PART 02
Hari yang cerah terdapat matahari yang bersinar. Hati yang bahagia terdapat senyum Pepsodent.
# bukan iklan.
Ijo, dibawah guyuran air sumur yang ditimbanya. Dengan telaten tangannya membersihkan seluruh tubuhnya, seluruh Daki di tubuhnya tak luput dari sapuan tangannya, bahkan kemaluannya dengan penuh kehati - hatian, ia bersihkan.
Hari ini ia ingin tampil kinclong dan wangi ketika masuk kantor. Itulah kesan pertama yang ingin ia tampilkan dihadapan sang bos dan teman - teman barunya sesama karyawan.
Setelah yakin tidak adalagi daki yang menempel di kulitnya. Ijo menyelesaikan ritual mandinya. Lalu masuk ke kamar untuk berpakaian. Ijo memilih baju dan celana baru untuk dikenakan. Baju dan celana yang baru 4 kali pakai. Dan itu di belinya waktu lebaran 4 tahun lalu.
"Tampan juga aku rupanya...??!!"
Ijo memuji dirinya sendiri didepan kaca yang yang memilki garis melintang, alias retak. Ia merapikan gaya pakaian yang perlu dirapikan. Ijo langsung menemui Ibunya untuk pamit. Dan dengan niat suci untuk mencari beberapa lembar rupiah, ijo pun berangkat membelah udara pagi dengan motor infentarisnya.
25 menit perjalanan. Ijo sampai ke kantor, dan disambut hangat oleh Telle, sang Bos. Ia diperkenalkan oleh sang Bos kepada seluruh karyawan yang berjumlah 5 orang. Tiga orang laki - laki dan dua orang perempuan. Ijo langsung menyalami teman - teman barunya.
"Ijo....... ! Ijo...... ! Ijo......! Ijo...... ! Ijo.......!"
Setiap kali menyebutkan namanya, para karyawan koperasi pasti tersenyum tersipu geli. Ijo menyadari hal itu. Tapi ia tidak ambil pusing, karena nama yang diberikan oleh kakeknya itu, sangatlah ia banggakan. Dan dia tau, tidak ada di dunia ini nama orang yang sekeren namanya.
Ijo kemudian duduk di tempat yang di sediakan. Dan mulai mendengarkan kata - kata petuah yang diberikan oleh sang bos. Sebuah rutinitas yang wajib didengar para bawahan sebelum berangkat kelapangan.
"Ok... Semuanya sudah siap...!" Ujar Telle yang setelah memberi sepatah dua patah kata penyemangat.
" Siaaaaappppp ..... Pak....!" Para karyawan serentak menjawab penuh semangat.
"Ayo kita nanyikan yel - yel kita..!"
Mereka serentak bernyayi.
" Duiiiiittttt.... Duiiiiitttt... Kesini dong aku mau duit... Duiiiiittttt... Duiiittttt...!
Setelay menyanyikan yel - yel. Merekapun membubarkan diri.
"Untuk... Ijo... Kau ikut aku... !"
"Siap pak...!"
Ijo berangkat dengan Telle dengan mengenderai motor. Sepanjang perjalan Ijo hanya diam tak bicara di boncengan. Hanya mendengarkan setiap penjelasan yang di utarakan oleh Telle. Dan setiap Telle bertanya, apakah ia sudah mengerti atau tidak. Ijo selalu menjawab Ya. Padahal Ijo kurang jelas mendengar kalimat yang di utarakan Telle, karena Ijo memakai helm.
Di depan sebuah kedeai sembako, Telle menghentikan motornya. Mereka kemudian duduk dikursi yang terdapat di bagian kanan depan kedai. Telle menganggukkan kepalanya ketika si empunya kedai melihat kedatangannya.
"Ingat ijo.., Ketika kita menemui nasabah untuk menagih iuran pinjamannya. Perlu kau perhatikan, jika nasabah itu seorang pedagang. Biarkan dia melayani pembelinya dulu. Seteleah lengang, baru kita menagih iurannya..!" Telle menjelaskan kepada Ijo.
"Ia pak..!"
Setelah menunggu beberapa menit. Yang punya kedai datang menghampiri mereka, dengan memeberikan uang sebesar 25 rb. Setelah menerima uang itu. Telle mengeluarkan kertas yang bertuliskan angka - angka seperti kupon. Telle merobek angka 13 dan memberikan kepada sipemilik kedai.
"Maaf Pak.. !! Kenalkan.. Ini anggota baru. Untuk kedepannya, dia yang akan mengutip kerumah bapak..!" Telle memperkenalkan Ijo kepada pemilik warung.
Dengan sopan dan sebuah senyuman, ijo menjabat tangan si pemilik warung, dengan menyebutkan namanya.
"Ijo....!"
"Oh..... Mmmmm....!"
"Kampret... Sombong amat...!" Ijo menggerutu dalam hati.
Si pemilik kedai kembali masuk. Telle memperlihatkan selembar kertas yang berisikan angka - angka mulai dari angka 1 hingga 46.
"Kau perhatikan Ijo.. Ini kertas yang berisikan angka adalah sebagai alat bukti untuk pembayaran nasabah. Seperti bapak tadi, aku merobek angka 13 dan meberikannya. Itu artinya bapak itu sudah membayar iuran yang 13. Dan perlu kau perhatikan lagi. Setiap lembar yang berisikan angka ini. Sudah mempunyai nama masing - masing..! Tuh.. Yang ada di atas..!" Telle menunjuk dibagian atas kertas. " Jadi kau jangan sampai salas merobek punya orang....! Pahamm...??"
"Paham pak....!"
"Ok.. Kita lanjut lagi.... Setelah menyelesaikan kutipan. Kita akan coba cari nasabah baru..!"
BBRRRRRR........ BRRRRRRR...!!!
BRRRRRRR........ BRRRRRRR...!!!
Hp Ijo bergetar didalam kantong depan celana. Ijo langsung mengambil Hp nya dan melihat nama yang tertera.
"Wimars..!" Ijo membatin. Lalu ia menekan tombol hijau.. "Hallo Wi... Ntar aku telfon balik ya, aku lagi ama bos nih.." Ijo langsung mematikan Hp.
######
Pov... Wimars
Senja sudah mulai berlalu, burung camar terbang bergerombolan menuju sangkarnya. Bocah - bocah tetangga masih sibuk dengan permainan mereka di halaman rumahku. Aku tertawa sendiri melihat kelucuan mereka.
Hati yang tadi sedikit kesal ini, kini perlahan mulai memudar. Sejak pagi hingga sampi sore ini. Ijo, pacarku yang tidak terlalu tampan itu, sangat susah untuk menghubunginya. Sempat sih dia sekali ngangkat telfonku, tapi dia cuma bilang, kalau dirinya sibuk, habis itu di tutup telfon tanpa sempat aku mengucapkan satu patahpun. Lagaknya kayak kerja di kabinat kerja aja itu orang.
Ketika cahaya matahari benar - benar hilang ditelan sang Timur. Aku masuk kedalam rumah, dan saat aku ingin menutup pintu rumah, seseorang datang.
"Dek... Permisi...!"
Aku melihat seorang laki - laki berdiri di teras rumah.
"Ehhh.. Pak Pos... !"
"Ini ada surat atas nama Wimars..!"
"Saya sendiri pak..!" Ujarku dan menerima Surat yang diberikan pegawai Pos tersebut. " Makasih Pak...!"
"Pt. Kelang Sehari." Jantungku kedat kedut setelah mengetahui asal alamat surat itu.
Sejak aku tamat sekolah tingkat S.M.A sekitar 8 bulan yang lalu, sebulan setelah itu, aku mengirimkan beberapa surat lamaran kerja ke beberapa perusahaan di luar kota, bahkan ada yang di luar pulau. Dan selama 6 bulan penantian, akhirnya ada juga panggilan.
Tak terlukiskan kebahagaiaan yang kurasakan saat ini. Akhirnya aku bisa mengejar cita - citaku, aku sangat ingin melanjutkan kuliah, tapi orang tuaku tidak mampu. Hanya ada jalan satu - satunya, yaitu aku harus mendapatkan pekerjaan lebih dahulu.
Aku langsung mencari Hp dan berlari kecil memasuki kamarku, aku ingin membagi kebahagiaan ini dengan Ijo.
"Wi.. Kau kenapa..? Wajah kau kelihatan sangat bahagia...?" ibuku bertanya saat aku melewati ruang tengah.
"Ia..mak.... ! Bentar ya mak.. Nanti aku akan ceritakan, aku mau ambil Hp dulu di kamar..!" Ujarku tanpa menghentikan langkahku.
"Mana Hp ku,..! kenapa bisa lupa hp ku diletakkan di mana... ..Aduhhhh.. Pas penting kayak gini, kok nggak kelihatan sih...!" Aku menggerutu karena tidak menemukan Hp ku. Aku sudah memeriksa tempat tidur, lemari pakaianku. Tapi aku belum juga ketemu.
"Maaakkk... Ada liat Hpku....!??"
"Tadi mak liat ada di kamar mandi, dekat bak....!" Sahut Emak dari luar kamar.
Aku baru ingat. Kalau tadi, saat aku buang air besar, aku lagi mencoba mescol pacarku. Aku pun langsung menuju kekamar mandi. Dan ternyata benar. Hp ku ada di sana.
Akupun langsung menghubunginya. Tapi, sampai empat kali, ia tidak juga mengangkat panggilanku. Geram, kesal, perasaan bahagia yang tadi kurasakan seketika hilang.
TRREETTT... TREEETTT....
HP ku berdering, sebuah pesan masuk darinya.
"Dek.. Maaf ya.... Abang lagi buat laporan.... Ntar abang telfon kalau kerjaan abang uda siap!!"
Aku hanya menghela nafas. Dan mencoba menghibur diri dengan menonton Upin Ipin diruang tengah bersama ibu..