Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI HISTORY OF AXEL

AXEL
#16 FACEDOWN


TEEEEETTTTTT....

Bunyi bel panjang yang berbunyi jam setengah 2 siang adalah bunyi yang paling di nantikan oleh semua siswa sekolah, termasuk para siswa SMA NEGERI XXX. Sebagai SMA yang masuk ke dalam tiga besar SMA Negeri dengan nilai terbaik dalam skala nasional. tuntutan terhadap para siswanya juga tak kalah tinggi. Para siswa wajib mendapatkan nilai rata-rata 90 di raport tiap semester. Jika pencapaiannya di bawah standar nilai tersebut, siswa tersebut akan di evaluasi. Jika di semester berikutnya nilainya masih belum minimal mencapai rata-rata, siswa tersebut akan di "kembalikan" kepada orang tuanya.

Para orang tua yang memasukkan putra/putri mereka ke SMA NEGERI XXX sudah tahu dengan resiko tersebut karena salah syarat masuk ke SMA NEGERI XXX, para wali murid mesti menyetujui dan menandatangi beberapa persyaratan salah satunya adalah murid bisa "dikembalikan" kepada orang tua jika dalam dua semester berturut-turut, nilai rata-rata raport di bawah standar nilai yang di tetapkan oleh pihak sekolah.

Dalam hal ini, para wali murid tidak punya pilihan dan mesti menyetujui prasyarat tersebut. Karena mereka juga paham, kompetensensi dan standaridasai SMA NEGERI XXX sedemikian kompetitif. Para orang tua ngotot meminta anak-anak mereka masuk sekolah tersebut karena 95 % lulusan SMA NEGERI XXX akan "mudah" melewati test masuk Perguruan Tinggi Negeri favorit, baik perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri.

Intinya, semua orang tua menginginkan anak mereka masuk ke SMA NEGERI favorit yang memiliki historis luar biasa baik bagi para alumninya hal ini membuat SMA NEGERI XXX menjadi sekolah idaman para orang tua yang tinggal di Kota XXX.

Karena kerasnya persaingan dan tekanan bersekolah di SMA NEGERI XXX selama kegiatan belajar-mengajar, bunyi bel tanda jam pulang, menjadi "bunyi" paling di nantikan oleh semua siswa.

Hanya saja, siang ini ada sedikit pengecualian. Ada satu siswa yang mendesah kesal saat mendengar bunyi bel tanda pulang. Karena buatnya, bunyi tersebut memiliki arti yang berbeda siang ini. Siswa tersebut adalah Vendri. Vendri yang biasanya paling semangat mendengar bunyi bel pulang, kini terduduk lemas di kursinya.

Karena siang ini, bunyi bel memiliki arti lain untuknya. Ia tidak akan bisa langsung pulang. Ia di hukum oleh Bu Rini, guru BP untuk membantu Pak Tarmiji, penjaga sekolah, seusai jam pelajaran hari ini. Bel tersebut menjadi penanda, hukuman dari Bu Rini, sang guru BP artinya sudah di mulai.

Beberapa siswa menghampiri Vendri.

"Vend, ayok nongkrong ! kok masih duduk aja lo ! Eh lupa, lo kan habis ini mau nguras kolam ikan bareng Tarmiji..." ejek Hilmi.

"Hahahahahaha !!!

"Mampus, kan ada banyak banget kolam ikan di sekolah.."

Timpal teman-teman Hilmi. Wajah Vendri memerah dan langsung berdiri, memegang kerah seragam Hilmi. "Bacott !!"

Namun Hilmi masih tetap tenang.

"Kenapa ? mau marah lo ? dah sini pukul pipi gue.." tantang Hilmi sembari memajukan pipi kirinya.

"Taik !!! minggat lo sana !" Vendri mendorong Hilmi lalu kembali duduk.

"Hahaha !! selamat basah-basahan cuy ! kuras yang bersih terus besok lo kotorin lagi," tukas Hilmi lagi.

"Bro, gue tunggu di tempat tongkrongan ya ! ya kalau lu bisa kelarin nguras kolam sampai jam 3 sore," tambah Heri.

"Mana mungkin jam 3 kelar. Kecuali Vendri punya kenalan Roro Jonggrang, yang memiliki kekuatan memanggil jin beserta anak cucunya.."

"Wanjir, manggil satu kerajaan jin cuma untuk nguras kolam...hahahaha !"

Semakin merah muka Vendri. Dirinya yang selalu menjadi tukang bully kini berbalik menjadi siswa yang kena bully sama teman-teman dia sendiri.

"Waduh, makin merah cuk muka Vendri. Bahaya nih kalau dia ngamuk. Bisa kencing sembarangan, haha ! Dah yok cabut !"

Hilmi cs keluar dari kelas sembari tertawa ribut. Mereka semua puas bisa sesekali mengerjai Vendri. Hilmi sengaja memprovokasi Vendri karena tahu situasi yang di hadapi oleh Vendri. Jika Vendri kembali lepas kontrol dan menghajarnya, ia akan melapor ke Bu Rini. Maka hukuman yang akan di terima Vendri bisa semakin berat. Vendri juga tahu hal ini. Vendri sengaja menunggu semua teman sekelasnya untuk pergi dan ia merasa lega karena hanya Hilmi cs yang bersikap rese', sementara teman-teman lainnya tidak ikut mengejeknya.

Vendri sempat merasa geram melihat keakraban Adam dengan Axel. Dalam hati, Vendri akan membalas perbuatan keduanya. Terutama Axel, yang berani-beraninya melaporkan perbuatan dia kepada Guru BP. Kalau Axel tetap tutup mulut, dia tidak perlu mendapatkan hukuman konyol !

"Untuk beberapa waktu, lu boleh aman-aman saja. Tapi sudah pasti gue bakal balas !" gumam Vendri.

Setelah semua teman sekelasnya cabut, dengan langkah gontai, Vendri menyambar tas dan berjalan menuju keluar kelas.

Namun alangkah terkejutnya Vendri karena begitu ia keluar dari kelas, ia melihat ada banyak siswa kelas 1 yang berkumpul di depan kelas ! bukan cuma siswa dari kelasnya saja, 1D, melainkan ia juga melihat banyak siswa-siswi dari kelas 1 lainnya.

"Halo gais, jumpa lagi sama Wulan. Live Instagram gue kali ini, gue mau kenalin kalian semua sama teman sekelas gue. Vendri, Duta Kebersihan Kolam dari Kelas 1D.." ujar Wulan sembari mengarahkan ponselnya ke arah Vendri.

"Duta Ikan Hias juga dong !!"

"Duta pillus jugaa tuh mantap !!"

Vendri terkejut bukan main serta tidak menduga, Wulan, salah satu siswi cewek yang populer, sengaja Live di Instagram dan merekam dia untuk di jadikan konten ! Wulan itu termasuk selebgram yang punya Followers lebih dari 50ribu !! Sekali dia live, bisa di tonton sampai ribuan pengikutnya. Bukan cuma Wulan, banyak siswa lain yang merekam dan menjadikan dia bahan ejekan. Vendri luar biasa malu karena dia menjadi bahan tertawaan oleh semua siswa yang satu angkatan dengannya !!!

Dari dalam dada Vendri, ia ingin memuntahkan semua nama binatang di depan mereka semua. Tetapi semuanya bisa menjadi semakin kacau dan membuat dia semakin terpojok karena mereka semua mengarahkan kamera ponsel kepada dirinya.

BRAKK !!!

Vendri kembali masuk ke dalam kelas dan membanting pintu sekeras mungkin !! nafas Vendri naik-turun, pertanda ia luar biasa murka, kedua tangannya terkepal erat.

BUAGH !! BUAGH !! BUAGH !!

Vendri memukuli dinding kelas untuk melampiaskan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun hingga buku-buku tangannya memerah. Vendri berharap tidak ada siswa yang nekat masuk ke dalam kelas untuk terus mengejek dirinya, karena jika itu yang terjadi, dia akan menghajarnya karena kesabarannya sudah habis !

Harapan Vendri terkabul.

Setelah 10 menit berada di dalam kelas sendirian, tidak ada siswa yang masuk ke dalam kelas. Suara sorak sorai di luar kelas juga sudah mereda dengan sendirinya. Vendri mengintip suasana di luar kelasnya, tinggal beberapa siswa cowok yang mengobrol di depan kelas sembari duduk di tepi lorong kelas.

Vendri lega, karena Wulan cs sudah tidak terlihat. Wulan yang merupakan teman sekelas dia saja, sampai hati memanfaatkan situasi demi kontennnya. Vendri menaruh dendam tersendiri kepada si molek yang terlihat sekali, sedari awal Axel gabung di kelas mereka, dia berusaha mencari perhatian Axel dengan bersikap genit. Vendri tidak mau mengakui kalau dia merasa cemburu, yang mau di akui adalah Axel menduduki peringkat teratas siswa yang harus ia berikan pelajaran, namun ia mesti bermain cantik, lebih hati-hati karena Axel tipe siswa yang tidak segan melapor kepada guru. Tipe siswa pengecut yang berlindung di balik ketiak para guru.

Karena pikirannya di penuhi oleh banyak ambisi jahat, membuat Vendri tanpa sadar sudah menghabiskan waktunya sendirian di dalam kelas selama setengah jam. Ketika melihat jam dinding di kelas sudah menunjukkan pukul 14.43, Vendri lalu punya pikiran, apakah sebaiknya ia tetap berada di dalam kelas saja ya ? ya minimal sampai jam lima sore, lalu dia keluar dari kelas. Berikutnya tinggal mencari Tarmiji. Vendri merasa yakin Tarmiji sudah memulai pembersihan kolam tanpa perlu menunggu dirinya. Jadi jika membantu sekitar jam lima sore, pekerjaan sudah tidak terlalu banyak. Lagipula, di jam lima sore, sekolah juga sudah sepi, anak-anak ekskul basket, OSIS biasanya sudah pada cabut. Jadi tinggal dirinya dan Tarmiji, tidak ada siswa yang coba-coba mengejeknya.

Vendri merasa senang karena ia menemukan satu gagasan yang bagus ! dia lalu menata tiga kursi di jajarkan sehingga ia bisa berbaring dengan kepalanya di ganjal dengan tas dan jaket. Posisi ini sudah cukup nyaman. Vendri berniat menghabiskan waktu dengan menonton Youtube di ponselnya.

Namun baru saja, ia memasang headset, ia mendengar pintu kelasnya di buka dari luar.

"Anjing !!" emosi Vendri yang tadinya sudah tenang, kembali naik dan auto mengumpat ketika pintunya di buka dari luar. Sembari memaki, ia berdiri di atas kursi.

Vendri mengira yang masuk adalah siswa rese. Tetapi ia salah, yang masuk adalah Pak Tarmiji, si penjaga sekolah. Karena terkejut melihat kedatangan Pak Tarmiji, Vendri tidak mengatakan apa-apa.

"Mas Vendri, ayok kita mulai. Kalau terlalu sore mulainya, kasihan Mas Vendri, bisa pulang kemalaman. Karena ada lima kolam ikan yang harus kita kuras dan ganti airnya."

Vendri mendengus kesal mendengar omongan Pak Tarmiji karena dia datang untuk mengingatkan pekerjaan tambahan yang menantinya. Namun Vendri agak bingung mau menanggapi seperti apa perkataan dari si penjaga sekolah.

"Kalau Mas Vendri gak mau bantu, mau langsung pulang, gak apa-apa. Saya tidak akan melapor ke Bu Rini yang memberikan tugas. Saya gak masalah membersihkan sendirian, karena memang itu pekerjaan saya."

Vendri merasa senang mendengar perkataan Pak Tarmiji barusan karena ini berarti dia bersedia "menutupi" perbuatannya yakni membolos dari pekerjaan kasar yang di berikan Bu Rini.

Vendri hendak mengucapkan terimakasih kepada Pak Tarmiji, namun perkataan selanjutnya yang keluar dari mulut Pak Tarjimi, membuat Vendri mengurungkan niatnya untuk bisa segera pulang.

"Tapi hukuman untuk Mas Vendri bisa makin bertambah berat kalau Bu Rini sampai tahu kalau Mas Vendri tidak melaksanakan hukuman hari ini."

"Asal Pak Tarmiji, gak melapor ke Bu Rini, gak akan ketahuan Pak !" sela Vendri.

"Saya memang tidak akan melapor ke Bu Rini, tetapi lain cerita kalau Bu Rini yang bertanya kepada saya. Saya tentu saja, mesti menjawab dengan jujur."

"Kenapa Pak Tarmiji mesti jujur ? jawab saja, gue kemarin melakukan tugas. Beres perkara."

"Jadi maksudnya, Mas Vendri meminta saya untuk berbohong, menutupi perbuatan Mas Vendri yang membolos dari hukuman ?"

Vendri merasa kesal, karena omongan Pak Tarmiji seperti memutar-mutar tidak jelas. Vendri pun langsung to the point.

"Situ mau berapa ? 100ribu sudah lebih dari cukup untuk membeli dua bungkus rokok," sahut Vendri kasar.

Pak Tarmiji tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala menghadapi bocah yang kasar. Tapi karena sudah terbiasa selama puluhan tahun berhadapan dengan siswa dengan sikap kasar, terutama siswa dari angkatan kelas 1, Pak Tarmiji sama sekali tidak tersinggung dengan omongan Vendri.

"Jangankan 100ribu, Mas Vendri kasih saya uang 100 juta sekalipun, Bu Rini akan langsung tahu kebohongan saya. Karena Bu Rini itu orangnya tidak mudah percaya dengan perkataan orang. Dia akan mengecek rekaman CCTV kemarin sore atau keadaan saat ini. Ketika ia mengetahui Mas Vendri sama sekali tidak terlihat setelah sepulang sekolah, hanya terlihat rekaman CCTV ketika saya sendirian mengganti air kolam. Mas bisa bayangkan sendiri lah bagaimana reaksi Bu Rini. Yang pasti, selain hukuman untuk Mas Vendri bertambah berat, orang tua Mas Vendri juga akan di hubungi oleh Bu Rini, meminta mereka untuk datang ke sekolah."

Dengan tutur kata yang tenang, runut, Pak Tarmiji menjelaskan bahwa percuma untuk mengelak dari hukuman dan Vendri mulai keluar keringat dingin karena ia akan mendapat masalah yang lebih besar dari ortunya jika sampai mereka di panggil oleh pihak sekolah. Dia akan mendapatkan dua hukuman sekaligus, dari Bu Rini serta orang tuanya yang super duper galak.

"Mas Vendri jalanin saja. Hukuman Bu Rini terbilang masih ringan, hanya peringatan pertama. Tenang saja Mas, kan saya temenin. Pekerjaan kasar yang biar saya yang lakukan. Mas Vendri cukup bantu saya mengisi air di bak penampungan sementara untuk ikan sementara kolamnya saya kuras dan ganti dengan air baru."

Vendri menelan ludah, lidahnya kelu, tidak bisa berkata apa-apa. Omongan Pak Tarmiji memang benar, tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menghindari hukuman. Namun masih ada satu hal yang cukup menganggung Vendri, namun sungkan untuk ia katakan di depan sang penjaga sekolah. Meski tanpa Vendri katakan, Tarmiji sudah mengetahui sumber kegelisahan Vendri.

"Mas, nanti kita mulai bersihkan kolam yang berada di samping ruang UKS dan Koperasi saja. Kalau sudah jam segini, sudah tidak ada siswa. Kalau di sana dan satu kolam di depan perpustakaan sudah kita bereskan, baru kita pindah membersihkan kolam di depan gedung kelas 1, 2 dan 3."

Karena tidak ingin menyinggung rasa gengsi Vendri, Tarmiji sengaja mengajak Vendri membersihkan kolam di area yang lebih sepi terlebih dahulu. Karena ukuran dua kolam di depan UKS dan perpustakaan lebih besar, perhitungan Pak Tarmiji paling tidak butuh dua jam untuk menuntaskan pekerjaan di sana. Ketika pindah ke kolam di depang gedung kelas, suasana lapangan basket sudah tidak begitu ramai, hanya tersisa beberapa siswa dari ekskul basket. Sehingga Vendri tidak perlu merasa malu jika terlihat di depan banyak siswa lain, membantu seorang penjaga sekolah sepertinya.

Di sisi lain, Vendri juga merasa senang, karena seolah si penjaga sekolah ini, bisa mengetahui sumber kegelisahanya tanpa perlu ia ungkapkan secara langsung. Ego Vendri terlalu tinggi untuk bercerita langsung kepada Pak Tarmiji, yang seingat dia, baru kali ini, dia berbicara cukup panjang lebar dengan beliau.

"Ayok mas, mumpung matahari sore masih cukup terik," ajak Pak Tarmiji.

Karena tidak ada pilihan selain menjalani hukumannya, Vendri pun mengangguk. Ia lalu mengganti kaos seragamnya dengan T-Shirt yang selalu ada di dalam tasnya. Karena besok sudah tidak pakai celana abu-abu, Vendri tidak mengganti celana panjangnya. Cukup ia lipat sampai di bawah lutut.

Lagi pula, Pak Tarmiji hanya meminta dia mengisi bak penampungan sementara untuk ikan yang sudah di pindahkan dari kolam. Itu pekerjaan yang mudah.

Begitu pikir Vendri.

Namun, satu jam berikutnya, Vendri berubah pikiran. Pekerjaan mengisi air yang ia kira enteng, ternyata berat !!

"Bangsat !!" Vendri memekik dan mengumpat karena sudah lima kali ia bolak-balik mengisi dua ember besar yang di siapkan untuk menampung ikan dari kolam, namun ember pertama yang ia isi, tidak kunjung penuh.

"Semangat Mas. 10 kali bolak-balik lagi, sudah pas itu airnya di ember pertama. Maaf yak, saya lupa bilang, kalau kran terdekat dari sini sedang rusak," tukas Pak Tarmiji.

"Kalau udah tahu rusak, segera di perbaiki dong !!!"

"Ya, mestinya sih hari ini saya perbaiki, tetapi karena di minta Bu Rini membersihkan kolam ikan hari ini, secara mendadak, ya belum sempat saya perbaiki."

"Arghhhhhh !!!"

Vendri kesal bukan main. Karena kran air terdekat dengan kolam depan UKS rusak dan selang tidak bisa menjangkau kran di mushola sekolah, alhasil Vendri mesti bolak-balik mengisi air dari kran kamar mandi mushola untuk di pindah ke ember penampuangan. Jaraknya lumayan ada sekitar 50 meter. Ember yang tersedia untuk memindahkan air, hanya ada ember bekas cat ukuran 10 kg.

Karena sudah di bagi tugas, Vendri yang mengisi air, maka Vendri pun mesti mengisi air secara manual. Dua kali bolak-balik Vendri masih kuat. Ember 10 kg selalu terisi penuh. Namun di putaran ke tiga, dia mulai kewalahan. Telapak tangan kanannya memerah karena menahan ember yang terisi penuh, dia juga sudah lelah. Di putaran keempat dan kelima, dia menenteng ember dengan tangan kiri, karena tangan kanannya sudah pegal, perih.

Untuk anak manja seperti Vendri yang jarang olahraga dan kerja berat, dia sudah "mampus" saat membayangkan, dia perlu 15 kali putaran lagi untuk mengisi dua ember penuh. Dia ingin menyerah tetapi malu. Alhasil, Vendri pun mengakali dengan hanya mengisi sepertiga volume ember atau hanya 3,5 kg air sekali angkut. Vendri khawatir Tarmiji akan menegur atau mengejeknya karena ia tidak mengisi ember secara penuh. Namun ia lega karena Tarmiji terlihat sibuk menyiapkan mesin penguras serta peralatan.

Maka Vendri pun buru-buru menghitung putarannya.

Dalam hati, Tarmiji hendak tertawa karena ia tahu kalau Vendri mengurangi volume air, karena dia sudah kelelahan meski baru lima kali putaran mengisi air. Tetapi Tarmiji tetap menghargainya dan tidak ingin melukai harga diri anak mudah seperti Vendri. Ia pun mendiamkan, pura-pura tidak tahu dan fokus dengan bagian tugasnya.

Karena mendapatkan partner kerja yang lamban, membuat pekerjaaan menguras, membersihkan dan mengganti air di kedua kolam baru selesai saat adzan maghrib terdengar. Tarmiji melihat Vendri sudah mandi keringat, terengah-engah dan berbaring di bangku semen dekat kolam. Ia sama sekali tidak memiliki inisiatif untuk membantu Tarmiji.

Pak Tarmiji memutuskan untuk menyudahi pekerjaan karena kashihan dengan Vendri. Jika di teruskan untuk membereskan tiga kolam lagi, bisa selesai di atas jam 8 malam.

"Mas, hari ini cukup dua kolam saja ya. Sudah maghrib. Saya baru ingat jam 7 malam ini undangan hajatan di rumah keponakan . Biar besok saya yang lapor ke Bu Rini. Tiga kolam sisanya belum beres karena saya ada keperluan. Jadi itu bukan kesalahan dari Mas Vendri. Tiga kolam sisanya, biar besok saya yang bersihkan sendiri."

Harusnya Vendri berterimakasih, karena Pak Tarmiji tetap bersikap bijak dan tetap melindungi harga dirinya, namun Vendri malah ngegas dan berkata kasar.

"Yaelah !! Kenapa gak dari tadi ngomongnya ?! harusnya cukup satu kolam saja, baru kita berhenti. Gak perlu sampai nguras dua kolam ikan," bentak Vendri.

"Ya mas maaf, maklum orang tua, baru keingat pas adzan maghrib barusan. Maaf ya mas. Mas bisa langsung pulang, tidak perlu bantu membereskan peralatan."

"Cih ! siapa juga yang mau bantu elo beres-beres ! gue mending cabut !" dengan kasar, Vendri menyambar tas dan berlalu pergi begitu saja.

Tarmiji hanya tertawa kecil melihat kelakuan anak manja.

Pak Tarmiji tidak langsung membereskan peralatan, namun ia segera menuju ke ruang panel untuk menyalakan lampu di area sekolah. Karena hari sudah senja, sebentar lagi Matahari sudah sepenuhnya tergelincir di ufuk barat. Jika sekolah tidak ada kegiatan, Pak Tarmiji hanya menyalakan lampu di sekeliling pagar luar sekolah, lampu di halaman tengah, parkiran motor, dan beberapa kelas yang berada di sudut. Agar sekolah tidak sepenuhnya gelap di saat malam, meski tidak benderang, namun sudah lebih dari cukup untuk menerangi sekolah.

Vendri yang berjalan menuju area parkir, baru menyadari kalau sekolah sudah sepi. Setelah ia meninggalkan Pak Tarmiji, ia tidak bertemu atau berpapasan dengan satu pun siswa. Saat ia melintasi lapangan basket tadi, suasana juga sudah sepi. Anak basket yang biasa latihan sampai lewat maghrib, hari ini bubar lebih awal.

Saat melihat dari luar, ruangan OSIS gelap gulita, satu-satunya harapan Vendri, masih ada siswa yang ada di area sekolah, ia pun mempercepat langkah karena ia yakin, tinggal dia sendiri satu-satunya siswa yang belum pulang.

Di saat menyadari dirinya sendirian, Vendri malah keingat beberapa kisah seram dari sekolahnya dan satu kisah yang membuat Vendri berhenti berjalan, di lorong depan kelas 2, adalah kisah tentang penunggu misterius di gedung parkir. Vendri menelan ludah, saat terbayang, satu-satunya motor yang masih tersisa di gedung pakir motor tiga tingkat, hanya motornya saja dan ia masih ingat, kalau ia memarkirkan motornya di lantai teratas alias lantai ketiga.

"Fuck !!!"

Karena ketakutan oleh pikirannya sendiri, Vendri berbalik tidak jadi berjalan ke arah parkiran motor ! ia memilih langsung pergi ke depan gerbang sekolah dan pulang naik ojol. Urusan di omelin ortunya karena pulang tidak bawa motor, ia pikirkan nanti saja ! daripadanya ia berurusan dengan penunggu gedung parkir !

Vendri yang semula berjalan cepat, mulai berlari kecil saat ia merasakan ada sesuatu yang mengawasinya dari jauh. Ketika ia mulai berlari cepat saat bulu kuduknya meremang, saat tiba di tikungan sebelum sampai di lobi, tiba-tiba Vendri merasakan ada yang menarik badannya dari belakang, di seret lalu di hempaskan ke dalam kamar mandi khusus laki-laki yang berada di belakang tangga lobi. Suasana kamar mandi, tidak sepenuhnya gelap, karena ada lampu putih yang masih menyala. Kondisinya juga kering, bersih dan wangi pengharum ruangan. Ruangan kamar mandi ini juga terbilang luas. 10 orang siswa masuk bersamaan pun tetap muat tanpa berdesakan. Lima biliknya terbuka, tidak ada orang. Begitu juga dengan kelima urinoir yang lengang.

"Arrggghhhhhh !!" Vendri berteriak ketakutan saat melihat satu sosok serba hitam berdiri di depan pintu kamar mandi. Ia melihat sosok penunggu kamar mandi yang sudah mengganggunya secara fisik.

Namun ketakutan Vendri mulai hilang dan perlahan berubah menjadi amarah bercampur terkejut saat menyadari sosok yang berdiri tersebut bukanlah sejenis hantu. Sosok tersebut adalah manusia yang mengenakan jaket hitam dan tudung yang di tegakkan, membuat wajah orang tersebut masih belum terlihat jelas.

"Bajingan...apa-apaan lo !!" Vendri mengumpat saat sosok tersebut menurunkan penutup kepalanya lalu tertawa kecil, "Heheheh...."

Sosok yang menyeret Vendri ke dalam kamar mandi adalah Axel.

"Gak lucu bangsatt !!!" Vendri yang marah dan semakin marah, karena rentetan nasib buruk yang di alaminya, memutuskan melampiaskan kesialannya dengan menghajar Axel sepuasnya, ia tidak peduli dengan semuanya.

Axel mesti gue bantai !! begitu pikir Vendri.

Namun Vendri terhempas ke belakang ketika Axel justru bergerak lebih cepat dan menendang mengenai dada Vendri. Axel menyusul masuk ke dalam. Axel tidak merasa heran saat Vendri segera bangkit berdiri.

Ia sudah melakukan riset dan mayoritas semua siswa dengan cap bengal di sekolah ini, meski kelas 1 sekalipun, punya kemampuan yang cukup lumayan. Tidak cuma menang di bacot doang.

Pukul, sikut, jab, elbow, tendang, sundul lutut, semua di lakukan oleh Vendri, sedangkan Axel tetap tenang tidak terburu-buru, ia masih ingin melihat seperti apa kemampuan Vendri. Axel bergerak menghindari ataupun menahan rangkaian serangan yang dilakukan Vendri. Namun Vendri memang bukan anak nakal kemarin sore, beberapa serangan tipuan Vendri darinya bisa mengelabui Axel.

BAM !!BAM !!BAM !!BAM !!

Kombinasi pukulan cepat kiri kanan dan elak, berhasil mengenai wajah Axel, namun tentu saja efek dari serangan Vendri tidak mampu merobohkannya. Hanya mampu membuat Axel terdorong ke belakang dengan wajah sedikit lebam di bagian wajah.

“Ampuh juga hahaha,” ujar Axel sambil tertawa, sambil memperlihatkan seringaiannya yang seolah-olah meremehkan Vendri di hadapannya.

“Giliran gue sekarang ya,” Sambungnya sebelum kali ini ia bergerak maju untuk membalas serangan Vendri tadi.

Vendri tampak sengaja mundur beberapa langkah, ketika Axel melesat maju ke arahnya. Dan di duga sesaat setelah ia melompat mundur, Vendri langsung melakukan lompatan cepat ke depan untuk menerjang ke arah si Axel itu.

Axel terkejut melihat Vendri tanpa ragu justru melakukan serangan untuk membalas serangannya, dan bukannya melakukan pertahanan. Tapi serangan terjangan seperti itu kalau kita cukup jeli, maka cukup mudah untuk menghindarinya. Asalkan kita memiliki reaksi yang cepat.

Axel langsung memiringkan tubuhnya dan terjangan Vendri pun hanya menerpa angin saja. Kemudian selanjutnya dengan gerakan yang sangat cepat, Axel langsung merengsek dan bergerak membalas serangan dari Vendri.

SYUTT !!

Satu pukulan lurus dari Axel di elakkan Vendri dengan cara menunduk, kemudian ketika Vendri ingin membalasnya, Axel melakukan gerakan mengelak dengan cara mundur ke belakang, lalu ia maju kembali untuk membalas. Dua pukulan di lepas Axel namun kali ini giliran Vendri yang memperlihatkan bahwa ia juga punya mata yang cukup awas. Pukulan Axel bisa di elak oleh Vendri.

Dan kini mereka terlibat adu kekuatan tangan dan kaki, saling jual-beli serangan di kamar mandi. Saling mengelak serta melakukan blocking. Meski tampak jelas, jika setiap serangan dari Axel cukup membuat kesulitan Vendri. Namun- yang namanya orang sudah gelap mata, di kuasai amarah, membuat adrenalin Vendri sudah demikian tinggi, membuat dia pantang menyerah.

BAMMMM!!!

Vendri tiba - tiba saja menarik kepala Axel dan ia benturkan dengan keningnya.

Axel tertengadah lalu sebelum Vendri mengambil kesempatan susulan, ia tendang perut Vendri sehingga Vendri terdorong mundur, menjauh darinya. Axel menyeka hidungnya yang berdarah karena benturan dengan kepala Vendri.

"Wah keras men, kepala lo..mantap..mantap.." ujarnya.

Vendri agak bingung melihat reaksi santai dari Axel. Tapi melihat serangannya bisa membuat Axel berdarah, Vendri merendahkan pinggangnya, sebelum melesatkan kakinya ke arah bawah.

BUGH!

Sapuan kakinya sepertinya berhasil mengenai betis kiri Axel.

Tapi... serangannya itu seperti jadi sia-sia karena tidak berhasil merobohkannya karena kaki Axel sedemikian kokoh. Vendri tidak serta merta kehabisan akal, dan karena posisi nya cukup rendah, dia melepaskan satu pukulan dari arah bawah ke arah dagu Axel.

"Mampussssss !!" teriak Vendri.

SWWWWUSHHHH!!

"Eh.." Vendri mengguman sendiri saat uppercut dari jarak luar biasa dekat, masih meleset !!!

Axel mendongakkan kepalanya ke atas dengan timing yang begitu presisi, hingga pukulan uppercut Vendri itu meleset hanya beberapa inci dari rahangnya. Respon selanjutnya di ambil oleh Axel, ia melepas tendangan yang begitu keras ke arah perut Vendri yang terbuka.

BAMMMM !!!

Badan Vendri menekuk ke depan akibat tendangan tersebut. Vendri berlutut di lantai, mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya. Kedua kakinya ia bentur-benturkan ke lantai, sebagai bentuk ungkapan rasa sakit yang teramat sangat.

"Hosh...hosh...." Vendri terengah-engah di tengah rasa sakit yang serasa menggetarkan ginjalnya.

Axel mendatangi Vendri menarik rambut Vendri hingga kepalanya terdongak menghadap ke arahnya. Vendri terkejut menyadari besarnya kekuatan dari Axel. Kedua bola matanya membelalak, saat rambutnya di tarik Axel. Ia tidak bisa melawan karena tubuhnya masih sangat kesakitan.

"Mulai hari ini, lo jadi anjing gue. Bersyukurlah, karena elo jadi anjing gue yang pertama di SMA NEGERI XXX," ejek Axel yang berjongkok di samping Vendri.

Belum sempat Vendri membalas ucapan Axel, si bule bangsat ini mendaratkan bogem mentah ke arah wajah Vendri.

BAM !!!

Axel kembali mengangkat tangan kananya, menariknya ke belakang sebelum ia lesatkan dengan cepat ke arah wajah Vendri. Satu serangan yang kembali menghantam wajah Vendri, dengan sangat telak.

BAMMM!!!

satu pukulan kembali menghantam bagian wajah sebelah kiri Vendri, hingga membuat Vendri nampak semaput dan hampir udah gak berdaya lagi. Kesempatan ini di manfaatkan kembali oleh Axel untuk terus menghantam wajah Vendri. Pukulan jab kiri langsung ia tambahin dengan straight kanan membuat hidung Vendri kembali mimisan.

BAAAMMM !!!

Vendri benar-benar di permak habis oleh Axel.

Di titik ini, Vendri yang berada di ambang sadar dan tidak, menyadari perbedaan kekuatan di antara dia dan Axel begitu luar biasa besar. Vendri ketakutan dan mengaku kekalahan.

"Ampun...ampun..."

BAM !!!!

Axel menjawab ratapan Vendri dengan pukulan sekali lagi. Axel terus menghantam Vendri setiap ia meminta ampun. Di tengah keputus-asaanya, Vendri secara reflek mengeluarkan ucapan yang membuat Axel berhenti memukulinya.

"Hahahaha !!" Axel tertawa puas sekali.

Perkataan yang di ucapkan Vendri dan membuat Axel senang karena Vendri mengatakan hal yang sangat ingin di dengar olehnya.

"Gue adalah anjing...anjing suruhan elo...suhu..."

"Good dog...Good dog...." ujar Axel sembari mengelus dan menepuk-nepuk kepala Vendri, selayaknya seorang majikan yang mengelus kepala anjing peliharaannya...

XXX *** XXX



 
Terakhir diubah:
sat...set....satt....bangsatt...gw baru bisa update lagi setelah sekian purnama

:haha:

Enjoy History of AXEL terbaru..

:beer:
 
Bimabet
Wuih master sdh kembali dari pertapaanya,,, thanks suhu atas updatenya,,,,kl baca kisah ini jdi inget si Yandi di cerita LPH
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd