Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kill your doubt

SundayTheSix

Adik Semprot
Daftar
10 Oct 2019
Post
102
Like diterima
239
Bimabet
Part 1
cum stained chocolate.




"Jinan cakep ya." Ucapku sembari menunjuk ke arah Jinan yang sedang berpose bersama Sisca. Jinan memakai crop top shoulderless berwarna hitam, sedangkan Sisca tampak luar biasa dengan kaos putih ketat yang membuat payudaranya tampak begitu indah, tak hanya itu tapi celana jeans ketat yang mereka pakai itu membuat pantat indah mereka terpampang jelas yang menjadi anugerah untuk kedua bola mataku.



"Jiah sok ngomong cakep, bilang aja lo pengen ngawe sama dia kan." Balas Adrian yang sama sepertiku juga sedang menonton pemotretan yang sedang berlangsung.



Aku sengaja mengundangnya untuk menyaksikan pemotretan ini, perlu sedikit usaha untuk menyakinkannya. Awalnya dia tak mau datang berapa banyak pun aku membayarnya, dia juga tak mau datang meski aku telah berjanji untuk membantunya tidur dengan member jeketi manapun yang dia mau, kau tahu mendengar betapa bangsatnya dia dari Manda aku cukup yakin itu akan membuatnya mau datang, hingga akhirnya aku ingat kalau Manda pernah mengatakan kalau Adrian itu cinta mati dengan Shani dan Gracia lalu aku pun berjanji kepada Adrian bahwa jika dia mau datang menemaniku menyaksikan pemotretan ini maka aku tak akan mengganggu Shani dan Gracia dan saat itulah dia setuju. Tentu aku tak akan mengatakan apa yang sudah kulakukan pada mereka berdua pada Adrian, itu pasti membuatnya patah hati dan ingin bunuh diri tapi sudahlah itu tidak penting, yang terpenting adalah Adrian ada sini karena aku butuh bantuannya untuk rencanaku hari ini.


"Pikiran Lu Ads ngawe doang." Balasku mencoba membela diri.


"Cih, emang gue kayak lo bang liat cewek cakep dikit langsung diperkosa."


"Emang lu kira gue nggak tahu kelakuan lu Ads? Manda udah cerita semua kebangsatan lu. Perlu gue Absen satu-satu siapa aja member jeketi yang udah lu tidurin?"


"Minimal gue nggak pernah sampe merkosa anak orang bang, perlu gue Absen siapa aja member jeketi yang lu perkosa?"


"Iya, iya gue emang bangsat. Tapi mau gimana lagi jadi bangsat itu enak."


"Anjir malah bangga."


Aku hanya tertawa mendengar ucapannya itu, tak ada yang bisa aku bantah. Dia pun ikut tertawa sebelum kami berdua kembali menyaksikan dua gadis cantik nan eksotis yang sedang berlenggak lenggok di depan kamera.



"Lagian Lo ngapain sih ngajakin gue nonton pemotretan gini?"


Ya aku yakin dia bingung mengapa aku bersikeras mengajaknya datang kemari, tentu aku tak akan mengatakan kepadanya alasan sebenarnya aku mengajaknya datang, karena aku tak yakin dia akan tetap datang. Tapi sekarang dia sudah ada disini, dan aku yakin dia tak akan melewatkan kesempatan emas untuk bersenang senang dengan Jinan dan Sisca.


"Siapa bilang ini pemotretan?"


"Lah, barusan gue ngobrol sama Jinan katanya ini pemotretan buat majalah."



Sebuah senyum terkembang di bibirku, aku yakin Adrian bisa melihatnya. Aku pun kembali melihat ke arah kedua gadis yang ada didepanku.


"Eh tunggu, ini kenapa semua kru pemotretannya orang Jepang? Terus kalo ini bukan pemotretan, berarti?"


Aku juga tak menjawab pertanyaannya yang satu itu, karena aku tahu dia cukup pintar untuk menjawab semua pertanyaan yang baru saja dia ajukan.


"Ah, lo jangan aneh-aneh deh bang. Gue tau kalo lo udah nidurin banyak member tapi itu kan rahasia. Ini sih udah kelewatan." Ucap Adrian yang sedikit tak percaya. Aku yakin dia sudah mengerti rencanaku yang sebenarnya namun dia salah untuk satu hal, dan aku perlu meluruskan hal itu.


"Ini bukan untuk dijual, ini buat koleksi pribadi gue doang."


"Tapi, Lo nggak beneran mau ngelakuin itu semua didepan mereka semua kan?" Ucap Adrian yang kemudian menunjuk ke arah beberapa kru yang ada bersama kami berdua sekarang. "Lo nggak mikirin perasaan Sisca sama Jinan?"


Ada keraguan yang tergurat di wajahnya dan itu adalah hal terakhir yang ingin aku lihat. Aku perlu dia seratus persen berada di pihakku dan mau membantuku untuk melakukan rencanaku.


"Gue cuma butuh mereka untuk bagian awal."


"Maksudnya?" Adrian nampak makin bingung dengan apa yang sedang terjadi.


Aku pun mengeluarkan dua buah vibrator kecil dari dalam sakuku dan kedua remote nya.


"Gue cuma butuh mereka untuk merekam gimana reaksi Jinan sama Sisca waktu mereka nahan getaran vibrator yang ada di memek mereka sambil berusaha tetap gaya buat pemotretan."


"Ah, lo gila bang. Ini sih plot film porno. Terus lo berharap Jinan sama Sisca mau make vibrator sambil gaya buat pemotretan?"


"Ya nggak lah, karena itu gue perlu lu Ads. Gue yakin, gue bisa maksa salah satu dari mereka buat make vibratornya saat pemotretan tapi kalo harus maksa dua orang sih gue nggak yakin. Nah, gue mau lu maksa atau ngerayu salah satu dari mereka. Siapa aja bebas, gimana?"


"Ini bukan film porno, lu nggak bisa ngarepin cewek mau pake vibrator terus lanjut pemotretan."


"Gue yakin lu bisa Ads, karena itu gue ngajak lu kemari."


"Nggak bang, gue mau. Gue nggak mau buat mereka berdua ngelakuin hal gila kayak make vibrator terus lanjut pemotretan, kalo lo mau gue ngerayu mereka buat mau tidur bareng sih gue ok aja, tapi kalo soal vibratornya sih maaf-maaf aja bang, gue nggak bisa."


"Ayo lah Ads, udah banyak cewek yang berhasil lu tidurin setelah kena bujuk rayu lu, gue yakin ngerayu mereka buat make vibrator itu gampang buat lu." Ucapku mencoba menyerang rasa bangga dirinya, seseorang yang bisa tidur dengan banyak wanita pasti memiliki rasa bangga diri yang besar, aku tahu karena aku memiliki rasa bangga kepada diriku sendiri.


"Bukan masalah gampang atau nggaknya, tapi soal perasaan mereka. Gue nggak tahu kalo lo pernah mikirin perasaan cewek yang lo tidurin, tapi gue...gue masih coba mikirin perasaan mereka, mereka kan juga punya perasaan bukan cuma memek dengan tetek buat muasin napsu lo bang. Gue nggak yakin kalo mereka bakalan suka dengan semua rencana lo."


"Ayo lah Ads, udah berapa cewek sih yang lu tidurin? Lu kan tahu kalo lu berhasil bikin mereka keenakan, mereka bakalan ngelupain semua perasaan ragu atau takut atau perasaan lain yang bakalan kalah sama nikmatnya surga dunia."


"Lo beneran nggak mikirin perasaan mereka sedikit pun? Lo nggak ada sedikitpun rasa bersalah yang terlintas dipikiran Lo?"


Oh sudah lama sekali aku membuang semua rasa bersalahku, dulu saat aku masih mencoba mencari rasa cinta dan mencoba membuat orang lain bahagia. Itu adalah hal terbaik yang terjadi padaku, itu membuatku bebas dan aku tak pernah merasa lebih bahagia daripada sebelumnya.


"Ayo lah, lu yakin mau ngelewatin nikmatnya duo eksotis? Bayangin aja kulit eksotis mereka yang bakalan kontras sama putih sperma lu yang ngotorin wajah mereka nanti."


Adrian nampak terkejut saat mendengar ucapanku, aku yakin itu bukanlah jawaban yang dia harapkan. Mencoba membuatku merasa bersalah itu usaha yang sia-sia, karena untuk merasa bersalah kau butuh hati nurani.


"Udah lama sih gue nggak 3some tapi jujur Ads, gue seneng sih ngedengar lu nolak tadi. Lebih banyak memek buat gue, lebih banyak nikmat dunia yang bisa gue rasain."


Aku pun bangkit berdiri meninggalkan Adrian yang nampak bingung dan mungkin sedang memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan sekarang. Aku yakin dia tak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa meniduri dua gadis cantik yang ada di depannya, seharusnya dia membuang jauh rasa bersalah dan hal-hal bodoh lain yang mengekangnya.



Aku berjalan menghampiri Jinan dan juga Sisca, namun sebelum aku sampai, sebuah tangan menepuk pundakku.


"Biar Jinan gue yang urus bang, tapi lo harus janji yang dapat perawannya Jinan itu gue." Ucap Adrian yang kini tampil tanpa rasa ragu. Baguslah.


"Gitu dong dari tadi." Ucapku sambil memberikan sebuah vibrator dan remotenya pada Adrian.


Dia pun berjalan menghampiri Jinan dan mulai mengajaknya pergi meninggalkan Sisca yang nampak bingung, aku pun berjalan menghampirinya dengan sebuah senyum manis di bibirku.


"Gimana lancar?"


"Lancar kok bang, makasih ya udah nawarin pemotretannya buat gue sama Jinan. Eh ngomong-ngomong tuh anak selingkuh barunya kak Adrian? Kok terang-terangan amat sih mereka berdua?"


"Nggak usah mikir negatif dulu, mungkin aja mereka ngomongin sesuatu yang penting, kayak skripsi ato mungkin bisnis yang lain."


"Ya, tapi kak Adrian playboy. Eh tapi bang Ben kan playboy juga. Adeh banyak amat playboy jeketi."


Aku hanya tertawa mendengar ucapannya, Sisca nampak bingung sebelum tertawa lirih. Mungkin menyadari betapa lucunya pernyataan yang dia ucapkan tadi. Banyak playboy untuk idol grup yang seharusnya tak boleh berpacaran.


"Mending kita istirahat dulu, lu nggak capek gaya Mulu." Ajakku.


"Gimana ya bang, kak Melody kemaren bilang jangan sampe berduan dengan bang Ben. Bahaya katanya."


"Seburuk itu ya nama gue diantara member jeketi?"



"Iya bang, malahan sekarang anak-anak yang baru masuk jeketi dikasih tahu jangan dekat-dekat dengan bang Ben. Nggak cuma bang Ben sih, kak Adrian juga."


Hmmm….sulit. nampaknya petualangan indahku bersama member jeketi akan semakin sulit. Sudahlah, itu urusan nanti, yang terpenting sekarang adalah Sisca. Aku harus bisa melaksanakan rencanaku yang sudah berjalan sejauh ini.


"Terus lu tetap datang kesini buat pemotretan?"


"Ya kalo itu karena job jeketi gara-gara covid sepi, jadi kata kak Melody nggak apa-apa, cuma kayak kata aku tadi bang, kata kak Melody hati-hati. Terus kalo bang Ben macem-macem, gue sama Jinan disuruh langsung pulang, nggak apa-apa katanya kalo nggak dibayar juga."


Sepertinya aku harus menghukum Melody, membuatnya ingat betapa dulu dia menginginkanku. Tapi itu urusan yang harus aku tunda dulu, Sisca lah urusanku yang mendesak. Melihatnya dari dekat membuatku tak sabar ingin melepas pakaian ketat yang dipakainya, aroma tubuhnya itu juga membuat bagian bawahku menjadi sempit dan ingin cepat dibebaskan dari sarangnya.


"Gue cuma mau ngajak lu istirahat doang."


"Kalo cuma berdua kata kak Mel bahaya."


"Lu mau ngajak kru yang lain istirahat juga?"


Sisca pun melihat ke sekelilingnya dan tak seperti Adrian, dia baru menyadari bahwa dia tak akan bisa berkomunikasi dengan kru yang lain.


"Nunggu Jinan sama kak Adrian dulu aja bang, baru kita istirahat."


"Ya udah nggak apa-apa."


Aku pun memutuskan untuk duduk dan mengirim pesan kepada Adrian untuk tak kembali dulu, mengatakan padanya aku butuh sedikit waktu untuk melakukan bagianku. Sisca sendiri juga duduk dan memainkan ponselnya, menunggu Jinan yang tak akan kembali hingga Adrian berhasil melakukan tugasnya. Aku harap Adrian bisa lakukan apa yang kuharapkan darinya, karena reputasinya itu membuatku menaruh harapan besar padanya.



Untuk bagian ini akan diceritakan dari pandangan Adrian, dimulai saat dia berhasil mengajak Jinan berjalan pergi meninggalkan Sisca.


Gila emang bang Benji, pake vibrator segala. Gue sebenernya malas buat ngelakuin ini semua, tapi mau gimana lagi, gue nggak mungkin ngebiarin dia dapat perawannya Jinan. Kalo gue biarin bisa diperkosa Jinan sama Sisca dan gue cuma bisa nontonin. Gue sih udah curiga kalo ini pemotretan cuma akal-akalan dia doang biar bisa ngentot dengan Jinan sama Sisca, tapi gue nggak nyangka dia sampe nyewa kru film bokep Jepang sama bawa vibrator. Sakit emang abangnya si Manda. Semoga Jinan sama Sisca nggak ngelaporin gue ke Shani ato Gre, bakalan panjang urusannya.


Gue pun mutusin buat ngajak Jinan ke atap, selain karena sepi, jaraknya juga lumayan jauh, jadi kalo bang Benji udah mulai merkosa Sisca, Jinan nggak akan denger teriakan Sisca. Gue bukan berprasangka buruk, tapi bang Benji barusan ngirim pesan nyuruh gue nahan Jinan dan jangan balik dulu ke pemotretan. Buat apa coba dia nyuruh gue nahan Jinan kalo bukan buat merkosa Sisca?


"Jadi yang mau kak Adrian omongin itu apa?"


"Itu…"


Sialan gue kenapa gue jadi ngeblank gini, gara-gara bang Benji kontol nih, gue nggak ada persiapan buat ngerayu Jinan. Gue nggak mungkin maksa Jinan buat mau make vibratornya, gue bukan cowok bangsat yang maksa cewek buat nurutin kemauan gue. Gue harus mikirin sesuatu, tapi apa?


"Kak Ad… kok bengong?"


"Nggak gue cuma lagi bingung dan butuh saran."


Gue pun berjalan ke arah pagar pembatas dan bersandar di atasnya, gue butuh sedikit jarak agar gue bisa berpikir dengan tenang. Pakaian Jinan itu terlalu seksi dan mata gue terus jelalatan ke setiap lekuk tubuhnya, gue takut kalah sama nafsu dan berbuat sesuatu yang bakal gue sesalin nantinya. Itu orang satu kok bisa hidup tanpa penyesalan sedikitpun, titisan iblis gue rasa tuh orang.


"Soal kak Shani?"


Bangsat, kenapa Jinan harus berdiri disebelah gue sih? Gue takut offside dan ini anak satu malah ngasih umpan lambung. Tahan Dri, lo harus bisa nahan diri lo sedikit lagi, lo bakalan ngerasain nikmatnya surga dunia tapi dengan cara yang benar. Lo bukan Benji, jangan sampai lo kehilangan diri lo sendiri hanya karena nafsu.


"Iya, gue bingung. Disatu sisi gue seneng Shani karirnya bagus di jeketi, dia juga kelihatannya bahagia jadi idol, tapi gue kadang merasa bersalah karena selama gue masih ngejalanin hubungan dengan Shani, dia secara nggak langsung udah bohong ke fansnya sendiri."


"Hmm… berat." Balas Jinan yang juga ikut bersandar di pagar pembatas."Ya kalo menurut gue sendiri sih selama nggak ada yang merasa tersakiti, hubungan kak Adrian dan ci Shani itu nggak salah."


"Kalo fansnya Shani tau, pasti mereka ngerasa sakit hati."


Entahlah kenapa gue jadi curhat, gue sebenarnya nggak terlalu peduli soal perasaan fansnya Shani, persetan dengan mereka, Shani itu jodoh gue dan kalo mereka mau protes, mereka tinggal pergi ke surga terus protes sama Tuhan kenapa Shani itu jodohnya itu gue dan bukan mereka. Nggak, gue cuma butuh waktu untuk mikirin suatu cara agar gue bisa ngejalanin rencana gila dari bang Benji, tapi apa coba yang harus gue bilang ke Jinan supaya dia mau make vibrator terus lanjut pemotretan?


"Tapi aku dengar dari anak-anak kak Ad itu playboy."


"Kata siapa Nan? Fitnah itu."


"Ya…" ucap Jinan yang mulai berjalan menjauh. "Banyak sih bang, Shanju, Okta, Thacil, si Stefy juga. Banyak deh intinya, terus yang buat aku bingung kenapa mereka nggak kelihatan sedih, dan kayaknya hubungan mereka baik-baik aja. Kalo mereka saling bersaing buat bisa pacaran dengan Kak Ad, harusnya kan mereka musuhan?"


Pertanyaan yang sulit, gue sendiri nggak pernah mikirin sejauh itu sebenarnya. Gue selalu mikir kalo hubungan mereka baik karena mereka itu memang teman baik, emang apa lagi alasan mereka tetap bisa temenan meskipun mereka saingan. Cih, merasa ganteng gue diperebutkan para wanita.


"Mungkin karena mereka teman baik." Jawabku jujur.


"Atau karena ada faktor lain… mungkin karena mereka suka hal yang sama?"


"Suka sama gue?"


"Mungkin, atau mungkin juga karena ada sesuatu yang kak Ad lakuin buat mereka?" Ucap Jinan yang kembali mendekat.


Apa gue nekad aja ya? Gue cium dia, kalo emang dia nolak, gue bakalan minta maaf. Gue nggak tahu apakah ekspresi yang ada di wajahnya itu kode buat gue, terus kalo gue salah gimana? Anjirlah kenapa gue jadi plin-plan gini. Ah persetan lah dengan hati nurani gue, gue yakin Jinan itu ngasih kode dan gue nggak ada waktu buat ragu-ragu.


Gue pun menarik wajah Jinan mendekat dan gue cium bibirnya, nggak ada balasan, Jinan hanya diam. Gue pun mulai berani dan menarik Jinan agar gue bisa pantat seksinya yang masih tertutup celana jeans, itu membuat Jinan bereaksi dan melangkah mundur.


"Kak Ad yakin?"


"Yakin?"


"Iya, bukannya barusan kak Ad ngomong tentang ci Shani? Tapi barusan kak Ad nyium dan remas pantat aku."


Gue udah sejauh ini dan dari ekspresinya gue yakin Jinan cuma ragu, gue cuma perlu ngerayu dia buat mau ngelanjutin apa yang gue udah mulai.


"Lo ngomong kan kalo Shania dan yang lain itu suka sama apa yang gue lakukan ke mereka? Gue mau nunjukin langsung hal apa itu."


"Tapi kak Ad, bukannya kita nggak boleh ngelakuin hal itu?"


"Nggak ada hukum yang ngelarang, selama lo nggak ngelakuinnya karena terpaksa."


Gue pun mendekat, menggenggam tangannya dan menatap matanya sambil tersenyum. Jinan kelihatan malu-malu, dia nggak berani ngebalas tatapan mata gue secara langsung, dan gue yakin gue ngeliat kedua daun telinganya itu berubah jadi merah.


"Gue...nggak pernah kak, gue takut."


Bingo, sekarang dia sudah sepenuhnya jatuh kedalam rayuan yang gue ucapan, sekarang tinggal menuntun kontol gue masuk ke memeknya.


"Nggak perlu takut, gue nggak gigit kok."


"Hmmm… kak Ad mah."


Sekali lagi gue cium bibirnya dan kali ini Jinan coba ngebalas ciuman yang gue lancarkan, gue pun nggak melewatkan kesempatan untuk mulai bergerilya ke badannya, tangan gue mulai meremas pantatnya yang montok.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd