Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Hanya Sepenggal Cerita

suwun updetnya @Dayesha

Makasih updatesnya bu @Dayesha

Mantab sis, hmmmm lanjut terus y


Terimakasih atas support nya suhu2 terhormat, jadi booster buat lanjut lagi

mantap sist...lanjut di kolam renang
Belum pernah nyoba, rada rada bingung buat describenya 🤭
Lebih mantep lagi ada gambar lagi begitu, ya sist
Karena memang ga ada gambarnya, ga pernah diabadikan juga 😁
 
Mbak Arni

Dia sosok yang keibuan, walaupun umur kami cuma terpaut 2 tahunan, tapi Mbak Arni ini dari pembawaan dan karakter jauh lebih dewasa dari usianya. Aku ibaratnya adeknya yang seringkali manja.
Dia teman sekaligus boss aku. Mbak Arni kakak angkatan aku waktu kuliah dulu, satu jurusan, karena satu dan lain hal Mbak Arni banyak ngambil mata kuliah ke bawah, naaah disitulah kami jadi sering bareng, aku seolah dapet kakak perempuan, jadi bisa bermanja manja, karena kakak kakakku semua laki laki.
Kami diwisuda berbeda berselang satu periode, tak lama setelah wisuda Mbak Arni menikah sama Mas Dani masih kakak angkatan cuma beda jurusan, yang tak lain sahabat dari mantanku Andre. Pindahlah Mbak Arni ke kota dimana kami tinggal sekarang. Pernikahannya belum dikaruniai anak, tapi kelihatannya tidak mengurangi kebahagiaan mereka.
Sedangkan aku sendiri, setelah wisuda kerja pindah pindah sempet pindah beberapa kota juga. Sampai menikah kemudian membawaku bertemu kembali dengan Mbak Arni.
"Halo Mbak aku mau pindah ke sana..." aku memberitahu rencana kepindahanku pada Mbak Arni via telepon.
"Wah seriusan nih?" tanyanya begitu antusias.
"Iya lah mbak masa boongan..." sahutku.
"Kapan? Eh Mas Herdi dipindahtugaskan ya?" Lanjutnya. Mbak Arni memanggil suamiku Mas Herdi karena umur kami terpaut cukup jauh.
"Ya begitu deh Mbak, maklum masih bawahan, ikut aturan perusahaan" selorohku.
"Ehhh ambil hikmahnya, kita jadi bisa ketemuan, mengenang masa lalu" hemmmhhh, seandainya Mbak Arni tahu rahasiaku mengenai suaminya.
"Terus kerjaan kamu gimana dong?" bak wartawan yang kepo mewawancara nara sumbernya.
"Ya berhenti laa, ga terlalu dipusingin sih Mbak..."jawabku sambil menghela nafas.
"Kalau kerja ditempatku mau ga? Aku butuh asisten sih..." ia menawari ku menjadi asistennya.
"Entar dulu Mbak asisten apa dulu?"selidiku.
"Ihhh ya asisten aku dikantor laaa, aku udah ga bisa cape Day, gula darahku sering kambuh belakangan ini..." paparnya.
Ya seingatku memang Mbak Arni gula darahnya dari dulu bermasalah, dulu aku sering bolak balik anter dia ke rumah sakit hanya sekedar untuk disuntik insulin.
"Ya nanti kita bicarain ya Mbak, yang penting kita ketemu dulu, aku kangen..." kataku.
"Oke nanti kabarin kalo udah disini ya..." sahutnya.

Begitulah, sampai sekarang aku kerja bersama Mbak Arni, sebenernya bukan sekedar asisten sih, bisa dikatakan aku tangan kanannya Mbak Arni, aku dikasih keleluasaan untuk memutuskan dalam hal desain. Pokonya Mbak Arni percaya sepenuhnya padaku, dan aku pun berusaha untuk menjaga kepercayaannya.
"Day, kamu masih suka no bra sih? Mas Herdi ga protes tuh?"tanyanya sambil melirik ke arah dadaku, dan pertanyaan itu mengundang lirikan karyawan yang lain.
"Kurang kenceng Ibu Arni, sekalian pake pengeras suara mesjid sana" selorohku, terkadang dia suka polos ga jelas gitu sih. Apalagi dengan si Topan drafter baru itu, dia memang yang paling sering curi curi pandang ke arah payudaraku. Mungkin penasaran ya apalagi kalo pas pake kemeja warna cerah kan tuh puting nyeplak 😁.
"Ihhh, makanya pake bra dong, keenakan tuh Topan tiap hari disuguhi begituan tiap hari." Si Topan langsung kikuk, pura pura konsen ke layar komputer, ketika namanya disebut sebut.
"Ga tiap hari juga kali, cuma kalo Mas Herdi keluar kota aja koq." aku bela diri.

"Udah ah, ini ada yang mau aku tanyain, ruang karaokenya katanya mau dipindah jadi di lantai 3 ya?" Aku mengalihkan pembicaraan, ya ga penting juga membahas aku yang ga pake bra.
"Owh ya lali aku, sore ini Koh Yon mau kesini, katanya setelah konsultasi fengshui dan hongshuinya ada yang harus berubah" Mbak Arni nyengir nyengir ngeliat aku udah kesel, suka lupaan dia mah.
"Kebiasaan, aku janji mau jemput Gilang, ya udah aku telpon Om Putra buat gantiin jemput Gilang, sama Mbok Nah jangan pulang dulu sebelum aku atau Mas Herdi pulang" aku mengambil handphone ku dan pergi ke ruang tamu, guna menelpon Om Putra dan Mbok Nah. Sebenarnya Om Putra masih seumuran denganku, karena membiasakan panggil Om buat anak anak jadi keikut manggil Om deh. Dan Mbok Nah perempuan paruh baya, rumahnya dibelakang komplek, dia yang aku percaya menjaga ketiga buah hatiku.
Eh meeting bareng klien no bra, kemeja putih pula, ah masak bodoh lah, palingan Koh Yon yang ga konsen 🤭.
=====


Hari ini aku agak siang ke kantor gegara kemaren aku nyampe rumah agak larut, karena Koh Yon banyak revisinya, bisa dikatakan desain awal yng diajukan kembali mentah, untung si Topan ikut arahanku bikin lay out saja dulu, jangan terlalu detail. Sebenernya aku ga pergi ke kantor pun ga masalah, toh semua sudah aku kirim ke Topan, paling nanti aku liat hasil Topan gimana, kalau sudah sesuai tinggal masuk k detail.
"Bu, ditunggu bu Arni diruangannya" belum sempat aku menyimpan tas ranselku dimejaku, Kang Ujang OB kantor menghampiriku, dan seperti biasa pandangannya ke arah payudaraku.
"Hari ini aku pake bra ya Kang Ujang, suamiku semalam pulang" kataku agak kenceng, Kang Ujang langsung misah misuh pergi, sebelum aku mengeluarkan kata kata lagi.
Tumben Mbak Arni memanggilku keruangannya, biasanya juga dia yang nyamperin ke mejaku...
Aku berjalan menuju pintu kaca es yang memisahkan ruangan boss dan ruangan kami, tadinya Mbak Arni menawariku ruangan tersendiri, mana betah aku terkurung di ruangan sendirian, aku lebih suka berbaur sama karyawan lain, bisa bersenda gurau kalo lagi mentok. Sebenernya bayangan didalam ruangan bisa terlihat dari luar, tapi ga begitu kentara sih, pelan aku ketuk. Walaupun temen, tetep harus menjaga marwahnya sebagai bossku dikantor ini.
"Mbak..." Aku memanggilnya.


Ilustrasi from Google

"Hey Day, masuk..." begitu masuk langsung terlihat ada Mas Dani duduk berhadapan dengan Mbak Arni, begitu melihat ku Mas Dani beranjak dari kursi dan duduk dimeja yang bentuknya L dekat Mbak Arni.
"Eh Mas Dani, gimana kabarnya?" bukan basa basi, memang sudah lama juga aku ga ketemu dengannya ya ada sekitar 2 atau 3 bulan gitu...
"Baik Day, gimana dengan kamu? Mas Herdi dan anak anak?" dia balik bertanya.
"Baik Mas, mereka semua sehat...Tumben Mbak, ada apa apa ya...?" aku memang ga suka basa basi, selalu to the point.
Tanpa dipersilakan aku langsung memarkir bokongku dikursi berhadapan dengan Mbak Arni, sekilas dengan sudut mataku Mas Dani memperhatikan aku. Dengan santai aku menyandarkan punggungku, jadi jangkauan pandangku lebih luas, bisa melihat Mbak Arni dan Mas Dani sekaligus, entah aku merasa ada yang ngga beres...
"Gini Day, kita udah lama kenal, kamu juga kenal Mas Dani semenjak kuliah dulu..." kulihat Mbak Arni tidak seperti biasanya, yang kalau ngomong apapun apa adanya, kali ini seperti berhati hati, terdengan dari intonasi bicaranya yang diatur.
"Ya...lalu...?" aku ga suka kalau perkataan yang terhenti...
"Mas..." Mbak Arni melirik Mas Dani sambil menyentuh pahanya. Mas Dani mengangkat tangan kanannya memberi kode supaya Mbak Arni melanjutkan perkataannya.
"Gini Day...sebelumnya kamu harus tahu pernikahan kami ga ada masalah, malah sangat bahagia. Tapi mungkin untuk sebagian orang agak ganjil, tapi buat kami hal yang aku mau bicarain ke kamu itu adalah variasi dalam pernikahan kami, dari awal pernikahan kami memang sudah begitu keadaannya..."Mbak Arni sepertinya agak ragu...
"Untuk menjaga atau lebih tepatnya membangkitkan gairah diantara kami, kami sering mengundang seseorang untuk bugil didepan kami..."perkataannya terhenti sesaat, giliran aku yang menghela nafas panjang.
"...kami ingin melihat kamu...bugil Day..." lanjutnya sambil terus menatapku.
"What the ffff!!!" spontan sumpah serapah itu keluar dari mulutku, aku membekap mulutku sendiri.
Mas Dani berjalan kearah belakangku...


Apa yang akan terjadi?
Tak Terduga
 
Terakhir diubah:
wohooooo, seru bet ceritanya
 
Tak Terduga

"Pliss Mbak, ini prank kan?" aku masih berharap Mbak Arni dan Mas Dani ngerjain aku.
"Rileks aja Day...kami cuma mau bersenang senang sedikit, kamu juga akan merasakan kesenangan yang sama..." Mas Dani sudah berdiri tepat dibelakangku, kedua tangannya menyentuh bahuku, dan ada sedikit tekanan dan remasan disana. Sesaat aku terkesiap dengan apa yang Mas Dani lakukan, aku menatap Mbak Arni, dia malah tersenyum. Apakah Mbak Arni tahu kalo dulu aku sempat jatuh cinta sama Mas Dani? Aku sempat berfantasi seandainya aku menjadi pacar Mas Dani, ya, sebelum aku memutuskan menerima cinta Andre saat itu. Yeah back there...
"Ayolah Day, kami tau jauh dalam lubuk hatimu, kamu meronta ingin membebaskan rasa itu kan...?" dengan tenangnya Mbak Arni membalikan layar laptop kearahku dan... Owh my Gosh!!! Ternyata bukan tentang masa laluku tetapi mereka tau aku member FS dan mereka tau siapa aku, aku menelan ludah, berusaha menenangkan diri...Tidak, ini hanya mimpi, sesaat lagi aku akan terbangun dengan keringat dingin di sekujur tubuhku.
"Jangan khawatir Day, your secret is safe with us, kami senang ternyata itu beneran kamu...
Berarti keinginan kami yang sudah lama terpendam bisa kami wujudkan..." Mas Dani berkata sambil terus meremas halus kedua pundakku. Keinginan? Yang terpendam?
"Apa maksud Mas Dani...?" penasaran dengan apa yang dikatakannya.
"Aku dan Mas Dani punya kebiasaan melihat perempuan lain bugil dan flirt dengan Mas Dani, itu membuat kehidupan sex kami semakin bergairah. Semenjak kuliah, kamu memang mencuri perhatian kami Day, tapi kami ga berani memintamu, khawatir kamu tersinggung..." aku benar benar ga percaya apa yang dikatakan Mbak Arni.
"Sampai beberapa minggu belakangan, aku dapat ini..." Mas Dani melanjutkan kalimat Mbak Arni.
"Release it Day, aku tau kamu pengen free kan?" lanjut Mas Dani. Release? Seandainya Mas Dani tahu he was my crush when we were young...
"Suami kamu ga tau kan?" Tanyanya.
Deg!!! Sesaat jantungku seolah berhenti berdetak, bagaimana jika Mas Herdi tau? Bagaimana reaksinya? Kepala ini rasanya mau meledak.
"Ga usah khawatir Day...Dia ga akan tau tau, unless..."
"Aku nolak permintaan kalian?" Kupotong kalimat Mas Dani dengan sangat pelan, nyaris berbisik.
"Ayolah Day, mana semangatmu, dipostingan ini kamu mengatakan bagaimana rasanya di 'sentuh' pria lain selain suamimu, rasa penasaranmu akan terjawab kan...?" Kata kata Mbak Arni ada benarnya juga, kapan lagi bisa merasakan hal itu, ya Mas Dani mungkin bisa nahan untuk tidak ngapa ngapain aku didepan Mbak Arni, tapi apa aku tahan? Disentuh oleh lelaki yang sempat kuimpikan?
Aku hanya mengangguk pelan.
Shit!!! Aku ga tahan kalau harus berkata tidak!!!
"Makasih Day, you're the best friend I ever had..."Mbak Arni langsung terlihat girang, mirip anak kecil yang diizinkan naik wahana berbahaya.
Mas Dani mengayunkan kedua tangan kearah kirinya seolah memberi panggung buatku.
Aku berdiri, dua tiga kali menarik nafas panjang, dan dengan tangan gemetar aku menurunkan rokku.
"Ehhh bentar" Mas Dani menahan tanganku, dan menariknya supaya aku berhenti menurunkan rokku. Sesaat aku lega, mungkinkah dia berubah fikiran?
"Let me do it..." Ahhh, aku hanya terbengong, menuruti perkataannya, dan Mbak Arni menatapku tanpa berkedip, terlihat ada ketegangan disana, tapi matanya memperlihatkan birahi yang menyala.
"Perlahan sayang..."katanya pada Mas Dani. Gila! Aku yakin ini bukan kali pertama mereka melakukan hal ini, ternyata boss sekaligus temenku ini out of the box, secara hijabnya tertutup rapat, panjang!!!
Perlahan kedua tangan Mas Dani menurunkan rokku.
"Ehhh lupa, aku rekam ya, biar ga usah berulang minta sama kamu, once is enough" sempet sempetnya Mbak Arni menyiapkan hpnya.
Aku mengangkat kakiku bergantian agar rok bisa dilepas.

Setelah menyimpan rok ku di kursi tempat aku duduk tadi, Mas Dani berjongkok disamping belakangku dan dia menyentuh bagian dalam pergelangan kakiku. Aku hanya memejamkan mata dan menahan gejolak birahiku dengan meremas kedua sisi kaosku, kenikmatan mulai mengoyak harga diriku, seolah terhempas jauh. Perlahan aku merasakan jemari Mas Dani bergerak menelusuri dari pergelangan kaki naik, sejenak melewati betisku, lanjut ke lutut bagian dalam, naik lagi menuju paha, aku menelan ludah, setelah pernikahanku IRL aku tidak pernah 'diapa apain' oleh lelaki selain suamiku, jelas aku menemukan perlakuan yang sangat berbeda, sesaat menyentuh paha atasku, aku semakin meremas ujung kaosku. Tidak!!! Jangan Miss V batinku.

Ternyata dia melewatkannya kedua telapak tangannya yang hangat memegang kedua sisi pinggangku, lalu mengangkat kaosku keatas, otomatis aku mengangkat kedua tanganku.

Kembali Mas Dani menyimpan kaos ku dikursi, terdengar langkah sepatunya seolah berlomba dengan detak jantungku saat ini. Dia memegang pinggangku lagi, mengarahkanku bergerak kekiri dan kanan...
"Santai Day...Kamu nikmatin aja, jangan tegang, rileks kan seluruh otot dan fikiran kamu..." Mas Dani berbisik tepat di telingaku, membuka ikatan rambutku, menyelipkan rambutku dikupingku, jemarinya memainkan daun telingaku membuat seluruh bulu kudukku meremang, dia menyadari hal itu, menyentuh bahuku dengan bibirnya mengarah ke tengkuk, kemudian belakang telingaku.
"Ahhh..." tak sengaja aku mendesah. Ku gigit bibirku agar tidak tambah mendesah, tapi semakin kutahan semakin naik birahiku.
"Lepaskan Day..." Kembali dia berbisik.
Tangannya bergerak meraba perutku, aku sedikit menggelinjang, aku memang penggeli, kata orang penggeli itu tanda gampang naik birahinya, yahhh mungkin benar juga. Kembali aku mendesah, aku mulai menikmati sentuhan Mas Dani. Tiba saat dia melepaskan pengait bra ku, terbukalah bagian atas ku, kembali dia berjalan menyimpan bra ku, entahlah, ketukan sepatunya membuatku tambah bergairah, masih ke posisi dibelakangku. Mungkin supaya tubuhku tidak terhalang saat direkam.

Tangannya mulai naik kearah payudaraku tapi tidak langsung meremasnya seperti kebanyakan lelaki, dengan telapak tangannya di menggesek gesek putingku dengan halus.
"Emmhhh ahhh hhhh hmmmhhh" aku hanya mendesah dan mendesah saja. Pinggulku masih bergoyang kekiri kekanan, aku bisa merasakan sesuatu yang mengeras dibalik celana katunnya, dengan sengaja dia menggesekan Mr P miliknya k bokongku. Dia berjalan kedepanku, meremas payudaraku dengan sedikit kasar.
"Awhhhh owhhhh" kali ini aku setengah mengerang, karena remasannya yang tiba tiba membuatku kaget, antara sakit dan nikmat yang kurasakan. Sambil terus meremas payudaraku, dia menunduk menempelkan bibirnya diantara belahan payudaraku, dan perlahan turun ke perut dan dia menggesekan hidungnya yang mancung ke Miss V ku, dan tetiba dia menggigitnya dari luar cd.
"Awhhh" kali ini aku memekik tertahan, tanpa sadar aku menjambak rambut nya.

"Hemmmh, bagus kamu menikmatinya" katanya sambil menurunkan cdku. Kali ini cd ku langsung dilemparnya, memposisikan kembali di belakangku. Tangan kanannya meremas dan memainkan putingku bergantian, sementara tangan kirinya menyelinap ke belahan Miss V, tubuh kami masih bergerak, seolah mengikuti irama, dia tidak langsung menyentuh klit, tapi menelusuri sisi belahan bergantian dan kemudian baru klit ku.

Tok tok tok! Suara pintu diketuk dan langsung dibuka dari luar.
"Permisi bu, ini kopi dan gorengannya..." Kang Ujang masuk, terlihat dia kaget dengan pemandangan didepannya, mau tak mau dia langsung melihat adeganku yang telanjang tengah dipeluk dari belakang oleh Mas Dani, karena posisi pintu ada disampingku. Aku terhenyak berusaha melepaskan diri dari Mas Dani, tapi Mas Dani menahanku kuat.
"Oh ya simpen disini saja Kang Ujang" ucap Mbak Arni. Aku melihat Kang Ujang begitu kikuk walaupun dia berusaha untuk bersikap wajar, saat Kang Ujang berjalan menuju meja, otomatis posisiku terlihat jelas dari luar ruangan, aku hanya pasrah bila ada orang lain yang melihatku dalam keadaan seperti ini, kulihat tidak ada orang diluar. Sesaat setelah Kang Ujang pergi perlahan Mas Dani melepasku.
"Aku mau lebih Day..." Seraya mengambilkan bajuku dia berbisik seolah ga mau istrinya mendengar bisikan itu...
Secepat kilat aku mengenakan kembali bajuku, mereka asik melihat video, adegan yang baru saja direkam. Namun selintas kulihat dari ujung mata Mas Dani mencuri pandangan kearahku, tatapan yang tak bisa kuartikan.
"Mbak, aku mau langsung pulang, kalau ada perubahan keinginan klien, email aja..." Setelah selesai merapikan rambutku, aku langsung melesat tanpa menunggu jawaban dari Mbak Arni.
"Day tunggu, biar kami anter, di luar hujan looh..." Terdengar samar suara Mas Dani, tapi aku tak menggubrisnya langsung keluar kantor, sepintas kulihat tatapan Topan dan beberapa karyawan lain mengikuti langkahku seolah mereka mengetahui apa yang terjadi dibalik pintu tadi...

Tarik nafas dulu....

Next Driver 1
 
Terakhir diubah:
Ane jadi Kang Ujang ngancam mau lapor polisi, tutup mulutnya ikutan colmek bareng suami si boss, beruntung jadi Kang Ujang 🤤
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd