Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Gratifikasi donat

Bimabet
John robert welcome back... Terima kasih atas dilanjutkany cerita "Gratifikasi donut"
Saya senang membacanya dan selalu menunggu updatenya

terima kasih Agan Blue seneng rasanya mendapat dukungan dari Agan
 
LANJUTAN

Dion terbisu. Suara yang didengarnya barusan meninggalkan trauma yang tak akan mudah terlupakan, bahkan seumur hidupnya. Jerit para penumpang mobil terdengar sangat mengerikan bahkan ketika didengar oleh wartawan kawakan sepertinya.

" Harus melakukan apa aku sekarang??," tanya Dion pada diri sendiri. Dia adalah seorang pencari berita. Sebutkan segala kejadian, Dion hampir pasti telah berada di dalamnya. Situasi penggerebekan teroris, tawuran masal, amukan keluarga korban pada sebuah persidangan hingga riuh rendahnya dukungan supporter timnas, semua sudah pernah didengarnya. Tapi sebuah jeritan putus asa??, sebuah pengalaman pertama yang mengerikan.

Nada paling tak terlupakan yang Dion dengar adalah ledakan senjata api. Akan tetapi ada nada lain yang lebih menggelitik sisi kemanusiaannya. Di telinganya dia mendengar Zul maupun Pak Ramlan mengeluarkan jeritan nyaring. Sangat ketakutan. Begitu kesakitan. Apa yang bisa membuat para anggota anti korupsi menjerit begitu nyaring??.

" Bro......," suara Dion sendiri yang menghancurkan kebisuan. Dia masih belum bisa bangkit, tapi nalurinya merangsangnya melakukan suatu tindakan. Menelpon teman wartawan adalah pilihan pertama.

" Halo Yon kemana aja Loe?? katanya loe dihajar ama Polisi?? dimana Loe sekarang??"

" Ssssttt.... dieem dulu! ada yang gue mau omongin nih," Dion masih kesulitan menngerakkan lidahnya.

" Gak mereka berurusan sama siapa Yon!"

" DIEEEM! loee diem dulu! ada yang mau gue omongin....," nafas Dion begitu berat. belum pernah dia alami mengalami kesulitan dalam berbicara.


" Ok Yon loe relaxlah duu my man! ada apa sih?? loe baik aja kan?? loe stress???"

" .......," Dion tak bisa bicara, "Ssssekarang juga..... Loe kirim kontributor.... ke lapangan"

" Lapangan mana maksud loe?? "

" Kabupaten XXX"

" Kabupaten XXX kan luas. Dimananya?? "

" Gerak.....gerakkiiinn Kontributorr......."

" Gerak kemana sih maksud Loe???loe ini ngoceh gak karuan"

" ADA ORANG MATI KAMPRET! HAH...HAHH ....HAHHH..... LOE KIRIM KONTRIBUTOR KE LAPANGAN SEKARANG!," Dion memegangi jantungnya yang berdegup kencang. Terlalu kencang malah hingga membuat dadanya begitu nyeri. Tangan Dion berupaya menekan dadanya meredakan sakit tiba-tiba yang mulai menyerang sekujur tubuhnya. Dari dada rasa sakit menjalar hingga ke penglihatannya. pemendangan warna warni yang semula hadir di sekeliling Dion tiba-tiba berubah hitam pekat tanpa warna.

Hitam bagai tak ada apa pun. Hitam bagai ketiadaan.

BAB 2

" Silahkan Non Sheila pake aja kamar ini sesuka Non!," Juki mengantarkan langsung wanita yang baru diselematkannya ke dalam sebuah kamar dalam bangunan rumahnya yang besar. Diantarnya Sheila sampai ke ranjang kemudian didudukkannya agar si wanita merasa nyaman. Setelah Sheila terlihat nyaman barulah Juki menutup pintu dan meninggalkannya.

Juki adalah seorang Politikus sejati. Dia tau berperan maupun bersikap dalam segala keadaan. Rumah tempatnya membawa Sheila sekarang memang betul rumahnya. Tapi bukan rumah resmi dimana istri dan anak-anaknya tinggal. Sebagai orang kaya di Kabupaten XXX, Juki telah memiliki tiga orang istri. Masing-masing diantara mereka telah dibelikannya rumah mewah lengkap dengan segala isinya.

Meski tiga rumah itu mewah, Juki masih memiliki rumah lain. Rumah dia membawa Sheila sekarang adalah salah satunya. Banyak aktifitas yang dia lakukan di rumah ini, kebanyakan bersifat rahasia.

" Paman, cewe itu mau disuruh tinggal disini??," keponakannya yang ikut mendampinginya sepanjang hari berdiri disampingnya.

Juki mengarahkan telunjuknya ke arah ruang tamu. Dia menginginkan keponakannya mendiskusikan hal ini di tempat yang tidak terdengar oleh Sheila. Sebagai politikus ulung Juki sangat awas dengan segala hal-hal sepele tapi memiliki dampak besar.

" Paman..."

" Iya dia tinggal disini dulu! dia tipe cewe kesukaanku"

Hadirnya driver ditengah percakapan mereka membuat Juki terdiam. " Ada apa Romli??"

Driver maju kemudian membisikkan sebuah informasi yang baru saja didengarnya begitu tiba di rumah. Raut muka Juki berubah serius ketika mendengar kabar yang didengarnya. Saking seriusnya berita tersebut Juki harus duduk terlebih dahulu mencerna informasi.

" Ada apa Paman??," sang keponakan bertanya penasaran.

" Anggota Anti Korupsi baru saja di begal di jalan," suara Juki masih datar dia masih belum sepenuhnya bisa mengambil kesimpulan. Tapi rau wajah datarnya yang tak menunjukkan emosi sama sekali menunjukkan karakter asli Juki.

" Dibegal sama orang kita Paman???"

Juki menggeleng. Dia berpikir bisa jadi para pembegal adalah orang-orangnya yang memang biasa menjalankan bisnis haram seperti itu, tapi bisa juga bukan. Pembegalan marak terjadi sekarang. Semua orang bisa saja membegal. dalam kasus pembegalan orang biasa akan berpikir berbagai kemungkinan negative tapi Juki bukan orang biasa. dia politikus sejati berwajah datar.

" Paman???"

" Panggil Mbok Yem kemari," Juki enggan menanggapi kejaran pertanyaan keponakannya. Baginya kehidupan bagaikan permainan catur. Setiap langkah mengandung konsekuensi. Kadang segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Tapi yang lebih sering terjadi adalah kebalikannya ; sesuatu tidak terjadi seperti yang telah direncanakan.Manusia pemenang ialah yang mampu mengatasi perubahan situasi dan mengambil keuntungan tanpa belas kasih sedikit pun. Itulah prisnsip hidup Juki. Dia bangga dengan prinsip itu.

Apa pedulinya dia dengan anggota anti korupsi. Mendengar mereka tewas malahan membuatnya hendak mengadakan syukuran. Mampus mereka!. Teriak girang Juki dalam hati.

" Iya Tuan," Seorang pembantu tua menghampiri majikannya yang tengah menyunggingkan senyum sinis. Juki menatap Ibu Tua sekilas. Pembantu yang telah melayani keluarganya bahkan sejak Juki masih kecil ini merupakan bagian tak terpisahkan dalam dirinya.

" Di kamar ada Nona Sheila! setengah jam lagi ajak dia mandi! seperti biasa ya Mbok!," Juki tersenyum misterius. Dia gembira hari ini. Bukan main gembiranya dia perlu merayakannya.


BAB 3

Bapak pemulung tua terus bekerja di jalanan sunyi Kabupaten. Dunia telah terlelap, tapi tidak untuknya. Sang penguasa Kabupaten boleh saja telah ditangkap oleh Anti Korupsi tapi itu tak berpengaruh banyak buat bapak pemulung. Baginya hidup adalah bekerja. menyibukkan tangan agar pikiran tuanya tidak berkelana dan berpikir aneh-aneh.

Ada seorang gadis tadi bertanya kepadanya perihal penangkapan Pak Bupati. Pemulung tua menjawab sadanya bahwa Pak Bupati telah mempermudah kehidupan rakyat. Bukankah pemimpin yang memudahkan kehidupan rakyat akan mendapat cinta dari rakyat. Perkara kurupsi atau tidak bukanlah soal. Yang terpenting cinta rakyat telah jatuh kepada sang pemimpin.

Bagi Pak Tua " cinta " adalah kualitas tersisa dalam hidupnya. Sudah lebih dari tujuh puluh tahun dia dikaruniai kehidupan. Suka maupun duka, kaya maupun miskin pernah dirasakannya berulang kali dan tak ada diantara mereka yang memiliki rasa abadi. Hanya cinta yang bisa dirasakannya meninggalkan rasa abadi.

Pak Tua tak pernah bisa menjawab keseluruhan misteri cinta. Dia hanya bisa bertindak dengan dasar cinta. Hanya cinta pulalah yang bisa menguatkan hatinya mendekat kepada sebuah mobil di tengah jalan raya. Mobil tersebut berhenti akibat dibegal meninggalkan para penumpangnya bersimbah darah.

Supir dan dua orang penumpang. Tiga orang itulah penumpang mobil naas yang kini dipandangi Pak Tua. Melihat tiga manusia bersimbah darah membuat hatinya takut.

Masalahnya tidak ada orang lain selain dirinya.

Sebelumnya ada dua orang mengendarai motor menengok kondisi mobil. Pak Tua memohon dengan sangat agar mereka berdua menolong tiga orang di mobil. Alih-alih menolong, mereka hanya menjarah apa yang tersisa dari ketiga orang penumpang malang.

Penuh rasa takut, Pak Tua harus mendekati mereka bertiga sendirian. Pak Tua memegangi tangan supir sebagai penumpang yang dihampirinya pertama kali. Aroma anyir darah mulai tercium.

" Hhhhhheeehh...heeeeeehhhhh," Bibir supir masih menggumamkan kata-kata tak jelas. Matanya telah terpejam kehabisan daya hidup. Bapak Tua pemulung memegangi tangannya. Pak Tua membisikkan kata-kata suci mencoba membuat sang supir tenang. Mendengar bisikan Pak Tua, supir itu kemudian berangsur tenang lalu menghembuskan nafas terakhirnya.

Tangan Pak Tua merebahkan kepala supir ke bantalan jok mobil lalu menutup matanya dengan penuh rasa sayang.

" Pakk......," suara lirih penumpang disebelahnya membuat Pak Tua bersegera menghampiri.

" Issstrri saaayyaa....anaaakk saaaayyaaa.......," bisik bapak paruh baya yang duduk disamping pengemudi. Pak Tua merangkul Beliau dan memeluknya erat. Darah terus keluar dari dadanya yang berlubang. Banjir darah itu tak terhindarkan juga mulai membasahi sekujur tubuh Pak Tua.

" Isttrri, sayaa......"

" Tenang! ada yang ngatur Pak...," Pak Tua mempererat rangkulannya " percaya sama saya Pak! tenanglah semua sudah ada yang ngatur!," Pak Tua kembali berbiik di telinga pria paruh baya. Mendengar nasihat dari Pak Tua, pria paruh baya kemudian mengangguk.

Pak Tua kembali membisikkan sebuah kata agar diikuti olehnya. Meski tersedak-sedak si penumpang mulai mengikuti bisikan yang didengarnya di telinga. Tak sampai lebih dari tiga kali Pak Tua berbisik dan Pria paruh baya itupun terbaring dengan tenang. Nyawa telah meningggalkannya begitu damai dalam pelukan Pak Tua.

" Ckleeeek" Pak Tua membuka pintu belakang dan merangkul pria yang ada di belakang. Kondisinya sama-sama mengenaskan. Butiran peluru telah melubangi dadanya. Pria pemulung dapat merasakan pria ini telah pingsan tapi masih hidup.

Dia tak paham dunia medis. Juga tak pernah diajari langkah-langkah pertolongan pertama pada kecelakaan. Satu-satunya yang dimiliki pak Tua hanyalah cinta. melaluinya dia berbuat dengan tulus. Meski begitu lama pertolongan yang dinanti tiba. Pak Tua tidak pernah sedetik pun luput berdoa pada Sang Pencipta agar menjaga pria dalam pelukannya. Walaupun nafasnya tak beraturan pria malang masih memiliki harapan hidup. Pak Tua sangat mengetahui hal itu, yang diperlukannya hanyalah setitik keajaiban.

Bukankan keajaiban itu selalu ada??

BAB 4

" Mau kemana sih Mas?? udah tengah malam begini. Tidur aja disini besok pagi pagi baru balik"

Seorang wanita cantik sedang mengikat rambut panjangnya yang tergerai. Sisa " pertempuran ranjang" yang dahsyat masih tergambar di sekeliling ranjangnya. Ia baru saja bergulat dalam birahi. Wanita juga memiliki birahi yang harus dipuaskan.

" Hush! sekarang waktu Mas jaga. Nanti ada sidak dari Komandan. Kalo mas gak ada waktu disidak bisa berabe"

Laki-laki yang baru saja menggumulinya kini telah berbalut busana lengkap. Bagi laki laki ini penyaluran birahi berbeda dengan si wanita. Buatnya penyaluran birahi adalah pada saat menancapkan " kejantananyya" dalam-dalam ke dalam liang hangat yang sempit. Tak ada pemahaman di kepalanya bila birahi dapat disalurkan dengan indah.

Wanita berbeda menanggapi seksualitas. Si wanita yang masih terpaku di ranjangnya sebenarnya masih menginginkan lebih banyak. Bukan lebih banyak penetrasi. Tapi lebih banyak kontak fisik yang membuatnya merasa terlindungi. Melihat pria yang telah diijinkannya memasuki dirinya akan segera pergi begitu saja sedikit banyak membuatnya sakit hati. Tapi mengapa si wanita harus sakit hati?? sedangkan laki-laki ini bukan siapa-siapanya??.

" Nanti Mas kontak lagi Ok sayang!," laki-laki itu berbalik begitu saja meninggalkannya " O ya INGAT jangan pernah menelpon Mas ke handphone apalagi ke kantor! INGAT!"

" ...........," si wanita mengangguk dengan tatapan kosong.

Seperginya dari rumah birahi, laki laki berseragam itu tertawa lebar. Satu lagi wanita yang berhasil dia tiduri. Menambah panjang koleksinya dengan para wanita. Teringat jelas bagaimana liuk binal wanita terakhir yang ditidurinya. begitu panas dia di ranjang. Sepanas apa pun dia diranjang, bagi si laki-laki tetap tidak boleh ada hubungan emosional apa pun dengan tiap wanita yang ditidurinya.

Emosional hanya akan membuat semuanya menjadi berantakan. Banyak kejadian dimana para wanita kemudian mengadukan perihal hubungan asmara ke kantor dan selalu berakhir dengan penjatuhan hukuman disiplin. Billy tidak ingin kariernya yang baru saja dimulai berakhir tragis. Dia terus bersiasat sepanjang perjalanan sekaligus memikirkan target wanita berikutnya yang akan dia tiduri. terlalu asyik berpikir, Billy baru menyadari ada sesuatu yang janggal terjadi didepannya.

Sebuah mobil tergeletak begitu saja di tengah jalan. aroma mesiu senjata masih tercium. Billy mencabut pistol yang terletak di pinggangnya. Dia mengitari mobil dan melihat ada empat orang berada di dalamnya. Tiga orang terluka dan satu orang tampak sedang berusaha mengobati rekannya. Baju mereka semua yang penuh darah membuat Billy sadar situasi genting.

" PAK! BAPAK TIDAK APA-APA???," Billy berteriak panic pada sosok Pak Tua yang tampak memeluk temannya.

" SABAR PAK! SAYA AKAN MEMINTA BANTUAN KE KANTOR!"

Dan keajaiban yang dinanti kadang datang bahkan dari orang yang tak disangka.

BAB 5

" Nong Ayu! ngapain ngelamun aja!," Mbok Yem masuk ke dalam kamar tepat setengah jam kemudian. Sudah puluhan tahun Mbok Yem menjadi pembantu rumah tangga di keluarga besar Juki. Baginya menjadi pembantu bukan lagi pekerjaan tapi pengabdian. Masih lekat dalam ingatannya bagiamana dulu Bapak dan Ibu Juki mengambilnya dari kampung untuk dijadikan pelayan rumah.

" Mmm...saya masiihh gemeteran nenek...," Sheila menunjukkan tangannya yang gemetar. Pengalaman pemerkosaan yang baru saja terjadi masih meninggalkan bekas.

Mbok Yem merangkul tubuh Sheila kemudian menyentuh tangannya. Dalam dekapan tangan wanita tua entah mengapa Sheila merasa tentram. Perlahan sekali Mbok Yem mengelus dan memberinya rasa tenang.

" Nong perlu mandi supaya enak tidur! sebentar ya Mbok siapin dulu airnya"

Wanita pelayan tua rumah Juki itu melangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar. Di rumah Juki yang ini semuanya mewah. Mbok Yem tidak tau pasti mengapa tuannya mengubah rumah ini jadi demikian " wah ". Kamar mandi kamar yang digunakan Sheila saja memiliki bath tub dengan seperangkat lengkap alat mandi mahal.

Berjalan memegangi punggungnya yang membungkuk, Mbok Yem menyalakan keran air. Pengaturan air panas dan dingin yang pas sudah dikuasai Mbok Yem di luar kepala. Sang pembantu tua menyeduh air agar bisa dinikmati oleh wanita yang baru saja ditemuinya. Tangan Mbok Yem lalu mengambil sebotol sabun dan aroma terapy lalu dituangkannya ke dalam bak dalam takaran pas.

Setelah air mulai terisi, Mbok Yem berjalan kembali menuju Sheila yang masih saja duduk di ranjangnya. " Ayo Nong kita mandi! biar Mbok mandiin!," ujar pembantu tua dengan suara seraknya yang khas sambil menyentuh tengkuk Sheila.

Si wanita anggota detasemen anti korupsi mengangguk menurut. Tidak biasanya Sheila menurut begitu saja. Bahkan dia pun manut saat Mbok Yem melepas kain pembalut tubuhnya. Mbok Yem menuntunnya lembut menuju kamar mandi. Sheila terlihat begitu nyaman dengan si pembantu tua. Dia tunduk saja saat disuruh menyelupkan dirinya ke dalam bak.

" Tangannya nyandar disini aja Nong!"

Mbok Yem mengarahkan Sheila agar menyandar menghadap ke arah cermin besar tepat di depan bak mandi. Si pembantu tua tampak begitu fasih melaksanakn tugasnya. Mbok Yem mengikat rambut Sheila hingga tersanggul memamerkan tengkuknya. Leher Sheila jenjang, disanggul seperti itu membuatnya makin cantik dan sexy.

Mbok Yem lalu mulai mengurut tengkuk dan bahunya. Sheila mulai memejamkan mata menghadapi ketenangan yang datang dari pijatan.

Yang tidak disadari oleh Sheila, dari balik ruangan yang terhubung dengan cermin besar si licik Juki tengah tersenyum lebar menyaksikan prosesi mandi si cantik penggemar donat.

BERSAMBUNG
 
Ga jadi pertamaks nikc...
gan kok updetan akhir-akhir ini ga ada undangan terbuka lagi?

halo Agan Fata Almas terima kasih banyak sudah datang dan memberi pertamax pada lanjutan karya ane ini. iya Gan undangan terbuka belum ane buka lagi soalnya nulisnya juga dikit dikit berusaha meluangkan waktu di tengah kerjaan. syukur syukur para pembaca masih berkenan membaca karya ane.
 
sedikit tipo tp smua mªªªªñÑñ†††ªªªªªPP. SurªªªªñÑñ†††ªªªªªP updetenya :haha:
 
Wahh bang, lama takk update akhirnya muncul jugaa :hore:

Kisah pengemis tua yg membimbing korban hingga hembusan terakhir TOP dahh

Ditunggu kisah berikutnya :jempol:
 
Wahh bang, lama takk update akhirnya muncul jugaa :hore:

Kisah pengemis tua yg membimbing korban hingga hembusan terakhir TOP dahh

Ditunggu kisah berikutnya :jempol:

terima kasih Agan Badabik udah setia membaca karya ane. dukungan Agan membuat ane terus berusaha menuliskan kisah ini.
 
:capek:
ku mencari mu Donat, entah di mana berada Juki sembunyikan dirimu. Moga saja diri mu tak lagi sampai terperdaya
:sendirian:

:bingung:
itu bapak tua pemulung. entah benar atau tidak. jadi ingat kan ku pada pak Yani, pak tua penolong Brig Tantri ya...

Billy?!
Siapa lagi nech, bang??
belum sempat kenalan, pertama nongol main di lumpur:D
kawan baik atau aparat jahat ya..

:ngeteh:
jadi laper nech..
pengen donat​
 
:capek:
ku mencari mu Donat, entah di mana berada Juki sembunyikan dirimu. Moga saja diri mu tak lagi sampai terperdaya
:sendirian:

:bingung:
itu bapak tua pemulung. entah benar atau tidak. jadi ingat kan ku pada pak Yani, pak tua penolong Brig Tantri ya...

Billy?!
Siapa lagi nech, bang??
belum sempat kenalan, pertama nongol main di lumpur:D
kawan baik atau aparat jahat ya..

:ngeteh:
jadi laper nech..
pengen donat​

makasih banyak Agan Mtroyes dukungan Agan selalu sangat berarti buat ane
 
Bimabet
Izin ninggalin jejak. Dimari bang,,,

Btw,,,jdi bikin sekuelnya antara tantri,pak tua dan sahabatnya??
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd