Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Going back home to you

Wadaw akademiliku nih, ijin nitip sandal suhu. Updatenya mantapp
 
Chapter 3.5 Sweet Memories Pt.2

...
“Hendrik, Aku...boleh ngomong sesuatu ga?”.
“Hah...?? mau ngomong apa emangnya?”.

Nisa yang daritadi diam tampak memikirkan kata-kata yang tepat untuk menyampaikan sesuatu padaku, perlahan ia hela nafas keraguan itu dan beranikan diri untuk menyampaikan itu. “Hendrik...Aku sekarang sebenernya udah jadi...member jeketi...”.

Aku terdiam, entah reaksiku terkejut, bingung, atau apalah itu yang kurasakan.

“Nis...kenapa baru bilang?”, aku menjawab dengan pikiran yang masih bingung. ”M...maaf ya Hendrik. Bukan aku gamau ngomong, aku nunggu momen yang pas buat ngomong ini.” Jelasnya, yang pasti hal tiba-tiba seperti ini jelas membuatku berusaha memikirkan tentang hubungan kami. Tak bisa kupastikan aku bahagia atau sedih dengan hal ini, kutatap matanya dengan serius, sambil berkata, “Nisa, selamat ya. Aku seneng kok, apa yang kamu mau dulu, sekarang tercapai.”, Sedikit lega setelah mengucapkan selamat padanya. Lalu kami melanjutkan menonton film sampai habis.

...
Kami berjalan keluar dari bioskop, lalu menuju lobi mall dan aku memesan ojol untuk pulang. “Nisa, makasih ya udah nemenin jalan. 1 hal lagi, semangat terus ya cewek tembem latihannya.” Ucapku padanya seraya tersenyum, lalu melambaikan tangan. “Hendrik, maaf ya kalo ngomongnya mendadak.” Balasnya. ”gapapa, kadang emang butuh waktu yang tepat buat ngomongin itu. Dadah.” Balasku.


“Mas Dhion ya, udah bener kan alamatnya?” tanya pak ojol.
“Iya pak, udah bener kok,let’s go!”.
.
.
.
Setelah melewati jalan yang cukup macet, tibalah aku dihotel tempat pakdeku menginap, lalu menelponnya apakah dia sudah dihotel atau belum. Akhirnya dia memberitahukan dia sudah sampai dan selesai diklat, tak lama dia turun menemuiku dilobi hotel, berbincang sedikit, baru memberikan kunci mobil ayahku kepadaku. “ jangan lupa cuci, sama rutin cek berkala mesinnya. Eh iya, ini duit sangu buat nambah-nambah, jangan cepet abis.” Ujarnya. “Oke pakde, matur suwun. Dhion balik ya.” Sambil keluar menuju mobil . Kuhidupkan mesin, lalu beranjak pergi meninggalkan hotel menuju kosanku.

Selama perjalanan, aku masih memikirkan Nisa. Menjadi member jeketi berarti harus bisa membagi waktu, apalagi dia member baru, banyak latihan. Belum lagi tugas kuliah yang banyak, mungkin dia hanya memiliki waktu yang sedikit,sehingga dia menyempatkan diri untuk menemaniku jalan dan menyampaikan hal itu pikirku. Mungkin dia merasa lega telah menyampaikannya, dan akupun demikian karena mengetahui dia telah menjadi menjadi member jeketi, aku jadi bisa menjadi tempat curhatnya, atau sebaliknya. Yah sudahlah, perempuan kadang sulit ditebak isi hati dan pikirannya.

Akhirnya sampai dikosan, aku merebahkan badanku sejenak, lalu membuka laptop dan mengecek apakah ada pemberitahuan di-emailku, ternyata pemberitahuan dari kampus bahwa ospek akan diadakan minggu depan selama 4 hari. Kemudian ada email panggilan seleksi pemain untuk Timnas futsal, dan aku salah satu yang mendapat undangan. “Hadehh, banyak gini emailnya, mending ngegame ajalah.”ujarku. Kututup email dan kumainkan Game perang di laptopku.
.
.
.
Tak menyadari hari sudah pukul setengah 10, aku menutup game dan mematikan laptop, lalu mengganti baju tidur, kemudian makan. “Hoahhhmm, hari yang melelahkan, wes lah tidur ae.” Lalu beranjak ke kasur dan memejamkan mata perlahan, dan tertidur...
.
.
.
Bersambung...
 
wahh jarang2 ada yg ngangkat bunda oniel ama lisa... kuy hu dilanjut
 
Chapter 4 The True Meaning of Thank You Kiss

.

.

.

*KRIIINGGGG KRIIINNGGGG*. “Hmmppphh , iya iya ini bangun...hoaahhmmm.”



Bunyi dari jam beker membuatku terbangun. Kumatikan jam beker di meja belajarku, namun rasa kantuk yang masih melanda membuatku bersandar di dinding sejenak, dan membuatku terpejam sesaat, sampai beberapa saat aku terpejam aku tersadar bahwa hari ini adalah hari pertama ospek kampus. ”Wah cuk ketiduran, asu udah jam 6.15”. Aku bergegas mandi, mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa, lalu sarapan. Tak lupa aku menghisap Pod agar beban pikiranku hilang bersama asap yang kuhembus. Barulah aku memesan ojol karena motorku yang belum dikirim, tapi belum juga ada yang mengambilku.”Sial, kalo gini bakal telat ini.”.



Akhirnya setelah hampir 20 menit menunggu, kang ojolnya menjemputku. Aku bergegas naik dan menyuruh kang ojolnya untuk cepat, yah walaupun sepertinya sudah telat, tapi mau bagaimana lagi, untungnya tidak macet jadi cepat sampai. Aku segera turun dan membayar kang ojolnya, tak kuambil kembaliannya, hitung-hitung beramal. Tiba-tiba saja...senior yang menjadi pembina ospek pun datang menghampiri. "Kok kamu telat dek, cepetan masuk. Upacara pembukaan mau dimulai tuh." sambil mencatat sesuatu, akupun menoleh dan menyaut perkataannya,"I...iya kak maaf saya terlambat......EHHHHH". Seketika aku menoleh, dan yang menjadi pembimbing ospekku adalah...wakil kapten idol grup nasional, mungkin beberapa hari kedepan akan menjadi sedikit menyenangkan.

*Hendrik POV end*

.

.

.

*Oniel POV*



"Eh nanti habis latihan kalian pada pulang naik apa?" tanyaku ke Mira dan ci Jesslyn yang sedang meletakkan tas mereka.
"Gatau juga sih, papa sama abang aku juga belom tau bisa jemput atau ngga." balas Mira.
"Aku kayaknya naik KRL lagi deh, kenapa emangnya Niel?" tanya ci Jesslyn heran.
"Aku cuman nanya ajasih, kali aja bisa bareng gitu lho ci hehe...ayo ah cepet nanti kita dimarahin kak Celine nanti kalo telat." ucapku, lalu kami bertiga bergegas latihan di Teater untuk perform hari jumat besok.



Aku sejenak memikirkan Hendrik, sudah 5 hari dia tidak memberi kabar. Mungkin dia masih ada kegiatan ospek dikampus pikirku, dan juga lelah dengan kegiatan dikampusnya mungkin. tiba-tiba aja ci Jesslyn menepuk bahuku, "Eh ngelamun aja, ayo cepet.". Akupun tersadar dan bergegas masuk kedalam teater.

Kamipun memulai latihan untuk perform hari jumat, sekaligus latihan untuk pematangan di Tim T nanti. Selesai latihan, kamipun pergi ke F2 untuk mencari makan, barulah kemudian bersiap-siap untuk pulang. "Eh kalian pulangnya gimana? kalo bisa aku bareng dong, aku bingung pulangnya naik apa nanti." tanyaku ke Mira dan Ci Jesslyn. Lalu tak lama, aku mengecek notifikasi DM, ternyata Hendrik membalas Story ku."Semangat ya latihannya, jangan sampe terlalu capek :)". Lalu aku pun menelpon mencoba menelponnya, apa bisa menjemputku ke FX.

"Iya Nisa, kenapa?"
"Hendrik kamu bisa jemput aku gak? Aku lagi latihan di FX ni, bingung mau pulang sama siapa."
"Bisa bisa, aku juga barusan selesai buat penutupan ospek sih, bentar lagi ya aku jalan."
"Makasih ya Hendrik, hati-hati ya."



Akupun menawarkan tumpangan kepada Mira dan Ci Jesslyn agar pulang bersamaku. Akhirnya, Hendrik pun sampai dan mengabari dia berada di P3, lalu ia menyuruh agar hati-hati agar tidak ada yg mengikuti kami sampai ke parkiran mobil.

“Hen, bukain dong. Ini Nisa.” ujarku dan Hendrik segera membuka pintu dan kami bertiga pun masuk ke mobil Hendrik.

“Hendrik kenalin, ini temen aku di jeketi, namanya Mira. Kalo yang duduk didepan namanya Jesslyn.”

“Halo, salam kenal ya.”. Ucap Mira
”Salam kenal Hendrik hehe.”. Ujar Ci Jesslyn sambil mengulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Hendrik.



Lalu Hendrik menyalakan mobilnya keluar dari parkiran FX menuju jalan Jend. Sudirman. Sepanjang jalan tol dimalam itu, semua tampak diam membisu dan sibuk melihat gadget masing masing. Tak lama, jalanan pun mulai menunjukkan kemacetannya dan aku mencoba membuka obrolan ditengah kemacetan ini.

“Hend, gimana ospek? Udah selesai? Lancar nih kayaknya sampe ga ngabarin aku.” ujarku.
”Gaada lancar-lancarnya Nis, capek banget dah. Sempet kena demam juga kemarin, udah agak mendingan…eh kalian ini satu tim ya bertiga?” Tanya Hendrik
”Iya, tapi aku sama Mira satu generasi, kita generasi 8, kalo Ci Jesslyn generasi 7, diatas kita satu tahun lah kira-kira.” jawabku
”Eh kak, ngomong-ngomong, Kakak kok bisa kenal Oniel ya? Kenalnya darimana kak, pacarnya bukan hehe, ganteng gini kayaknya iya nih hehehe.” Celetuk Mira
”Eeeehh, nggak kok haha…Gini, dulu aku tinggalnya di Palembang, terus keluargaku pindah ke Surabaya, terus yang bantu bantu keluargaku beres beres disana ya bapak dan ibunya dia, terus ya tetanggaan hampir 5 tahunan, dari Nisa kucel sampe cantik kayak sekarang gini haha.” Jawab Hendrik. ” Tapi ya gak pacaran lah ya, gamau pacaran dulu nih, mau fokus pendidikan dan karir dulu.” Lanjutnya.
”Buat aku aja ya Niel haha.” Sambung Ci Jesslyn tiba-tiba, lalu keheningan itu berubah menjadi tawa yang ramai.
”Eh, ini kan aku liat maps, kayaknya kita anterin Mira dulu, terus anterin kamu Nis, nah terakhir Jesslyn soalnya arah pulang dia searah sama aku, gimana?.” tanya Hendrik sembari melihat maps.
”Oke.” Saut kami bertiga.

*Oniel POV end*

.

.

.



*Hendrik POV*

Sepanjang jalan ibu kota yang ramai dengan terangnya cahaya lampu gedung-gedung tinggi. Aku yang fokus mengendarai mobil, sesekali melirik ke spion tengah lalu menyadari Nisa dan Mira yang tertidur sembari memegang handphone yang masih menyala. Di tengah keheningan, aku melihat Jesslyn yang termenung melihat gedung tinggi lalu mencoba berbicara dengannya demi menghilangkan kantuk.

“Nisa orangnya gimana?” tanyaku.
”Hah Nisa?” balasnya terkejut.
”Oniel maksudnya. Dia orangnya gimana?”
”Hmmm gimana ya, orangnya baik sih, tapi…”
”Tapi?” balasku penasaran.
”…Gajadi deh hehehe.” balasnya sambil tertawa kecil.
”Sa ae lo Callista.” jawabku tidak puas. Aku kembali fokus menyetir, tanpa sadar sudah memasuki jalan tol.
”Eh kok masuk Tol?” tanya dia.
”Biar cepet aja, soalnya udah lumayan malam. Kasian Mira juga kan, orang tuanya khawatir nanti kalo terlalu malam.”
”Ohh, yaudah deh, padahal…” balasnya kembali menggantungkan jawabannya.
”Padahal? Kenapa sih demen banget motong motong omongan.”
”Aku bosen aja, balik kerumah cepet palingan cuman lanjutin tugas, habis itu tidur.”
”Kan dianter paling terakhir? Masih kurang lama emangnya?”
”Oh yaudah deh.”

.

.

.

Akhirnya kami sampai ditempat Nisa, lalu dia keluar dari mobilku dan bilang terimakasih. Kemudian barulah aku mengantar Jesslyn, karena permintaannya tadi, akhirnya kami tidak melalui jalan tol. Selama perjalanan, Jesslyn hanya melamun seperti saat kami mengantar Mira dan Nisa.

“Diem mulu lu daritadi, kenapasih?” tanyaku memecah keheningan.
” …Ngggg, gapapa kok. Gaada apa apa kok hehe..”balasnya sambil tertawa kecil.
”Gua tau kok, lu lagi ada masalah diluar pekerjaan lu sebagai Idol, tapi kalo cuma diam, tidak menyelesaikan masalah apa-apa bukan? Mending cerita deh, kali aja bisa bantuin mecahin masalahnya.”ucapku sambil penasaran tentang permasalahannya.
”...Huh…oke. Aku tuh sebenernya baru aja diputusin pacar aku, katanya aku terlalu sibuk dan gabisa bagi waktu. Aku terlalu fokus sama jeketian dan nge-game doang, jadi kadang suka lupa sama sekitar. Berapa hari kemarin, aku diputusin tiba-tiba pas makan di Mall..hiks hiks.”jelas Jesslyn sambil mengelap air matanya yang perlahan menetes.
”…Gua gatau gimana jelasinnya sih, cuma baiknya emang lu kedepannya harus pinter bagi waktu sih. Soal diputusin, coba ngomong lagi sama cowok lu, sama minta maaf deh, balikan atau enggaknya urusan belakang.”balasku.”Tapi tumben cowok yg kayak gitu ya hahaha…biasanya cewek yang ngambekan kalo cowoknya gabisa bagi waktu.”
”Ihh kok gitu sih, lagi sedih masih sempet ngetawain gua. Malesin deh.”balasnya cemberut lalu memalingkan wajah ke kaca mobil.
.

.

Selama perjalanan pulang, dia hanya terus menatap keluar kaca mobil. Hanya diam termenung melihat suasana malam terang itu. Akupun ikut diam, mungkin perkataanku tadi tidak menyelesaikan permasalahannya. Kupikirkan jawaban yang menurutku bagus untuk menenangkan pikirannya.

“Jess, lu ga salah kok, emang kadang cowok itu suka banyak maunya. Udah, jangan terlalu dipikirin.” aku berusaha menghiburnya.”Jangan cemberut terus dong.”.
”Ya terus gimana dong?”balasnya.
”Mending minta maaf dulu deh, tiada salahnya kan meminta maaf. Walau berat, harus tetap dilakukan, jangan gengsi minta maaf duluan.”saranku, lalu mencoba menghiburnya.
”Sekarang?”jawabnya bingung.
”Terserah, faster will be better.”balasku lagi.

Lalu dia pun membuka Handphone dan mencoba mengirimkan pesan kepada pacarnya. Aku meliriknya sesaat, namun malah yang kulihat adalah payudara yang terlihat besar saat terapit tangannya ketika mengetik Handphone. “Ah sial, gede banget cuk, jangan diliat jangan diliat.” Aku yang berusaha memalingkan pandangan, namun akal sehatku kalah oleh nafsu. Kuterus melihat payudaranya itu, sedikit bergetar karena tangannya yang tak bisa diam saat mengetik. Sialnya, dia melihatku. “Kenapa?” tanya nya. ”Eh nggak, itu udah selesai nge-chat nya?”. Balasku yang hampir saja tertangkap basah melihat payudara besarnya itu. ”Pyuuhh nyaris.”ucapku dalam hati.



“Eh itu belok kiri, yang paling ujung.” ucapnya saat menunjuk tempat tinggalnya.



Akhirnya sampailah di tempat tinggal dia, akupun membantunya membawa tas sampai depan gerbang. Terlihat wajahnya yang sangat lelah sehabis latihan di teater. Tak tega, akhirnya aku yang membuka gerbang, lalu segera balik ke mobil karena aku juga merasa ngantuk.

"Hendrik, bisa minta kontaknya gak? buat jaga2 sekalian nanti kalo mau curhat",Jesslyn yang memberikan Handphonenya padaku, lalu kutulis nomor dan disimpan olehnya.
"Yaudah, gua balik dulu ya, udah capek banget ini, dah." kataku sembari berpamitan.
”Eh Tunggu….Muach.” Cegat Jesslyn menggenggam tanganku lalu mencium pipiku. ”Makasih ya.”
”Eh…kenapa tiba tiba nyium dah.” aku mengusap pipiku sehabis dicium. “I…iya, sama…sama.”lalu aku kembali ke mobil lalu langsung pulang ke Kos.

”Dasar, tiba-tiba asal nyosor aja, mana tetenya gede lagi. Kurangajar.” keluhku selama perjalanan.

.

.

Akhirnya sampai juga, aku langsung merebahkan diri ke kasur, memakai headset lalu menyetel lagu santai untuk membantuku tidur. Tak lama, Handphone ku bergetar, telpon dari Lisa.

“Dimana lu?”
”Baru juga sampe, capek mau tidur gua ah.”
”Main yuk hehe, lagi pengen.”
”….”
”Kok diem?”
”…Ayo dah, lagi kentang nih, gua kirim alamatnya ya, lantai 2 kamar ujung sebelum dapur. Mumpung lagi sepi.”
”Oke, meluncur hehe.”




Tok tok, suara pintu kamarku menandakan bahwa Lisa sudah berada didepan, kubuka pintu, dan langsung kuangkat ke kasur, kubuka bajunya secara paksa tanpa aba aba darinya, langsung kuserbu bibir dan leher bagian belakangnya. Kujilati bibir, telinga, dan lehernya, kupastikan tak ada bagian yang luput dari jilatanku. Lalu kuremas payudaranya dengan tangan kananku sembari tangan kiriku membelai rambutnya dan kucium dengan lembut bibir mulusnya itu.

”Ahhhnnn, pelan pelan sayang…” desahnya yang indah itu membuatku semakin bergairah.

Tak perlu waktu lama, kuusap vaginanya yang sudah mulai becek itu, kuelus perlahan sambil menikmati payudaranya, lalu kujilati pusarnya untuk menambah sensasi rangsangan pada dirinya. Perlahan, kucolok jari telunjukku ke dalam lubang kebahagiaan itu dengan tempo pelan, semakin lama sodokan kunaikkan tempo sodokan jari telunjukku. Kumasukkan dua jariku, dan mulai menyodoknya dengan cepat.

“Ahhhhnn,….hahh..hah….pelan pelaan Ahhhhnnnn.”. Desahnya yang tidak karuan itu tidak kuhiraukan dan semakin cepat kusodok lubang vaginanya.

“Aaahhhnnn Hendrik mau keluar Aaaaaahhnnn nnngghhhhh ahhh…”. Lisa pun terlelah karena telah mencapai orgasme pertamanya malam ini. Tak kuberi dia waktu bernafas, kubalikkan badannya dan kunaikkan pantat sekalnya itu agar berada dalam posisi menungging.

“Gua masukin sekarang nih.” Kumasukkan si kecil yang berubah menjadi besar ini kedalam vaginanya secara perlahan. Bles, masuklah semua bagian kontolku kedalam vagina sempitnya, kugenjot perlahan agar rahimnya bisa menyesuaikan dengan tempo genjotanku nanti. Kugencot lebih kencang dibanding saat pertama, desahannya yang liar itu menaikkan nafsuku, kuremas pantatnya sambil kutampar pelan.

“Hendrik, mau keluar lagi ahhh…ahhh, cepetin ….” ucapnya. Kuturuti kemauannya untuk menggenjot lebih cepat. Rahimnya mengkedut dan mengapit kencang kontolku menandakan bahwa dia telah orgasme untuk kedua kalinya. Berhenti sejenak sambil menunggu cairan orgasmenya berhenti, payudara yang menggantung itu kuraih dan kuremas, tak lupa kucium bibirnya, cukup lama hingga liur kami menyatu seperti benang. Lanjut kugenjot lagi dengan tempo sedang, agar bisa keluar secara bersamaan.

“plak plak plak plak.” suara hentakan pinggulku dan pantatnya memenuhi kamar kosku yang lumayan besar. ”Gua mau keluar, keluarin dimana?”, tanyaku. “Diluar aja ahh…ahhh…aku mau keluar lagi Hendrik.”balasnya.

Kugenjot lagi dengan lebih kencang, suara hentakan yang semakin kencang dan suara desahannya pun semakin menaikkan nafsuku. Setelah beberapa menit kugenjot, aku merasa spermaku sudah siap keluar. Lisa yang sepertinya sudah tak tahan ingin orgasme lagi pun ingin mengeluarkan cairan orgasmenya juga.
”HENDRIK KELUAR AAAAHHHNNN NGGGHHHH….” Lisa yang sudah menyemprotkan cairan orgasmenya secara hebat itu langsung terlemas, disusul aku yang mencabut kontolku dan mengocoknya di payudara Lisa dan kukeluarkan. Sekitar 8 semprotan spermaku keluar mengenai payudara, leher dan bibirnya.

”Haaahh…hahhh…enak banget, makasih Lis.” ucapku yang langsung berbaring disebelahnya.
”Enak banget genjotan lu Hend, memek gua sampe hilang rasa gatelnya hah..ahhh…” balasnya dengan wajah yang tampak lemas.

Aku yang merasa lelah dan ingin menutup mata, secara tiba-tiba Lisa memegang kontolku dan mengocoknya. ”Kayaknya ini masih kuat deh, 1 ronde lagi yuk hehe.” ucapnya dan langsung menyerbu bibirku.



Lalu kamipun bermain 1 ronde lagi…

.

.

.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd