Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Emang begitu sih karakter Bayu yang pengen ane bikin wkwkwk, tipikal anak pinter kuat tapi kalo ditonggengin langsung ngaceng wkwkwk, but who knows mungkin kedepannya bakal bisa ane rubah karakternya karena ane masih belom bisa nemu celahnya
Coba huu, cari di celah² paha mamah sm ummi.. psti dapet deh celahnya... 😂😂😂
 
-Dropped-

"Gimana, Sin? Udah aman, kan?" Tanyaku sembari membereskan barang-barangku.

"Udah, Bay, anak-anak bisa langsung pengamatan besok pas dateng" Jawab Sindy yang juga sudah siap untuk beranjak pergi.

"Yaudah kalo gitu langsung pulang aja, ya. Masih ada kelas kita kan" Balasku dan setelah kami siap, kami langsung meninggalkan lokasi ini.

"Iyaa, ayo langsung aja aku masih perlu mandi ini, gila ini panas banget disini" Jawabnya dan kami langsung beranjak ke motorku.

Lusa, adik-adik praktikanku dan Sindy serta praktikan yang lainnya akan melakukan sebuah pengamatan lapang, dan kami yang merupakan asisten mereka diminta untuk memastikan semuanya sudah siap sebelum mereka para praktikan tidak perlu banyak melakukan persiapan. Kami pun tidak hanya berdua disini, ada beberapa dosen yang mengawasi kami, serta ada beberapa asisten lain yang ikut serta menyiapkan.

Berhubung kami berdua akan segera kelas, kami harus buru-buru karena jaraknya yang cukup jauh dari kampus, dan terlebih kami harus mandi terlebih dahulu karena kondisi kami yang sudah sangat berkeringat.

"Sin kamu mau mandi di kontrakan aku aja mau, nggak?" Tanyaku.

"Hah? Mandi bareng?"

"Ya nggak lah, aku di Kamar mandi dalem, kanu kamar mandi luar" Bantahku.

"Hahahah, kali aja kan kamu mau mainan sama 'ini' lagi" Ucapnya sambil mendempetkan tubuhnya ke punggungku hingga payudaranya tertekan.

"Ngaco kamu ah, yang kemaren itu karena aku kasian ngeliat kamu udah kaya nggak tahan banget" Balasku.

"Alahh bisa-bisaan kamu ngomong begitu, kamu aja ngaceng-ngaceng juga" Ledeknya, dan aku hanya menyenggol tangannya yang sedang berada di pundakku.

Sebenarnya, aku juga sudah mengetahui kalau aku sudah benar-benar kelewat batas, bahkan kini aku sudah mengentoti perempuan selain pacarku. Ibu dari pacarku, sahabat pacarku, pacar sahabatku, bahkan adik serta ibuku sendiri sudah kunikmati. Aku yakin pasti suatu saat nanti aku akan mendapatkan karmanya, oleh karena itulah aku mulai ingin membangun boundaries-ku kembali, yang sudah hancur dari saat itu. Bahkan terkadang pun aku juga malu kenapa aku sangat gampang terpancing. Aku sudah seperti bocah perjaka saja.

-----

Setelah menemani Sindy mengambil bajunya di kosan, kami langsung beranjak menuju kontrakanku. Akupun langsung beranjak ke kamarku sementara Sindy langsung memasuki kamar Adi dan Rama yang dimana Sindy juga memegang kunci serepnya.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk membersihkan tubuhku karena aku hanya menyabuni tubuhku serta keramas sehingga tidak butuh waktu yang lama, namun ternyata Sindy masih lama selesai mandinya sehingga aku hanya bisa diam menunggu Sindy di dalam kamarku. Setelah aku mengenakan pakaian, tiba-tiba muncul notifikasi telfon dari hapeku, dan kulihat ternyata Hani yang meneleponku. Akupun langsung mengangkatnya.

"Halo, Han?"

"Haloo, Bay, kamu udah selesai persiapannya?"

"Udah kok, ini aku udah di kontrakan" Jawabku.

"Okee, kamu udah makan belom?" Tanyanya.

"Belom, hehehe, aku kayaknya makannya nanti pas udah selesai kelas"

"Ihh awas nanti kamu maag loh" Ucapnya.

"Iyaa Han, nanti aku kalo lagi makan aku foto dehh" Jawabku.

"Heheheh, okee, yaudah ini aku juga baru mau jalan kuliah yaa, dadahh Bayuu"

"Iyaa, dadah Hanii" Jawabku dan setelah itu Hani mematikan teleponnya.

Selesai kami teleponan, aku hanya terdiam sambil tersenyum-sentum sendiri membayangkan aku dan Hani sudah kembali berpacaran. Melihat Hani yang sangat peduli seperti itu kepadaku membuat hatiku rasanya seperti meleleh.

Tak lama kemudian, ada yang mengetuk pintuku dan sudah pasti itu Sindy. Akupun langsung beranjak mengambil tasku dan berjalan keluar.

-----

Setelah sampai di parkiran motor, Sindy langsung beranjak turun sementara aku masih harus memarkirkan motorku, dan berhubung ini masih jam 10, parkiran masih dipenuhi dengan anak yang masuk kelas pagi jadi aku agak kesusahan mencari parkir. Setelah aku mendapat spot parkir, aku langsung beranjak bergegas mengejar Sindy yang sudah turun lebih dulu.

Aku pikir Sindy sudah jauh berada di depanku, namun ternyata Sindy masih berada di depan parkiran motor, dan kulihat Sindy sedang memeluk seseorang yang tidak kuketahui siapa. Karena aku takut terjadi sesuatu juga, akupun langsung berlari menuju Sindy.

"Sin, ini kenapa, Sin?" Tanyaku, dan ketika mendengar suaraku, perempuan yang sedang memeluk Sindy langsung mengangkat kepalanya.

"Zahra? Kenapa, Zah?" Tanyaku yang sudah menyadari siapa perempuan itu.

"Hikss... Hikss... Bayy..." Tangis Zahra.

"Gatau ini kenapa, Bay. Tadi tiba-tiba dia lari ke aku terus meluk nangis-nangis" Jelas Sindy.

"Hikss... Bayy... Sinn... Akuu minta maaf yaa..." Ucap Zahra.

"Kenapa, Zah?? Kamu abis ngapain??" Tanyaku sambil berusaha menenangkan Zahra, namun Zahra tetap terus menangis di pelukan Sindy.

"Ssst... Zahh... Ceritaa... Kita juga gatauu kamu abis ngapain..." Lanjut Sindy, namun Zahra malah makin kencang menangis.

"Kenapa, Zah?? Udahh cerita ayoo..." Ucap Sindy, namun tiba-tiba Zahra langsung melepas pelukannya.

"Hikss... Hikss... Maaff... Aku nggak bisa cerita sekarang... Aku duluan, ya, aku ada kelas" Ucap Zahra terisak, dan tiba-tiba dia langsung pergi menjauhi kami.

"Kenapa, sih? Ngga jelas deh" Tanya Sindy kebingungan, sementara aku masih terdiam memikirkan kenapa Zahra bisa sesedih itu sampai menangis tersedu-sedu karena kami berdua.

Kenapa? Apa yang sudah terjadi? aku terus memikirkan kejadian-kejadian yang terjadi selama beberapa hari terakhir ini, dan Sindy pun akhirnya juga bertanya kepadaku.

"Bay, kenapa ya, Bay?" Tanya Sindy kepadaku.

"Sin, kita terakhir ketemu Zahra kapan?" Tanyaku.

"Hmm, kapan ya? tiga hari yang lalu ga sih?"

"Tiga hari yang lalu itu kapan?" Tanyaku.

"Itu loh yang pas kita ngerjain laporan sampe malem itu, kan kita ketemu sama pak Jarwo sama Sindy" Jelas Sindy yang membuatku tersentak.

DEGG!! tiba-tiba sesuatu muncul di kepalaku, apakah mungkin....

"Sin"

"Kenapa, Bay?"

"Kamu pikirin apa yang aku pikirin, nggak?" Tanyaku gemetar ke Sindy, dan baru ketika Sindy ingin menjawab, alarm di hape Sindy berbunyi menandakan sekarang sudah mulai jam kelas.

"Eh udah mau kelas Bay, ayoo buruan takut pak Jarwo udah dateng duluan" Ucap Sindy mengajakku berlari, dan kami langsung bergegas menuju kelas kami.

Setelah kami sampai kelas, ternyata pak Jarwo belum memasuki kelas, dan terlihat kondisi kelas masih terlihat ricuh.

"Lohh tumben-tumbenan ini couple kelas datengnya telat" Ucap salah seorang teman sekelasku.

"Hahahah, iya tadi kita abis ngecek ke tempat pengamatan dulu" Jawabku, dan setelah itu aku dan Sindy langsung duduk di kursi pojok.

Setelah Sindy mengeluarkan bindernya, dia menanyakan hal yang tadi ingin kuberitahu kepadanya

"Bay tadi kamu mau ngasih tau apa?" Tanya Sindy.

"Oh iya, kamu nggak kepikiran emang?" Tanyaku kembali.

"Apaa? Aku udah mentok sumpah" Jawabnya.

"Apa jangan-jangan Zahra sama pak Jarwo..." Ucapku, namun terpotong karena tiba-tiba sekelas dikageti dengan pak Jarwo yang membuka pintu kelas dan menutupnya dengan agresif.

Pak Jarwo terlihat seperti sangat marah, dan pak Jarwo langsung melempar tasnya ke meja, dan dia kembali menuju ke pintu dan membuka pintunya lebar-lebar.

"Bayu Aji dan Sindy, saya beri waktu dua menit untuk keluar dari kelas saya" Ucap pak Jarwo ketus yang membuat se ruangan terkejut, dan Sindy juga terlihat sangat kebingungan.

"Hah kenapa, pak?" Tanya Sindy.

"Tidak usah banyak tanya, cepat keluar!!" Teriak pak Jarwo, dan akupun langsung beranjak berdiri dan membalas perkataan pak Jarwo.

"Apaan sih, pak? Kita juga perlu tau kali alesan bapak nyuruh kita keluar kenapa" Balasku.

"Kalian berdua udah mencermarkan nama baik saya, dan kamu masih mau bicara seperti itu ke saya?!?" Ucap pak Jarwo dengan nada tinggi, dan karena aku dan Sindy tidak bergegas keluar, dia langsung menarik kedua tangan kami dan membawa kami keluar.

"Eh, pak, udah, apaan si? Mencemarin nama baik bapak gimana?" Tanyaku yang mulai kesal juga.

"Gausah pura-pura bodoh di depan saya kamu, Bay! Saya yakin kamu paham apa yang saya maksud!" Balasnya, dan aku langsung paham, pak Jarwo membahas tentang kejadian dia dan Zahra.

"Lah bapak mau ngapain ge sama Zahra itu bukan urusan saya, pak. Hubungannya sama saya apa?" Tanyaku.

"GAUSAH PURA-PURA BODOH!! SAYA TAU KALIAN YANG MEREKAM KEJADIAN ITU!!" Teriak pak Jarwo, dan Sindy pun juga mulai ikut melawan.

"Video apa, pak? Mohon maaf menyanggah tapi kami berdua beneran nggak tau ada apa, pak" Tanya Sindy dengan halus, dan karena pak Jarwo juga sudah mulai gemas pun langsung membuka hapenya menunjukkan kami sesuatu.

"Coba kalian lihat! Kenapa video ini bisa ada di web-web porno! Hanya kalian berdua yang ada di sekitar gedung malam itu!" Ucap pak Jarwo sambil menunjukkan videonya, dan ternyata benar, itu video pak Jarwo dengan Zahra sedang ngentot.

"Wait, wait, nggak bisa gitu juga lah, pak, mas--" Ucapku yang tiba-tiba terpotong oleh tamparan pak Jarwo kepadaku.

*Plakk!!...*

"KAMU MASIH MAU NGEBANTAH?! SAYA LAPORIN KALIAN BERDUA KE PIHAK BERWAJIB!! SEKARANG NGGAK PERLU REPOT-REPOT KALIAN MENJELASKAN KE SAYA DAN MASUK KE KELAS SAYA, SILAHKAN KALIAN BERDUA MENGULANG MATA KULIAH INI TAHUN DEPAN!" Teriak pak Jarwo, dan ketika aku sudah ingin beranjak pergi karena sudah sangat kesal, Sindy yang masih memperhatikan video itupun langsung membantah.

"Mohon maaf pak, izin membantah, tapi nggak mungkin kita yang ngerekam, pak. Dari video ini anglenya itu mengarah ke pintu ruangan bapak, sementara pintu laboratorium dan ruangan bapak kan berseberangan, jelas nggak mungkin kita berdua yang ngerekam" Jelas Sindy.

"Lagian juga buat apa kita ngerekam begituan pak? Kaga ada untungnya juga buat saya" Lanjutku.

"Udah, diam kalian berdua!" Ucap pak Jarwo.

"Saya tidak akan langsung percaya begitu saja dengan kalian berdua, jadi silahkan kalian mencari bukti yang lebih jelas, karena kalau tidak, bukan cuma nilai kalian yang akan bermasalah, tapi akan saya pastikan kalian berdua tidak akan lanjut kuliah disini" Ucap pak Jarwo, dan setelah itu pak Jarwo kembali memasuki kelas.

Aku yang sangat kesal pun melampiaskannya dengan memukul tembok, sementara Sindy hanya diam termenung memikirkan bagaimana kami kedepannya.

"We are fucked" Ucapku pelan, kulihat juga Sindy terlihat sangat emosi.

"Aduhh siapa si yang ngerekam?? Ahhh masa kita harus ngulang matkul ini Bay?? Nggak mauu Bayy" Ucap Sindy kesal, dan kulihat Sindy mulai mengeluarkan air mata.

"Apa ini karma buat kita ya, Sin?" Tanyaku.

"Udah ah, nggak usah mikirin begituan dulu, aku pengen pulang aja" Jawabnya ketus, dan Sindy langsung bergegas keluar gedung.

Aku tidak langsung beranjak keluar dari gedung, dan aku memutuskan untuk pergi ke toilet, dan ketika aku baru beranjak keluar dari kamar mandi, kulihat Adi menghampiriku dengan wajah sangat kesal, dan baru ketika aku mau menyapa Adi, dia langsung melancarkan pukulannya ke wajahku hingga aku terjatuh.

*BUGG...*

Oh, no. Apakah Adi tahu tentang aku dan Sindy yang ngentot di dalam laboratorium?

"Di, lu bener-bener ye, kenape lu tiba-tiba dateng mukul gitu?" Tanyaku yang masih tersungkur.

"Lu sama Sindy abis ngapain, hah?! Kenapa pak Jarwo bilang kalian berdua ngerusak nama baik?!" Tanya Adi dengan nada tinggi.

"Apaan, si? Gua ama Sindy kagak ngapa-ngapain sumpah" Bohongku.

"Kalo lu nggak ngapa-ngapain, kenapa gua kena imbasnya juga?! Gua dikeluarin dari kelas pak Jarwo!!" Balasnya.

"Ya samaa gua sama Sindy juga!! Ini cuma ada salah paham sumpah!" Jawabku, dan aku langsung menjelaskan secara detail apa yang terjadi dengan pak Jarwo.

"Aduh mampus, terus gimana dong?" Tanya Adi.

"Ya gatau, Di. Kita harus bisa nyari bukti yang lebih kuat biar tuh orang bisa percaya" Jawabku, dan ketika emosi Adi sudah mulai menurun dan aku sudah lega Adi tidak tahu tentang apa yang kulakukan dengan Sindy di lab, kami memutuskan untuk beranjak keluar.

Karena aku dan Adi sudah tidak ada kelas, kami memutuskan untuk pulang daripada kami membuang-buang waktu kami disini. Disaat kami melewati pinggir jalan kampus, dari kejauhan kami melihat Rama seperti sedang berargumen tegang dengan dua orang yang menggunakan masker dan mengendarai motor.

"Eh itu Rama kenape?" Tanya Adi, dan kami pun langsung mengendap-endap mendekati Rama sambil mengumpat di mobil-mobil yang terparkir di pinggir jalan ini.

Sambil mendekati Rama, kami terus memperhatikan kondisinya, dan kulihat Rama yang juga sudah ikut emosi langsung menarik lengan kemeja orang yang duduk di belakang. Aku dan Adi yang sudah tahu kalau ini bisa menjadi masalah besar pun langsung berlari menuju Rama, dan tiba-tiba orang yang lengan bajunya ditarik Rama mengeluarkan balok seperti batu bata yang cukup besar dan tebal, dan dia langsung memukul kencang kepala Rama hingga Rama tersungkur dan tak sadarkan diri.

"WOY!!" teriak Adi, namun kedua orang itu langsung kabur, dan kami tidak memperdulikan mereka karena kondisi Rama lebih utama untuk saat ini.

Aku langsung berlari ke Rama, dan terlihat darah mengucur dari kepalanya meski tidak begitu deras, namun tetap saja ini bisa berbahaya.

"DI KEPALA RAMA BOCOR DI!" teriakku yang sudah lebih dulu sampai ke Rama, dan Adi yang sudah sangat panik juga pun langsung membuka jaketnya dan menyuruhku untuk menutup lukanya dengan jaket ini untuk sementara.

"TUTUPIN LUKANYA PAKE JAKET GUA, BAY!" jawabnya melempar jaketnya kepadaku, dan Adi langsung mengabari grup fakultas dan meminta tolong kepada anak-anak yang membawa mobil untuk keluar dan mengantar Rama ke rumah sakit.

-----

Singkat cerita, kini kami sudah berada di rumah sakit, dan dokter sudah berkata Rama hanya mengalami bocor, dan meski Rama tidak sadarkan diri, pukulan itu tidak melukai kepala Rama cukup dalam.

"Berarti Rama udah bisa kita bawa pulang, dok?" Tanyaku.

"Saya sih lebih menganjurkan saudara Rama dirawat inap disini dulu untuk beberapa hari, karena saya juga masih takut kalau ternyata lukanya cukup dalam sampai merusak kerangka kepalanya, dan bahaya jika terluka sampai ke otak" Jelas dokter itu, dan aku hanya bisa pasrah dan mengikuti anjuran dokter.

Setelah berbicara dengan dokter, aku langsung pergi menghampiri Adi dan kulihat Sindy ternyata ada disini juga.

"Gimana, Bay?" Tanya Adi.

"Katanya disuruh dirawat dulu, Di. Takutnya ternyata lukanya cukup dalem kata dokternya" Jelasku, dan baru aku menjelaskan, Tiba-tiba Andre, Hani, Fabio dan Bella datang berlari menuju kami bertiga.

"BAYU, RAMA KONDISINYA GIMANA??" tanya Hani yang langsung berlari menghampiriku.

"Katanya sih lukanya nggak parah, Han, cuma perlu dirawat inap dulu" Jelasku.

"Aduhh kok bisa sihh, kak Rama abis berantem sama siapa??" Tanya Bella.

"Nggak tauu Bell, tadi kita nggak sempet ngejar orangnya karena udah panik Rama kenapa-napa" Jawab Adi, dan setelah itu kami memutuskan untuk membagi jadwal yang menjaga Rama di rumah sakit.

Setelah sudah menentukan, beberapa dari mereka sudah pulang, namun aku dan Andre masih perlu menjaga Rama disini.

"Bay"

"Sebenernya, ada yang pengen gua omongin sama lu dari kemaren, cuma nggak pernah sempet" Ucap Andre.

"Lah lu tinggal ke kamar gua juga bisa langsung ngomong, Ndre. Ada apaan?" Tanyaku.

"Hahaha, gua takutnya lu marah, Bay" Jawabnya.

"Ngomongin apaan emang?" Kembali tanyaku.

"Jadi, sebenernya gua..." Ucap Andre, namun Andre menghentikan pembicaraannya karena tiba-tiba ada perawat yang menepuk pundakku.

"Permisi, pak, ini benar pak Bayu temannya bapak Rama, ya?" Tanya perawat itu.

"Iya, bener, kenapa, sus?" Balasku.

"Ini saya nemu ini tadi, pak Rama ngegenggam ini keras banget, tapi udah saya ambil" Jawabnya sambil menyerahkan sebuah badge kecil.

Aku langsung mengambil badge itu, dan aku langsung memperhatikan badge ini, karena kuyakin Rama pasti sengaja menarik badge ini. Mungkin dari badge ini bisa diketahui siapa yang mencelakai Rama.

"Loh itu kan..." Ucap Andre, dan Andre langsung mengambil badge yang kupegang itu.

Andre langsung memperhatikan badge itu, dan tidak butuh waktu lama bagi Andre untuk mengetahui apa makna dari badge ini.

"ANJIR!!"

"Ngape, Ndre? Jangan teriak gitu, kita lagi di Rumah Sakit" Ucapku.

"Bay, Bay, ini... inii... Ini logo hooligan fakultas gua!"

DEGG!!

"Bay, bahaya ini, Bay, harus kita cepet-cepet selesain ini" Ucapnya.

"Aduh, lu tau tongkrongannya dimana, nggak?" Tanyaku yang mulai panik.

"Tau sih, mereka nongkrongnya di suatu rumah gitu" Jawabnya.

"Yaudah langsung kesana aja nggak, nih?"

"Gabisa berdua doang kita kesana, Bay, nganter nyawa malah kita kesana" Jelasnya.

"Aduh, gimana dong?" Ucapku.

"Bawa mas Surya aja kali, dia kan polisi juga"

"Jangan, Ndre, jangan bawa-bawa mas Surya, gua gamau dia malah terlibat," Tolakku.

"Bilangin ke anak-anak West Ham aja, Ndre" Jelasku dan Andre mengiyakan.

-----

Aku dan Andre langsung berangkat menuju ke 'markas' geng ini. Lokasinya ternyata tidak sejauh dari perkotaan yang kubayangkan, seperti tipikal markas geng di film-film. Setelah kami sampai, terlihat mereka seperti berkumpul di dalam rumah di perumahan yang sebenernya membuatku bingung apakah mereka tidak membuat resah warga sekitar. Rumahnya pun juga tidak terlalu besar, dan kulihat sepertinya berhubung ini masih jam kuliah, terlihat seperti tidak ada orang.

Aku dan Andre terus mengamati situasi, dan kami juga memastikan apakah ada orang atau tidak disini. Pengamatan kami tidak berjalan lama karena tiba-tiba kami melihat ada yang keluar dari pintu utama membawa sampah, dan kurasa wajahnya cukup familiar.

"Kok kayak familiar ya mukanya?" Tanyaku.

"Gatau dah, tapi dia juga keknya sendiri, si" Jawab Andre, dan kami terus mengamati orang ini sampai akhirnya aku mengetahui siapa dia.

"Mas Rizky?" Ucapku pelan.

"Hah? Mas Rizky siapa?" Tanya Andre.

"Mantannya kak Liya, Dre, putus gegara ketauan ngentot ama cewek lain" Jelasku.

"Noh kan, udah kita bawa mas Surya aja dah, dia pasti juga mau tau, kan?"

"Aduh, terserah dah gimana baiknya aja, yaudah ini kita masuk aja?"

"Tapi nanti anak-anak gimana, Bay?" Tanya Andre yang membuatku terdiam sejenak.

"Hmmm, yaudah kalo gitu gua masuk duluan aja, tapi hape lu stand-by, langsung telpon gua kalo misalnya ada yang kesini, gimana?" Tanyaku.

"Yakin lu?"

"Keburu rame, Ndre"

"Aduhh, yaudah dah, jangan aneh-aneh lu di dalem ya, Bay" Jawabnya, dan setelah itu aku langsung bergegas masuk melewati pagar rumah itu.

Aku langsung bergegas menuju ke pintu utamanya, dan tanpa berpikir panjang pintu itu langsung kuketok. Setelah beberapa kali ketokan, akhirnya terdengar suara kunci pintu terbuka, dan tentu saja mas Rizky yang membukakan.

Tanpa berpikir panjang, akupun langsung meluncurkan pukulan keras ke kepala mas Rizky hingga terpental ke belakang, dan aku kembali melancarkan pukulanku ke mas Rizky beberapa kali. Mas Rizky yang kaget pun berusaha kabur, namun langsung kutarik dan kutahan ke tembok. Mas Rizky pun mulai menyadari siapa yang daritadi memukuli dirinya, dan setelah dia sadar, dia tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahahaha, gua tau lu pasti bakal dateng ke gua, tapi gua ganyangka bakal secepet ini" Ucap mas Rizky tertawa.

"Apa maksud lu hah? Apa tujuan lu mukulin temen gua ampe dia pingsan?!" Tanyaku, dan tak kusangka mas Rizky terlihat bingung.

"Ngelantur apa sih, lu?!" Tanya mas Rizky kebingungan, dan aku yang sudah kesal pun kembali melancarkan tinjuku ke kepalanya.

"*BUGG!!...* GAUSAH PURA-PURA GATAU LU!! GUA LIAT TEMEN GUA DIPUKUL PAKE BATA, SALAH SATU ORANGNYA MAKE BADGE INI!" Teriakku sambil menunjukkan badge ini.

"Hah? Buat apa gua mukulin temen lu? Lu yang punya masalah sama gua, lu yang udah nge nyebar video ngentot gua ke Alliya, dan sekarang gua bakal ngelakuin hal yang sama ke lu" Jawabnya menceritakan background ceritanya dengan mas Surya, dan sepertinya maksud dari mas Rizky adalah masalah penyebaran video pak Jarwo.

"JADI LU YANG NGEREKAM SKANDAL DOSEN GUA?!?" teriakku.

"Hahahaha, betull seratus, tapi gua juga nggak takut kalo lu mau nyelesain masalah temen lu sekarang, meski gua gatau apa-apa" Jawabnya, namun kali ini aku hanya ingin menyelesaikan masalah Rama, dan sepertinya dia memang tidak tahu apa-apa.

Akupun hendak langsung pergi dan aku kembali memukul mas Rizky dan akan pergi. Setelah mas Rizky, aku memutuskan untuk pergi, namun tiba-tiba mas Rizky menahan kakiku.

"Lu pikir kita bakal biarin lu kabur begitu aja? Lu udah nganter nyawa lu kesini" Ucap mas Rizky sambil menahan kakiku.

Hah? Kita?

Baru aku kepikiran begitu, tiba-tiba Andre meneleponku, pertanda kalau ada yang datang. Akupun berusaha kabur dan aku langsung mengangkat teleponku, namun aku masih tidak bisa pergi karena mas Rizky masih menahan kakiku.

"BAY!! DI DALEM RAME, BAY!! MEREKA MASUKIN MOTOR KE RUMAH LEWAT PINTU SAMPING!! BURUAN KELUAR BAY!!" teriak Andre.

OH FUCK! TERNYATA MEREKA ADA DI DALAM SELAMA INI?!?

Aku langsung mematikan telepon, dan setelah aku mematikan telepon, aku menengok ke belakang dan kulihat sudah ada sekitar 9 orang berada di belakangku.

"Fuck me" Ucapku pelan, dan tidak ada yang bisa kulakukan selain memulai perkelahian disini.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung memukul salah satu dari mereka, dan mereka kini juga mulai menyerangku.

Tentu saja aku kewalahan menghadapi 9 orang sekaligus, tiap aku menyerang salah satunya, delapan yang lainnya langsung menyerangku secara babi buta. Tak jarang juga beberapa dari mereka berusaha menahanku supaya aku tidak bisa melawan, namun aku selalu berusaha sekuat mungkin untuk kabur.

Aku menggunakan prinsip 'kill it one-by-one' dimana aku harus membersihkan mereka satu persatu, namun perhitunganku sangat kacau. Ketika aku sudah menghajar 2-3 orang, salah satu dari mereka langsung bangun hingga terasa tidak ada habisnya.

Di satu sisi, aku sudah mulai lelah, dan sejauh ini baru 3 orang yang bisa kupastikan benar-benar tumbang. Fokusku mulai buyar, dan ketika aku masih menyerang mereka, tiba-tiba....

*BUGG!!...*

Seseorang memukul kepalaku dari belakang menggunakan benda keras entah apa, dan efek dari itu membuatku langsung tersungkur. Aku terjatuh, dan kini mereka bisa menyerangku dengan leluasa. Aku berusaha sekuat tenagaku untuk menghindar, namun hasil dari pukulan tadi membuatku sangat lemas sehingga aku hanya bisa menerima serangan dari mereka.

10 menit pengeroyokan ini terasa seperti 10 jam. Aku tidak bisa menghindar, mereka juga menyerangku non-stop. Setelah mereka puas, akhirnya mas Rizky menyuruh mereka berhenti.

"UDAH GUA BILANG, LU UDAH NGANTER NYAWA LU KESINI!! JANGAN HARAP LU BISA KELUAR DARI SINI HIDUP-HIDUP, SURYA!!" Teriak mas Rizky sambil menarik kausku yang masih tersungkur.

Mas Rizky teriak begitu kencang, dan akhirnya terdengar suara pintu terbuka.

"Ada apaan sih ini ribut-ribut?" Ucap orang yang kuduga membuka pintu, namun entah kenapa suara itu terdengar familiar.

"Ini kak, lu inget kan yang gua bilang gua punya masalah sama cowok baru mantan gua? Ini orangnya" Ucap mas Rizky ke orang itu, dan setelah itu mas Rizky menghempaskan tubuhku kembali ke lantai.

Sepertinya ini bisa menjadi barang bukti yang kuat, dan oleh karena itu, dengan sekuat tenaga aku diam-diam merekam percakapan mas Rizky dengan orang itu. Mungkin tidak akan terlihat karena posisiku kini sedang membelakangi mereka.

"Oooh si Surya Surya, itu?" Tanya orang tersebut.

"Iya, kak. Tadi tiba-tiba dia juga dateng kesini, nganter nyawa dia hahaha" Jawabnya, dan terdengar tawa dari orang itu.

"Btw, perkembangan lu sama cewek yang kayak ukhti itu gimana, kak?" Tanya mas Rizky.

"Oooh, si Hani?" Ucap orang itu.

HAH?!? HANI?!?

"Gatau, Ky. Susah lagi ini, dia sama mantannya si Bayu juga" jawab orang itu, dan dengan sekuat tenaga, aku berusaha untuk menengok kearah mereka, dan aku sangat terkejut melihat siapa orang yang sebenarnya berbicara dengan mas Rizky.

"MAS FARHAN?!" ucapku dalam hati.

"Yah, kalo gitu kita juga ketunda dong kita pake rame-ramenya" Ucap mas Rizky.

"Yeh lu ngomong begitu juga lu udah pernah ngerasain remes-remes pantatnya, Ky, Kenneth juga udah pernah ngerasain mulutnya Hani, gua yang beneran ngincer pacaran malah belom ngerasain apa-apa sama sekali" Jawab mas Farhan.

Jadi ternyata mereka berdua merupakan dalang dibalik semua kejadian ini. This is fucking fantastic, bukan hanya aku bisa mengekspos mas Farhan ke Hani, aku juga bisa membuktikan ke Hani kalau dugaanku benar.

"Yah nanti kalo lu pacaran sama dia gua gajadi dapet jatah dong kak" Lanjut jawab mas Rizky.

"Hahaha, urusan itu mah gampang, lagian juga masa gua nggak bagi rejeki gua ke adek gua sendiri" Jawab mas Farhan yang benar-benar mengagetkanku, JADI MEREKA BERDUA KAKAK BERADIK?!?

Sepertinya ini semua sudah cukup untuk barang bukti, akupun memutuskan untuk menyudahi rekaman ini dan langsung ku upload ke Dr*ve ku.

"Tapi kayaknya juga bakal lama sih ini, tadi gua liat temennya si Bayu kayak sempet mergokin kelakuan anak suruhan gua, cuma tadi temennya juga udah kita diemin si, Rama kalo ngga salah namanya" Jelas mas Farhan.

"Hah? Kok kayak aneh, ya? Tadi Surya dateng kesini bilang temennya abis dipukulin sama anak buah kita terus dibawa ke rumah sakit," Jawab mas Rizky.

"Apa jangan-jangan mereka berdua temenan?" Lanjutnya, dan sempat terjadi keheningan diantara mereka berdua, dan kurasakan mas Farhan memerhatikan tubuhku yang sedang berbaring.

"Eh, Ky, balik badannya dah, gua pengen liat mukanya" Suruh mas Farhan, dan dengan cepat mas Rizky langsung membalik badanku.

Akhirnya aku dan mas Farhan pun bertatapan, dan terlihat raut wajah panik di wajah mas Farhan.

"Aduhh, Ky, gawat ini, Ky" Ucap mas Farhan.

"Kenapa, kak?" Tanya mas Rizky.

"Ky, ini bukan Surya, Ky, ini Bayu, mantannya Hani" Ucap mas Farhan.

"Hah, lu tau darimana? masa iya?" Tanyanya.

"Ya jelas lah tau gua, kan gua pernah ketemu sama dia, lagian lu gimana sih, Ky? Kan lu sama dia pernah berantem di stasiun" Jelas mas Farhan.

"Ya mana gua tau, gua waktu itu nyuruh anakan gua nyari info, katanya dia Surya" Balas mas Rizky yang juga ikut panik.

"Aduhh, ribet ini urusan kalo udah kaya gini" Ucap mas Farhan.

"Apa kita biarin pergi aja, kak?" Tanya mas Rizky.

"Bentar dulu, Ky, biar gua ngomong dulu sama dia" Jawabnya, dan mas Farhan langsung menghampiriku.

"Well, well, well, look who we found here," Ucap mas Farhan kepadaku.

"Selamat datang di kandang singa, Bay" Lanjutnya.

"Mas Farhan... Anjing... Hani... Hormat Banget... Sama Mas... Kenapa... Mas Tega..." Ucapku terbata-bata karena aku menahan rasa sakit juga.

"Yaa ini keuntungan bagi saya, kepolosan Hani benar-benar membantu saya menyelesaikan rencana saya, dan kamu sebagai pacarnya juga harus saya singkirkan secepatnya," Ucapnya.

"Dan sekarang, saya harap kamu mau menjauh dari Hani kalau kamu nggak mau Hani berada di kondisi yang sama kayak kamu sekarang" Lanjutnya.

"Persetan... Semuanya... Ujung-ujungnya bakal sama... Saya punya barang bukti..." Ucapku, dan kulihat mas Farhan tersenyum.

"Barang bukti apa?" Tanya mas Farhan, dan dengan sigap mas Farhan langsung mengeluarkan hape yang selama ini kutaruh di kantung jaket.

Setelah itu, mas Farhan langsung membantingkan hapeku ke lantai, dan mas Farhan juga langsung mematahkan hapeku untuk memastikan hapeku benar-benar hancur.

"Sekarang saya ingetin sama kamu, jangan deketin Hani lagi, atau Hani bakal berada di posisi yang sama kayak kamu sekarang" Suruh mas Farhan.

"Dah, Ky, bawa pergi Bayu sekarang, gua mau cabut dulu ada kelas" Lanjutnya, dan setelah itu mas Farhan langsung pergi keluar meninggalkan kami berdua.

Mas Rizky pun langsung mengangkat tubuhku, dan dia langsung menghempaskan tubuhku di sofa.

"Lu inget baik-baik, masalah kita belom selesai, gua gabakal berenti sampe gua bisa nemu Surya yang asli" Ucapnya pelan, dan setelah itu mas Rizky pergi meninggalkanku sejenak.

Kesadaranku sudah mulai buyar, dan rasa sakit di sekujur tubuhku ini sangat menyiksaku. Mungkin ini semua merupakan karma bagiku. Tapi aku tidak bisa berhenti disini, Hani masih harus dijauhkan dari mas Farhan, dan mas Rizky juga pasti akan terus melakukan hal-hal gila sampai dia bisa mendapatkan kak Liya lagi.

Sekitar 10 menit kemudian, mas Rizky kembali bersama beberapa orang yang sudah berpakaian serba hitam dan menggunakan topeng hitam. Aku memerhatikan mereka semua, dan aku mulai mengingat semua yang terjadi. Dari semenjak pertama kali aku diikuti oleh seseorang setelah pulang olimpiade waktu itu, ternyata merekalah orangnya. Mereka juga yang telah nyaris memerkosa Hani.

"Ayo buruan bantuin gua, bawa aja ke rumah sakit atau bikin kejadiannya kayak dia abis kecelakaan" Ucap mas Rizky, dan mereka langsung dengan sigap mengangkat tubuhku.

Mereka langsung membopong tubuhku yang tidak berdaya ini, dan baru saja kami berada di depan pintu, ada yang mendobrak pintu itu.

*BRAK!!...*

Kedua orang yang membopongku pun langsung melemparku ke samping, dan aku langsung terhempas ke sofa dimana kulihat Andre, Fabio, Faisal, Mas Surya, Hani, serta beberapa anak-anak dari komunitas West Ham ku berbondong-bondong memasuki rumah ini. Mas Surya dan yang lain langsung pergi menghajar mas Rizky serta anak buahnya, sementara Hani langsung menghampiriku yang terbaring lemah.

"BAYU KAMU GAPAPA?!?" tanyanya khawatir.

"Urgh... Iyaa... Gapapa kok... Sakit ajaa..." Jawabku sambil berusaha berdiri, dan Hani pun langsung berusaha membopongku.

Kulihat meski kami kalah jumlah, kami masih bisa memorak-morandakan mereka semua. Mungkin mereka juga sudah kelelahan setelah berkelahi denganku tadi.

"YANG MANA YANG NAMANYA RIZKY?!" Teriak mas Surya, dan Andre pun langsung menunjuk kearah mas Rizky yang sudah terkapar di lantai.

"KAMU MAU TAU SIAPA SURYA?! SURYA NYA SUDAH ADA DI HADAPAN KAMU!! APA MAKSUD KAMU NYELAKAIN TEMEN PACAR SAYA, HAH?!" teriak mas Surya di depan mas Rizky, namun mas Rizky tidak menjawab perkataannya.

"JAWAB PERTANYAAN SAYA!!" kembali teriak mas Surya, dan mas Rizky tetap tidak menjawab, sepertinya kesabarannya sudah diambang-ambang.

"Oke, kalau gitu kamu ikut saya ke kantor sekarang" Lanjut mas Surya, dan mas Surya langsung membawa mas Rizky keluar.

"Bay, lu gapapa, kan?" Tanya Andre yang langsung menghampiriku setelah selesai menghajar mereka.

"Urghh... Kayaknyaa... Kita gapunya bakat... Ngamatin keadaan ya..." Candaku yang membuat seisi ruangan tertawa kecuali yang sudah terkapar.

"Kamu lain kali nggak boleh kaya gitu dong, Bayy, liat ini kondisi kamu udah kayak gini sekarang" Ucap Hani sambil mengelus-elus punggungku.

"Nggak, Han, salah gua juga ini gua ngebiarin Bayu masuk sendirian" Ucap Andre, dan Hani langsung menengok kearah Andre dengan tatapan tajam dan ekspresi penuh emosi.

"LAGIAN GIMANA SIH, DRE? KOK BISA-BISANYA LU NGGAK NEMENIN BAYU MASUK?! LIAT NIH BAYU JADI BABAK BELUR GINI!!" teriak Hani memarahi Andre.

"Iya, Han, maaf, tapi tadii..." Jawab Andre yang langsung dipotong oleh Hani.

"TAPI APA?? LO TAKUT?!?" potong Hani.

"Nggak, Han, udah... Tadi Andre... Nungguin kalian di luar... Udahh... Jangan salah-salahan... Yang penting sekarang masalahnya... Udah selesai..." Jawabku terbata-bata, dan Hani akhirnya mulai kembali tenang.

"Aduhh Bayy udahh kamu jangan maksain duluu, yaudah kita pulang yaa sekarang" Ucap Hani sambil berdiri membopongku.

Berhubung sudah tidak ada yang perlu kami lakukan disini, kami memutuskan untuk segera pulang. Dengan membopongku, Hani terus membantuku berjalan karena memang rasanya sangat sakit badanku. Kepalaku pun juga sudah mulai tidak jelas berputar-putar. Penglihatanku juga makin buyar, dan kesadaranku perlahan-lahan sudah mulai hilang. Ketika aku dan Hani menuruni tangga, kurasakan kepalaku makin terasa sakit, dan rasanya tubuhku sudah tidak kuat. Pandanganku makin buyar dan akhirnya aku terjatuh di saat kesadaranku perlahan menghilang.

"Bayu?? Bayu?!? BAYU?!?? SAYANGG?!?!"

-To be Continued-
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd