisi rongga mulut Dian hingga penuh. Kepala Dian sengaja ditahan oleh Icha sehingga Dian terpaksa menelan sperma Ken yang memenuhi mulutnya.

Setelah Ken puas dengan orgasmenya, ia memberi kode ke Icha untuk melepas kepala Dian. Dian kemudian ngos-ngosan sambil memarahi Ken dengan mulut yang masih belepotan sperma dan air liur. “Kak Ken gimana sih ? kan sakit… eh ada kak Icha juga.” Dian terkejut dan langsung berdiri ketika melihat Icha yang tersenyum kearahnya. “Dian makin nakal ya main sama suami orang.” ujar Icha. “Ma… maaf kak…” ujar Dian sambil menunduk. Icha kemudian menghampiri Dian lalu meremas payudaranya yang tercetak di baju nya. “aahhh… kaakk…” desah Dian. “Kamu harus dihukum.” Bisik Icha sambil menjilat pipi Dian. Icha melucuti pakaian Dian hingga menyisakan jilbab dan kaos kaki pink sebetisnya. Lalu Icha kembali memeluk Dian dari belakang sambil meremas-remas payudaranya. “aahhh… kaakk… ampuunnn…” racau Dian. Icha terus meremas-remas payudara Dian sambil Ken memasang alat penggetar di vagina Dian yang mulai agak basah.

“Ini bakal bikin kamu keenakan.” Ken mengaktifkan alat tersebut lalu sensasi getaran tinggi di vagina Dian membuat tubuhnya kelojotan sambil dipegangi Icha. “aaahhh…. Ooohhhh.. ampuuunnn… matiin kaakk…. Ooohhh… udaaahhh…. Aaaahhh..” desah Dian sambil tubuhnya seperti ikan yang terkapar di daratan. Icha memegangi tubuh Dian sambil menciumi wajah Dian yang mulus. “Kaaakkk… udaaahhh… aaahhhh.. ooohhh… kakaaakkkk… uuuhhhh…” desah Dian semakin keras dan Ken malah menaikkan tegangannya. “Kaaakkkk…. Aaaahhhhh….. udaaahhh…. Stooopppp…. Ampuuuunnn… aaaaiihhhh…. Uuuhhhh….” Dian semakin tidak terkendali seperti orang tersetrum. Beberapa menit kemudian Dian mencapai orgasmenya. “kaaakkk…. Udah ga kuaaatttt…. Aaaahhhh…. Aaaaaaaa….. kaaaakkkk….” Dian berteriak lalu tubuhnya bergetar. Vaginanya berkedut-kedut sambil memuntahkan cairan vagina yang banyak dan membasahi lantai kantor. Ken mematikan alat tersebut dan mencabutnya dari vagina Dian. Seketika tubuh Dian langsung lemas dan dipenuhi dengan keringat.

“Sekarang kamu bikin kotor lantai kantor. Bersihin pake lidah kamu sampe bersih sebersih-bersihnya.” perintah Icha sambil mendorong tubuh Dian. Dian yang masih sangat kelalahan dan shock berusaha menjilati cairan vaginanya sendiri yang membuat lantai kantor Ken menjadi becek. Posisi Dian yang menungging kemudian dimanfaatkan Icha untuk memberi ‘hukuman tambahan’. Icha mengeluarkan semacam kotak kuning untuk tempat kanebo. Kotak itu kemudian dimasukkan kedalam vagina Dian lalu dimaju-mundurkan. “aaahhh…. Udahh kak… dian udah gakuat…” desah Dian sambil menjilati lantai. Icha semakin gemas dan bernafsu lalu mempercepat gerakan kotak itu di vagina Dian. Dian terus menjilati lantai yang masih dibasahi oleh cairan vaginanya sambil menahan kotak yang ditancapkan Icha. Selang 5 menit kemudian tubuh Dian ambruk dan ia pingsan. Icha kemudian membopong tubuh Dian ke kamar mandi untuk dibersihkan. Setelah dimandikan, Icha memakaikan pakaian Dian lalu menampar wajahnya. Setelah ditampar, Dian terbangun lalu ia langsung mengambil tas jinjingnya lalu menunduk minta maaf ke Icha dan berlari keluar dari kantor Ken.

“Kamu agresif banget sih bun sama dia. Kasihan tau.” ujar Ken. “Sayang, cuma aku dan Wulan yang boleh ngerasain Ken Junior.”ujar Icha sambil memeluk Ken dan menyebut penisnya dengan Ken Junior. “Bunda cemburu ya hehe. Ngomong-ngomong kamu udah cek belum ke dokter ?” ujar Ken sambil mengelus perut Icha. “Belum yang, nanti mau ke dokternya minggu depan. Semoga udah isi ya. Sperma kamu kan nomor satu.” goda Icha sambil mengelus celana Ken. “Udah dong bun. Nanti aja di rumah ya. Nanti kalo ada yang masuk kesini bisa gawat.” bisik Ken. “Yaudah nanti layanin aku sampe pagi. Aku tunggu di rumah ya.” Icha kemudian mencium tangan Ken dan dibalas dengan ciuman Ken di keningnya. Icha kemudian keluar kantor diantar Zahra yang menunggu di luar ruangan sambil diam-diam menguping pembicaraan mereka berdua. “Wah Icha mau hamil ya ? selamat ya.” ujar Zahra sambil menyetir mobil. “Eh, belom resmi tau. Tapi semoga deh hihi.” ujar Icha. “Kalo dedek bayinya cewek namain Zahra dong. Biar nama aku disayang-sayang kamu sama Ken juga.” ujar Zahra. “Yeu…. Dasar ganjen.. Liat aja nanti hehe…” ujar Icha.

Dian yang naik ojek online ke kampus disambut oleh omelan Alya. “Kamu kemana aja sih yan ? jam segini baru dateng ? lagi pada sibuk tau.” Omel Alya. “Maaf say. Aku tadi lagi bad mood banget. Terus aku ketemu kak Icha abis itu diajak ngobrol lama.” ujar Dian mengarang alasan terlambatnya. “Yaudah deh. Kamu bantu yang lain dulu ya. Kamu nginep kan disini ?” ujar Alya sambil menghela nafas. “Iya Al aku nginep. sekalian kita ehem-ehem di sekre hehe…” goda Dian. “Husss… dasar kamu ya. Yaudah aku mau kedalem juga. Yuk bareng.” Alya menggandeng tangan Dian kedalam aula untuk menyelesaikan persiapan seminar.

Setelah selesai mendekorasi dan menata segala macam persiapan, para panitia yang semuanya perempuan itu beristirahat. Hanya ada tiga atau empat orang yang masih belum tidur dan mereka bermain kartu di aula. Sementara itu Alya dan Dian sudah didalam sekre. Dian mengunci pintu sekre lalu menatap Alya sambil tersenyum. “Udah siap say ?” goda Dian sambil melepas seluruh pakaian kecuali jilbabnya. “Pelan-pelan yang. Aku takut.” Ujar Alya yang bernada seperti pengantin baru. “Ih, sok-sok kayak masih perawan aja kamu. Padahal udah kendor gini.” Dian meraba selangkangan Alya yang masih tertutup legging putihnya. “Ih papah nakal.” Alya memeluk Dian lalu mereka berciuman sambil berguling di lantai sekre. “Malam ini mamah bakal bikin papah puas.” Alya melepas pakaiannya lalu ia berjongkok di selangkangan Dian. Mulutnya langsung menjilati vagina Dian sambil sesekali menggigit klirotisnya. “Ooohhh…. Enaakkk… teruusss… uuhhh…” racau Dian sambil memegang kepala Alya. Alya terus mengekplorasi setiap ruang di dalam vagina Dian menggunakan lidahnya sambil tangannya mengelus paha mulus Dian. “Ihhh… geli mah…. Ooohhh…. Udaaahhh… aaahhh…” Dian mengapit kepala Alya dengan pahanya dan Alya semakin nafsu menjilati vagina Dian.

Beberapa menit kemudian, tubuh Dian mengejang. “Mamaahhh…. Aku keluar say…. Ooohhhh….. enaakkk….” Vagina Dian berkedut menyemburkan cairan vaginanya ke wajah Alya. Dengan rakus Alya menjilati dan meminum cairan vagina Dian sampai habis. “Ayo sekarang papah puasin mamah.” Ujar Alya sambil melebarkan kakinya. Dian yang masih kelelahan menyeringai kemudian mengambil sebuah alat yang digunakan Ken untuk menyiksa dirinya beberapa waktu lalu. Dian memasang alat itu didalam vagina Alya lalu ia menyalakan alatnya. Vagina Alya langsung dibuat bergetar dan tubuh Alya mengejang-ngejang. “ Aaaahhh… ini apaan sih paa ? uuhhhh…. Geliii…. Mmmhhh…” Alya memegangi laci sekre untuk menahan getaran di tubuhnya. Dian menaikkan power alat itu lalu pegangan Alya terlepas dan ia menggelepar di lantai sekre. “ aaahhh…. Papaa…. Diaannn…. Udaahh…. Stooppp… mmmhhh…” suara Alya ikut bergetar. Dian hanya tersenyum sambil mengedipkan matanya ke Alya. Tak sampai 10 menit, Alya kembali orgasme dan ia merasa vaginanya akan meledak. “Diaaannn…. Aaaahhh…. Aku …. Oohhhh…. Aaaaaahhkkkk….. uuuhhhhh…..” cairan vagina Alya menyemprot deras membasahi lantai sekre hingga becek. Dian mematikan alat itu lalu menghampiri Alya yang tubuhnya masih mengejang dan vaginanya terus berkedut mengucurkan cairan cintanya. “Ampe banjir say…” ujar Dian yang berhasil menyiksa Alya. “Aaahhh… itu apaan sih ? bahaya banget… ooouuhhh…” lenguh Alya sambil memegangi vaginanya yang agak perih. “Ga apa-apa sayang… udah ah kita tidur biar besok ga ngantuk.” Dian memeluk Alya lalu mereka berdua tidur di sekre dalam keadaan hanya menggunakan jilbab dan saling berpelukan.

(bersambung...)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd