Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Bimabet
quicky di sepur 🤣

ditunggu hu @Kocid lanjutannya, masih menunggu adegan intim nan romantis yang lebih banyak antara Hani dan Bayu 😍
 
-Clarets and Blue-

"Sayang, bangun, kita udah mau nyampe" ucap Hani membangunkanku.

"Hmm? Sekarang udah jam berapa?" tanyaku masih pusing karena baru bangun.

"Jam 8, kita nyampe kira-kira jam 10" balas Hani.

Akupun langsung bangun dan mulai merapihkan barang-barangku, dan Hani membuka makanan yang sudah kita beli sebelum naik ke kereta kemarin untuk sarapan.

"Sayang" ucap Hani.

"Kenapa?"

"BH sama celana dalem aku ilang"

DEGG. Aku sangat terkejut mendengarnya. Apa mungkin ada yang melihat kami ngentot tadi malam? Entahlah, tapi pemikiran ini membuat kepalaku makin pusing.

"Kamu serius?" tanyaku

"Iyaa, coba cek nih tas aku, aku juga kaget tadi aku bangun kok tas aku udah kebuka lebar resletingnya" balas Hani sambil menjulurkan tasnya kepadaku.

Aku mulai menggeledah tas Hani dan ternyata benar, tidak ada BH dan celana dalamnya.

"Cuma BH sama celana dalam doang yang diambil?" tanyaku dan Hani hanya mengangguk.

Aku kembali menggeledah isi tasnya dan kulihat ternyata ada secarik kertas kecil. Aku mengambilnya dan kulihat ada tulisan yang bertuliskan "Halo cantik, kalo lagi sange add nomer ini di whats*pp yaa, makasih buat dalemannyaa" dan dibawahnya ditulis juga nomer hapenya, dan aku langsung merobek-robek kertasnya.

"Udah jangan diladenin" ucapku.

"Iyaa, anggep aja dia lagi beruntung" balas Hani dan setelah itu kami sarapan.

--

Kini kami sudah sampai di stasiun kota tujuan, dan berhubung kami duduk di deretan paling depan, kami bisa langsung keluar. Seperti halnya jika turun dari kereta biasa, kami keluar berdesakan. Hani menggenggam tanganku supaya kami tidak terpisah. Koridor jalan semakin berdesakan, dan entah kenapa Hani tiba-tiba menggenggam tanganku sangat keras, dan kulihat wajah Hani seperti sedang menahan sesuatu. Aku yang khawatir pun langsung bertanya kepada Hani.

"Kamu kenapa?" tanyaku.

"Ngg.. Nggak kok nggak kenapa-napa"

"Beneran?"

"Uhh.. Iyaa" balas Hani.

Aku dan Hani kembali berjalan menelusuri koridor dan Hani semakin kencang menggenggam tanganku dan kini kulihat Hani mengeluarkan air mata sambil memejamkan matanya. Okay, there's something wrong here. Baru aku berpikiran seperti itu, tiba-tiba Hani melepaskan genggamanku dan bergerak ke kanan seperti sedang ditarik orang. Aku yang menyadarinya pun langsung menggenggam pergelangan tangan Hani dan menariknya kembali kepadaku. Hal ini terus terjadi beberapa kali sampai akhirnya aku menyadari orang disamping kanan Hani sedang menarik tangannya juga, yang kutaksir orangnya masih muda atau bahkan seumuran denganku. Aku tidak berpikir panjang dan langsung meluncurkan pukulanku ke kepalanya.

"WOY NGAPAIN LU GANDENG-GANDENG CEWE GUA" teriakku setelah membuat dia terjatuh.

"Hehehe, cewe lu cantik soalnya bos" balas orang tersebut, dan aku kembali meluncurkan tendanganku ke badannya yang masih terduduk di lantai.

"LU APAIN CEWE GUA DARITADI HAH SAMPE DIA NANGIS GINI" kembali teriakku.

"Hehehehe makanya punya cewe tuh dijaga bos, jangan malah lu biarin buka daleman dalem kereta, bikin gua sange jadinya" ucap orang itu sambil berdiri dan tak berpikir panjang aku langsung menarik kerah bajunya dan mendorongnya ketembok.

Setelah memojokkan dia, aku langsung menghujamkan beberapa kali pukulan sebelum akhirnya Hani menarik tanganku dan beberapa pihak security stasiun juga langsung memisahkanku dengan pria ini. Pihak security tadinya ingin menahanku, namun aku melakukan pembelaan.

"Loh pak, saya cuma ngelakuin apa yang harus saya lakuin, dia bikin pacar saya nangis sampe ngelecehin dia masa saya harus diem aja?" belaku.

"Oalahh, gitu tah? Emang mas iki ngapain pacar sampeyan?" tanya pihak security kepadaku dan aku menyuruh Hani yang masih sesenggukan untuk menjawab pertanyaannya.

"Hikss.. Hikss.. Dia.. Dia ngeraba-raba pantat saya dari.. Dari dalem rok, dia.. Dia masukkin tangannya dari bagian atas rok saya" ucap Hani yang memang sedang menggunakan rok model karet yang mudah untuk dibuka.

"Hehehe pantat kamu empuk banget sayang bikin aku makin sange" ucap pria cabul ini.

Aku hendak untuk memukulinya lagi, namun pihak security langsung menghadangku. Setelah itu akhirnya pihak security memutuskan untuk menahan orang ini, dan sebelum aku dan Hani pergi, aku meminta tolong kepada pihak security untuk menggeledah isi hape nya juga.

"Pak, saya bisa minta tolong sekalian cek-in hapenya juga nggak, pak? Jadi sebenernya dia ngambil daleman pacar saya dari tas dia, dalemannya kekecilan jadi sama pacar saya dibuka karena bikin sakit, saya takutnya dia juga moto-motoin pacar saya" ucapku menjelaskan berbohong tentang alasan Hani membuka dalamannya.

"Oalahh gitu, tah? Enggeh mas, nanti kita geledah juga barang-barang dia, saya paham kenapa mas iku bisa bertindak seperti itu, namun tetap saja itu tindakan buruk, yowis nanti aku tak geledah juga hapenya" ucap bapak security itu dan kami bertukar nomer hape.

Aku langsung menghampiri Hani yang masih menangis namun sudah agak tenang, dan langsung merangkul menenangkannya.

"Udah tenang, yah. Orangnya lagi diurusin sama pihak berwajibnya juga kok" ucapku menenangkan, namun Hani tidak berkata apa-apa, dan kami langsung beranjak keluar stasiun. Kami tadinya ingin berwisata kuliner dulu, namun setelah kejadian tadi, aku memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen Hani saja.

"Wisata kulinernya besok aja ya, sayang? Kita pulang dulu aja sekarang" ucapku dan Hani menggangguk.

Setelah itu aku langsung memesan taksi online dan kami beranjak pulang. Di perjalanan, Hani selalu menyandarkan kepalanya di pundakku, masih menangis. Akupun kembali merangkul badannya dan mengelus-elus tangannya untuk menenangkannya, sampai akhirnya Hani mengeluarkan suara.

"Sayang" ucap Hani.

"Iya, kenapa?"

"Aku minta maaf yah"

"Loh, kenapa?" tanyaku kebingungan.

"Andai tadi malem aku dengerin kamu, pasti gabakal kejadian hal kayak tadi"

"Udahh, gapapa. Jadiin pembelajaran buat besok-besok aja, okey?" ucapku menenangkan Hani.

--

Singkat cerita, kini kami sudah sampai di apartemen Hani. Setelah membayar ke supir taksinya, aku langsung mengeluarkan barang-barang dan kami berdua langsung masuk ke dalam. Hani tinggal di lantai 6 jadi kami harus menggunakan elevator.

Hani memasuki apartemennya lebih dahulu, dan setelah aku menaruh barang dan menutup pintu, tiba-tiba Hani langsung menciumi bibirku. Aku yang tadinya kaget karena ciuman Hani sangat tiba-tiba, mulai membalas ciumannya dan kini kami mulai berciuman mesra. Sambil berciuman, aku menurunkan rok Hani dan kini bagian bawah Hani hanya menggunakan legging. Akupun langsung menggendong badan Hani dan membawanya ke sofa.

Aku langsung menelentangkan Hani di sofa dan kami lanjut berciuman. Sambil berciuman, aku membuka celanaku dan Hani menaikkan kausnya, mengekspos payudara mulusnya. Ciumanku pun berpindah dari bibirnya menuju ke payudaranya.

"Uhhh... Sayangg... Mmmhh..." desah Hani.

Aku terus menghisap payudaranya bergantian kanan-kiri, dan setiap aku mengulum putingnya, Hani selalu mengelinjang keenakan dan mengelus-elus kepalaku.

"Ummhh.. Belumm adaa susunyaa sayangg... Kokk kamu seneng bangett sihh nnetekk sama akuuu... Ummhhh enakk..." desah manja Hani.

Setelah aku puas bermain dengan payudaranya, aku mulai menurunkan jilatanku melewati perutnya, membuat Hani kegelian, dan setelah lidahku menyentuh celana leggingnya, aku langsung menurunkannya dan mulai menjilati memek Hani.

"Ummhh... Sayangg..." desah Hani dengan suara imutnya, memang Hani dan Ummi perbedaannya sangat kontras, dimana reaksi Ummi pasti selalu liar.

Berhubung Hani sudah tidak perawan, jariku kini sudah bisa kumasukkan ke memeknya. Aku menjilati klitoris Hani dan sambil menjilati klitorisnya, kumasukkan dua jariku ke dalam memeknya.

"UMMHHH... AHHH SAYANGG... KOKK KAMU MASUKKIN PAKE JARII.. AKHHH" teriak Hani yang baru pertama kali merasakan ini.

"Slurrp... Slurrp... Enak ngga?" tanyaku disela-sela saat aku menjilati klitorisnya.

"Uhhh.... Enakkk bangettt... Akuu... Akuu gatahannn" ucap Hani terbata-bata karena mendesah dan tak lama kemudian Hani mengalami orgasme pertamanya.

Aku membiarkan Hani beristirahat sejenak sebelum akhirnya aku memindahkan posisiku supaya Hani bisa mengulum kontolku, namun Hani menolaknya.

"Hhhh... Hhhh... Nggak dulu yahh, sayang. Langsung masukkin ajaaa" ucap Hani.

Aku yang sedikit kecewa hanya bisa mengiyakan dan kembali memindahkan posisiku supaya kami melakukannya dengan posisi missionary. Aku meminta Hani untuk meludahkan tanganku dan setelah Hani meludahi tanganku, aku langsung mengocok-ngocok kontolku dengan ludah Hani kujadikan sebagai pelumas. Hani ingin membuka jilbab dan cardigannya, namun kutahan.

"Nggak usah dibuka, sayang" ucapku.

"Loh, kenapa?"

"Aku lagi pengen seks sama kamu sambil ngeliat muka kamu masih pake jilbab"

"Okedehh, yaudah masukkin dong sayang, aku udah kepengen banget nih hehe" ucap Hani tidak sabar.

"Loh ada yang ketagihan nih" ucapku meledek.

"Iyahh mumpung lagi sempet kann, besok-besok aku kan udah harus mikirin barang-barang buat ospek jadi takut ngga ada waktu buat seks lagi, yaudahh ayo mas.. UHHH" ucap Hani yang terpotong karena tiba-tiba kumasukkan kontolku dan aku menggoyangnya pelan.

"Uhhh... Aayangg kokk kamuu masukkinn tiba-tibaa sihhh... Ahhh lebihh cepettt..." ucap Hani keenakan.

Aku mulai mempercepat genjotanku dan Hani makin gelinjangan. Sambil menggenjot memeknya, tanganku tidak diam namun meremas-remas payudaranya dan mulutku mencium bibirnya.

"Ccupph... Ccupphh... Uhhh... Punya kamuu sempitt bangettt" ucapku saat kulepas ciumanku sebentar, kemudian aku lanjut menciumi bibirnya kembali.

"Ccupp... Ccuppp... Iyahhh kann masihh jarangg dimasukinnn... Uhhh... Enakk bangettt..." ucap Hani menyudahi ciuman kami.

5 Menit aku menggenjot memek Hani dan Hani sudah akan mencapai orgasme keduanya hari ini.

"Uhhh... Sayanggg... Cepetinn lagiii... Hhhh... Hhhhh... Akuu udahhh mauu keluarrr" ucap Hani.

Akupun menurutinya dan aku langsung mempercepat genjotanku, membuat Hani keenakan. Tak lupa juga kumainkan payudara dan menciumi bibirnya untuk menambah rangsangan, dan tak lama setelah itu Hani mencapai orgasme keduanya.

"AHHH SAYANGG AKU KELUARRR" teriak Hani dan kontolku terguyur oleh cairan orgasmenya.

Aku memberikan Hani waktu istirahat sejenak dan aku memindahkan posisiku untuk duduk di sofa. Setelah Hani selesai beristirahat, Hani menaiki badanku dan memasukkan kontolku ke memeknya.

"Uhhh... Kayaknya lama-lama aku bisa ketagihann" ucap Hani dan Hani mulai 'mengendaraiku'.

Untuk orang yang baru melakukan seks beberapa kali saja, kurasa Hani bisa memahami dengan cermat bagaimana cara kita bisa saling memuaskan satu sama lain. Kami baru berhubungan badan dua kali (tiga jika dihitung dengan yang sekarang) dan goyangan Hani sudah bisa mendekati level goyangan Ummi yang sudah lebih berpengalaman.

"Ahhh sayangg... enak bangettt" ucapku membuat Hani tersenyum malu.

"Uhhh... Iyaa dongg... Hhhh.... Hhhh... Kalloo nggakk enakkk.... Hhhh.... Hhhh... Nantii kamuu malahh nyarii pacarrr lainn lagii... Hhhh... Hhhh..." balas Hani.

Sudah 15 menit Hani menggoyangku dan kini spermaku sudah ingin keluar.

"Hhhh... Sayangg... Akuu udahh mauu keluarrr"

"Hhhh... Hhhhh.... Okehhh" balas Hani.

Hani langsung mencabut kontolku dari memeknya dan Hani bergerak menuruniku dan kini Hani berlutut diantara kedua kakiku, dan Tak lama kemudian Hani mulai menyepong kontolku.

"Hhhh.... Hhhhh... Katanyaa tadii nggak duluu..." ucapku sambil memegang kepala Hani.

"Chlokhh... Chlokhh... Biar nggak belepotannn" balas Hani dan dia lanjut menyepong kontolku.

Sebenarnya sepongan Hani masih sangat kaku, ketimbang dengan sepongan Ummi dan mantanku yang gerakan kepalanya juga lebih lincah, namun entah kenapa aku lebih menikmati sepongan dari Hani karena kesan keluguan Hani dalam urusan seks ini. Sudah 5 menit Hani menyepong kontolku dan pejuku sudah berada di ujung tanduk.

"Uhhh sayangg aku udah mau keluarrr"

Hani tidak mengatakan apa-apa, hanya membuka mulut dan menjulurkan lidahnya sambil mengocok kontolku dengan tangannya. Tak butuh waktu lama bagiku untuk mengeluarkan pejuku karena memang pejuku sudah sangat diujung.

"Ahhh aku keluarrr" lenguhku dan pejuku langsung Hani tampung di mulutnya.

Seperti tadi malam, Hani mengunjukkan mulutnya yang penuh dengan pejuku terlebih dahulu sebelum akhirnya menelannya. Setelah menelannya Hani kembali menjilati kontolku dan aku memukul-mukul kecil wajah Hani dengan kontolku. Kami mengambil nafas sebentar sampai akhirnya Hani mengajakku untuk mandi bareng.

Di kamar mandi, aku kembali ngaceng melihat tubuh bugil Hani. Hal yang membuatku sangat terpana melihat tubuh Hani adalah karena Hani tidak menggunakan aksesoris seperti anting, kalung, gelang, dan lain-lain, hingga membuat Hani terlihat bugil sepenuhnya. Aku tadinya ingin memulai ronde kedua di kamar mandi, namun Hani langsung menahanku.

"Nggak! Nggak boleh lagi, kamu belom puas apa?"

"Waduh ibu Presidennya marah, iya deh iya" ucapku yang membuat Hani tertawa.

Setelah selesai mandi, kami tidak langsung mengenakan baju kami, namun aku langsung menidurkan badanku di sofa masih dalam keadaan bugil, dan Hani mengambil selimut dari kamarnya dan kembali keluar dan menyalakan AC yang ada di ruang TV. Setelah itu Hani menyusulku untuk tertidur di sofa dan menutup badan kami berdua dengan selimut. Kami tidur berhadapan dan selama kami tiduran di sofa ini, kami tidak melakukan apa-apa selain mengelus-elus wajah kami, aku mengelus-elus wajah Hani dan sebaliknya.

Kami berada di posisi ini selama kurang lebih 1 jam sampai akhirnya kami berdua merasa kelaparan, dan kami berdua langsung beranjak dari sofa untuk mengenakan pakaian. Karena kami masih kelelahan akibat pergelutan tadi, kami memutuskan untuk memesan makanan via delivery, dan setelah kami berdua makan, aku memutuskan untuk pulang ke kosanku.

--

(tiga minggu kemudian)

"BAY BURU BAY NANTI TELAT PRAKTIKUM" teriak Adi kepadaku disaat kami sedang berlari menuju laboratorium kami.

"IYA TAI LU GAK LIAT APA BAWAAN GUA BANYAK" teriakku membalas Adi.

Minggu ketiga di fakultas kami, merupakan minggu dimana praktikum baru dimulai. Pada semester tiga ini, aku kembali sekelas dengan Adi, sedangkan rama terpisah dengan kami berdua. Aku dan Adi kini sedang berlari ke laboratorium kami karena kami sempat terjebak hujan, dan karena kami tidak ingin ketinggalan praktikum perdana kami, kami memutuskan untuk menerobos hujan dan waktu untuk memasukki lab kini tersisa 2 menit lagi, dan tepat satu menit sebelum waktu toleransi, kami memasuki laboratorium kami, dan ternyata banyak juga yang belum datang, karena hanya ada tujuh orang yang berada di dalam lab.

"Walah walah, kalian bablas hujan, tah?" ucap Sindy salah satu teman sekelasku.

"Iya, Sin. Panik kita ngeri telat" balasku terengah-engah dan kami berdua langsung duduk di dekat Sindy.

Sindy yang dasarnya memang orang yang sangaf pengertian langsung memberikan botol minumnya kepadaku.

"Makasih, yah" ucapku.

"Ho'oh, samasama"

"Loh Sin aku nggak dikasih juga?" ucap Adi karena dia tidak diberi air.

"Biarin aja, hukuman karena ninggalin aku tidur tadi malem pas telfonan" ucap Sindy sebal namun bercanda, memang Adi sedang mendekati Sindy untuk dijadikan pacar.

--

Sudah 15 menit dan jumlah praktikan yang datang juga hanya bertambah 5 hingga kini terdapat 14 orang di dalam Lab.

"Tai, Di. Kalo gini ngapain kita nerobos hujan" ucapku kepada Adi.

"Iya nih, awas aja ampe praktikum ditiadain"

Tak lama setelah Adi mengucapkan itu, ada orang yang memasuki lab kami dan bisa kutebak dia adalah asisten praktikum kami untuk semester ini. Wah cakep juga, pikirku. Dia kemudian menaruh barang-barangnya di meja dan memperkenalkan diri di depan lab.

"Ini masih ada yang belom dateng, ya?" tanyanya.

"Belum, kak. Langsung mulai aja, kayaknya mereka nggak bisa dateng karena hujan juga" balas Sindy.

"Okedeh kalo begitu, haloo semuanya! Kenalin nama aku Alliya, kalian bisa manggil aku kak Alliya atau kak Liya aja yaa!" ucap kak Liya dan kami spontan langsung menjawab "Haloo kak Liyaaa".

"Nah, berhubung hari ini hari pertama, aku nggak langsung ngasih materi kok, tenang aja. Kita perkenalan dulu aja yaa" ucap kak Liya dan kami para praktikan langsung memperkenalkan diri kami. Perkenalannya juga standar, hanya nama dan asal. Giliranku tiba, dan aku tidak akan memberi first impression yang buruk ke asisten praktikumku, kali aja bisa buat nambahin nilai nanti.

"Halo semuanya, kenalin nama aku Bayu Aji, biasa dipanggil Bayu, asal aku dari kota planet luar, salam kenal semuanya" ucapku yang membuat seluruh ruangan tertawa.

Setelah aku memperkenalkan diri, aku berniat untuk langsung duduk, namun kak Liya tidak membiarkanku langsung duduk dan bertanya padaku.

"Bentar, bentar, jangan duduk dulu. Kok kayaknya muka kamu familiar, ya?" tanya kak Liya.

"Ah muka dia emang pasaran kali, kak" ucap Yusuf teman sekelasku membuat seisi ruangan kembali tertawa.

"Ih jahat banget omongannya ya, tapi sumpah aku sering ngeliat muka kamu, liat dimana, ya?" ucap kak Liya sambil memegang keningnya.

"Ini kali kak, dia yang kemaren gol-in terakhir pas turnamen bola" ucap Adi menjelaskan.

"Loh iya? Tapi aku nggak dateng pas final, jadi aku nggak tau" jawab kak Liya.

"Kak, ini aku belom boleh duduk?" tanyaku ke kak Liya dan kembali membuat seruangan ini tertawa.

"Oh iya lupa, hahahaha. Yaudah duduk aja duduk" jawab kak Liya.

Karena hari ini merupakan pertemuan pertama, maka kegiatan hari ini hanya pembacaan peraturan dan sistem pengerjaan laporan mingguan yang dijelaskan oleh kak Liya, namun kami para kaum Adam yang berada di ruangan ini tidak terlalu memperhatikan apa yang kak Liya katakan, namun kami malah memperhatikan kecantikannya dan membincangkannya di grup khusus laki-laki di kelas kami.

"Broo, asli asprak kita cakep banget" ucap Yusuf.

"Parah, men. Semangat praktikum aku kalo begini aspraknya" ucap Aulia.

"Jatah siapa nih kak Liya" candaku.

"Yang jelas bukan jatahnya Adi, yo? Adi wis onok Sindy" ucap Prakoso.

"Lah kalo bisa dua kenapa nggak bro" canda Adi.

Kami bercanda di group chat ini terlalu asyik sehingga kak Liya menyadari apa yang kami lakukan dan memberi kode untuk menyuruh kita mematikan hape.

"Uhuk, uhuk, hapenya taro tas ya" ucap kak Liya dan kami semua spontan langsung memasukkan hape kami.

Penjelasan pun selesai, dan berhubung masih ada sisa banyak waktu, kak Liya memutuskan untuk membuka sesi tanya jawab.

"Yaudah berarti ini udah jelas ya semuanya? Kalo gitu ada yang mau ditanyain, nggak? Tanya-tanya aja tentang seputar aku" tanya kak Liya.

Adi yang seperti mendapat lampu hijau langsung mengangkat tangannya tinggi.

"Iya, Adi. Mau tanya apa?"

"Kakak jomblo nggak, kak?" tanya Adi membuat kami semua tertawa.

"Yaampunn langsung kesitu yaa pertanyaannya, tapi nggak dek, aku udah nggak jomblo, jadi kalian jangan pada mupeng yaa hahahaha" canda kak Liya dan setelah kak Liya mengucapkan itu terdengar suara 'Yahh' dari para laki-laki.

Disaat sesi pertanyaan ini, aku tidak bertanya apa-apa, hanya memperhatikan kak Liya yang cantik ini. Postur tubuhnya tidak beda jauh dengan Hani, dengan tinggi badan yang kutaksir sekitar 165 cm, dan dari yang kulihat dari luar, sepertinya payudara kak Liya sedikit lebih besar dari Hani. Selain itu, penampilan kak Liya yang menggunakan hijab berwarna hitam dan menggunakan crewneck berwarna merah maroon dan celana jins biru terang, dilengkapi dengan jas lab yang harus dikenakan ketika praktikum, gila manis banget cewek ini.

Sesi tanya jawab pun ditutup, dan kak Liya memutuskan untuk menyudahi pertemuan kali ini. Namun sebelum kami pulang, kak Liya memilih salah satu dari kami untuk dijadikan koordinator untuk praktikum.

"Heumm, siapa yah yang aku jadiin CO, nah kamu aja deh ya" ucap kak Liya menunjukku.

Sialan, kenapa harus aku? Aku sudah disibukkan dengan menjadi bendahara UKM sepakbola, ditambah dengan banyaknya laporan praktikum yang ada di semester ini, dan aku harus menjadi CO praktikum juga? Aaaah semester ini pasti akan sangat melelahkan.

"Kak yang lain aja, dong" ucapku memohon.

"Nggak, nggak, kamu aja udah" bantah kak Liya membuatku pasrah.

Kak Liya menutup pertemuan perdana ini dengan do'a dan ucapan semangat untuk menjalani praktikum, dan baru kami diperbolehkan untuk keluar dari lab. Namun berhubung aku jadi koordinator kelas, aku harus meminta kontak kak Liya yang bisa dihubungi. Akupun menghampiri kak Liya yang masih berada di meja asisten praktikum.

"Kak, ini nanti kakak kalo mau ngehubungin aku mau lewat L*ne atau Whats*pp aja?" tanyaku.

"Hmmm, kalo L*ne aja nggak papa, kan?" tanya kak Liya dan aku langsung memberi ke kak Liya biar dia yang menulis nomer hapenya untuk bisa kutambahkan pertemanan. Kak Liya menambahkan pertemananku di L*ne dan setelah melihat foto profilku, baru dia mengenali siapa aku.

" OALAHH AKU INGET, KAMU PACARNYA HANI, KAN?" tanya kak Liya kencang.

"Lohh, kakak kenal Hani?"

"Iyaaa, dulu dia adek kelas aku pas SMA, pantess kok aku kayak kenal liat muka kamuu" ucap kak Liya menjelaskan.

Kami sempat mengobrol lama di dalam lab, sampai saat kami keluar dari laboratorium dan menunggu hujan reda pun, kami masih mengobrol. Topik pembicaraannya jelas tidak jauh dari tentang Hani. Kami mengobrol cukup lama sampai tak terasa hujan sudah mulai reda. Sebelum aku berpamitan dengan kak Liya, aku mengajaknya untuk selfie.

"Kak, selfie dong kak, mau aku pamerin ke Hani" ucapku mengajak kak Liya dan kak Liya menerima ajakanku.

Kami tidak banyak mengambil foto selfie, hanya sekitar dua sampai tiga kali, dan kemudian aku kirim ke Hani dan aku menulis pesan dibawahnya.

"Liatt nih asprak aku siapaa" pesanku.

Hani yang sepertinya sedang bermain hape saat kelas sedang berlangsung kemudian membalas pesanku.

"YAAMPUNN KAK LIYAAAAA" balas Hani.

Akupun mengabari Hani kalau aku sudah selesai kelas dan akan langsung pulang ke kosan karena nanti malam aku akan datang ke acara nobar bola West Ham vs Chelsea, dan setelah mengabari Hani, aku berpamitan dengan kak Liya.

"Kak Liya aku pamit duluan yaa"

"Iyaa, hati-hati dijalan yaa, Hani, heheheh" balas kak Liya meledek, dan aku beranjak ke parkiran motor dan langsung pulang.

--

Malam ini merupakan derby London antara West Ham United dan Chelsea, dan aku yang mengikuti forum pecinta West Ham di kampusku yang ternyata jumlahnya cukup banyak untuk ukuran tim medioker. Karena pertandingan ini sepertinya akan menarik, komunitasku dan komunitas tim lawan memutuskan untuk mengadakan acara nobar. Aku tadinya tidak ingin ikut, namun berkat ajakan dari teman-teman sekomunitasku akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti acara yang diselenggarakan di kafe dekat kampusku ini.

Pertandingan dimulai jam 9:00 malam, dan aku yang mengajak Adi untuk ikut nonton pun berangkat dari kosanku pukul 8:30, 30 menit sebelum kick off. Sesampainya disana, ternyata kubu West Ham juga diisi oleh pendukung tim rival Chelsea juga, seperti Arsenal, Manchester United, dan lain-lain. Aku yang masih baru bergabung dengan komunitas ini pun langsung berkenalan dengan yang lain sebelum aku dan Adi mencari tempat duduk.

Disaat aku bermain hape, kulihat ada orang yang wajahnya familiar memasuki kafe ini, Loh itu kan Andre. Aku hanya melihatinya dari kejauhan sebelum akhirnya Adi menyadari ada Andre yang memasuki kafe.

"Bay, itu Andre, kan?"

"Iya, Di"

"Dia di kubu mana ini?"

"Gatau, Di. Udah lah yang penting dia nggak ngeliat ada gua disini, yang ada malah bisa ribut nanti" ucapku.

Baru saja aku mengucapkan itu, Andre yang berada di ujung seberang sana menyadari ada aku disini dan dia langsung berjalan cepat menghampiriku. Kuasumsikan dia ingin memulai perkelahian disini, jadi aku langsung berdiri dari dudukku.

"Bay lu mau ngapain?" tanya Adi yang tidak kuhiraukan.

"Buset, ada tukang tikung nih disini" ucap Andre dan entah siapa yang memulai, kami sudah saling mengayunkan pukulan.

Perkelahianku dengan Andre juga sepertinya membuat ricuh seisi kafe, ada yang meramaikan suasana, dan ada pula yang berusaha untuk tetap menenangkan seisi kafe. Kami sempat berbaku hantam cukup lama sampai akhirnya salah satu anggota dari forum West Ham memisahkan kami berdua.

"Udah, udah, berenti Nggak?!? Kalian ini gimana sih sama-sama West Ham kok malah berantem?" ucap orang ini yang mengagetkan aku dan Andre.

"Loh dia West Ham juga?!?" ucapku dan Andre bersamaan.

"Iyaa, kamu juga anak baru malah bikin masalah sama salah satu pendiri forum, gimana sih?!? Kamu juga, Ndre. Kamu jadi pendiri harusnya juga punya etika dong!!" jawab pria tersebut membuatku makin kaget, jadi ternyata Andre pendiri forum ini?

"Sekarang kalo kalian sudah bisa kondusif silahkan duduk lagi, kalau pengen nyelesain, selesain masalah kalian dulu diluar! Jangan malah bikin adegan disini" ucap pria itu sambil menggiringku dan Andre keluar.

Diluar, entah kenapa hasratku untuk berkelahi langsung turun, dan kuyakin Andre juga merasakan hal yang sama. Saat ini terdapat keheningan yang sangat awkward karena aku dan Andre juga bingung harus mengatakan apa. Namun aku yang tidak ingin ketinggalan pertandingan akhirnya memutuskan untuk membuka pembicaraan.

"Kejadian Hani udah lama banget, Ndre. Lu jangan kayak bocah tiba-tiba langsung ngebenci gua begitu, lagipula emang Hani yang milih gua, bukan gua yang maksa dia"

"Andai aja lu nggak dateng ke kehidupan Hani, harusnya Hani udah bisa jadi pacar gua sekarang. Anjing lu." balas Andre.

"YA GUA BISA APA KALO UDAH URUSANNYA SAMA HATI HANI? GUA JUGA SAMA KAYAK LU BERUSAHA DEKETIN DIA, JADI LU GAPUNYA HAK BUAT BERTINDAK KAYAK GITU!" balasku teriak dan balasanku membuat Andre terdiam.

Disaat Andre terdiam, aku juga kembali memikirkan ucapan Andre. Mungkin Andre benar, aku yang datang secara tiba-tiba menendang Andre dari perjuangannya, jadi mungkin aku juga salah. Tapi aku bisa apa? Setelah memikirkan ini, aku kembali membuka suara.

"Okay, you know what? Gua rasa diantara lu sama gua, kita berdua tau salah satu dari kita ada yang harus minta maaf" ucapku.

"Yeah, dan gua rasa orang yang kita pikirin itu sama" balas Andre.

Aku ingin mengalah dan meminta maaf kepada Andre, lagipula mungkin Andre juga kesal padaku karena kejadian di McD*nald's kala itu. Namun...

"Sorry ya, Bay" ucap Andre sambil memegang pundakku.

Wait, what?

"Nggak, nggak. Gua yang harus minta maaf ke lu" balasku melepas tangan Andre dari pundakku.

"Nggak, ini salah gua. Andai aja kalo waktu itu gua tau lu West Ham juga, gua gabakal macem-macem ama lu, jadi sorry, ya" balas Andre.

"Ndre, bukan gua yang harus lu pinta maafnya"

"Terus siapa kalo bukan lu?"

Aku tidak menjawabnya dan aku langsung menelfon Hani via Video Call dan ternyata Hani langsung mengangkatnya, dan kulihat Hani masih menggunakan mukena.

"Halo sayang, kamu baru selesai sholat, ya?"

"Iyaa, hehe, gimana? West Ham menang nggak?"

"Match nya belum dimulai, tapi ada yang ingin ngomong sama kamu, katanya mau minta maaf" ucapku dan aku langsung menyerahkan hapeku ke Andre.

"Loh Andre?" ucap Hani kebingungan.

"Iya, Han. Gua minta maaf ya"

"Loh apaan sih, Ndre? Kok lu tiba-tiba minta maaf?"

"Gua minta maaf, udah pernah ngelecehin lu, nyari masalah sama cowok lu, bahkan ampe berani ngegodain lu di depan anak-anak, maaf banget ya"

Hani tidak langsung menjawab, namun sepertinya dia memikirkan kata-kata terlebih dahulu.

"Pokoknya gua gabakal maafin lu lagi kalo lu berani ngegangguin gua sama Bayu lagi, titik" ucap Hani.

"Okay, Han" balas Andre dan dia mengembalikan hapeku.

"Gimana, sayang? Kaget kan" tanyaku.

"Kok kalian bisa ketemu disana sih?"

"Iya, ternyata dia dukung West Ham juga, jadi kemungkinan aku bakal sering ketemu dia kalo nobar, atau yang paling buruk, aku malah bisa temenan sama dia" balasku.

"Hahahahah, ya gapapa dong kalo kalian bisa temenan, berarti kalian bisa mengesampingkan masalalu kalian, yaudah aku mau masak dulu yah, selamat nobarr, semoga West Ham menang yah, dadahh, Sayang Bayu" ucap Hani dan setelah aku menjawab perkataannya, Hani mematikan telepon.

"So, masalah selesai?" tanya Andre.

"It's done" balasku.

Andre tersenyum mendengar jawabanku dan kami berdua kembali masuk ke kafe dan kebetulan kubu West Ham sedang menyanyikan chant kami, jadi aku dan Andre langsung menyanyikan chant kami kencang-kencang.

"I'm forever blowing bubbles,
Pretty bubbles in the air,
They fly so high, nearly reach the sky,
Then like my dreams they fade and die.
Fortune's always hiding,
I've looked everywhere,
I'm forever blowing bubbles,
Pretty bubbles in the air.
United! United! United!
"

Pertandingan ini berakhir dengan skor 3-0 untuk West Ham United, COME ON YOU IRONS!!!

-To be Continued-
 
Ceritanya bagus dan adegan ss nya juga halus ... Cuma kalau bisa tata penulisannya di perbaiki. Contoh : ketika Hani habis berkata dikasih titik dan dikasih jeda satu baris, gunanya biar gak ngumpul jadi satu dan susah dibaca.

Tetap semangat dan tetap sehat semuanya...:victory:
Terimakasih kritik dan sarannya suhuu, mudah-mudahan tata cara penulisan ane yang baru bisa lebih enak buat dibaca :Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd