Sambungan...
Kentu Pangkal Nikmat
Tidak butuh waktu lama bagi Isyana, Raisa dan Siti untuk mengerti tugas mereka masing-masing. Kirana dengan bijak membaginya.
Isyana bertugas mencuci baju dan menjemur dipan. Ya setiap hari kasur dan dipan harus di jemur karena setiap malam mereka selalu membasahinya dengan keringat dan air cinta.
Sedang Raisya bertugas untuk memasak dan membersihkan rumah.
Siti bertugas untuk mengurus ayam, bebek dan kebun.
Sedang Kirana, layaknya isteri pertama dan nyonya besar, bertugas mengawasi mereka semua.
Malamnya, giliran Pras yang bertugas membagi pekerjaan.
Biasanya Isyana bertugas untuk memuaskan bibir Wira. Ya, Wira paling suka dengan bibir wanita satu ini. Wanita berdarah cina-kebumen ini memang benar-benar legit mulutnya. Lidah Wira akan sibuk meladeni goyangan lidah Isyana. Sesekali, dengan nakal Isyana akan menyedot lidah Wira untuk masuk lebih dalam ke tenggorokannya.
Sedang tugas Raisya adalah memuaskan tangan Wira. Ya, kedua tangan Wira yang seharian menjalani latihan berat tentu butuh refreshing. Dan tidak ada yang lebih indah selain kedua buah ada wanita berdarah Yaman-Polewali Mandar ini. Dua semangkanya pas, tidak kecil, tidak besar.
Biasanya Wira akan menggarap dua wanita itu terlebih dahulu. Setelah puas dengan lidah Isyana, Wira akan minta dia nungging, lalu menampari pantatnya dengan tangan kiri. Sedang tangan kanannya akan tetap mengelus susu dan puting Raisya.
Lalu kemudian, dengan jurus goyang lidah menjelajah alas, Ia akan jilat aurat Isyana, mulai dari anus hingga meki. Isayana pun bergetar hebat. Setelah itu, Wira akan berdiri dan meminta lidah Isyana bekerja lagi. Tapi kali ini menservis nagasakti Wira. Sedang tangan Wira masih sibuk memelintir puting Raisa, mulutnya akan berciuman mesra dengan bibir wanita Yaman-Mandar itu.
Setelah dirasa cukup, Wira akan membalik tubuh Isyana. Lalu dengan jurus nogo gombyok memecah birahi, ia akan genjot meki Isyana. Maka wanita itu akan mendesah hebat. Maklum, otong Wira kini tak kalah dengan milik Pras.
Slubbb-------slubbb---------------slubbbb
Tempo...ya tempo adalah kuncinya. Wira memahami itu. Pelan-pelan-keras-pelan-pelan-pelan-keras-keras-sangat keras
Begitulah kuncinya. Tentu dengan modifikasi tertentu, jangan sampai Isayana mengetahui polanya, agar mekinya tak sempat berpikir, melainkan semata menerima kenikmatan.
Dan ketika dirasa akan wanita itu akan sampai, Wira akan menggigit leher Isyana, lalu memutar kontolnya sedemikian rupa. Isyana pun klimaks dengan sempurna.
Tentu hanya Isyana yang puas, karena ini baru pembuka bagi Wira. Ia akan menuju ke Raisa. Ia akan menindih tubuh wanita itu dan dengan penuh sentuhan romantisme, ia akan mencumbunya.
Menciumi pipi, bibir dan leher, untuk kemudian turun menikmati dada, susu dan terakhir tempik. Setelah dirasa basah, Wira mengangkat salah satu kaki Raisa, dan menusuknya. Sangan berirama. Masuk—keluar—masuk—keluar—masuk..
Raisa mirip ibunya. Maka dengan sentuhan lembut ia mengkentu wanita itu.
Biasanya pada menit ke lima belas, Raisnya akan menjerit keenakan. Lalu Wira akan menyepong rahimnya lagi, menyedot semua cairan cinta itu. Setelah cukup kering, ia kembali mencumbu Raisya. Membisikkan kata-kata cinta sembari mengelus lembut lehernya.
Maka Raisya akan tersenyum dan kelonjotan lagi...
Lalu ketika saatnya tiba, ia tusukkan lagi.
Kali ini dengan rite lebih keras. Celup—tarik—celup.
Ah.................nikmatnya.......
Dan crotssss......kedua insan itu mengencrot bersamaan.
Lalu bagaimana dengan Siti dan Kirana?
Wira sudah membagi tugas juga untuk keduanya.
Setelah Raisa tumbang maka....