Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
-Final Exposure-

Setelah sudah beberapa saat aku tidak sadarkan diri, akhirnya aku terbangun di lokasi yang jauh berbeda dari rumah laknat itu. Aku sempat kebingungan aku berada dimana, namun setelah kuperhatikan lebih lanjut...

"Loh, ini kan kamar kontrakan, aku udah pulang?" Ucapku dalam hati.

Sepertinya setelah aku merasa tidak sadarkan diri itu, anak-anak tidak membawaku ke Rumah Sakit. Aku berniat untuk bangun, namun rasanya kondisi tubuhku masih sangat lemas sehingga aku tidak kuat untuk banyak bergerak. Alhasil yang bisa kulakukan hanya melihat kearah langit-langit kamarku.

Setelah kurasakan aku sudah kuat untuk bergerak, aku hendak membangunkan diriku, namun kurasa ada yang menahan tubuhku. Akupun langsung menengok ke samping dan kulihat seseorang sedang tertidur memelukku. Apakah ini Bella? Tapi tidak mungkin, sejak kapan Bella menyukai potongan rambut wavy bob seperti ini? Sindy atau kak Liya juga tidak mungkin, Adi atau mas Surya pasti akan memakanku hidup-hidup. Lagipula juga Sindy tidak sekurus ini, dan kak Liya tidak seputih ini.

Oh, aku baru sadar, ini kan...

"Hani?" Ucapku sambil berusaha membangunkannya, dan tak butuh waktu lama bagiku untuk membangunkannya dari tidurnya.

"Hmm? Alhamdulillahh, akhirnya kamu sadarin diri jugaa" Ucapnya lega.

"Ini... Jam berapa?"

"Udah malem, Bay. Kamu pingsan tadi" Jelasnya, dan akupun langsung beranjak mencari hapeku, namun aku baru menyadari kalau hapeku dihancurkan oleh mas Farhan.

"Ini tadi Bella minjemin tab-nya, untuk sementara waktu kamu pake ini dulu, ya" Ucapnya, dan ketika aku ingin mengambil tab-nya disamping Hani, Hani langsung menjauhkan tab itu dariku.

"Nggak bolehh, udah malem ih, kamu butuh istirahat" Ucapnya, dan kemudian dia kembali memelukku.

"Kamu nginep?"

"Tadinya aku mau nunggu kamu sadarin diri dulu, tapi kamu baru bangun pas jam segini, yaudah aku nginep deh" Jelasnya, dan aku hanya mengangguk.

Aku kembali menatap langit-langit dan posisi kami tidak berubah seperti diawal tadi. Hani terus memeluk tubuhku, dan kini aku agak mengeyampingkan tubuhku supaya Hani bisa kembali memelukku dengan nyaman.

Kami tidak merubah posisi kami cukup lama. Lagipula juga, aku sangat merasa nyaman berada di posisi ini. Aku kan sudah putus dengannya, pasti jarang-jarang aku mendapatkan kesempatan tertidur berpelukan dengannya. Namun, makin lama kurasakan, kurasa kausku mulai basah.

"Han kamu ngiler?" Tanyaku, dan setelah aku bertanya, Hani mengangkat kepalanya dan langsung kulihat matanya memerah sembab, dan pipinya basah dengan air matanya.

"Kenapa, Hann??" Tanyaku sambil mengelus-elus kepalanya.

"Hikss... Hikss... Menurut kamu??" Jawabnya sesenggukan.

"Aku... Khawatir bangett kamu kenapa-napa... Hikss.. Hikss... Kamu dari sore... Nggak sadarin diri... Semuanya udah takutt... Akuu... Aku takut banget... Hikss... Hikss..." Lanjutnya sesenggukan sambil mengucek-ucek matanya yang masih berair, dan tanganku kupindahkan ke punggungnya.

"Sshh... Ssshh... Udahh gapapa, udahh, jangan nangiss" Jawabku sambil mengelus-elus punggungnya lembut.

"Bayy... Aku takut bangett kamu kenapa-napa... Kalo aku harus kehilangan kamu..." Ucapnya, namun langsung kupotong.

"Ssshh.. Udah hey... kan sekarang aku udah disini... Kamu aja lagi meluk aku loh sekarang..." Balasku.

"Hikss... Hikss... Maafin aku yaa Bay..."

"Sssh.. It's okay, lagian kamu bikin salah apa??" Jawabku, dan Hani hanya menatapku sedih.

Kami terus bertatapan, dan tangan Hani kini mulai naik keatas dari perutku, perlahan tangannya menyusuri dadaku, dan telapak tangannya terus naik hingga akhirnya kini tangannya mengelus-elus pipiku. Akupun juga melakukan hal yang sama. Aku memindahkan tanganku ke pipinya. Sambil mengusap-usap pipinya, aku juga menghapus air mata Hani yang masih menetes, dan tak kusangka Hani langsung tersenyum manis melihatku.

Senyuman ini. Inilah yang telah hilang dariku selama beberapa minggu terakhir ini. Senyuman yang bisa membuatku melupakan semua masalah yang sedang kuhadapi. Aku tidak tahan. Aku ingin mengecup bibirnya yang terlihat sangat manis.

Akupun akhirnya perlahan mendekatkan kepalaku ke kepalanya, dan Hani juga melakukan hal yang sama. Wajah kami terus berdekatan sampai akhirnya...

"Ccupphh..."

Bibir kami kembali bertemu setelah lama tidak beradu. Kami akhirnya kembali berciuman. Ciuman ini tidak lama, hanya sekedar mengecup bibir dan setelah itu bibir kami kembali terpisah. Setelah itu kami hanya kembali bertatapan, namun sekarang aku sambil memainkan rambut Hani yang baru ini dimana tangan Hani kini mengelus-elus dadaku.

"Kok tumben kamu mau nyukur rambut pendek begini?" Tanyaku tak berhenti memainkan rambutnya.

"Nggak papa, pengen ngerasain aja rambut pendek gimana, bagus nggak?"

"Bagus sih, cuma kaget aja tiba-tiba kamu nyukur" Jawabku, dan Hani hanya terdiam mengangguk.

Oh iya, aku lupa. Ada yang harus kutunjukkan ke Hani. Video yang ku-upload ke Dr*ve ku. Video ini harus kutunjukkan sekarang sebelum besok aku sudah lupa.

"Han, boleh minta tolong, nggak?" Pintaku.

"Kenapa? Minta ambilin air?" Tanyanya.

"Bukain tab-nya Bella dong, bukain ke Dr*ve aku" Jelasku.

"Ihh nggaa, udah malem ih, tidurr"

"Ih ini urgent, kamu harus liat"

"Se-urgent apa sih, emang?" Tanyanya.

"Please, Han, kamu harus liat video ini" Pintaku, dan setelah itu Hani bukannya mengambil tab-nya, dia malah kembali menjauhkan tab itu dariku.

"Bayuu, udah malemm, besok aja unjukkinnya yaa" Ucapnya sambil mencubit-cubit pipiku, dan setelah beberapa kali percobaan, akhirnya aku hanya bisa pasrah.

Setelah beberapa jam tertidur dan aku juga tidak makan sebelum menuju ke rumah laknat itu, akhirnya perutku bergejolak. Aku kelaparan. Akupun langsung berusaha untuk bangun meski sempat ditahan Hani.

"Bayuu mau kemana??" Tanyanya.

"Mau bikin mie, laper aku"

"Aku bikinin aja yaa, udah kamu istirahat disini"

"Nggak usah nggak papa, biar badan aku nggak kaku" Tolakku, dan aku langsung beranjak keluar dari kamarku, namun Hani terus meyakinkanku kalau dia saja yang memasakkanku mie, namun tetap kutolak.

Meski rasanya tubuhku masih penuh dengan luka, aku tetap menahan rasa itu dan berjalan ke dapur. Selagi aku memasak mie, aku mendengar seperti ada suara tepuk-tepukan dari ruangan lain. Awalnya aku tidak peduli, namun kelamaan suara tepukan itu makin kencang hingga aku akhirnya penasaran.

Aku memulai dari kamar mandi, tidak ada apa-apa. Di ruang TV dan ruang tamu juga kosong. Apakah suara ini masuk dari kamar anak-anak? Akupun langsung menuju ke kamar Fabio dan Faisal, namun kamar mereka kosong.

"Suara apaan si, itu?" Pikirku dalam hati.

Aku ingin mengekspedisi seluruh rumah, namun ternyata mie ku sudah matang dan akupun langsung menuju kembali ke dapur. Akupun langsung berniat untuk membawa mie ku ke kamar, namun baru ketika aku melewati kamar Andre...

"Ahhh..."

Terdengar suara desahan dari kamarnya. Akhirnya aku langsung mengetahui kalau Andre sedang berhubungan seks dengan seseorang didalam, namun aku tidak tahu dengan siapa. Akupun yang penasaran langsung mengendap-endap dan membuka pintunya perlahan supaya aku bisa mengintip. Kubuka pintunya perlahan, dan ketika aku mulai melihat siapa yang sedang Andre entoti, aku sangat terkejut sehingga aku malah membuka pintunya lebar-lebar, dan mereka berdua juga sama tercengangnya denganku.

"KAKAK?!?"

Benar, yang sedang dientoti oleh Andre adalah Bella. Saat ini Bella duduk di meja belajar Andre dan kakinya terbuka lebar dan saat ini Bella hanya sedang menggunakan daster, namun talinya sudah dia turunkan sehingga payudaranya terekspos, dan Andre juga kondisinya sudah bugil dan sedang menghujam-hujam memeknya selagi mereka berdua tadi kulihat sedang berciuman.

"Umm... Bay..." Ucap Andre gugup.

"Dree... Bell..." Ucapku pelan dan kulihat mereka berdua terlihat sangat panik.

"... Sejak kapan??" Tanyaku menanyakan hubungan mereka berdua.

"Umm... Dua... Dua ming... Minggu lalu... Kak..." Jawab Bella terbata-bata, dan kulihat Bella seperti ingin menangis.

"Kok kalian berdua nggak ada yang cerita?" Kembali tanyaku.

"Loh katanya kakak mau cerita ke kak Bayu, kak?" Ucap Bella ke Andre.

"Iyaa tadi aku mau cerita ke Bayu pas di rumah sakit, cuma tiba-tiba suster dateng" Jawabnya.

"Loh kakak ngomongnya udah dari minggu lalu loh" Balas Bella.

"Iyaa aku lupa sayang, Bayu nya juga kan sibuk" Kembali balas Andre.

"Eh udah, udah, gausah berantem, yaudah lanjutin ya, maaf kalo ngeganggu" Ucapku memotong perdebatan mereka dan setelah itu aku kembali menutup pintu sambil tercengang.

Oh my lord, aku sangat tercengang. Apakah aku harus marah? Namun disisi lain aku juga ingin tertawa. Perasaanku terus bercampur aduk. Yah yasudah lah, setidaknya aku tahu kali ini Bella tidak melakukannya dengan orang yang tidak dia sayangi. Dia juga terlihat menikmatinya, jadi tidak terlihat ada unsur paksaan diantara mereka berdua.

Aku langsung masuk ke kamarku, dan aku baru sadar kalau daritadi Hani hanya mengenakan kaus lengan panjangku dan celana dalam. Karena kausku ukurannya besar jadinya bagian bawahnya menutupi selangkangan Hani.

"Loh kok lama?" Tanya Hani dan kulihat terdapat raut kekhawatiran diwajahnya.

"Umm... Tadi aku... Liat sesuatu di kamar Andre" Jawabku dan kembali kulihat kepanikan di wajah Hani.

"Kamu kenapa keliatan kayak panik gitu?" Tanyaku.

"Hah? Umm... Nggak kok... Nggak kenapa-napa" Jawabnya gelagapan, sepertinya Hani mengetahui tentang kejadian ini.

"Kamu tau ya kalo mereka berdua lagi 'itu'?" Tanyaku, dan akhirnya Hani pasrah.

"Ehe... Iya Bay, maaf yah kalo aku juga nggak kasih tau ke kamu kalo mereka udah pacaran, Bella yang minta soalnya" Jawabnya, dan aku hanya tersenyum mengangguk.

Akupun langsung mengajak Hani untuk memakan mie ini bersama, dan setelah selesai makan, Hani langsung membawa mangkuk itu keluar sementara aku langsung merebahkan diriku di kasur.

Tak lama kemudian, Hani sudah kembali ke kamarku dan dia langsung menidurkan tubuhnya disampingku, dan dia kembali memeluk tubuhku.

"Jadi kita udah balikan, nih?" Tanyaku iseng.

"Belom, lah, belom" Jawabnya spontan.

"Ohh gitu? Tapi kayaknya tadi ada yang panik manggil-manggil aku 'sayang' deh pas aku pingsan, siapa ya?" Tanyaku meledek.

"Nggak, nggak, ngigo kamu itu, udah ah aku mau tidur, kelas pagi aku besok" Jawabnya sewot, dan setelah itu Hani kembali memelukku erat.

"Good night, Bay"

"Good night, Han"

Dan setelah itu kami tertidur.

-----

Paginya, aku terbangun dan kulihat sudah tidak ada Hani disampingku, sepertinya dia sudah berangkat ke kampus. Akupun langsung beranjak bangun dan kurasakan kondisiku sudah mulai membaik. Tanpa lama-lama, akupun langsung beranjak ke laptopku untuk membuka Dr*ve-ku

Loh, aneh, kok laptopku sudah nyala? Kan tadi malam aku tidak membuka laptop sama sekali. Tapi yasudah lah, mungkin memang aku lupa mematikan laptopku kemarin. Akupun langsung sigap membuka Dr*ve ku, untuk memastikan apakah video itu sudah ter-upload sepenuhnya.

Thank fuck, ternyata video itu ada. Aku sebelumnya sudah khawatir apakah video itu tidak terkirim sepenuhnya, namun sepertinya aku tepat waktu. Orang gila itu pasti tidak menyadari kalau aku mengirim barang bukti itu ke Dr*ve.

Aku langsung berniat untuk meng-upload video ini ke seluruh sosial mediaku sambil mencantumi sosial media mas Farhan, namun sepertinya itu merupakan tindakan yang bodoh. Bagaimana kalau ketika aku upload video itu, dia langsung bertindak yang tidak-tidak ke Hani? Jadi sepertinya jangan sekarang aku meng-upload videonya, at least sampai Hani tahu tentang video ini dulu.

Tak lama kemudian, ada yang mengetuk pintu kamarku. Akupun langsung beranjak ke pintuku dan ternyata Bella sudah pulang dari kampus, dan kulihat pakaiannya juga rapi dengan rok, kemeja, dan jilbab.

"Kakak udah makan belom? Nih aku beliin makan" Ucapnya.

"Belom, dek, yaudah kamu taro di meja aja, kakak mau mandi dulu" Jawabku, dan setelah aku beranjak ke kamar mandi, tiba-tiba Bella memelukku dari belakang.

"Dek, kenapa, si? Udah, eh"

"Umm... Kakk..."

"Apaan?? Udahh lepasin ah" Ucapku sambil berusaha melepaskan pelukannya, dan setelah pelukannya lepas, aku membalikkan badanku.

"Kenapa, sih?" Tanyaku sambil menggenggam kedua lengannya.

"Kakak... Marah, ya?"

"Masalah yang tadi malem?" Tanyaku, dan Bella hanya mengangguk.

"Dek, kamu sayang nggak sama Andre?"

"Sayang, kak"

"Nah, kakak nggak keberatan kalo kamu ngelakuin itu sama yang kamu sayang, okey?" Jelasku berusaha menenangkan Bella.

"Tapi kak..."

"Ssst, udah, udah, it's okay, Andre orang baik, kok," Potongku.

"Yaa meski kakak dulu sempet ada ribut sama dia, tapi dia baik kok, kamu pacaran sama orang baik, dek" Lanjutku, dan Bella sudah terlihat sedikit lebih lega.

"Tapi kakak nggak marah sama aku, kan?" Tanyanya.

"Nggak, kok, cuma kakak marahnya ya karena kamu nggak cerita-cerita aja, udah kamu keluar dulu sana, kakak mau mandi" Jawabku, dan setelah itu Bella mengangguk tersenyum.

-----

Meski kondisiku sudah cukup pulih, hari ini aku diberi kompensasi dari beberapa dosenku untuk tidak masuk kuliah. Jadi di hari ini aku hanya banyak beraktivitas di kontrakan. Urusan makan juga Bella yang mengurus, jadi hari ini aku bisa bermain game sampai puas sebelum bertemu Hani untuk membicarakan tentang kejadian kemarin.

Hari sudah menjelang sore, dan masih belum ada tanda yang lain akan pulang. Bella juga sudah kembali ke kampus karena dia masih ada kelas di siang hari, namun dia tadi mengabariku kalau dia akan kembali ke kontrakan kami setelah selesai kelas. Di saat aku sedang bermain game, terdengar suara pintu depan terbuka, dan aku langsung beranjak keluar untuk melihat siapa yang datang, dan ternyata Rama dan Adi lah yang memasuki kontrakan dimana kondisi Rama sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Akhirnya abang-abangan pulang juga" Ledekku ke Rama.

"Hahahaha, nggak mau lama-lama di rumah sakit, lah, mau buru-buru 'balikin' ke orangnya" Jawabnya menjelaskan kalau Rama ingin segera balas dendam.

Kami langsung beranjak ke kamarku, dan aku dan Adi langsung menginterogasi apa yang terjadi dengan Rama dan orang itu.

"Jadi kok lu bisa ribut sama orang itu, Ram?" Tanyaku.

"Jadi, gua sempet nyari-nyari info tentang kejadian lu sama cowok yang deket sama Hani itu, terus gua nanya beberapa temen gua yang ada difakultas mereka," Jelas Rama.

"Terus gua ngegali-gali info terus, sampe akhirnya gua ngeliat sesuatu," Lanjutnya, dan Rama langsung beranjak membuka hapenya.

"Gua liat ini" Ucapnya sambil menunjukkan video.

Di video itu, terlihat seseorang sedang diberi make-up oleh beberapa orang. Namun karena Rama merekamnya dari jauh, resolusi videonya cukup buruk karena harus di zoom, dan orang itu juga masih tertutupi dengan orang yang memberinya make-up, jadi celah yang ada hanya sedikit untuk melihat wajahnya.

Setelah beberapa menit, akhirnya MUA itu mulai berpindah, dan somehow, orang itu mengeluarkan perban, dan dia langsung memakaikan perbannya ke lelaki yang baru saja dia rias. Akhirnya periasan sudah selesai, dan laki-laki itu langsung beranjak pergi, dan akhirnya wajah lelaki itu terlihat jelas.

Mas Farhan?

"Nah, Bay, terus gua nyari-nyari lagi, gua nemu ini" Ucap Rama, dan dia langsung menunjukkan sebuah foto dimana terlihat seseorang yang sangat babak belur.

"Ini siapa, Ram?" Tanya Adi.

"Nggak tau ini siapa, nah, yang terakhir, tadi temen gua ngirim video lagi, nah dari video ini bisa langsung jelas semuanya" Jawab Rama, dan Rama langsung menunjukkan sebuah video lagi.

Video itu memiliki banyak time-lapse, namun jelas video itu adalah video tentang perkelahianku dengan beberapa orang saat setelah aku bertemu mas Farhan. Namun, timeline dari video itu dengan video yang diunjukkan Hani sangat berbeda. Di video itu, terlihat aku dulu yang ditarik kedalam gang, dan aku keluar, baru setelah itu mas Farhan tiba-tiba datang memasuki gang, dimana di video yang Hani tunjukkan, mas Farhan duluan lah yang memasuki gang, bukan aku. Berarti..

"Jadi orang yang Bayu pukulin itu bukan mas Farhan, Ram?" Tanya Adi.

"Bukan, tapi itu orang lain, terus mas Farhannya juga selama ini fine-fine aja, dia cuma pura-pura banyak luka..." Jelas Rama yang belum selesai namun langsung kusambung.

"... Buat nyari simpati dari Hani" Ucapku dan Rama bersamaan, dan serentak kita bertiga langsung terdiam.

It's all coming together. Akhirnya semua permainan licik mas Farhan bisa terkumpul sepenuhnya. Sekarang tinggal permainan waktu untuk menyelesaikan permainannya.

"Ohiya, Ram, terus lu kenapa bisa berurusan sama geng itu?" Tanya Adi.

"Mas Farhan kenal sama anak-anak geng itu, terus mas Farhan tau kalo gua punya barang bukti, makanya mereka mau ngincer gua, cuma posisinya waktu itu lagi di kampus, jadi mereka gabisa ngelakuin banyak" Jelas Rama.

"Iyasih, untung kita tepat waktu ngeliatnya waktu itu, tapi juga se-geng itu udah rata kok, abis mas Rizky sama yang ada di rumah itu ditangkep sama mas Surya, mereka udah nggak ada ketua jadi anggota yang masih belom ketangkep juga keteteran" Jelas Adi.

"Belom semuanya" Potongku, dan terlihat raut kebingungan di wajah Rama dan Adi.

"Hah? Gimana?" Tanya mereka berdua, dan aku hanya membuka file Dr*ve-ku dan langsung menunjukkan video yang kurekam.

"Hah? Jadi mas Farhan..." Tanya Adi yang langsung kupotong.

"Mas Farhan juga ketua geng itu, mereka berdua ketuanya" Jelasku.

"Ya pantes lu diincer Ram, lu langsung nyari masalahnya sama ketuanya juga," Balas Adi.

"Eh tapi kalo mas Farhannya juga belom ketangkep berarti..." Lanjut Adi yang membuat kami bertiga kembali terdiam.

Disaat kami terdiam, tiba-tiba muncul notifikasi dari laptopku, dan aku langsung membuka notifikasi itu.

"Bay, aku diajak ketemu sama mas Farhan di mall T ya, Bay, nanti abis ini aku langsung ke kontrakan, jangan lupa makan yaa" Isi pesan tersebut, dan pesan tersebut adalah dari Hani.

"Apaan, Bay?" Tanya Adi.

"Hani diajak ketemuan sama mas Farhan, Di" Jawabku, dan setelah itu kami bertiga langsung tersentak kaget.

DEGG..

"Bay, kok perasaan gua gak enak, ya?" Tanya Rama dengan nada khawatir, dan aku juga langsung spontan berdiri dan bersiap-siap untuk pergi.

Tidak, tidak boleh, tidak bisa. Jika Hani bertemu dengan mas Farhan setelah aku mengetahui apa yang terjadi di balik layar, mas Farhan pasti sudah merencanakan sesuatu. Aku harus kesana sebelum semuanya terlambat.

"Bay, Bay, lu mau kemana?" Tanya Adi langsung menghampiriku.

"Menurut lu aja gua mau kemana, Hani bisa lagi dalam bahaya sekarang" Jawabku, dan Rama juga langsung menghampiriku dan Adi.

"Yaudah, Di, kita siap-siap juga, bahaya kalo Bayu sendirian lagi" Ucap Rama.

"Ram, jangan gila, lu. Lu baru keluar dari rumah sakit" Ucapku mengingatkan Rama.

"Iya Ram, udah lu disini aja, biar gua sama Bayu yang kesana" Lanjut Adi.

"Ah elah, ketimbang bocor doang, udah nggak usah khawatir" Balas Rama yang memang kadang keras kepala.

"Hhhhh yaudah lah, yang penting kalo lu kenapa-napa gua gamau tanggungjawab ya" Ucap Adi dan Rama hanya mengangguk.

-----

Kami sudah siap. Kami bertiga juga sudah membawa beberapa barang yang bisa kami gunakan sebagai senjata just in case akan terjadi keributan. Aku membawa pedang kayu kendo yang kudapat saat aku mengikuti judo di waktu aku masih SMP, Adi membawa nunchaku, dan Rama membawa Bat Softball. Kami akan menerjang badai dan kami harus selalu siap sedia.

Baru kami mau berangkat, dan ketika kami bertiga berjalan keluar dari kontrakan, tiba-tiba Bella datang mengendarai motornya.

"Loh, loh, pada mau kemana? Kak Bayu sama kak Rama kok nggak istirahat?" Tanya Bella sembari memarkirkan motornya.

"Kakak mau ke kak Hani dek, kak Hani lagi ketemu sama mas Farhan" Ucapku tergesa-gesa.

"Yaampun kak, kakak masih aja, udah dong kak" Ucap Bella keberatan.

"Dek, kak Hani bisa lagi dalam bahaya, kakak harus mastiin semuanya bakal baik-baik aja" Jawabku.

"Bella, please, waktu kita nggak banyak" Ucap Rama.

"Tapi emang kakak seyakin apa kalo mas Farhan bakal kaya gitu? Kakak punya buktinya?" Tanya Bella.

"Dek, please, lagi nggak ada waktu buat ngebahas itu, kita udah harus berangkat" Ucapku.

"Tapi kak..."

"Dek, kamu percaya sama kakak, kan?" Ucapku, dan Bella terdiam sejenak sebelum akhirnya Bella dengan berat mengangguk.

"Yaudah, kak, tapi aku ikut ya, buat mastiin kakak nggak kenapa-napa" Jawabnya, dan setelah itu kami langsung bergegas masuk ke dalam mobilku dan beranjak ke mall T.

-----

Di jalan, kami bertiga menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, dan akhirnya Bella juga mengetahui seberapa kotornya mas Farhan. Bella juga kecewa ketika mengetahui kelakuan mas Farhan karena Bella juga sebelumnya mengidolakan mas Farhan, dan dia sempat berharap kalau mas Farhan akan menyukai dirinya, namun impiannya kandas.

Sesampainya di mall dan memarkirkan mobil, kami langsung berputar mengitari mall untuk mencari mereka berdua. Kami memulai dari lantai paling dasar hingga lantai paling atas, dan kami langsung menemukan mereka di dalam sebuah toko barang-barang sehari-hari.

"Noh, Bay, liat, di bagian boneka" Ucap Rama menunjuk kearah mereka.

Langsung terlihat Hani dan mas Farhan terlihat seperti bahagia menikmati momen mereka berdua. Terlihat juga mereka bercanda-canda. Oh tidak, apakah mungkin?

"Bay, tenang, jangan bertindak aneh-aneh dulu" Ucap Adi menenangkanku.

Terlihat mereka berdua keluar dari toko itu, dan serentak kami berempat langsung lari mengumpat. Selain itu, kulihat mas Farhan membawakan boneka. Sudah jelas, boneka itu pasti buat Hani.

Kami kembali mengikuti mereka, dimana Hani juga mencari-cari pakaian bersama mas Farhan dan mas Farhan mencari-cari sepatu. Jujur kalau kondisinya aku tidak mengenal mereka berdua, mereka berdua terlihat seperti pasangan serasi. Namun karena aku mengetahui mereka berdua, terlebih apa yang akan mas Farhan lakukan, it scares the shit out of me.

"Bay... Jangan emosi, oke?" Ucap Adi menenangkanku.

"Iya, santai, yaudah terus ikutin ayo" Jawabku seadanya, dan kami kembali mengikuti mereka.

Mereka akhirnya memasuki sebuah restoran fast-food yang berada di mall ini. Kebetulan Hani langsung menuju ke booth pemesanan, sementara mas Farhan langsung memilih tempat duduk di pojok. Berhubung mas Farhan langsung membuka hapenya, kami bisa mengendap-endap masuk.

"Cara biasa, Ram" Ucap Adi, dan Rama hanya mengangguk dan mereka berdua langsung menaikkan kupluk hoodie mereka berdua sambil menggunakan masker, sementara aku dan Bella memutuskan untuk duduk di bagian luar.

Ini merupakan cara yang pernah kami lakukan saat Rama memiliki masalah dengan mantannya dulu, dimana satu atau dua orang kami jadikan tumbal untuk duduk di dekat mereka, dan sisanya berada di tempat lain. Tumbal itu pun menelepon salah satu orang yang berada diluar dan menaruh hapenya cukup dekat dengan target supaya suaranya bisa terdengar.

Sebenarnya ini merupakan rencana yang cukup efektif, namun yang jadi permasalahan kali ini adalah Hani mengenali Rama dan Adi, dan mas Farhan juga pernah berinteraksi dengan Rama sehingga operasi ini akan jauh lebih beresiko.

Seperti rencana, Rama dan Adi langsung duduk di samping meja mas Farhan dan Hani, sementara aku dan Bella melihat dari kejauhan.

Tak lama kemudian, Hani datang membawa makanan yang sudah dipesan, dan Rama langsung menelepon hapeku dan aku langsung menyalakan speakerphone nya.

"Jadi, kamu sekarang harusnya ke kontrakannya Bayu, Han?" Tanya mas Farhan yang terdengar samar-samar dati hapeku meski hapeku sudah kunyalakan speakerphone nya.

"Iya, mas, cuma tadi sih aku udah minta tolong sama Bella buat jagain Bayu dulu disana, aku udah ngabarin dia juga kok" Jawabnya, dan mereka kembali mengobrol biasa setelah itu.

Aku dan Bella benar-benar tidak bisa tenang. Kami berdua sangat takut kalau Rama dan Adi akan melakukan kesalahan fatal sehingga penyamaran mereka terbongkar, dan suara dari telefon ini pun tidak terdengar begitu jelas.

"Ohiya, mas, itu... Bonekanya lucu banget masa" Ucap Hani.

"Oh, iya? Alhamdulillah deh kalo kamu nganggep bonekanya lucu, ini buat orang soalnya" Jawab mas Farhan, yang mengacu ke seseorang yang sebenarnya adalah Hani.

"Loh, buat siapa, mas?" Tanya Hani.

"Ada lah" Jawabnya.

"Pasti buat cewek, ya"

"Hehe, iya Han"

"Siapa tuh ceweknya, mas?" Tanya Hani, dan seketika kulihat dari kejauhan mas Farhan berlutut dan menyodorkan boneka itu ke Hani, dan dengan bingung Hani menerima boneka itu.

"Mas? Ini... Maksudnya apa?"

"Yaa buat kamu bonekanya, Han" Ucap mas Farhan, dan aku dan Bella langsung panik mendengar ucapan mas Farhan.

This is it, the moment of truth, mas Farhan akan menembak Hani, dan nasib Hani serta hubungan kami akan ditentukan dari jawaban Hani.

"Han, kamu mau jadi pacar mas?" Tanya mas Farhan, dan seketika terlihat kebimbangan di wajah Hani, kepanikan di gestur Rama dan Adi, serta kulihat Bella juga mulai mengeluarkan air mata.

"Please, Han, kamu harus bisa nolak mas Farhan" Ucapku pelan.

"Kak Hanii, ayo kak, jangan terima mas Farhan kak, pleasee" Ucap Bella juga perlahan.

Rama dan Adi juga mulai berusaha kembali mengembalikan ketenangan mereka, dan akhirnya Hani membuka mulut.

"Mas..." Ucap Hani, dan ketika aku sudah mulai putus asa, tiba-tiba Hani menyerahkan kembali boneka itu.

"Boneka ini mas simpen buat orang lain aja, ya" Lanjutnya, dan terlihat Rama dan Adi ingin menahan tertawa, dan terlihat pula reaksi-reaksi dari orang sekitar.

"Kenapa, Han?" Tanya mas Farhan dengan nada sedih, entah itu pura-pura atau tidak.

"Mohon maaf, mas, aku nggak bisa nerima ajakan mas" Balas Hani.

"Hani, mas mohon, jadi pacar mas, mas butuh kamu disamping mas, Han" Jawab mas Farhan memohon.

"Mohon maaf mas, meski mas butuh aku, ada orang yang jauh lebih butuh aku daripada mas, keliatan banget akhir-akhir ini orang itu lagi nge-down banget semenjak aku udah nggak sama dia lagi," Balas Hani, dan Bella kulihat langsung tersenyum kearahku.

"Orang itu... Bayu kak, Bayu jauh lebih butuh aku daripada mas butuh aku, aku nggak bisa ninggalin dia" Lanjut Hani, dan terlihat raut wajah frustasi di wajah mas Farhan sementara aku disini bersama Bella tertawa kegirangan.

"Han, kenapa, sih? Kenapa kamu bisa milih dia daripada mas? Mas lebih kaya, lebih pinter, lebih ganteng, kenapa kamu bisa milih orang yang cuma bisa main bola daripada mas, Han? Kamu berhak buat dapetin yang lebih baik dari dia" Tanya mas Farhan frustasi, dan Hani langsung sigap menjawab.

"Yaa mungkin bener, mas Farhan jauh 'lebih' daripada Bayu, dan jelas aku berhak buat dapet yang lebih baik dari Bayu," Ucap Hani.

"Tapi kalo gitu aku juga berhak buat bersyukur sama apa yang aku punya, kan?" Lanjutnya.

Boom, checkmate. Mas Farhan sudah tidak dapat membantah ucapan Hani kali ini. Habis sudah, aku menang.

Aku dan Bella pun serentak langsung mengajak masing-masing dari kami tos. Rama dan Adi pun kulihat diam-diam melakukan handshake kemenangan juga melihat kondisi mas Farhan yang benar-benar sudah tidak bisa berkutik.

Kemudian, tiba-tiba manajer restoran serta beberapa staff-nya menghampiri Rama dan Adi yang sedang duduk dan mereka berdiri diantara Rama dan Adi dengan mas Farhan dan Hani, sehingga mereka menghalang pandanganku dan Bella. Karena sepertinya ini urusan genting, Rama pun langsung mematikan teleponnya.

"Aduh mampus kak Rama sama kak Adi kenapa" Ucap Bella yang sama paniknya denganku.

Mereka terlihat berbincang cukup lama, dan setelah itu terlihat sepertinya Adi dan Rama bisa bermain mulus hingga mereka bisa melarikan diri dari ancaman, namun mereka tetap harus pergi.

Akhirnya, pihak restoran itu pun pergi, dan mereka tidak menghalang pandangan kami lagi. Namun ada yang aneh...

"Mas Farhan sama Hani kemana?"

Rama dan Adi juga langsung menengok ke sebelah kiri mereka, dan mereka juga langsung sangat terkejut melihat mas Farhan dan Hani sudah tidak ada.

Oh no, oh no, no, no, no. Mereka kemana? Kacau, kami berempat bisa-bisanya kecolongan. Aku pun langsung melihat sekitar, namun sejauh mata memandang, tidak terlihat ada Hani ataupun mas Farhan. Melihat kondisi ini pun aku langsung menelepon Rama.

"Ram, mereka kemana?" Tanyaku.

"Nggak tau, Bay, mereka keknya pergi pas manajernya tadi dateng" Jawab Rama dengan panik.

"Aduhh, yaudah ayo keluar, kita cari lagi" Jawabku, dan setelah itu Rama dan Adi keluar dan kami langsung kembali mengitari Mall.

Aku dan Bella pun langsung beranjak mencari mereka ke pintu keluar, dan benar saja, kulihat Hani dan mas Farhan berjalan di luar mall, dan terlihat mas Farhan juga merangkul Hani selama mereka berjalan. Setelah itu, sepertinya mereka sedang menunggu seseorang di pinggir jalan. Bella pun langsung menelepon Rama untuk mengeluarkan mobil dan bertemu di pintu keluar.

Tak begitu lama mereka menunggu seseorang, sepertinya mereka menunggu jemputan, dan akhirnya jemputan mereka datang. Tapi...

Mobil itu, aku familiar dengan mobil itu, namun kapan, ya? Rasanya aku pernah melihat mobil itu, namun kapan? Apakah hanya kebetulan aku pernah melihat mobil sedan merah ini?

Sedan merah... Sedan merah... Sedan merah... SEDAN MERAH!!! INI MOBIL YANG KULIHAT SAAT HANI NYARIS DIPERKOSA SAAT ITU! INI BERBAHAYA!!!

Tak lama kemudian, Rama dan Adi datang membawa mobilku, dan aku dan Bella langsung memasuki mobilku.

"Ram, Ram, ikutin sedan merah itu, lu inget kan sama sedan merah itu?" Ucapku dan Rama mengangguk paham.

Kami langsung mengikuti mobil itu, dan mobil itu berjalan menuju ke arah dataran yang lebih tinggi. Entah mereka mau kemana, tapi lebih baik kalau kami ikuti terlebih dahulu.

Akhirnya mereka menepikan diri ke sebuah kafe yang berada cukup ke pedalaman. Rama langsung meminggirkan mobilku di luar gang karena takut kalau kami akan ketahuan, dan kami berempat langsung turun membawa senjata yang sudah kami bawa kecuali Bella dan senjata itu kami sembunyikan dibalik jaket kami.

Kami langsung berjalan menuju ke kafe itu, namun mas Farhan dan Hani sudah tak terlihat ada di dalam. Baru kami masuk selangkah, semua mata orang yang berada di dalam kafe ini menuju ke kami berempat seolah kami tamu tidak diundang.

"Weh! Ngapain kalian kesini?!" Ucap salah satu orang yang sedang duduk.

"Maaf, mas, kita mau nyari orang yang bawa mobil itu" Jawab Rama sambil menunjuk kearah mobil sedan merah itu.

Setelah Rama berbicara seperti itu, semua orang yang berada di dalam kafe ini serentak berdiri dan berjalan mendekati kami.

"Nyari siapa?" Tanya orang itu lagi.

"Itu yang make mobil sedan itu mas, apa mas kenal sama yang bawa mobil sedan merah itu?" Tanyaku, dan karena kami merasa ada yang aneh perlahan-lahan kami berjalan mundur.

"Kalian sadar kalian lagi dimana?" Tanya orang itu lagi, dan ucapan orang itu membuatku langsung memperhatikan sekitar setelah seluruh ruangan.

Oh no, aku baru menyadarinya, ini bukan kafe, INI MARKAS!!

Aku sudah sadar kalau kami tidak akan bisa pergi begitu saja, lalu akupun langsung memulai perkelahian. Aku langsung memukul orang itu hingga dia tersungkur, dan tentu saja langsung terjadi keributan.

Kami berempat dikelilingi oleh kurang lebih 12-14 orang yang berada di dalam kafe, jadi secara matematis per orang melawan 4 atau 5. Namun kali ini mereka semua menyerang kami secara membabi buta, dan kami bertiga juga harus melindungi Bella supaya Bella tidak kenapa-napa.

*BUGG... BUGG...*

Kami benar-benar kewalahan, namun pada akhirnya kami mendapat momentum untuk menyerang balik. Salah satu yang memukuliku posisi tubuhnya terbuka, dan akupun langsung memanfaatkan kesempatan dan mendorong kencang orang itu sehingga aku bisa keluar dan kepungan mereka bisa terbuka.

Setelah beberapa orang yang kudorong terjatuh, aku langsung mengeluarkan pedang kayu judoku dan aku langsung menyerangi mereka yang masih memukuli Rama dan Adi.

Mereka mulai kewalahan, dan Rama dan Adi juga sudah bisa mengeluarkan senjata mereka dan kami bisa langsung menyerang balik. Kini kami bisa bergerak lebih bebas, dan Rama juga dengan sigap langsung menyerahkan kunci mobilku ke Bella untuk Bella melarikan diri.

"BEL PERGI, BEL!!" teriak Rama dan Bella langsung pergi menuju ke mobilku.

Beberapa orang yang tadi terjatuh melihat Bella ingin melarikan diri, dan mereka dengan cepat langsung berdiri dan berusaha mengejarnya. Namun aku tidak membiarkan hal itu dan aku langsung menarik kembali mereka dan kembali menghajarnya.

Kulihat Bella sudah kabur membawa mobilku, dan kini aku bisa kembali fokus melawan. Tentu saja karena kondisiku dan Rama yang belum pulih sepenuhnya, kami tidak bisa melawan 100%. Terlebih kulihat perban Rama berlumuran darah.

Mereka juga akhirnya menggunakan apa saja sebagai senjata. Ada yang menggunakan gelas, buku, dan bahkan ada yang melempari kita bertiga kursi. Namun dikarenakan kami menggunakan senjata yang jauh lebih efektif dibanding mereka, kami tetap bisa bertahan.

Setelah perkelahian yang cukup panjang, tersisa 5 orang dimana sisanya sudah tersungkur atau pingsan, dan 5 orang itu akhirnya memutuskan untuk melarikan diri. Adi pun langsung menyuruhku dan Rama untuk mencari Hani sementara dia memutuskan untuk memerhatikan keadaan serta menghubungi yang lain untuk segera menjemput kami.

Aku dan Rama memasuki 'kafe' ini jauh lebih ke dalam, dan di bagian dalam terdapat tiga pintu menuju ke ruangan lain. Aku dan Rama pun langsung sigap untuk mengecek pintu-pintu tersebut. Aku membuka pintu sebelah kiri, dan ternyata pintu tersebut adalah pintu kamar mandi, sedangkan pintu yang Rama buka adalah gudang persediaan.

Tersisa satu pintu yang belum dibuka, dan Rama langsung beranjak ke pintu terakhir yang berada di ujung lorong. Dengan perlahan, Rama membuka pintunya perlahan, dan setelah pintunya terbuka sepenuhnya, sesuatu menyerang Rama hingga Rama terpental jauh kebelakang.

"RAMA!!"

Akupun langsung sigap berlari menuju ke Rama yang sedang terkapar sambil melihat ke dalam ruangan yang baru saja Rama buka tadi.

"Well, well, well, liat siapa yang langsung ngebantah" Ucap orang itu, dan tentu saja orang itu adalah mas Farhan.

Kulihat mas Farhan di ujung ruangan sedang menjadikan Hani seperti menjadi sandera, dan di depanku kini ada pria lain yang baru saja menyerang Rama.

"Bayu..." Ucap Hani lirih.

"Hani... Sabar..." Jawabku pelan, dan ketika aku baru mau mendekat, orang yang berada di depanku selalu mendekatiku sehingga aku tidak ada celah.

"Bay... Video itu ternyata bener Bay... Kamu bener selama ini..." Ucap Hani, jadi ternyata...

"Kamu udah liat video yang ada di Dr*ve aku?"

"Maafin aku ya Bay... Aku diem-diem buka laptop kamu tadi pagi" Jelasnya.

"Baru saya bilang kemaren kalo kamu nggak usah macem-macem sama saya, atau Hani yang bakal terima balesannya" Ucap mas Farhan memotong percakapanku.

"Mas, kalo mas emang punya masalah sama saya, please gausah bawa-bawa Hani, selesain sama saya aja" Jawabku berusaha membiarkan mas Farhan melepaskan Hani, dan mas Farhan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku.

"Hahaahahha, HAHAHAHAHAHA!! KAMU BEGO APA GIMANA?! JELAS HANI YANG JADI MASALAH ANTARA KITA BERDUA!!" teriak mas Farhan.

"Sekarang, kamu sama Hani udah punya video yang bisa ngebahayain reputasi saya, reputasi saya ada di tangan kalian, kamu pikir saya bakal biarin kalian begitu aja?!" Lanjut mas Farhan.

"Ken, udah, abisin tuh dua orang" Lanjut mas Farhan menyuruh orang ini, jadi dialah Kenneth yang nyaris memerkosa Hani, namun fisiknya sudah jauh lebih besar dari terakhir yang kuingat.

Kenneth pun langsung mendekati kami berdua yang masih tersungkur di lantai. Ketika Kenneth sudah berada di depan kami, akupun mendapat ide untuk menyelesaikan masalah ini.

"STOP!!" Teriakku.

"Mas Farhan, gimana kalo gini? Nasib mas Farhan ada di tangan saya sama Hani, dan nasib Hani ada di tangan mas, gimana kalo kita ngambil jalan tengah?" Tawarku.

"Video itu saya hapus, mas lepasin Hani, dan kita janji kita nggak bakal ngebahas itu lagi" Lanjutku.

Rencanaku adalah menghapus video yang ada di Dr*ve ku, dan ketika mas Farhan mengira kalau barang bukti sudah hilang dan dia berani berulah lagi, aku akan menggunakan barang bukti yang Rama pegang sebagai cadangan.

"Apa yang ngebuat kamu yakin kalo saya bakal nerima tawaran saya begitu aja, hah?!" Jawab mas Farhan emosi.

"Ya yaudah kalo mas mau reputasi mas sebagai 'golden boy' kampus kita ancur, intinya kita sama-sama kehilangan, paling Hani cuma perlu beberapa waktu buat pulih dari apa yang bakal mas lakuin, tapi apa reputasi mas bakal balik lagi dari kejadian ini?" Jelasku, dan terlihat Hani sangat terkejut dengan perkataanku.

"Jadi, do both of us some favor and we end this shit right now" Ucapku, dan mas Farhan terdiam sejenak memikirkan perkataanku.

"Kak, gimana, kak? Buruan ambil keputusan" Suruh Kenneth ke mas Farhan.

"Oke kalo begitu, tapi saya ingin ngeliat kamu ngapus video itu di depan saya" Ucap mas Farhan.

"Han, pinjem hape kamu" Pintaku ke Hani, dan mas Farhan pun langsung mengambil hape Hani dari tas Hani, dan dia menyerahkan hape itu ke Kenneth sebelum Kenneth memberikannya kepadaku.

Dengan sigap, aku langsung memasukkan akunku ke hape Hani, dan aku langsung membuka Dr*ve ku sambil tetap diawasi Kenneth.

Akupun langsung menghapus video itu dari Dr*ve ku, dan setelah video itu terhapus, aku langsung menunjukkanya ke mas Farhan.

"Videonya udah diapus, sekarang, lepasin Hani" Ucapku sambil melempar hape itu ke mas Farhan.

"Nah, Bay, kamu baru aja ngebikin pekerjaan saya jadi lebih mudah," Ucap mas Farhan sambil tertawa.

"Sekarang, buktinya udah nggak ada, jadi saya bisa ngelakuin apa yang saya mau" Lanjutnya.

OH TIDAK, AKU MEMBUAT KESALAHAN FATAL!

Mas Farhan pun langsung mengayunkan tangannya yang masih memegang hape Hani ke kepala Hani, dan kini aku sudah mulai pupus harapan.

Ketika semuanya kupikir sudah berakhir, Hani pun langsung menggigit tangan mas Farhan yang sedang melingkari lehernya.

"AHHH!!!" teriak mas Farhan, dan setelah ayunan tangan mas Farhan tergagalkan, Hani langsung menyikut selangkangan mas Farhan cukup keras hingga mas Farhan makin kesakitan dan melepaskan grapple nya, dan Kenneth pun langsung berbalik badan melihat kearah mas Farhan.

"RAM! SEKARANG!!" teriakku, dan kami berdua langsung bangkit dan beranjak menyerang Kenneth hingga Kenneth jatuh tersungkur.

Rama pun langsung menangani Kenneth, sementara aku langsung menghampiri mas Farhan yang masih tersungkur karena serangan Hani. Melihat mas Farhan yang masih tersungkur, aku langsung menendangi tubuhnya membabi-buta.

*BUGG... BUGG... BUGG...*

Aku langsung membalikkan tubuh mas Farhan, dan aku langsung menduduki dadanya dan menyerangi mas Farhan yang tidak bisa menghindar.

*BUGG... BUGG... BUGG...*

Tidak begitu lama aku menyerangi mas Farhan, dan kini mas Farhan sudah mulai kehilangan kesadarannya. Kini tinggal satu pukulan yang akan kulancarkan untuk membuat dirinya pingsan, dan aku mengambil ancang-ancang yang tinggi, namun tiba-tiba...

"BAYU, UDAH!!" teriak Hani sambil menarik tanganku, dan aku langsung berbalik melihat kearahnya.

"Udah, Bay, kamu udah menang, nggak perlu dilanjutin lagi" Ucapnya dengan nada lembut, dan akupun malah menjadi luluh dan langsung sigap berdiri, dan kulihat juga Rama sudah selesai menghajar Kenneth yang juga sudah terkapar.

Setelah aku berdiri tegak, Hani pun tiba-tiba langsung memelukku erat-erat, dan aku langsung membalas pelukannya sambil mengelus-elus kepalanya yang masih tertutupi pashmina.

"Gimana? Kamu percaya sama aku sekarang?" Ucapku, dan Hani tidak menjawab, namun terdengar suara tangisan.

"Ssst, udah, udah, nggak usah nangis, intinya kamu sekarang udah tau, kan?" Tanyaku.

"Hikss... Hikss... Iyaa... Maafin akuu... Kalo udah bikin kamu khawatir..." Jawabnya terisak.

"It's okay, sayang, intinya sekarang masalahnya udah selesai" Balasku, dan Hani melepas pelukanku.

"Hah? 'Sayang'?" Tanya Hani.

"Jadi kamu nggak mau balikan sama aku, nih?" Tanyaku, dan setelah itu Hani tersenyum lebar dan langsung memelukku lagi sejenak.

Setelah kami selesai berpelukan, Rama pun menghampiri kami berdua, dan Hani langsung terkejut melihat perban Rama sudah ada banyak darah.

"Rama ihh, kok lu masih maksain ikut, sih? Liat itu perban lu ngerembes darahh" Ucap Hani khawatir.

"Hahahaha, ya abis bahaya juga kalo cowok lu cuma berdua doang sama Adi, lagian gua mau bales dendam sama nih orang, *BUGG...*" Jawabnya sambil menendang tubuh mas Farhan, dan Hani hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

Ohiya, Rama masih menyimpan barang bukti yang dia kumpulkan, sepertinya semua orang perlu tahu sekarang bagaimana sebenarnya 'anak emas' mereka berperilaku di dunia luar.

"Ram, pinjem hape lu, dong, ada satu hal lagi yang perlu kita lakuin" Ucapku, dan Rama yang paham dengan apa maksudku pun langsung menyerahkan hapenya kepadaku.

Akupun dengan sigap langsung membuka Inst*gram di hape Rama, dan setelah aku memasukkan akunku di hape Rama, aku langsung beranjak untuk mengupload semua barang bukti yang ada di hape ini. Tak lupa aku mencantumkan akun mas Farhan supaya aku bisa memastikan kalau post ini akan tercantum di detail akun mas Farhan juga.

Namun sebelum aku memencet tombol upload, aku kembali beranjak ke mas Farhan yang masih tersungkur, dan aku kembali menduduki perutnya sambil menunjukkan layar hape ini di depan wajahnya.

"Mas, mas, liat kesini," Ucapku, dan mas Farhan langsung melihat kearah layar hape Rama, dan terlihat langsung kepanikan di wajahnya, dan baru ketika mas Farhan ingin membuka mulut, aku langsung memencet tombol upload dan dunia kini akan tahu siapa mas Farhan sebenarnya.

"Game over" Ucapku penuh dengan rasa kemenangan, dan setelah itu aku kembali berdiri, dan bersama Hani dan Rama, kami pergi meninggalkan mas Farhan dan Kenneth yang masih terkapar di ruangan ini.

-The End of Chapter III-
 
Semoga penantian lama suhu-suhu sekalian bisa terbayarkan, dan semoga update kali ini cukup baik buat jadi penutup chapter III sebelum kita pindah ke chapter terakhir :p  (by the way mohon maaf jika ada yang kecewa kalo ngga ada adegan seks nya di update kali ini hehe)
 
Kenapa hani gk di perkosa dulu
Ngga nyampe otak ane hu kalo adegan seks yang unsurnya perkosa/paksaan gitu wkwkwk, karena yang ane bilang sebelumnya ane kurang suka genre2 kaya gitu jadi ane juga nggak punya banyak referensi buat nulis kearah itu

Lagipula kan itu bayu rama adi berantemnya agak lama tuh, nah skrg balik ke imajinasi suhu-suhu sekalian aja mas Farhan, Hani sama kenneth di dalem ngapain hehe
 
Ngga nyampe otak ane hu kalo adegan seks yang unsurnya perkosa/paksaan gitu wkwkwk, karena yang ane bilang sebelumnya ane kurang suka genre2 kaya gitu jadi ane juga nggak punya banyak referensi buat nulis kearah itu

Lagipula kan itu bayu rama adi berantemnya agak lama tuh, nah skrg balik ke imajinasi suhu-suhu sekalian aja mas Farhan, Hani sama kenneth di dalem ngapain hehe
Naah, bagus suhu... Ane juga ga tega rasanya kalo Hani ampe di perkosa... Hani udah di takdirkan untuk bayu
:semangat: :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd