dettolngenes
Adik Semprot
- Daftar
- 15 Oct 2020
- Post
- 136
- Like diterima
- 187
-Picnic on the Last Day-
Hani
Ummi
=====
Besok adalah hari keberangkatan Hani, Bella, dan kak Liya menuju ke kota dimana kami akan kuliah. Bella harus menjalani ospek terlebih dahulu sehingga Bella harus berangkat lebih awal, begitu juga dengan Hani dan kak Liya yang menjadi panitia ospek. Sedangkan aku? Aku masih akan menikmati 2 minggu liburanku dirumah dan aku, Adi, Rama, Faisal, Andre, dan Fabio akan berangkat bersama naik kereta.
Hani juga tetap rajin main kerumahku yang sekarang ini, yaa meski tidak sesering saat aku masih tinggal di rumah lamaku. Setidaknya Hani meluangkan satu harinya untuk bermain ke rumahku dan terkadang sampai menginap, namun kami tidak pernah melakukan seks saat itu karena kini Ayah sudah berada di rumah dan kamarku menyambung dengan kamar Bella. Dari Hani juga, kak Liya berkenalan dengan Bella. Dalam selang waktu dua hari, Bella dan kak Liya bisa menjadi teman dekat.
Semenjak terakhir aku ngentot dengan kak Liya, aku juga sudah tidak melakukan seks atau bahkan coli selama sebulan ini. Entah kenapa aku menjadi tidak memiliki mood untuk melakukan itu, paling hanya berciuman dengan Hani saat Hani menginap di rumahku. Mamah bahkan juga sempat kebingungan karena setelah Mamah memberi lampu hijau, aku malah menjadi tidak mau melakukan hal-hal seperti itu.
"Mamah kira pas Mamah ngizinin kamu buat ngelakuin 'itu', kamu bakal sering minta, kok malah kebalikan?" tanya Mamah kebingungan.
"Hahahah, nggak tau, Mah. Entah kenapa aku lagi kayak nggak mau ngelakuin yang gitu-gitu dulu" jawabku jujur.
Untung saja juga Bella tidak pernah meminta yang aneh-aneh setelah kami bersetubuh waktu itu, paling hanya meminta untuk berciuman saat kami mandi bareng, jadi dengan ini aku bisa terus membangun boundaries ku tanpa ada hambatan.
-----
Hari ini, aku dan Hani sudah merencanakan dari jauh-jauh kalau kami ingin piknik di malam hari, sebuah rencana yang ingin kami lakukan saat kami berada di kota perantauan, namun tidak pernah terwujud karena kesibukanku dan Hani di perkuliahan. Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, dan aku langsung berpamitan dengan Mamah dan Ayah.
"Mah, Yah, aku berangkat dulu ya" ucapku sambil menyalimi Ayah dan Mamah yang sedang berada di halaman.
"Kamu piknik aja segala bawa gitar sama kompor portable kak" ucap Mamah meledekku.
"Ih kamu gimana sih, dek? Wajar kali kalo piknik bawa begituan, yaudah hati-hati ya, kak. Jangan lupa isiin bensin mobil Ayah pas pulang" balas Ayah meledek Mamah, dan setelah itu aku langsung berangkat ke rumah Hani.
--
Singkat cerita, kini aku sudah sampai dirumah Hani, dan sepertinya sedang tidak ada orang dirumahnya karena aku tidak melihat ada kendaraan sama sekali yang terparkir di driveway-nya. Tak lama setelah aku sampai, aku langsung menelepon Hani untuk segera keluar dari rumahnya, dan Hani langsung keluar melewati pintu utama rumahnya.
Hani kemudian berjalan langsung beranjak masuk ke mobilku, dan aku sangat takjub melihat penampilan Hani saat ini. Hani saat ini mengenakan kaus terusan hingga ke lutut yang berlengan panjang berwarna krem, jilbab hitam, serta celana legging berwarna hitam. Hani benar-benar manis.
"Haloo, sayangg. Ccupphh..." sapa Hani dan kemudian dia mencium pipiku.
"Ummm.. Iyaa.. Haloo..." jawabku gagap karena aku masih pangling melihat kemanisan Hani mengenakan pakaian seperti ini, oh god, dia bahkan terlihat menjadi lebih muda dari Bella jika dia mengenakan outfit seperti ini.
"Kenapa sihh kamu kayak kaget banget ngeliatin akuu??" tanya Hani kebingungan.
"Umm... Nggak kok, aku takjub aja ngeliat dandanan kamu kayak gitu" jawabku dan Hani tertawa mendengar jawabanku.
"Hahahaha, kan katanya mau ke curugg, aku pake baju kayak gini biar nggak usah ganti baju lagii" jawab Hani sambil menepuk-nepuk lenganku.
"Ihh iyaa tetep aku kaget ajaa kamu outfit nya begituu, kayak jarang banget kamu kalo mau keluar begitu tau" balasku sambil menghindari tepukannya.
"Ihhh emang kenapaa?? Jelek yaa???" tanya Hani cemberut dengan suara manjanya saat Hani berhenti memukuli lenganku.
"Nggakk, malah jadi makin gemesss, ccuppphh..." balasku mencium pipinya yang sudah mulai tembem, dan kulihat Hani tersenyum malu hingga wajahnya memerah, kemudian kami berangkat.
Di perjalanan yang cukup jauh ini, kami tidak begitu banyak membicarakan hal yang penting, kami hanya bercanda-canda sampai akhirnya kami sampai di daerah dataran tinggi. Mood yang dihasilkan dari suasana ini sepertinya membuat Hani untuk memulai pembicaraan yang cukup serius.
"Sayang"
"Kenapa, Han?" balasku.
"Kalo aku mau ganti gaya menurut kamu gimana?" tanya Hani yang masih terdengar rancu di telingaku.
"Ganti gaya gimana?"
"Iya kamu kan tau aku kalo berpakaian itu kayak anak kecil banget, menurut kamu gimana kalo aku ngubah gaya berpakaian aku jadi lebih tertutup gitu?"
"Kamu mau berubah dandanan jadi ukhti gamis-an gitu?" tanyaku bercanda yang membuat Hani tertawa.
"Ihhh nggakk aku pengennya kayak pake rok, kemeja, gitu-gitu deh, aku belum siap buat sampe ke tahap pake gamis" balasnya.
"Ooooh, gapapa sih, bagus juga kayaknya. Emang kenapa kamu tiba-tiba kepikiran pengen ganti gaya?" tanyaku.
"Kita udah makin dewasa, sayang. Seiring waktu juga aku ngeliat kamu gayanya jadi makin kayak orang dewasa gitu, aku jadi kepengen berubah jadi keliatan dewasa juga" jawabnya.
Mungkin yang Hani ucapkan dandanan dewasa adalah mengenakan kemeja, karena memang akhir-akhir ini aku lebih sering mengenakan kemeja jika aku bepergian keluar. Tapi itu bukan berarti aku sudah berubah, kan?
"Lagian juga, sumpah deh, aku jadi keliatan kayak adek kamu kalo kita lagi jalan berdua" lanjut Hani yang membuatku tertawa.
"Hahahaha, tapi nanti kalo kita udah nikah kan aku bisa manggil kamu adek juga" jawabku sambil mengelus-elus pahanya dan Hani malah menjadi salting mendengar jawabanku.
"Berarti kamu udah setuju nih yaa, kalo aku mau ganti gaya" ucap Hani.
"Setuju-setuju ajaa kok. Yang penting Hani nya jangan berubah aja" balasku dan kami berdua tertawa-tawa setelah itu.
----
Singkat cerita, kini kami sudah sampai di curug yang ingin kami datangi. Ternyata tempatnya tidak seramai itu padahal kukira kalau sedang akhir pekan begini bakal susah untuk mencari tempat duduk. Setelah kami turun dari mobil, Hani langsung menarik tanganku menuju ke salah satu saung yang ada.
"Ayokk buruannn keburu diambil orangg tempatnyaa" ucap Hani kegirangan.
"Iyaa Hanii kayaknya girang bangett mau nyebur" balasku seadanya.
Perlakuan Hani sepertinya mengambil perhatian banyak orang karena kulihat banyak orang yang melihati kami berdua. Dugaanku pun benar karena tiba-tiba ada salah satu mas-mas yang meledekku dan Hani.
"Yaampun mas itu adeknya buru-buru banget pengen nyebur, nyebur sama aku aja sinii dek" canda salah satu mas yang sedang bergerombol dengan teman-temannya, dan perkataan orang itu yang mengira Hani adalah adikku langsung membuat Hani melihatku dengan tatapan 'noh kan bener'.
"Hahahaha, bukan adek gua ini mas, ini pacar gua" balasku.
"Oalahh, kok ceweknya cantik cowoknya jelek? Sini sama gua aja nyeburnya cewek lu mas" kembali ucap mas itu bercanda.
Sebenarnya aku sudah cukup kesal ketika orang itu berkata seperti itu, namun melihat Hani yang menggeleng-gelengkan kepalanya membuatku menjadi sedikit lebih sabar, dan aku membalas perkataan mas nya dengan candaan supaya tidak memancing keributan.
"Yah kalo sama lu malah makin downgrade dong, mas?" candaku yang langsung membuat Hani dan seluruh gerombolan orang itu tertawa, dan setelah itu aku dan Hani langsung menaruh barang-barang kami.
Hani langsung mengajakku lari menuju ke dalam kolam yang berada di samping curugnya, dan Hani langsung menyiram tubuhku dengan air yang sangat dingin ini.
"AHHH HANII DINGINNN" teriakku ketika Hani menyiram tubuhku dengan air.
"Ahh masa sihh??" goda Hani yang terus menyirami tubuhku dengan air ini.
"Iya, Hani, udah, Hani udah, dingin ihh" ucapku yang selalu berusaha menghindari siraman Hani.
Hani makin menggila menyirami tubuhku, dan aku yang mulai merasa kesal pun langsung loncat memeluk Hani dan menenggelamkan kami berdua. Persetan dengan kedinginan, yang penting sekarang Hani ikut kedinginan denganku. Hani terus meronta-ronta berusaha untuk berdiri, namun terus kutahan sampai akhirnya aku mulai kehabisan napas dan aku langsung melepas tubuh Hani dan kembali berdiri.
"Fuahhh... Ihhh... Bayuu... Dingginnn tauuu...." ucap Hani menggigil.
"Hahahaha rasain, kedinginan juga kann" jawabku, dan kami lanjut menyirami tubuh satu sama lain.
Aku yang masih menyirami Hani melihat tali BH nya yang berwarna kontras dengan atasannya menjiplak dan terlihat cukup jelas BH berwarna hitamnya. Aku yang menyadarinya pun langsung membuka kausku dan menyuruh Hani mendobel bajunya dengan kausku yang cukup tebal.
"Ih kok kamu buka baju, sih?" tanya Hani yang kaget ketika aku membuka kausku.
"Itu BH kamu nyeplak, dobelin pake kaos aku nih biar ngga terlalu keliatan" balasku dan Hani yang kaget pun langsung bergegas mengenakan kausku.
"Ihh yaampunn, kok aku bisa nggak nyadar sihh? Makasihh sayangg, ccupphh..." jawab Hani dan Hani langsung mencium pipiku.
Kami lanjut bermain di kolam ini, dan kami juga menaiki perosotan yang disediakan. Setelah kami puas bermain, kami langsung beranjak keluar kolam dan berjalan menuju ke air terjun. Aku langsung berjalan mendekati curug tersebut, namun kulihat Hani tidak ingin beranjak kesini.
"Kenapa?"
"Nggak mauu, takut sakitt" ucap Hani dengan suara khas imutnya.
"Nggakk, sini udah ayoo" jawabku sambil menggandeng tangannya.
Ternyata ucapan Hani benar, cipratan-cipratan kecil yang dihasilkan dari curug ini rasanya seperti menusuk tubuhku, ditambah dengan dinginnya. Namun Hani tidak terkena karena Hani mengumpat dibelakang badanku.
Kini kami sudah berada dibawah siraman curug, dan Hani yang sepertinya baru pertama kali merasakan ini langsung pergi menjauhiku.
"Noh kann benerr sakitt" ucap Hani sebal.
"Nggakk, udahh kesinii didepan aku ajaa biar nggak keguyur" balasku dan aku langsung menarik tangan Hani supaya dia tertarik kedepanku, dan aku langsung memeluk tubuh Hani.
"Gimana? Masih sakit nggak kalo kayak begini?" ucapku disamping telinganya.
"Nggak, tapi dingin, untung kamu peluk aku jadi nggak makin kedinginan, Ccupphh..." balas Hani yang tiba-tiba mencium pipiku.
Kami berada disini cukup lama, dan kulihat ada bapak-bapak kamera yang menawarkan aku dan Hani berfoto.
"A? Fotonya, A? Teh?" ucap bapak itu.
"Boleh, pak. Sebentar ya" balas Hani, dan Hani langsung membuka kausku yang masih dia kenakan.
"Hani kok kamu buka?" tanyaku.
"Daripada kamu foto telanjang dada, udah nanti pas foto kamu peluk aku agak keatasan aja biar nanti tangan aku bisa ada diatas tangan kamu, terus ketutupan deh BH nya" jawab Hani menjelaskan, dan aku yang paham pun langsung mengenakan kausku.
Setelah mengambil banyak foto, berhubung hari sudah mulai gelap, aku dan Hani langsung beranjak ke saungku dan Hani bersama bapak tersebut untuk memilih foto dan membayarnya. Aku dan Hani pun langsung beranjak ke kamar mandi yang disediakan untuk membersihkan tubuh kami.
Selesai mandi, aku langsung kembali menuju saungku dan kulihat Hani yang sudah berada disana mengenakan pakaian yang modelannya tidak beda jauh dengan yang tadi seperti sedang diajak mengobrol oleh mas-mas yang tadi meledekku dan Hani. Aku langsung menghampiri mereka, dan tiba-tiba orang tersebut malah langsung pamit.
"Eh pacarnya udah dateng, misi ya bang" ucap orang itu dan dia langsung bergegas pergi menjauhiku dan Hani.
"Ngapain dia?" tanyaku ke Hani.
"Ngajakin ngobrol biasa, nanya-nanya aku darimana, umur berapa, gitu-gitu" jawabnya.
"Itu doang?" kembali tanyaku karena aku merasa curiga.
"Sama dia minta nomer hape aku sama IG, tapi IG nya nggak aku kasih" jawab Hani, benar kan dugaanku.
"Kalo nomer HP-nya?"
"Aku udah nggak mau ngasih, tapi dianya maksa. Terus akhirnya...."
"Akhirnya apa?" tanyaku, aku akan sangat kesal kalau Hani memberikan nomer HP nya kepada orang asing.
"Aku kasih nomer HP kamu, eheheh" balas Hani tertawa.
"Cerdik" jawabku singkat sambil tertawa dan aku dan Hani langsung tos.
Setelah foto kami yang tadi kami ambil, kami langsung beranjak ke mobil dan kulihat mas-mas yang meminta nomer HP Hani tadi sedang bersama gerombolannya.
"Misi, bang" ucapku menggoda orang itu yang membuat dia salting.
"Eh, iya, bang, lewat aja" jawabnya panik.
Aku dan Hani pun langsung beranjak masuk ke mobil, dan aku langsung bertanya dengan Hani ditempat mana kami akan piknik.
"Jadi mau pikniknya dimana?" tanyaku.
"Ada tempat yang enak, searah dari sini, tapi kita ke masjid dulu ya, sholat dulu" jawab Hani, dan setelah aku mengiyakan, kami langsung beranjak pergi dari tempat ini menuju mushola terdekat, dan setelah itu kami langsung pergi menuju spot piknik yang Hani maksud.
Ternyata tempat ini mempunyai pemandangan yang sangat bagus, dengan sinar-sinar lampu kota yang terlihat dari sini. Tempatnya juga cukup sepi karena memang tempat ini menuju ke agak kedalam-dalam.
"Kamu nemu tempat ini darimana?" tanyaku ketika aku membereskan bagian belakang mobilku karena aku ingin menggelar selimut di dalam sini.
"Panjang ceritanya, nanti aku ceritain deh" balasnya yang sedang merebus air menggunakan kompor portable ku untuk membuat mie instan dan teh.
Singkat cerita, kini bagian belakang mobilku sudah siap untuk diduduki, dan mie instan yang dibuatkan oleh Hani sudah matang. Aku dan Hani pun langsung bergegas masuk ke bagasi yang sudah kurubah ini dan menggunakan laptop Hani, kami menonton film kartun. Memang kami berdua ini sepertinya sangat childish.
Sambil menonton film, aku bertanya kepada Hani tentang bagaimana Hani bisa menemukan tempat ini.
"Sayang, tadi katanya mau cerita gimana kamu bisa nemu tempat ini, gimana?" tanyaku.
"Oh iya aku lupa" jawab Hani dan Hani langsung memulai cerita.
"Jadi pas aku dapet pengumuman aku tembus ujian mandiri di kampus, sebelum kita ketemu, aku lagi dideketin sama senior aku di SMA aku dulu, dia bilangnya ingin ngajakin jalan-jalan perpisahan gitu soalnya dia kuliahnya swasta di ibukota" ucap Hani memulai cerita.
"Nah terus, kita jalan-jalan ke daerah puncak, dan malemnya kita kesini. Awalnya emang aku nggak mikir apa-apa, kan. Tapi pas kita lagi diem ngeliatin pemandangan, tiba-tiba dia berusaha nyium bibir aku gitu" lanjut Hani.
"Terus kamu bales?" sanggahku.
"Nggak, kok. First kiss aku tetep sama kamu. Aku berusaha ngelawan gitu, tapi yang aku inget dia sempet nyium pipi aku sebelum berusaha nyium bibir aku, terus dia berusaha megang-megang tetek aku juga" jawab Hani.
"Terus orangnya kamu apain?"
"Aku tampar, terus dia langsung diem. Pas itu aku udah sedih banget sampe nangis. Orang yang tiba-tiba dateng ke aku dan jadi brother-figure aku ternyata cuma dateng ke aku buat muasin nafsunya dia"
"Terus abis itu gimana?" tanyaku.
"Aku minta pulang, terus sepanjang jalan aku cuma nangis, dianya juga kadang berusaha nenangin aku sambil ngelus-elus paha aku, cuma langsung aku lempar tangannya. Sampe rumah, semua kontaknya langsung aku blokir, dia ampe nelpon Ummi coba, demi kontaknya di unblock, tapi sama Ummi langsung dimarahin" jawab Hani melanjutkan cerita.
"Tapi kok kayaknya bedanya aku sama dia nggak jauh-jauh banget, ya?" tanyaku bercanda, namun Hani menjawabnya dengan serius.
"Nggak, nggak. Aku bisa ngerasain bedanya pas pertama kali kamu nyium aku sama dia. Yang aku rasain tuh kamu pengen nge ekspresiin sayang kamu ke aku lewat ciuman, meski ujung-ujungnya nyampe ke seks" ucap Hani meledekku sambil menyenggol lenganku.
"Tapi entah kenapa, yang aku rasain dari dia tuh kayak dia beneran kebawa nafsu doang, makanya aku kecewa banget, udah ah jangan dibahas-bahas lagi, ya" lanjut Hani menyudahi pembicaraan kami.
Damn, ternyata aku merupakan lelaki yang beruntung dengan bisa membuat Hani menjadi jatuh cinta kepadaku. Mungkin jika saat aku mendekati Hani aku salah mengambil langkah, aku bisa bernasib sama seperti orang itu yang berujung friendzone, namun sepertinya aku mengambil langkah yang benar.
Singkat cerita, kini kami sudah menghabiskan mie instan kami, dan kami sudah mulai bosan menonton film ini. Hani pun langsung mematikan laptopnya. Setelah Hani memasukkan laptopnya ke tas dan membereskan mangkok dan gelas kami, Hani langsung beranjak mengambil gitarku.
"Ini bawa gitar kok nggak dimainin? Aku boleh minjem, nggak?" ucap Hani sambil mengeluarkan gitarku dari tas.
"Kamu bisa main gitar?" tanyaku yang baru tau.
"Bisa, kok. Gitar juga ada dirumah tapi diambil sama Arya. Aku mainin, ya?" ucap Hani.
"Bolehh, tapi sambil nyanyi yaa" jawabku dan Hani tersenyum sebelum memulai bermain gitar dan bernyanyi.
--
(now playing: Celengan Rindu - Fiersa Besari)
Aku kesal dengan jarak
yang sering memisahkan kita
Hingga aku hanya bisa
berbincang denganmu di Whats*pp
Aku kesal dengan waktu
yang tak pernah berhenti bergerak
Barang sejenak
agar aku bisa menikmati tawamu
Inginku berdiri di sebelahmu
menggenggam erat jari-jarimu
Mendengarkan lagu Sheila on 7
seperti waktu itu
Saat kau di sisiku
Dan tunggulah aku di sana
memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu mengelilingi kota
Menikmati surya perlahan menghilang
Hingga kejamnya waktu
menarik paksa kau dari pelukku
Lalu kita kembali menabung rasa rindu
Saling mengirim doa, sampai nanti, Sayangku
--
Wah, suara Hani terdengar sangat manis ketika bernyanyi sambil bermain gitar. Akupun langsung bertepuk tangan menyoraki Hani.
"Weeee, Ihh suara kamu bagus bangett tauu" ucapku memuji Hani.
"Ihh masa sihh? Aaahh aku jadi maluu" jawab Hani salting dan Hani memberikan gitarnya kepadaku.
"Gantian kamu yang nyanyi, sayang" ucap Hani, dan ketika aku mengambil gitarku, aku melihat kearah mata Hani dan kulihat matanya seperti berkaca-kaca, apakah dia terlalu menghayati nyanyiannya?
"Lagu apa, nih?" tanyaku.
"Terserahh mau lagu apaa"
Akupun langsung memasang capo di gitarku, dan yang terbesit di pikiranku adalah lagu Sum 41 yang berjudul "With Me" karena ada salah satu bagian liriknya yang cukup relate-able dengan situasi saat ini.
"Jangan nangis, ya" ucapku meledek Hani karena aku tau Hani orangnya sangat emosional dengan lagu, dan Hani mengangguk dan setelah itu aku mulai memetik gitarku.
--
(now playing: With Me - Sum 41)
I don't want this moment to ever end,
Where everything's nothing without you.
I'd wait here forever just to, to see you smile,
'Cause it's true, I am nothing without you.
Through it all, I've made my mistakes.
I stumble and fall, but I mean these words.
I want you to know,
With everything I won't let this go.
These words are my heart and soul.
I'll hold on to this moment, you know,
As I bleed my heart out to show,
And I won't let go.
Thoughts read, unspoken, forever in vow,
And pieces of memories fall to the ground.
I know what I didn't have, so I won't let this go,
'Cause it's true, I am nothing without you.
All the streets, where I walked alone,
With nowhere to go, have come to an end.
I want you to know,
With everything I won't let this go.
These words are my heart and soul.
I'll hold on to this moment, you know,
As I bleed my heart out to show,
And I won't let go.
In front of your eyes, it falls from the skies,
When you don't know what you're looking to find.
In front of your eyes, it falls from the skies,
When you just never know what you will find.
I don't want this moment to ever end,
Where everything's nothing without you.
I want you to know,
With everything I won't let this go.
These words are my heart and soul.
I'll hold on to this moment, you know,
As I bleed my heart out to show,
And I won't let go.
--
Aku menyudahi permainan gitarku, dan aku langsung melihat kearah Hani. Kulihat Hani matanya makin berkaca-kaca.
"Kan, nangis" ledekku yang membuat Hani tersenyum meski masih terlihat matanya yang sangat berair.
Aku kembali menaruh gitarku di seat tengah mobilku, dan Hani langsung mendekatkan tubuhnya kepadaku yang sedang menyandar di seat tengah.
Hani langsung menyandarkan kepalanya di bahuku, dan aku langsung merangkul tubuhnya. Kami tidak melakukan apa-apa, hanya melihat pemandangan indah di malam hari ini, sampai akhirnya Hani membuka pembicaraan.
"Aku suka banget ngeliat pemandangan kayak gini" ucap Hani.
"Kenapa emang?"
"Suka aja ngeliat kelap-kelip kota dari jauh, kayak bagus banget aja" jawab Hani dan dia mulai memeluk tubuhku.
"Sayang" ucap Hani.
"Iya?"
"Cita-cita kamu apa?" tanya Hani.
"Ummm, kamu dulu, cita-cita kamu apa?"
"Ihh kok dibalik, iya dehh, aku pengen jadi arsitek yang ahli dalam ngebangun rumah" jawab Hani.
"Terus nanti aku pengen punya rumah yang punya view kayak begini, nggak perlu rumah yang gede banget, yang penting nyaman untuk ditinggalin. Terus rumahnya punya halaman yang gede buat anak-anak main nanti" lanjutnya.
"Wahh, keren ya cita-cita kamu"
"Hehehee, kalo kamu? Pasti pengen jadi pemain bola, ya?" tanya Hani.
"Nggak, sih. Aku mau ikut trial di tim profesional juga kayaknya umur aku udah ketuaan"
"Terus kamu maunya jadi apa?"
"Aku ingin jadi scouter" jawabku yang membuat Hani agak kebingungan.
"Hah? Scouter? Scouter itu bukannya kayak pramuka gitu?" tanya Hani.
"Bukann, bukan scouter yang itu, aku pengen jadi scouter tim bola, yang nyari-nyari bakat pemain atau ngepantau pemain inceran tim yang ngontrak aku nanti" jawabku menjelaskan.
"Who knows? Mungkin nanti ada tim bola dari luar negeri yang pengen nyari pemain dari Indo, terus aku yang disuruh nyari, aku nanti bisa keliling Indonesia mencari bakat-bakat" lanjutku.
"Keren juga, ya" ucap Hani kagum.
"Iya, apalagi cuannya juga gede" candaku sambil mengelus-elus kepala Hani yang masih tertutupi jilbab instannya.
"Ayo, sayang. Kita semangat ngejar cita-cita kita, nanti anak kita pasti bangga banget punya Ayah yang terkenal di dunia bola dan Ibu yang terkenal di dunia arsitektur dan desain" ucap Hani sambil mengacungkan jari kelingking, dan aku langsung membalas jari kelingkingnya.
Kami bertatapan cukup lama, dan kurasa Hani mendekatkan kepalanya. Akupun ikut mendekatkan kepalaku dan kami mulai berciuman mesra.
"Ccupphh... Ccupphh..."
Aku mengelus-elus wajah cantiknya sembari kami berciuman, dan Hani juga menaruh tangannya di kepalaku. Kami berciuman tidak begitu lama karena Hani tiba-tiba melepas ciumanku.
"Ccupphh... Kenapa, sayang?" tanyaku ketika Hani melepas ciumannya.
Hani tidak menjawab, hanya tersenyum melihatku. Tangan Hani yang tadinya berada di pipiku langsung dia pindahkan dan kini dia menggenggam tanganku yang masih berada di pipinya. Hani langsung menarik tanganku dan menggenggam jari telunjuk dan jari tengahku. Aku sempat kebingungan Hani ingin melakukan apa, namun tiba-tiba Hani mengecup dan mulai menjilati kedua jariku.
"Ccupphh..."
Sembari Hani menjilati jariku, tangannya yang satunya lagi dia gunakan untuk meraba-raba kontolku yang mulai berdiri dari balik celanaku, sedangkan aku hanya bisa menikmati perlakuan Hani ini.
"Sayanggg...." desahku ketika Hani mulai meraba-raba kontolku.
Hani sudah puas menjilati kedua jariku, dan kini dia mulai memasukkan jariku ke mulutnya. Setelah kedua jariku telah masuk sepenuhnya, Hani mulai menggerakkan kepalanya seolah dia menyepong jariku. Tanpa melepas kulumannya, Hani mulai menurunkan celana trainingku beserta celana dalamnya hingga terbuka dan mengekspos kontolku. Akupun tidak tinggal diam, tanganku yang menganggur kugunakan untuk membuka kaitan BH Hani dan melemparnya entah kemana, dan setelah itu aku mulai menaikkan kaus Hani hingga payudaranya terekspos.
Hani melepas kulumannya, dan kini dia mulai memegang kontolku yang sudah berdiri tegak, dan tanganku yang tadi dikulum Hani kugunakan untuk menurunkan legging beserta celana dalamnya hingga terlihat memeknya yang bersih tanpa bulu.
Hani mulai mengocok kontolku, dan aku juga mulai memainkan memeknya dengan tanganku. Ternyata memek Hani sudah cukup basah. Aku mulai menggesek-gesekkan tanganku di bibir memeknya, dan Hani langsung melenguh keenakan.
"Ahhhh....." lenguh Hani.
Sambil menggesek-gesek memek Hani dengan tangan kananku, tangan kiriku kugunakan untuk meremas payudaranya melewati punggungnya, dan aku mulai menciumi bibir Hani.
"Ccupphh... Ccupphh... Sayanggg... Ccupphhh..." desah Hani keenakan.
Setelah puas bermain dengan memeknya, aku mulai memasukkan satu jariku kedalam memeknya, dan Hani yang keenakan mulai putus-putus mengocok kontolku.
"Ccupphhh... Sayangg kokk pakee jarii... Ccupphhh..." ucap Hani ketika dia mencabut ciumannya sejenak.
Tak puas memainkan memeknya dengan satu jari, aku menambahkan satu jari untuk mempenetrasi memeknya, dan aku mulai menyodok memeknya dengan tanganku dengan kecepatan pelan.
"Ccupphh... Ummmhh sayanggg... Ccupphh..."
Hani mulai tidak fokus mengocok kontolku, dan kini Hani juga menggunakan tangannya yang menganggur untuk meremas-remas payudaranya. Hani pun sekarang juga mulai melepas ciumannya sehingga desahan manisnya makin terdengar jelas.
"Ahhh... Sayanggg... Enakk... Ummhh... Enakk... Terusss.... Ahhh... Iyahh... Ennakk bangettt...." desah manja Hani.
"Hhhh.... Inii baruu pakee tangan lohh, masa lebihh enakk daripadaa yang lagi kamuu pegangg??" ledekku namun Hani tidak menjawabnya.
Hani terus mengocok kontolku, dan aku menambahkan satu jari lagi untuk menusuk-nusuk memeknya hingga akhirnya Hani merasa tidak tahan.
"Ummh... Sayangg... Udahhh... Masukkin pake inii ajaaa..." pinta Hani untuk memasukkan kontolku ke memeknya.
"Disini?? Kamu yakin??" tanyaku yang sebenarnya juga cukup takut.
"Iyaaa... Ayoo masukkinn sayanggg..." jawab Hani dan Hani langsung membuka celananya kemudian dia lempar ke seat depan mobilku.
Hani langsung beranjak dari yang tadinya berada menempel di tubuhku, dan Hani menidurkan tubuhnya sambil membuka pahanya lebar-lebar.
"Buruann nantii kemalemann pulangnyaa" ucap Hani menyuruhku bergegas.
"Iyaa sabar, kamu udah kepengen banget kayaknya, ya?" tanyaku meledek, namun Hani hanya tersenyum malu.
Aku kemudian memposisikan tubuhku diantara kedua pahanya, dan setelah itu aku mulai menempatkan ujung kontolku di depan bibir memek Hani. Aku mulai menggesek-gesekkan kontolku di bibir memeknya, dan Hani sudah menggelinjang.
"Ummhh... Sayangg...." desah Hani sambil meliuk-liuk layaknya cacing.
Akupun mulai memasukkan kepala kontolku, akhirnya senjataku ini masuk kembali ke sarangnya setelah menganggur selama kurang lebih 3 minggu.
"Ahhh..." lenguh Hani.
Aku makin memperdalam kontolku di memek sempit ini, dan tiap kali aku memperdalam kontolku, nada desahan Hani menjadi semakin tinggi hingga menjerit ketika kontolku masuk sepenuhnya.
"AaaaaaaAAAAAAHHH...." jerit Hani ketika aku menghentakkan kontolku hingga masuk sepenuhnya, dan aku mulai menggenjot memeknya pelan.
"Ummmhh... Sayanggg... Ennyakk...."
"Hhhh... Iyaa... Enakk bangettt..." jawabku seadanya sambil tetap menggoyang memeknya.
Hani langsung melingkari punggungku dengan kakinya, dan kaki Hani mendorong-dorong tubuhku yang menandakan bahwa Hani ingin dimasukkan lebih dalam. Akupun menuruti permintaannya dan aku kembali menghentakkan kontolku dalam-dalam dan mempercepat entotanku.
"Ahhh... Iyaahh sayanggg... Enakann pakee burung kamuuu... Ummmhh... Enakann pakee burungg kamuu daripadaa pakee tangannn... Ummhhh... Terusss... Cepetinnn lagiii.... Ahhhh..." desah Hani.
Akupun langsung mempercepat genjotanku, dan hasil dari genjotanku ini membuat Hani menjadi makin menggelinjang keenakan.
"Ahhh... Terusss sayanggg.... Enakkk.... Ahhhh..."
Saat aku masih menggenjot memeknya, Hani tiba-tiba menarik dan membuka kausku. Setelah kini aku bugil, Hani langsung melempar kausku keluar mobil yang membuatku kaget.
"Hhhh... Hhhh... Sayangg kokk bajuu akuu kamuu lemparr keluarr???" tanyaku kaget tanpa menghentikan genjotanku.
"Ummmhh... Ehhh yaampunn... Kelepasannn... Ummmhh... Teruss sayanggg... Akuu udahh mauu keluarrr...." jawab Hani diselingi dengan desahannya.
Aku mempercepat genjotanku hingga secepat yang aku bisa, dan Hani makin erat mengunciku dengan kakinya. Tak ingin bugil sendiri, akupun berhenti sejenak dan membuka kaus Hani hingga kini kami sama-sama bugil meski Hani masih mengenakan jilbab instannya.
"Hhhh... Hhhh... Jillbabnyaa nggakk??" tanya Hani.
"Nggakk, gemes aku ngeliatnya, jadi makin bulet gitu muka kamuu" jawabku sambil mencubit-cubit pipinya.
"Ihhh, yaudahh lanjju... UMMMHHH..." ucap Hani yang terpotong dengan jeritannya ketika aku langsung menggenjot memek Hani dengan cepat.
Hani kembali melingkari punggungku dengan kakinya, dan langsung mempererat kunciannya. Aku juga kini menggenggam kedua payudaranya sebagai tumpuan supaya aku bisa lebih nyaman untuk mengentoti memeknya dengan cepat.
"Ahhh... Iyahh sayangggg... Terusss... Ahhh... Ahhh... Ahhh... Ummhhh..."
Hani tiba-tiba menggenggam kedua tanganku erat, menandakan sepertinya dia akan mencapai orgasmenya.
"Ahhh... Sayanggg.... Terusss... Ahhhh.... Akuu... Akuu.... Akuuu keluarrr... AHHHH...." jerit Hani ketika mencapai orgasme pertamanya.
Setelah memeknya selesai mengguyur kontolku, aku mencabut kontolku untuk membiarkan Hani beristirahat sejenak, dan aku langsung beranjak mengambil kausku yang dilempar Hani tadi, untung tidak kotor.
Aku kembali ke mobilku, dan kulihat Hani sudah menungging ingin dientot lagi.
"Kamu ngapain?" tanyaku.
"Mau dimasukkin lagii"
"Disini ajaa, sini" balasku menyuruh Hani menghampiriku yang sedang duduk di pinggiran bagasi belakang mobilku.
"Ihh ngacoo, nanti kalo diliat orang gimana??" jawab Hani yang seperti tidak mau.
"Ihh tadi juga udah aku tanya 'yakin mau main disini' kamu jawabnya iyaa, hayoo" balasku meledek Hani dan Hani akhirnya menyerah.
"Ihh yaudahh dehh, kalo ada warga ngamuk kesini ngeliat kita salah kamu ya" jawab Hani sambil beranjak mendudukiku.
Hani kini sudah berada di pangkuanku, dan dengan arahanku, Hani mulai memasukkan kontolku ke memeknya lagi.
"Uhhh... Masukk lagiii..." ucap Hani ketika kepala kontolku memasuki memeknya.
Setelah kini kepala kontolku masuk, Hani langsung menurunkan tubuhnya dan mulai menggoyang-goyangkan pantatnya.
"Ummmhh... Sayangg... Liatinn sekitarrr..." ucap Hani disela-sela desahannya.
Jujur, goyangan Hani masih belum seenak Ummi, atau bahkan goyangan Ummi jauh lebih enak dari Hani yang menurutku masih agak kaku, berbeda dengan Ummi yang lebih berpengalaman.
"Ummhhh... sayangg... Remesinn tetekk akuuu...." pinta Hani, dan tanganku yang tadinya berada di pantatnya kini kupindahkan ke payudaranya.
Aku mulai meremas-remas pelan payudara Hani, dan Hani juga mulai menaikkan kecepatan goyangannya.
"Ahhh... Iyaa sayangg... Ccupphh..." ucap Hani yang tiba-tiba mencium bibirku, dan kami kembali berciuman mesra.
Aku puas berciuman dengan Hani, kini ciumanku langsung berpindah ke payudaranya dan tanganku kukembalikan ke pantat Hani. Aku langsung mengenyot putingnya cukup keras hingga Hani makin menjerit.
"AHHH... JANGAN KENCENG-KENCENGG SAYANGG..." jerit Hani meski tidak terlalu keras.
Sepertinya ini merupakan titik tercepat yang Hani bisa dalam menggoyangkan pantatnya. Ketika kontolku masih berada setengahnya di memek Hani, aku langsung menggrip pantatnya dan aku langsung mengentoti memeknya sambil kunaik-turunkan pantatnya.
"Ahhh sayangg... Enakkk... Terusss... Cepetinn lagii...." desah Hani memintaku mempercepat entotanku.
Akupun menuruti permintaannya, dan aku langsung mempercepat genjotanku secepat yang kubisa.
"UMMHHH... IYAA SAYANGG... TERUSSS... JANGAN BERENTII... TERUSSS... ENNAKKK... AHHHH... AKUU KELUARR LAGIII..." jerit Hani dan tiba-tiba cairan orgasme Hani kembali mengguyur kontolku.
Setelah orgasme Hani mereda, Hani langsung mencabut kontolku dari memeknya dan Hani berlutut diantara selangkanganku.
"Hanii kamu mau ngapainn..." tanyaku.
"Hhhh... Hhhh... Pengenn maininn burungg kamuu pake muluttt..." jawab Hani dan tiba-tiba happ, dia melahap kontolku.
Hani langsung menyepong kontolku dan sembari menyepong kontolku, dia mengocok bagian yang tidak bisa dia kulum.
"Chlokhh... Chlokhh..."
Hani terkadang melepas kulumannya dan dia menjilati bagian-bagian yang belum terkena lidahnya hingga akhirnya setelah kontolku sudah 100% terkena jilatannya, dia menghisap-hisap bijiku hingga aku merasa mulas.
Puas bermain dengan bijiku, Hani kembali mengulum kontolku, dan kali ini aku mencoba menyuruh Hani mengulum kontolku sampai masuk sepenuhnya.
"Sayangg... Masukkin sampe penuhh dongg..." pintaku dan Hani menurutinya.
Hani langsung memperdalam kontolku di mulutnya, namun ketika kurasa mentok, kulihat mata Hani berair seperti ingin muntah, dan dia langsung melepas kulumannya.
"Nggak bisaa sayangg... Burungg kamu kegedeannn..." ucap Hani dan Hani langsung menyepong kontolku lagi dan menaik-turunkan kepalanya dengan cepat.
"Ahhh... Iyaa sayangg... Maininn lidahh kamuu jugaa..." ucapku menginstruksikan Hani.
"Chlokhh... Chlokhh.. Oiyoaoa..." jawab Hani meski tidak terdengar jelas.
Hani kini mulai memainkan lidahnya di dalam mulutnya meski Hani harus melambatkan gerakannya. Kini pejuku sudah ingin keluar, dan aku langsung memberitahu Hani.
"Sayangg... Aku udah mau keluarr..." ucapku dan Hani hanya melihat kearahku dan mengacungkan jempolnya, dan Hani langsung mempercepat gerakan kepalanya.
"CHLOKHH... CHLOKHH..."
Pejuku sudah berada di ujung tanduk, dan aku langsung mengeluarkan pejuku di mulutnya.
"Sayangg aku keluarrr... Ahhhh..." lenguhku ketika aku mencapai ejakulasiku.
Hani langsung menghentikan kulumannya, dan dia menampung seluruh pejuku di mulutnya. Setelah kontolku berhenti menyemburkan peju, Hani langsung melepas kulumannya dan mengunjukkan pejuku sebelum dia telan.
"glekk..."
Setelah Hani menelan pejuku, aku memukul-mukulkan kontolku ke wajah Hani dan mengolesi wajah Hani dengan cairan-cairan hasil kenikmatan kami.
"Ummhh... Udahh sayangg..." pinta Hani, dan aku langsung memundurkan diriku supaya aku bisa berbaring, dan Hani langsung menidurkan badannya di sampingku, dan aku langsung memeluk tubuhnya.
"Akhirnya kesampean juga pengen dikelonin telanjang" ucap Hani bercanda yang membuatku tersenyum.
Hani menaruh kepalanya di dadaku, dan aku langsung mengelus-elus kepalanya. Kami berada di posisi ini tidak cukup lama karena tiba-tiba Hani memundurkan tubuhnya supaya wajah kami berdekatan, dan Hani mengecup lembut bibirku.
"Ccupphh.. Aku sayang kamu"
"Aku juga sayang kamu, Hani"
Hani langsung beranjak mengambil pakaiannya, dan dia langsung kembali berpakaian karena takut jika terlihat oleh orang sekitar meski kami berada cukup jauh dari pemukiman.
"Sayang buruan pake baju kamu, takut ada yang liat nanti" ucap Hani dan aku langsung bergegas berpakaian juga.
Kami langsung membereskan mobil kami, dan setelah beres, Hani mengeluarkan tripod dan menaruhnya di tanah.
"Sayang, foto-foto dulu yuk" ajak Hani setelah menaruh hapenya di tripod.
"Kamu udah ngelap muka kamu belom? Nanti mengkilap loh" jawabku dan Hani hanya mengangguk, dan setelah itu kami berfoto-foto.
"Ihh bagus-baguss kann fotonyaaa, fix yang ini mau aku upload" ucap Hani yang membuatku tersenyum, dan setelah itu kami langsung masuk ke mobil dan beranjak pulang.
---
Sepanjang perjalanan, Hani hanya tertidur pulas. Mungkin karena kelelahan habis berenang dan 'berolahraga'. Singkat cerita, kini kami sudah sampai di rumah Hani. Aku berusaha membangunkan Hani namun dia tidak bangun juga.
"Sayang, sayang, udah nyampe" ucapku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya, namun Hani tidak terbangun.
Akupun akhirnya langsung keluar dari mobil dan beranjak ke depan pagar untuk memencet bel. Setelah itu, aku kembali ke mobil untuk mengangkat Hani yang masih terlelap. Tak lama kemudian, kulihat Ummi keluar dari pintu pagar dan Ummi melihatku yang sedang menggendong Hani.
"Yaampun Hani kenapa, Bay?" tanya Ummi khawatir.
"Nggak, Mi. Dia masih tidur ini, aku bangunin nggak mau bangun" jawabku yang membuat Ummi tertawa, dan setelah itu Ummi mempersilahkanku untuk masuk ke dalam rumahnya dan membawa Hani ke kamarnya.
Sesampainya di kamar Hani, aku langsung menidurkan Hani di kasurnya, dan setelah aku menidurkan tubuhnya, Hani terbangun.
"Kamu ngeledek, ya?" candaku, namun sepertinya Hani benar-benar pulas tadi.
"Hmm? Ini dimana, sayang?"
"Ini udah dirumah kamu, tadi kamu aku bangunin tapi kamu nggak bangun-bangun, yaudah aku gendong aja kamu sampe kamar" jawabku menjelaskan.
"Oalah, okedeh, makasih ya sayang"
"Iyaa, yaudah aku pulang, yah. Udah malem soalnya" ucapku dan Hani hanya mengangguk.
Aku langsung beranjak menuju pintu kamar Hani, namun tiba-tiba Hani memanggilku.
"Bayu"
"Kenapa, Han?"
"Sini, deh"
Aku kembali menuju ke Hani yang masih berbaring di kasurnya, dan aku langsung membungkukkan tubuhku supaya wajah kami berdekatan.
"Kenapa, Han?" tanyaku, namun tiba-tiba Hani mencium pipiku.
"Ccupphh, terimakasih ya sayang buat hari ini" ucap Hani.
"Iyaa, terimakasih juga yaa, Ccupphh..." jawabku sambil mengelus-elus kepalanya dan aku mencium keningnya.
Setelah aku mencium keningnya, Hani kembali memejamkan matanya, dan aku langsung berjalan keluar kamar Hani dan keluar rumahnya. Saat aku berada di depan pintu keluar, kulihat Ummi sedang berada di ruang tamu.
"Ngapain, Mi?"
"Nunggu kamu, Ummi mau ngegembok pager lagi"
"Oooh, yaudah deh, aku pamit ya, Mi" ucapku sambil menyalimi tangan Ummi.
"Iyaa, sekalian aja keluar bareng" jawab Ummi dan kami keluar bersamaan.
Aku terkadang iseng melihat kearah bagian belakang Ummi, dan mukena yang Ummi kenakan ini tidak bisa menutupi kebesaran pantatnya yang membuatku gemas, dan aku menampar pantatnya meski tidak kencang.
"Plakk..."
"Hmm, bandel ya" ucap Ummi sambil melihatku dengan tatapan tajamnya yang membuatku tertawa.
Kini aku sudah keluar dari rumah Hani, dan Ummi menungguku di depan pagar.
"Pamit ya, Mi"
"Udah malem begini, kamu nggak mau nginep aja?" tanya Ummi.
"Nggak, Mi. Nggak enak lagi dirumah semua soalnya disini juga"
"Halah bilang aja gara-gara kamu nggak bisa sekamar sama Hani" ucap Ummi meledekku.
"Dih Ummi juga paling pengen main sama aku lagi makanya nyuruh aku nginep" balasku meledek Ummi.
"Hahahaha, iya deh, iya. Yaudah, kamu nggak mau pamit sama 'ini' dulu?" tanya Ummi sambil meraba-raba payudara besarnya dari balik mukena Ummi
"Kan kan, yaudah sini, Mi" jawabku menyuruh Ummi mendekatiku, dan setelah Ummi mendekatiku sambil menyingkapkan mukenanya, aku langsung meremas kencang payudara Ummi.
"Ummhh..." desah Ummi yang dia tahan.
Aku tidak lama meremas-remas payudara Ummi, dan setelah aku puas, aku langsung menarik kerah daster Ummi dan mengeluarkan kedua payudaranya yang membuat Ummi terkejut.
"Bayu kamu ngapain?!?!" ucap Ummi.
"Katanya minta dipamitin" jawabku singkat, dan aku mulai mengulum singkat kedua puting Ummi bergantian hingga Ummi mendesah.
"Ummmhh... Ummi fix minta jatah sama Abbi nanti..." desah Ummi.
Setelah aku puas mengulum puting Ummi, aku mengecup singkat kedua payudara Ummi.
"Ccupphh.. Ccupphh... Aku pamit dulu, ya" ucapku sambil melihat kearah wajah Ummi.
"Mmmmhh... Iyaaa... Sana pulangg.." jawab Ummi menyuruhku pulang, dan setelah aku menyalimi tangan Ummi, aku langsung masuk ke mobilku dan beranjak pulang.
-To be Continued-
Lebih sreg klo Bayu main ma Ummi..... sensasi STW lebih menggoda