Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Emang begitu sih karakter Bayu yang pengen ane bikin wkwkwk, tipikal anak pinter kuat tapi kalo ditonggengin langsung ngaceng wkwkwk, but who knows mungkin kedepannya bakal bisa ane rubah karakternya karena ane masih belom bisa nemu celahnya
belum ketemu celahnya, soalnya lg mumet liat emyu masuk uel, hahahaha.
 
Suwun hu... mantab

Jangan ngerubah character sembarangan hu... sifat gak bisa diubah walaupun dalang sekalipun... wajar udah sifat bayu semua juga begitu waktu kuliah ada cewek sange ama kita ya diembat.... kecuali para hom hom ngenes dan para rohis sok alim gak tahunya diembat juga..... wajar masih hot2nya waktu kuliah nebar benih 😂😂😂 kalo yg bilang character bayu sangean gak tahu apa dunia perlendiran anak mahasiswa kenalan di sosmed ketemu dan langsung diembat mana minjem kosan orang lagi mana gw gak dibagi yg punya kamar kosan emang temen gak ada akhlak mana bekasnya gak dibersihin (sory hu curhat 😂😂😂)
 
Makasih updatenya
Setidaknya hubungan hani dan bayu ada perkembangan nih

Tpi yg pasti kenapa bella gugup ya ketika ditanya suka pakai daster.

Ternyata minumanya diberi perangsang ya, jadinya sindy lgsung sosor bayu gitu. Tapi dari spoiler si orang misterius itu sebut surya. Surya kenalan kak liya? Apa targetnya kak liya?
Ditunggu kelanjutannya
 
Suwun hu... mantab

Jangan ngerubah character sembarangan hu... sifat gak bisa diubah walaupun dalang sekalipun... wajar udah sifat bayu semua juga begitu waktu kuliah ada cewek sange ama kita ya diembat.... kecuali para hom hom ngenes dan para rohis sok alim gak tahunya diembat juga..... wajar masih hot2nya waktu kuliah nebar benih 😂😂😂 kalo yg bilang character bayu sangean gak tahu apa dunia perlendiran anak mahasiswa kenalan di sosmed ketemu dan langsung diembat mana minjem kosan orang lagi mana gw gak dibagi yg punya kamar kosan emang temen gak ada akhlak mana bekasnya gak dibersihin (sory hu curhat 😂😂😂)
Fixx suhu @kebo_nderum punya pengalamann wkwkwk
 
Bimabet
Di
-The Truth-


------

Satu bulan sudah berjalan semenjak kejadianku bermain dengan Mamah dan disepong Sindy di laboratorium, dan tidak terjadi banyak perubahan. Hani masih memblokir seluruh sosial mediaku, sehingga aku juga tidak bisa memberinya kabar tentangku dan menanyakan kabarnya, namun kali ini aku menggunakan Bella sebagai jembatan antara aku dan Hani.

Aku masih sering melihat Hani ketika aku hendak pulang di pinggir jalan, dan setelah kejadian itu juga raut wajahnya tidak pernah menjadi sesedih saat pertama kali kami berpapasan. Namun yang kulihat kini Hani juga mulai sering menggunakan pakaian-pakaian yang cukup agamis, yang membuatnya menjadi sangat manis dan upayaku untuk move on terus tergagalkan.

Namun untuk saat ini, dapat kukatan kondisiku mulai membaik setelah beberapa minggu setelah aku dan Hani putus aku seperti tidak mempunyai semangat hidup. Semenjak terakhir Hani menyelipkan kertas di laporan Bella, aku selalu menjadikan laporan Bella sebagai media aku dan Hani untuk berkomunikasi. Selain itu, ketika aku dan Sindy membaca isi-isi dari surat tersebut, Masih terlihat jelas kepedulian Hani kepadaku sehingga Sindy selalu meyakinkanku bahwa aku masih mempunyai kesempatan kedua.

-----

"Baik, kelas sudah berakhir, silahkan adik-adik bisa meninggalkan ruangan kelas"

"Terimakasih pakk" Ucap kami semua dan aku dan Sindy langsung berjalan keluar.

"Kamu mau kemana sekarang, Bay?" Tanyanya.

"Balik si paling, lagian juga nggak ada kelas lagi kan abis ini" Jawabku.

"Oooh yaudah, bilangin ke Adi jangan lupa makan ya" Suruhnya, dan aku hanya menggangguk.

Setelah berpisah dengan Sindy, aku langsung berjalan menuju ke parkiran untuk mengambil mobilku. Sambil membuka hapeku, aku membuka Whats*pp dan hal pertama yang kulihat adalah kini sudah terlihat foto profil Hani yang sebelumnya memblokir nomorku selama beberapa minggu.

"Loh di unblock?" Pikirku dalam hati, namun tidak kembali kupikirkan dan aku langsung memasukkan hapeku ke kantong.

Sambil berjalan menuju ke mobilku, aku memerhatikan terdapat wajah yang sangat familiar sedang menunggu di depan mobilku. Namun karena pandanganku yang mulai buram ini aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang menunggu disana. Aku terus berjalan mendekati orang itu, dan pandanganku juga makin jelas, aku terus memerhatikan orang itu, dan makin dekat, makin jelas terlihat siapa perempuan itu sebenarnya. Akhirnya perempuan itupun melihat kearahku, dan dia memberikanku senyumannya yang sudah menghilang dimataku selama beberapa minggu ini.

"Hani?!" Sapaku kebingungan, dan aku langsung berlari kedepannya.

"Haloo Bayy" Balik sapanya, dan kini kami berdua berhadapan.

"Kamu ngapain kesini, Han?"

"Gapapah, aku lagi pengen liat keadaan kamu aja" Jawabnya simpel.

Entah kenapa emosiku sedikit terpancing mendengar Hani berkata seperti itu.

"Nggak pengen nanya keadaan aku lewat laporannya Bella lagi?" Tanyaku ketus.

"Hahahahah, ngga ah, aku pengen liat keadaan kamu langsung aja, gimana kamu, sehat kan?"

"Kenapa nggak nanya lewat chat aja?" Ucapku kesal.

"Ih kenapa sih kamu kaya galak banget gitu? Udah benci sama aku, ya?" Jawabnya, dan aku langsung menatap tajam matanya dan kulihat Hani juga seperti takut melihatku.

"Serius, Han. Ada apa?" Tanyaku.

"Ihh aku cuma lagi pengen ngobrol ajaa, emang nggak bolehh??"

"Boong ah"

"Ihh apaan sii, seriuss akuu"

"Bohongg, bilang aja kamu kangen sama aku" Ucapku, dan kulihat Hani tersenyum malu dan tidak menjawab ucapanku.

"Bener, kan?"

"Hehe" Jawabnya tersenyum, dan melihat senyuman di wajahnya tiba-tiba membuat seluruh kegundahan di hatiku menghilang.

"Kamu udah nggak ada kelas kan, Bay?" Tanyanya.

"Nggak sih, ini aku mau pulang"

"Mau makan dulu, nggak? Kamu udah makan belom?"

"Belom sih"

"Yaudahh kita makan yuk, aku juga belom makan ini" Ajaknya, dan aku langsung berpikir ini adalah kesempatan bagiku untuk menjelaskan semuanya.

"Yaudah deh, yaudah kamu naik ke mobil" Jawabku, dan kami berdua langsung memasuki mobilku.

Tentu saja karena kini kami sudah tidak berpacaran dan kami tidak pernah bertemu akhir-akhir ini, rasanya sangat canggung. Bahkan aku saja juga tidak bisa mencari topik pembicaraan, dan kuyakin Hani juga pasti merasakan hal yang sama. Alhasil, terdapat keheningan selama kami berada di dalam mobil. Sampai akhirnya, Hani membuka Sun Vissor mobilku dan melihat masih ada foto kami berdua yang kusangkutkan disitu.

"Masih kamu simpen?" Tanyanya.

"Salah kalo aku simpen, ya?"

"Nggak sih, aku kira bakal kamu buang" Jawabnya, dan Hani langsung menutup Sun Vissornya.

Singkat cerita, kini kami sudah sampai di restoran, dan tanpa lama-lama kami langsung memesan makanan dan setelah itu kami memilih untuk duduk di pojok.

"Gimana kuliah kamu, Bay? Aman kan?" Tanyanya membuka pembicaraan.

"Hmmm, agak berantakan sih"

"Kok begitu? Kenapa?"

"Menurut kamu?" Tanyaku dan Hani sempat terdiam sebentar dan kemudian dia mengangguk paham dengan apa yang kumaksud.

"Kamu gimana? Pasti hepi-hepi ya?" Kembali tanyaku.

"Yaa nggak beda jauh sama kamu, kok"

"Boong"

"Ih kamu nuduh aku boong mulu daritadi, coba aja tanya ke Bella nantii" Ucapnya sebal yang membuatku ingin tertawa.

"Kondisi mas Farhan gimana, Han? Baik-baik aja?" Tanyaku.

"Baik kok, tapi kata mas Farhan lukanya masih perlu diperban, entah karena kamu mukulnya kekencengan atau gimana" Jawabnya dengan nada datar seolah dia ingin menyindirku.

"Han"

"Iya?"

"Kamu beneran nggak percaya sama aku?"

Hani tidak langsung menjawab pertanyaanku, dan setelah dia menyeruput kopi pesanannya, barulah dia menjawab.

"Ini yang mau aku omongin sama kamu, Bay" Ucapnya sambil menaruh gelasnya.

"Aku nggak marah pas kamu mukulin mas Farhan, bukan itu alasan utama aku marah banget sama kamu," Lanjutnya yang membuatku terheran-heran.

"Yaa emang aku kecewa pas aku tau kalo kamu yang mukulin dia, cuma ya itu aku nggak mau ikut campur banyak, toh itu kan urusan kalian berdua," Jelasnya, dan tiba-tiba Hani menggenggam tanganku.

"Cuma, itu semua bisa kejadian karena kamu yang udah ngajakin mas Farhan ketemuan buat nyuruh dia ngejauhin aku, itu yang bikin aku marah sama kamu, Bay" Ucapnya.

"Tapi Han kan kamu tau alesan aku ngelakuin itu..." Potongku.

"Iyaa aku tau kok, cuma kali ini aku rasa nggak masuk akal aja, Bay"

"Nggak masuk akal gimana??"

"Ya nggak mungkin dong Bay tiap ada yang deketin aku berarti dia pengen merkosa aku," Ucapnya.

"Kalo ternyata emang mas Farhan cuma mau temenan sama aku gimana?" Lanjutnya, dan dengan sigap aku langsung bertanya.

"Mas Farhan cerita ke kamu gimana emang kronologi ceritanya? Pas kejadian dia dipukulin" Tanyaku.

"Yaa nggak beda jauh sama yang aku ceritain waktu itu, kamu ngajak ketemuan, kamu minta tolong mas Farhan jauhin aku, dia nggak mau, terus kamu lepas kendali," Ucapnya.

"Terus dia bilangnya kamu yang mulai berantem duluan tapi yang itu udah clear lah ya masalahnya" Lanjutnya.

"Han, ceritanya berkebalikan banget"

"Emang aslinya gimana?"

"Dia yang lepas kendali duluan, karena dia nggak terima aku balik ngehina dia"

"Buktinya?"

"Mau ke kafe nya sekarang? Aku yakin kok baristanya masih inget sama kejadian itu" Ucapku dengan pede hingga akhirnya Hani mulai percaya denganku.

"Jadi kamu udah mau maafin aku sekarang?" Tanyaku.

"Aku udah maafin kamu dari lama, Bay," Ucapnya.

"Cuma entah kenapa, aku rasanya masih kecewa banget sama kamu sampe hati aku rasanya masih sakit banget" Lanjutnya yang membuatku terdiam karena aku tahu, I'm fucked up.

"Apa yang bisa aku lakuin buat nebus kesalahan aku, Han?"

"There's nothing you can do, Bay. Kayaknya aku cuma perlu waktu" Jawabnya yang membuatku terdiam.

Memang benar ucapan Hani, untuk urusan hati tidak pernah bisa se-instan itu. Tapi pikiranku tentang hati Hani yang terluka karena perbuatanku benar-benar membuatku merasakan sakit juga.

"Bay"

"Iya, Han?"

"Maafin aku, yah, kayaknya aku waktu itu kejam banget mutusin kamu tanpa ngasih tau alasan yang jelas" Jelas Hani.

"Gapapa kok, Han. Aku juga udah sedikit lebih lega sekarang" Jawabku dan Hani tersenyum mengangguk.

-----

Setelah selesai makan, aku memutuskan untuk mengantar Hani pulang ke apartemennya. Mungkin aku juga akan mampir sebentar melihat bagaimana kondisi Bella mengerjakan laporan. Aku ingin melihat bagaimana proses pengerjaannya hingga laporan per minggu yang dia kerjakan bisa setebal laporanku selama satu semester.

Singkat cerita, aku dan Hani sudah sampai di apartemen Hani. Sama seperti perjalanan berangkat ke restoran tadi, keheningan mengisi perjalanan pulang kami. Sebelum Hani turun dari mobilku, Hani bertanya kepadaku apakah aku ingin mampir atau tidak.

"Kamu mau mampir dulu nggak, Bay?" Tanyanya.

"Bella udah pulang, kan?" Tanyaku dan Hani mengangguk, dan setelah itu Hani hendak keluar dari mobilku, namun kutahan.

"Kenapa, Bay?"

"Apa aku masih punya kesempatan buat jadi pacar kamu lagi?" Tanyaku yang membuat Hani terdiam cukup lama, sebelum akhirnya Hani membuka mulut.

"Kita liat kedepannya gimana, ya" Jawabnya tersenyum.

"Kalo kedepannya kamu tetep gamau?" Tanyaku, dan tiba-tiba Hani menggenggam tanganku.

"Bay, kamu inget kan yang pertama kali kita ngelakuin 'itu'? Kamu inget nggak aku kita pernah janji kalo meski kita ujung-ujungnya pisah kita harus tetep bisa berhubungan baik?"

"It's easier said than done, Han. Aku rasa aku masih nggak sanggup buat sampe ke tahap itu" Ucapku pelan, dan kurasa genggaman Hani di tanganku makin keras.

"Nggak papa, Bay. Ngga ada yang instan di dunia ini. Lagipula..."

"Lagipula apa?" Potongku.

"Meski kalo nanti ujung-ujungnya kita emang nggak jodoh, aku bakal terus sayang sama kamu, Bay" Jawabnya dengan senyuman termanisnya yang pernah kulihat, dan entah pemikiran dari mana yang masuk ke kepala Hani, Tiba-tiba dia mencium pipiku.

"Ccupphh... Aku sayang kamu, Bay" Ucapnya pelan, dan melihat senyumannya rasanya aku ingin langsung melumat bibirnya, namun dengan sekuat tenaga aku menahan rasa ini.

Setelah Hani mencium pipiku, Hani langsung beranjak turun dari mobil, dan akupun juga langsung bergegas turun dari mobil mengejar Hani. Setelah aku sudah bersebelahan dengan Hani, tiba-tiba Hani menggandeng tanganku. Aku sempat kebingungan dan langsung memandang Hani, dan Hani hanya melihat kearahku dengan senyuman manisnya.

"Kamu kangen banget sama aku, ya?" Tanyaku, namun tidak Hani jawab.

Kami sudah sampai di depan pintu, dan setelah beberapa ketukan pintu, Bella membukakan pintu dengan pakaiannya yang sedikit 'terbuka' karena tidak seperti biasanya, Bella seperti menggunakan daster mini.

"Ehh kak Hani... LOH KAK BAYU?!?" teriaknya kaget melihatku berdua dengan Hani.

"KAKAK UDAH BALIKAN?!?" Tanyanya antusias, namun dengan sigap kami berdua langsung menggeleng-gelengkan kepala, dan Bella langsung terlihat kecewa.

Setelah membukakan pintu, aku dan Hani langsung masuk kedalam dan aku langsung duduk di sofa sementara Hani langsung memasuki kamarnya.

"Aku ganti baju sebentar ya, Bay. Kamu tunggu disitu dulu"

"Kan aku udah pernah liat kamu telanjang, santai aja kkali buka baju disini" Candaku.

"Hahahaha, ngaco kamu ah, sebentar aku ganti baju dulu" Jawabnya, dan Hani langsung menutup pintu kamarnya.

Sambil menunggu Hani, aku memutuskan untuk ke kamar Bella melihat kondisi kamarnya. Baru kubuka pintunya, aku langsung terkejut melihat kamarnya. What a fucking mess. Buku bertebaran dimana-mana, Laptop dan Tab dia gunakan untuk mencari referensi, dan hape digunakan untuk menghitung. Benar-benar mahasiswa teladan.

"Berantakan banget, dek" Ucapku.

"Kan biar bagus nilainya kak" Jawabnya.

"Ya gausah ampe segitunya juga kali, kakak juga pusing ngenilai laporan kamu" Ucapku yang membuatnya tertawa.

"Btw, sejak kapan kamu make daster-daster kayak gitu?" Tanyaku, dan kulihat tiba-tiba raut wajah Bella berubah menjadu sangat terkejut.

"Umm... Kakak nyadar??"

"Kakak udah serumah sama kamu nyaris seumur hidup kakak kali dek, masa kakak ganyadar hahaha, kamu mulai nyaman pake daster?" Tanyaku.

"Umm... Ehee... Iya kak.. Lagi pengen nyoba-nyoba aja" Jawabnya gugup, namun tidak kupedulikan lebih jauh lagi, tapi yang jelas tubuh Bella yang memang lebih semok dari Hani menjadi terlihat sangat menjiplak.

Tidak banyak hal yang kami lakukan di apartemen Hani, hanya bermain-main dan makan malam bersama. Tak terasa, ternyata ini yang kubutuhkan. Ini yang sudah hilang dariku selama beberapa waktu ini. Seperti separuh diriku kini sudah kembali. Hani pun juga sepertinya merasakan hal yang sama ketika kulihat Bella memerhatikan Hani yang terlihat berbahagia juga.

Berhubung sudah mulai malam, aku memutuskan untuk pulang saja karena aku tidak enak jika berlama-lama disini. Hani pun memutuskan untuk mengantarku kebawah sampai ke mobilku.

"Han aku pulang dulu, ya"

"Iyaa, hati-hati ya, Bay"

Akupun langsung beranjak masuk ke mobilku, namun tiba-tiba Hani menarik tanganku, dan setelah itu Hani langsung memeluk tubuhku.

"Kenapa, Han?"

"Aku tunggu perjuangan kamu, ya" Ucapnya sambil mendekapkan kepalanya ke dadaku.

"Kalo kita balikan sekarang aja gimana? Biar aku buktiin kalau aku bisa berubah selama kita masih pacaran" Pintaku.

"Maaf, Bay, tapi aku mau liat usaha kamu dulu buat dapetin aku lagi, gapapa ya? Aku yakin kok kamu pasti bakal berusaha sekuat yang kamu bisa" Jawabnya tanpa melepas pelukannya.

"Hmmm, kalo keputusan kamu udah bulat juga aku udah gabisa apa-apa ya hahahah, yaudah, tungguin aku buat bisa buktiin ya, Han"

"Hahaha, iyaa Bay, pasti aku tunggu kok, tapi inget jangan lupa kuliah kamu juga nggak boleh berantakan yaa" Ucap Hani, dan setelah itu Hani melepas pelukannya dan aku langsung masuk ke mobilku dan beranjak pulang.

-----
(Seminggu kemudian)

"Bay, bangun, Bay" Ucap Sebastian membangunkanku yang sedang tertidur di ruangan UKM sepakbolaku.

"Hmm? Kenape, Bas?" Tanyaku yang masih kebingungan.

"Sindy nelpon lu, tadi. Kayaknya penting" Ucapnya yang membuatku langsung segar, AKU LUPA AKU HARUS MENGECEK LAPORAN!

Dengan cepat, aku langsung loncat berdiri dan berlari menuju motorku, dan aku langsung mengebut beranjak ke gedung fakultasku. Aku sudah sampai di parkiran motor, dan setelah memarkirkan motorku, aku langsung berlari menuju ke laboratorium. Namun, aku langsung melihat Sindy yang ternyata juga baru sampai.

"Sin!!" Teriakku di belakangnya, dan Sindy langsung menengok kearahku tertawa.

"Hhhh... Hhhh...Aku kira kamu udah nungguin, Sin" Ucapku terengah-engah.

"Iyaa tadi aku nelpon minta tolong jemput soalnya motornya Adi bocor, tapi nggak kamu angkat, yaudah aku jalan kaki" Jawabnya, dan tiba-tiba Sindy menyodorkan sebuah jus kepadaku.

"Nih, tadi Hani nitipin ini ke aku buat kamu" Ucapnya, dan langsung kuambil jus itu.

"Kalian udah balikan?" Tanyanya.

"Belom, cuma aku udah lagi berusaha lagi sih" Jawabku, dan Sindy kulihat tersenyum senang.

Kami sudah sampai di depan gedung laboratorium kami, dan kulihat ada sekelompok orang dengan meja yang dipenuhi dengan sekardus A*ua seperti sedang membagi-bagi minuman. Dengan sigap pun, Sindy langsung menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" Tanya Sindy.

"Ooh, ini mbak, kita lagi ngadain program bagi-bagi minum buat anak-anak fakultas kita mbak" Ucap salah seorangnya sambil memberikan satu botol minum untuk Sindy.

"Tapi kok kalian ngasih-ngasihnya sore?" Tanyaku.

"Enggak kok, mas. Kita disini udah dari siangan" Ucapnya.

Aneh, tadi sebelum aku ke gedung UKM kan aku lewat sini. Mana mungkin dia sudah lebih dulu berada di sini.

"Tapi tadi saya lewat sini loh, mas. Kalian nggak ada pas saya lewat, itupun saya lewat udah agak sorean" Ucapku.

"Enggak, mas. Kita emang sebenernya udah di spot lain sebelumnya, nah kebetulan tadi jam 3 kita pindah kesini" Jawabnya sambil menyodorkan minum kepadaku, namun kutolak.

"Nggak usah, mas. Saya udah bawa minum sendiri kok" Tolakku.

"Loh gapapa mas, ambil aja, itung-itung nerima sedekah" Jawabnya, namun kembali kutolak.

"Nggak usah mas gapapa, takut nggak keminum, mubazir" Kembali tolakku, dan Sindy langsung menarik tanganku.

"Udahh ayo buruan, Bay, ambil botolnya, nanti kemaleman" Ucapnya, dan akhirnya aku terpaksa mengambil botol itu dan kami berdua pun langsung meninggalkan gerombolan itu.

Sesampainya di koridor, tak terdengar suara siapapun dari dalam gedung ini, mungkin gedung ini benar-benar sudah kosong, toh ini sudah sekitar jam 5.30.

"Sepi banget, ya" Ucapku.

"Iya, kayaknya kita berdua doang yang di gedung sekarang" Jawab Sindy, dan kami terus berjalan menuju laboratorium kami hingga melewati ruangan pak Jarwo. Ketika kami melewati ruangan pak Jarwo, terdengar suara-suara seperti seseorang sedang mendesah. Mungkin Sindy belum tau apa yang sedang terjadi di balik pintu, namun aku sudah mengetahui kalau pak Jarwo dan Zahra pasti sedang ngentot di dalam ruangannya.

Sindy pun terlihat seperti ingin mencari tau lebih dan dia langsung mengambil kursi secara perlahan untuk membantunya melihat dari lubang udara diatas pintu, dan aku yang akhirnya ikut penasaran pun langsung menaiki kursi panjang tersebut diam-diam, dan kami langsung mengintip apa yang terjadi di balik pintu itu.

"Ummhh... Pakk... Teruss yang dalemm pakk... Ahhh..." Desah Zahra yang sudah bugil sepenuhnya dengan berbaring di meja pak Jarwo sementara pak Jarwo mengentoti tubuhnya sambil berdiri.

"Uhh... Iyaa nakk... Murid lontee... Bilangnyaa mau konsull... Taunyaa mau ngentott..." Balas pak Jarwo, dan kulihat wajah Sindy seperti terkejut melihatnya.

"Zahra?" Tanyanya berbisik kepadaku, dan aku hanya bisa mengangguk dan setelah itu kami tertawa cekikikan pelan sebelum akhirnya kami memindahkan kursi itu dan memasuki laboratorium.

-----

Hari sudah mulai menggelap, dan karena aku yang sudah seperti tidak mempunyai beban hidup pun bisa mengoreksi laporan dengan cepat. Tentu saja Bella kusisakan di paling akhir. Kini tinggal laporan Bella yang belom kukoreksi, dan aku langsung menyadari betapa tebalnya laporan Bella dibandingkan dengan yang lain.

"Gila bisa dijadiin pukulan bedug ini" Ucapku dalam hati, dan aku juga langsung menyadari bahwa di bagian lampiran Bella seperti ada sesuatu yang menjanggal.

Akupun langsung membuka bagian lampiran, dan ternyata isinya adalah se halaman penuh yang ditempeli beberapa macam permen dan jajanan. Serta dibagian bawah pojok ada tulisan:

"Biar makin semangat ngoreksinya hehehe -Hani"

Akupun langsung tertawa melihat kelakuan Hani yang seperti ini, dan aku langsung ingin menunjukkannya ke Sindy.

"Sin, Sin, liat de...." Ucapku yang terpotong karena kulihat wajah Sindy memerah, dan seperti Sindy sedang menahan sesuatu.

"Sin kenapa??" Tanyaku khawatir, namun tidak Sindy jawab.

Karena aku panik, akupun langsung beranjak dari kursiku dan menghampiri Sindy karena aku takut dia kenapa-napa.

"Sin kamu sakit? Pusing?" Tanyaku yang tidak Sindy jawab.

Akupun langsung mengelus-elus punggung Sindy berusaha untuk menenangkannya. Baru kusentuh punggungnya, Sindy seperti langsung tersentak kaget sesaat, dan ketika aku mengelus-elus punggungnya pelan, terlihat Sindy juga seperti makin tidak bisa menahan perasaan itu.

"Sinn kenapaa??" Tanyaku yang sudah sangat khawatir.

Sindy pun akhirnya mengangkat kepalanya dan menatapku. Namun tiba-tiba, Sindy langsung menyosor bibirku. Aku yang kaget pun langsung refleks menghindari, namun tangan Sindy langsung menggenggam kepalaku sehingga aku tidak bisa melarikan diri, dan salah satu tangannya mengarahkan tanganku ke payudaranya yang cukup besar.

*Ccupphh... Ccupphh...*

Tak begitu lama kemudian, akupun langsung mencabut ciumanku dan mendorong tubuh Sindy.

"Sinn kenapa sihh???" Tanyaku.

"Nggak tauu Bayy, entah kenapa aku jadi kepikiran teruss ngeliat pak Jarwo sama Zahra tadii" Jawabnya seperti sedang terengah-engah.

"Kamu jadi sange ngeliat mereka?" Tanyaku.

"Nggak tauu, tapi tiba-tiba aku jadi kayak gampang kepancing ginii, tadi kamu ngelus-ngelus aku aku jadi gatahann" Jelasnya, dan akupun terdiam mendengarnya.

Sindy sepertinya sudah sangat terangsang, dan dia seperti ingin meluapkan rasa terangsang itu. Sindy pun dengan cepat langsung merogoh-rogoh kontolku yang sebenarnya juga sudah mulai mengeras.

"Sin, Sin, ngapain si??"

"Please, Bay, bantuin aku, aku nggak fokus ngoreksi laporannya jadinyaa" Pintanya, dan tentu langsung kutolak.

"Ngaco kamu, ngg..." Tolakku yang dipotong oleh Sindy.

"Udah gausah muna, ah! Liat itu kontol kamu aja udah ngaceng!" Potong Sindy dengan agresif.

"Ya gimana ga ngaceng orang dicipok sambil nge-grepe toket" Jawabku.

"Please, Bay, aku udah gatahann" Balasnya sambil membuka kancing kemeja yang sedang dia gunakan.

"Hhhh masa aku nolak yang udah disuguhin" Jawabku bercanda, karena ya memang sebenarnya aku juga ikutan horny berhubung sudah sebulan ini aku tidak mendapatkan jatah.

Sindy pun tertawa, dan setelah dia membuka kemejanya, dia langsung membuka BH nya dan melemparnya entah kemana.

"Sin gila kamu" Bisikku dan kulihat Sindy tertawa.

Karena aku juga takut, akupun langsung menarik Sindy dan membawanya kebalik rak-rak yang berada di bagian pojok ruangan.

"Disini aja, ya, kalo disana keliatan orang" Ucapku, dan Sindy langsung mengangguk dan menunggingkan dirinya membelakangiku.

"Langsung aja, Bay, aku udah gatahan bangett" Ucapnya sambil menaikkan rok mininya, dan Sindy langsung berniat menurunkan legging yang sedang dia kenakan.

"Eh Sin gausah" Ucapku menahannya.

Sindy yang kebingungan pun akhirnya menaruh tangannya di rak sebagai tumpuan, dan dia juga menyingkapkan jilbabnya ke belakang. Sementara aku masih meraba-raba pantat besar Sindy yang masih tertutupi legging tipis.

"Uhh... Bayy.... Buruannn..."

Sebenarnya, tubuh Sindy tidak kurus ataupun tidak gendut, namun tubuh Sindy terlihat sangat bahenol, meski belum bisa dikategorikan sebagai BBW menurutku. Akupun terus meraba-raba pantatnya sampai akhirnya aku gemas dan menampar kencang pantatnya.

*PLAKK...*

"UMMHH... Bayy... Buruann ihh... Aku masih banyakk laporanyaa..." Protes Sindy kepadaku, dan aku hanya tertawa mendengarnya.

Dengan tanganku, aku meraba-raba bagian selangkangannya untuk mencari dimana posisi memeknya, dan ketika sudah ketemu, dengan sigap aku langsung merobek bagian tersebut.

"Bayy kok kamu sobek?!?" Teriaknya meski pelan, namun kuhiraukan.

Ketika sudah terekspos bagian memeknya, akupun langsung mengesampingkan bagian celana dalamnya, dan kulihat memeknya yang bersih tanpa bulubulu sudah sangat basah.

"Basah banget, Sin" Ledekku.

"Ya iyalah, buruan masukinn Bayy" Pintanya, namun alih-alih mengeluarkan kontolku dan langsung memasukkannya ke memek Sindy, aku menggesek-gesek memek Sindy dengan tanganku.

"Ummhh... Bayy... Masukkinn buruann..." Pintanya yang diselingi dengan desahan.

Sambil terus menggesek-gesek memeknya, aku juga berusaha membuka celanaku hingga akhirnya kontolku telah bebas. Namun aku tidak berhenti menggesek-gesekkan memek Sindy.

"Ahhh... Bayy... Masukkinn... Ummhh..." Ucapnya memohon, namun aku tetap tidak berhenti dan aku makin cepat menggesek memeknya.

Sindy pun semakin tidak kuasa menahan gairahnya, dan Sindy sepertinya akan mengalami orgasme pertamanya.

"Uhh... Bayy... Akuu udahh mauu keluarr..." Ucapnya, dan aku langsung menghentikan gerakanku hingga Sindy langsung terlihat sangat kentang.

"Bayy..." ucapnya dengan tatapan tajam kearahku, dan tanpa komando apa-apa, aku langsung memasukkan kontolku ke memek Sindy.

"UMMHH..."

Tanpa babibu, aku langsung menghujam memek Sindy dengan cepat, dan Sindy kulihat seperti tidak bisa menahan tumpuan di lutunya menahan kenikmatan yang sedang dia rasakan.

"Ummhh... Bayy... Anjirr... Nyebelinn bangett si... Terusss... Akuu dikit lagi nyampee..."

Aku langsung meng-grip kedua payudara Sindy, dan sambil menggenjot memeknya, kuremas-remas kencang payudaranya hingga dia makin mendesah kegilaan.

"Ahhh... Bayy... Teruss... Ahhh... Bayy... Teruss... Ummhh... Remess yangg kencengg..." Desahnya yang mulai tak terkontrol.

"Sinn jangan ngacoo... Nanti kedengeran orangg..." Ucapku menyuruhnya diam.

"Ummhh... Iyaa Bayy... Uhh... Kontoll kamuu gedee bangett.... Ahhh... Teruss Bayy... Akuu udahh mauu keluarrr... Ummhh... Akuu... Akuu keluarr... AHHH.." Jeritnya ketika mencapai orgasmenya, dan aku langsung mencabut kontolku dari memeknya.

Setelah cairan orgasmenya mereda, aku langsung mengambil jas laboratorium yang tidak jadi kami pakai, dan aku langsung menggelarkan jas itu di lantai. Setelah itu, aku menyuruh Sindy untuk berbaring disitu.

Sindy pun langsung membaringkan tubuhnya, dan dia langsung membuka pahanya lebar-lebar.

"Montok banget sih kamu, Sin" Ucapku yang takjub melihat kemontokan Sindy.

"Waduh,apa kamu pacaran sama aku aja, nih? Hahahah" Canda Sindy dan aku juga ikut tertawa, sebelum aku mulai memposisikan kontolku di memeknya.

"Kontol kamu lucu gitu, Bay, ngga ada bulunya" Ucapnya melihat kontolku yang memang baru kucukur jembutnya belakangan ini.

Setelah posisi kontolku pas, aku langsung memasukkan kontolku perlahan.

"Ummhh..." Desahnya sambil menggigit jari.

Perlahan kuperdalam kontolku, dan akhirnya seluruh kontolku masuk ke memeknya. Akupun langsung menggenjot memeknya dengan perlahan dahulu.

"Ummhh Bayy... Dalemm bangett...Memekk akuu sampee sesekk..."

"Hhhh... Hhhh... Makanyaa bilanginn ke Adii... Kontolnya suruhh gedeinn..." Jawabku tanpa menghentikan genjotanku.

"Ummhh... Ngga mauu... Ahhh... Maunyaa kontoll kamuu ajaa... Nantii kita ngentottt lagii... Ahhh... didepan praktikann pas praktikumm... Ummhh..." Ucap Sindy yang membuatku sangat terkejut.

"Hhhh... Hhhh... Kamu kalo lagi sange makin ngaco ya pikirannya" Ucapku, dan Sindy hanya tertawa sambil diiringi desahan.

"Hahaha... Ummhh... Bercandaa ya ampunn... Ahhh... Cepetinn Bayy..." Ucapnya, dan akupun langsung mempercepat genjotanku di memeknya.

*Plokk... Plokk.. Plokk..*

"Ummhh... Iyaa gituu Bayy... Ahhh... Enakk bangett anjingg... Uhhh... Ayoo teruss entotinn akuu Bay... Ummhh Anjingg..." Desahnya yang membuatku kaget, karena kalau dilihat dari luar, Sindy terlihat seperti anak alim dan baik-baik, tak kusangka ternyata dia seliar ini kalau sedang dientoti.

Sambil terus menggenjoti memeknya, aku mulai meremas-remas payudaranya yang tergoyang-goyang ketika aku menghentakkan kontolku ke memeknya. Sambil meremas-remas payudaranya juga aku mendekati kepalanya dan kami langsung berciuman liar.

"Ccupphh... Ccupphh... Ummhh Bayuu... Anjirr... Ccupphh... Ccuupphh..."

Aku mulai bosan dengan gaya ini, dan aku langsung mencabut kontolku. Sindy pun terlihat sangat kesal karena aku mencabur kontolku.

"Bayy kok kamu cabutt?? Lagi enakk jugaa"

"Ganti gaya dong, kamu yang diatas" Ucapku, dan aku langsung memindahkan posisiku menyandar di tembok, dan Sindy dengan cepat langsung menunggangiku dan memasukkan kontolku ke memeknya.

"Uhh..."

Sindy langsung mengulek kontolku dengan cepat, dan terasa goyangan Sindy terasa sangat nikmat, mungkin bisa disamakan dengan Ummi yang menurutku saja sudah sangat gila nikmatnya.

"Uhh... Gilaa... jagoo banget goyangnyaa kamu..." Ucapku.

"Ummhh... Iyahh... Ahhh... Nantii kamu malahh ketagihann lagii..." Candanya sambil terus mengulek kontolku.

Aku yang gemas melihat payudaranya pun langsung meremas-remasnya kencang, dan Sindy mulai kembali tidak bisa menahan desahannya.

"AHHH- Ccupphh... Ccupphh..." Jeritnya yang langsung kutahan dengan mulutku, dan kami kembali berciuman liar.

Sindy terus menggoyang kontolku selama ±10 menit, dimana selama itu Sindy sudah orgasme sekali lagi, dan akhirnya aku merasakan pejuku akan segera keluar.

"Ummhh... Sinn... Akuu udahh mau keluarr..." Ucapku.

"Uhhh... Iyaa... Ahhh... Akhirnyaa... Akuu udahh capee... Ummhh..." Jawabnya, dan Sindy makin mempercepat goyangannya, dan Sindy juga kembali menciun bibirku liar.

Kami terus berciuman dan aku kembali meremas-remas payudaranya, dan akhirnya pejuku sudah berada di ujung tanduk. Dengan cepat, aku langsung mengangkat tubuh Sindy, dan aku langsung membaringkan tubuhnya. Akupun langsung mengangkangi perutnya sambil terus mengocok-kocok kontolku.

"Uhh... Sinn... Akuu keluarr... URGHH...." Lenguhku ketika aku ejakulasi.

Berhubung sudah cukup lama semenjak terakhir aku mengeluarkan pejuku, pejuku yang keluar sangat banyak. Pejuku langsung menyemprot payudara Sindy, dan ada beberapa yang mengenai wajahnya.

"Uhh... Banyakk bangett..."

Sindy langsung mengambil semua pejuku menggunakan tangannya, dan setelah semuanya terkumpul Sindy langsung memasukkan pejuku ke mulutnya, dan setelah itu dia menjilati kontolku hingga bersih.

Setelah kontolku bersih, aku langsung memindahkan tubuhku duduk di samping Sindy, dan Sindy masih berbaring seperti sangat terkuras tenaganya. Sekitar 10 menit kami beristirahat, dan setelah itu kami langsung beres-beres.

Tentu saja setelah mengentot tadi, aku dan Sindy sudah membuang banyak tenaga, dan akhirnya Sindy menyudahi pengoreksian laporannya.

"Udah lah, di kosan aja nanti koreksinya" Ucapnya, dan aku juga terpaksa harus membawa laporan Bella dan mengoreksinya di kontrakan.

Setelah kami memastikan semuanya sudah bersih dan rapih, kami langsung keluar dari laboratorium. Ketika kami keluar, ternyata pak Jarwo dan Zahra juga baru saja keluar dari ruangannya. Aku dan Sindy tetap berusaha tenang, namun pak Jarwo dan Zahra terlihat sangat panik.

"Bayu, Sindy, kok kalian disini?" Tanya Zahra.

"Kita abis ngoreksi laporan, Zah" Ucapku.

"Kenapa tidak kalian bawa pulang aja laporannya, nak?" Tanya pak Jarwo.

"Gatau, pak. Saya sih pengennya gitu, tapi Sindy nya ngga mau gara-gara katanya berat, kita udah izin sama yang jaga lab juga kok" Jelasku, dan pak Jarwo dan Zahra mengangguk paham.

"Kalo bapak sama Zahra ngapain? Kok sampe udah malem begini?" Tanya Sindy, dan langsung terlihat kepanikan pada keduanya.

"Ehh... Inii nak Sindy... Jadii... Zahra tadi minta konsultasi masalah PKL buat semester depan... Padahal belom PKL..." Jawab pak Jarwo gugup.

"Oooh konsul, pak?" Tanyaku dengan nada meledek, dan pak Jarwo dan Zahra terlihat sangat malu, dan akhirnya mereka langsung berpamitan dengan kami.

"Lucu dah kalo pak Jarwo lagi panik gitu" Ucap Sindy kepadaku, dan kami berdua tertawa sebentar sebelum akhirnya kami juga langsung beranjak pulang.

-To Be Continued-
kirain the truth-nya bayu kepergok Hani lagi main ama Sindy. (Apa iya ya??)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd