Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah ANDI ( bermula )

ayo Ndi.....entotin mamamu......
 
Pihak sekolah khawatir dengan keadaan kita. Mereka bertanya dimana kita sekarang. Aku suruh letisya menjawab, kita lagi ada di rumah tante liana. Cukup lama mereka tanya jawab, ada polisi segala malah. Mau tak mau, akupun ikut bicara. Sampai penat rasanya menjawab pertanyaan mereka. Aku rebahan lagi di, kali ini di lantai berlapis karpet.

"Mbak, liat ada pisau cukur nggak?" Tanyaku

"Mau nyukur apa, jenggot juga nggak punya?" Ledek letisya.

"Mau nyukur jembut" jawabku asal.

"Dih" respon letisya pendek.

"Ini, mbak punya. Mau dicukurin sekalian, apa?"

"Boleh" jawabku tambah asal.

Tapi mbak yanti seperti menganggap serius jawabanku. Dia beringaut mendekatiku, dan hendak mepepas sabuk celana seragamku.

"Eh eh eh... Nggak usah mbak. Biar andi sendiri ya" tolakku sambil memegangi celanaku.

"Halah, pake malu - malu segala. Padahal sih, suka ngintipin" ledek letisya.

"Maksud loh?"

"Huu, giliran orangnya mau, sok sokan malu. Kemarin dia bilang mbak, penasaran sama bokong mbak yanti. Kalo lagi masak tuh, bikin gaceng, katanya"

"Dih, ember banget jadi bocah"

"AAAAA. HAHAHAHA"

letisya berteriak, menghindari tanganku yang hendak mencubitnya. Mbak yanti ikut tertawa mendengar omongan letisya.

"Oh, jadi selama sebulan ini, mas andi suka liatin mbak masak ya? Emang kalo gaceng segede apa sih?"

"Kecil" sahut letisya meledek

"AAAAA... HAHAHA" dia tertawa aku lempar bantal.

"Udah, nggak usah malu. Kapan lagi ditawarin cukur jembut?" Tambahnya.

"Iya. Berani ngintip tuh harusnya berani kasih unjuk. Kalo kecil sih, yaah, nempel sekali juga lemes lagi deh" timpal mbak yanti.

"Udah crot. Hahahaha" letisya menambahi.

"Kata siapa kecil? Buka gih" tanyaku mulai terpancing.

"Buka mbak, buktikan, gede apa kecil"
Mbak yanti seperti mendapat lampu hijau. Dia langsung melepas sabuk celanaku. Dan perlahan menarik celanaku sekalian sempakku ke bawah.

"Haaa?"

Mbak yanti terpekik tanpa suara. Dia menutupi mulutnya. Entah apa yang dipikirkannya. Taoi matanya lekat menatap selangkanganku. Beberapa saat kemudian, dia melirik letisya sambil tersenyum penuh arti.

"Mending kamu di ranjang deh, ndi. Sini gih" saran letisya.

Aku menyetujui saran dia. Aku bangkit dari tidurku. Mbak yanti membantuku melepas celanaku. Aku tertawa geli saat pipi mbak yanti tertampar batang penisku. Dia langsung membetot penisku sebagai balasan. Taoi aku masih tetap tertawa geli. Iseng, aku sekalian melepas baju seragamku. Sampai akhirnya aku telanjang bulat.

"Dasar gokil, ngapain copot baju segala sih?" Protes letisya.

"Suka suka dong. Lagian panas, ac nya nggak berasa"

"Ah, curang. Kan sama, kita juga gerah, tahu"

"Ya udah, copot aja. Nghak ada yang ngelarang ini" jawabku sambil rebahan.

"Wow" gumamku.

Ternyata keisenganku berbuah manis. Letisya langsung melepas kaos yang dia pakai. Benar, dia sama sekali tidak menggunakan dalaman lagi. Untuk kedua kalinya aku bisa melihat tubuh telanjangnya.

"Oh my God" gumaku lagi.

Mbak yanti tampak ingin ikutan telanjang juga. Dengan gerakan sensual, dia mulai melepas kancing bajunya mulai dari paling atas. Matanya lekat menatap mataku disertai senyum menggoda. Satu demi satu dia lepas perlahan. Sampai akhirnya,

"Waaaaw"

Tubuhnya putih dan mulus sekali. Lebih menggairahkan daripada yang aku bayangkan. Meski tak seberapa besar, tapi payudaranya mancung. Pinggulnya bisa dibilang datar, dan bokongnya standar tubuh langsing. Jadi teringat model iklan obat sembelit. Nyaman masuknya, lancar keluarnya.

"Awas muncrat awas muncrat" ledek letisya.

Aku tak menanggapi. Indahnya tubuh mbak yanti sukses membuatku terpaku. Semakin dekat, payudara itu semakin menggairahkan. Tanpa kusadari penisku sudah sangat tegang. Mbak yanti duduk di tepi ranjang. Tepat di samping perutku. Punggungnya terlihat jelas di mataku. Sampai pembukuh darah venanya ada yang bisa aku lihat.

"Krek... Kreek... Krek"

Prosesi cukur jembut rupanya sudah dimulai. Aku tak peduli dengan apa yang dilakukan mbak yanti. Mataku terpaku memperhatikan sesuatu yang memggantung di dadanya. Pentilnya mancung, berwarna merah muda. Sangat menantang untuk dilahap. Pinggang dan sebagian kecil bokongnya seolah meledekku, yang hanya diam tak berani menjamah.

"Krek... Kreek... Kreeeek"

Suara itu masih terus terdengar. Kurasakan penisku dimiringkan ke sana - kemari. Entah karena serius mencukur atau sengaja, tapi yang kurasakan genggaman mbak yanti di penisku cukup kuat.

"Semangat amat mbak, nyukurnya?" Tanyaku.

"Biar enak diselomotin" jawab mbak yanti. Kontan penisku berkedut.

"Emang mbak yanti mau nyelomotin kontolku?"

"Bukan aku, tapi istrimu" jawabnya sambil melirik letisya.

"Idih, kenal juga baru, dibilang istri"

"Baru kenal tapi udah ngewek. Apa dong namanya?"

"Selir" sahutku.

"Ogah" tolak letisya.

"Bener nih, ogah? Ya udah. Ke kamar mandi yuk, mbak bersihin"

"Sekalian mandi enak nih" celetukku.

"Mau disabunin? Ada yang marah nggak?" Godanya.

"Kayaknya ada sih. Tapi, ..."

"Tapi apa?"

"Paling juga ngikut. Hahaha" jawabku meledek.

Letisya melemparku dengan bantal. Aku masih saja tertawa sampai di kamar mandi. Mbak yanti mengikutiku masuk kamar mandi, meninggalkan letisya sendirian di kamar. Sesampainya di kamar mandi, aku langsung menyalakan sower. Segar rasanya tersiram air dingin. Untuk beberapa saat kunikmati kesegaran ini dengan mata terpejam.

"Emh"

Aku terkejut merasakan ada sentuhan hangat nan empuk di punggungku. Dari cermin di tembok, aku bisa melihat siapa yang memelukku. Ternyata mbak yanti. Dia sedikit membungkuk, karena tinggiku belum setara dengannya. Kumatikan keran shower. Aku tak menyadari kapan dia datang dan membasahi tubuhnya. Bahkan sekarang tubuhnya tertutupi busa sabun.

"Kamu kuat banget sih mas" kata mbak yanti lirih.

"Ssstttt... emmhh... Kuat gimana mbak?" Tanyaku. Aku mendesah merasakan sentuhan licin nan nikmat di batang penisku.

"Semua mantan mbak, termasuk mantan suami mbak, nggak pernah tahan liat mbak bugil. Pasti langsung tubruk" jawab mbak yanti.

"Langsung diewek?"

"Iya. Pemanasan juga enggak. Toked jadi nggak begitu terasa penting. Buat mereka yang penting, memek" jawabnya. Tangannya telaten menyabuni seluruh bagian selangkanganku.

"Sssttt... Uuuuhhh... "

Aku melenguh keenakan. Mbak yanti menggunakan kedua tangannya untuk menggenggam penisku. Membuat telapaknya seolah menjadi celah. Dan enak rasanya saat aku goyangkan pinggilku maju - mundur.

"Kontol mas gede banget sih, masih juga sekolah" komentarnya.

"Sssttt... Eeehh... Keturunan, mbak"

"Oh ya? Wah, beruntung kalo gitu mas"

"Sssttt... Yeeesss"

"Emh" terdengar suara mendehem.

Sontak kita menoleh. Ternyata letisya datang membawa sebuah kursi kayu pendek dan emm, floating bed tampaknya.

"Pinter" komentar mbak yanti. Letisya tersenyum manis.

"Yuk, sini mas" ajak mbak yanti.

Sejenak aku perhatikan kursi kayu itu. Beberapa kali aku melihat mbak yanti duduk dikursi serupa sewaktu mencuci baju. Tapi kursinya dari plastik. Jaman sekarang masih ada yang membuat kursi begini dari kayu. Mungkin custom. Karena bagian plat atasnya tebal, dan ada cekungan seperti setengah pipa. Aneh rasanya duduk di kursi semacam itu.

"Emh"

Mbak yanti memeras spons mandi di atas punggungku. Air sabun yang tadi terserap spons seketika mengucur ke punggungku.

"Ahh"

Aku melenguh kecil sambil tersenyum pada letisya. Bagaimana tidak, bukannya pakai tangan, mbak yanti meratakan sabun di punggungku menggunakan kedua payudaranya. Dia gerakkan naik turun sampai setengah punggungku. Letisya meminta spons itu. Dia menumpahkan cairan sabun di atasnya. Memberinya sedikit air, dan memerasnya di atas paha kiriku.

"Aahhh... Ssssttt"

Kurasakan dua rangsangan datang sekaligus. Dari belakang, mbak yanti sudah menggantikan tugas payudaranya dengan tangannya. Tapi bukan di punggung, melainkan di tubuh bawahku. Ya, dia meraba lipatan pantatku. Dia telusuri belahan itu dengan jari tengahnya. Dari depan, letisya menggosok paha kiriku dengan selangkangannya. Sangat bisa kurasakan gundukan bibir vaginanya memijat pahaku. Serta gesekan bulu jembut tipisnya yang beradu dengan bulu halus pahaku.

"Uuuhhh... Sssssttt... Aaaaahhh"

Belum selesai letisya merangsangku dengan selangkangannya, mbak yanti sudah menambahkan rangsangan lain. Dia merogoh selangkanganku dari belakang. Bola pelerku dia pijat lembut. Rogohannya berpanjut ke atang penisku. Sampai palkonku dia rogoh. Penisku jadi berwarna putih tertutup busa sabun.

"Aaahhh... Ssshhhh"

Aku mendesah keenakan merasakan penisku dikocok mbak yanti. Sudah begitu, payudaranya dia gesek - gesekkan di punggungku. Letisya masih menyabuni paha kiriku dengan selangkangannya. Setiap dia meluncur sampai di panglal pahaku, dia sengaja memposisikan paydara kirinya di wajahku.

"Hmm?"

Baru sebentar saja mbak yanti mengocok penisku, dia lalu berdiri menjauh dariku. Ternyata dia memutar posisinya. Kini dia ada di sebelah kananku. Tampaknya dia dan letisya sepakat untuk berganti gaya. Benar saja, kini gantian mbak yanti menyabuni paha kananku dengan selangkangannya. Terasa lebih tembem dan merangsang. Sedangkan letisya berpindah agak ke kiriku. Dia angkat tangan kiriku, lalu dibawanya ke sela - sela pahanya. Seperti tadi, dia menggesekkan selangkangannya di sepanjang lenganku. Penisku semakin tegang dam berkedut.

"Cuupp... Cuupp"

"Eeumm... Euumm"

Aku tak tahu apa yang dia rasakan, mungkin gesekan vaginanya di pahaku cukup mantik birahinya. Mungkin juga aksi mesumnya padaku menimbulkan imajinasi liar. Yang pada akhirnya semakin menggelorakan birahi dalam tubuhnya. Dia langsung menyosor bibirku. Sama - sama kita saling melenguh. Karena tangan kananku masih bebas untuk meraba payudaranya. Jujur, aku sudah tidak sabar ingin menyetubuhi mbak yanti. Tembemnya bibir vagina itu membuatku penasaran. Belum lagi tubuh putih mulusnya bak bintang iklan, membuat penisku terus mengedut. Tapi lumayanlah untuk sementara aku bisa mengenyoti payudaranya.

"Aahh... Maaasss"

mbak yanti melenguh merasakan hisapan di payudaranya.

"Syaaa"

Aku juga ikut melenguh, sensasi yang kurasakan semakin bertambah. Letisya membawa telapak tanganku ke selangkangannya. Jari tengahku dia masukkan ke dalam liang vaginanya. Dia gerakkan maju mundur seperti gerakan mencolok.

"Uuuhh"

Dia melenguh merasakan colokan jariku. Aku tersenyum melihatnya keenakan.

"Aahh"

"Uuuhh"

Dua wanita seksi menggairahkan ini melenguh keenakan. Aku lanjutkan kesenanganku mengenyoti payudara mbak yanti. Beberapa menit kemudian mereka berganti gaya. Kini gantian mbak yanti menggosok tanganku dengan selangkangannya. Sedangkan letisya mengangkat kaki kiriku. Dia menggosokkan telapak kakiku ke payudaranya.

"Aaahhh.... Eemmhh.... Uuuhh"

Sepertinya mbak yanti sudah tidak sabaran. Hanya sebentar dia menggosok lenganku. Sekarang dia sudah membawa jark tengahku ke dalam liang kawinnya. Walau hanya jari, tapi nampak dia menikmati seriap colokannya.

Aku sedikit kegelian setiap telapak kakiku menggesek pentil payudara letisya. Penisku semakin berontak menginginkan sentuhan. Untunglah tak lama kemudian letisya melepas kakiku. Dia menuangkan sabun cair tadi, sabun yang kaya mousterizer, ke seluruh permukaan floating bed. Dia lalu tengkurap di floating bed itu, dan berseluncur maju mundur layaknya di wahana permainan. Praktis, sabun cair itupun menempel di tubuhnya.

"Sini ndi, tengkurep" pinta letisya.

Aku agak kecewa mendengar permintaan itu. Aku pengennya langsung mendapat sentuhan di titik yang aku mau. Tapi, ya sudahlah. Tampaknya mereka mssih mau merangsangku. Atau mereka sebenarnya juga sedang merangsang diri mereka sendiri. Dengan melepas imajinasi liar mereka.

Aku tengkurap di atas floating bed yang penuh cairan sabun. Aku meluncur beberapa senti karena licin. Kubenahi posisi penisku saat letisya mukai mengangkangi kepalaku. Dia tumpahkan sabun cair tadi ke punggungku, lumayan banyak rasanya. Mbak yanti membantu letisya meratakan sabunnya, bahkan sampai ke kaki - kakiku.

"Seeerr"

Letisya meluncur dari pundakku ke bawah. Bisa kurasakan pijatan lembut dari bongkahan daging kenyal di dadanya. Sampai di pantat dia balik kanan. Dia meluncur lagi ke atas. Payudaranya dia goser - goserkan ke sana ke mari. Semakin terangsang aku dipijat dengan payudara begitu. Dia balik kanan lagi. Kali ini dia terlihat konyol. Entah dia benar - benar meratakan kembali cairan sabun di punggungku, atau sengaja menggoda. Tapi yang pasti, dia jongkok dengan vaginanya berada tepat di depan mataku.

Sesekali saat dia menungging, aku bisa melihat otot vaginanya mengedut. Bahkan mungkin ia sengaja merangsangku dengan mempertontonkan lubang analnya. Yang dia kencangkan senhingga telihat berkedut - kedut. Penisku pun ikut berkedut, penasaran ingin mencoba masuk lubang anal itu.

"Seeerrrr"

Dia meluncur lagi dari pundak sampai ke pantat. Sesampainya di pantat, dia goser - goserkan selangkangannya ke permukaan bokongku. Dia juga menggoser - goserkan pantatnya dengan pantatku. Jadi semacam adu bokong. Puas menggosok bokongku, dia melanjutkan seluncurnya ke bawah. Kedua kakiku dia gosok dengan selangkangannya. Betisku dia tekuk ke atas, lalu dia menggesekkan vaginanya naik - turun di sepanjang betisku.

"Balik badan ndi" pintanya kemudian.

Kuturuti permintaan itu. Aku balik badan dengan penis yang sudah menegang penuh. Tapi dia malah pergi ke shower. Sempat dia memberi kode mbak yanti dengan menekan kedua payudaranya dan membuat gerakan naik - turun. Mbak yanti tersenyum seolah paham dengan yang dimaksud letisya.

Mbak yanti datang mendekat dengan gerakan sensual. Terasa tenang dan tidak grasa - grusu. Cara dia menuangkan sabun cair ke permukaan dadaku juga lain. Diselingi senyum dan lirikan. Aku merasa mbak yanti membayangkan sesuatu yang indah. Mungkin dia sedang mengingat masa bahagia dengan suaminya. Caranya mengusap, berasa dari dalam hati. Lembut, penuh perhatian, dan senyuman penuh cinta.

Dia berikan pijatan lembut dengan kedua tangannya. Dari dada, turun ke perut, turun ke selangkangan. Tapi penisku tidak dia sentuh. Kan jadinya gatal. Baru dia memposisikan diri mengangkangiku. Payudaranya dia tempelkan di perutku bagian bawah. Hampir saja menyentuh palkon, tapi tidak menyentuh.

"Seeerrr"

Dia meluncur ke atas seperti letisya. Tapi kali ini, ada debaran berbeda, karena selangkangan mbak yanti bersentuhan dengan penisku.

"Cuuppp"

Dia memberikanku kecupan manja di bibir. Hanya satu kecupan, dan dia menjauh sambil tersenyum. Dia meluncur ke bawah dengan perlahan. Payudara yang sedikit lebih besar memberikan sensasi yang lebih menggairahkan. Terutama.saat tiba di perut bagian bawah. Penisku semakin sering berkedut.

"Aaaaaaahhhhh.... Ssssshhh"

Aku melenguh merasakan goseran payudara mbak yanti melewati penisku. Memang tidak pas di sela - selanya, tapi justru himpitannya itu terasa sangat berbeda. Empuk, kenyal, padat, ditambah beban tubuhnya jadi terasa memijat. Mbak yanti menambahkan sabun cair di sekujur penisku.

"Aaaah... Ssshhh... Mbaaakk... Yeesss"

Dengan berpegang kedua tanganku, dia kembali menggoserkan payudaranya. Kali ini dia fokus merangsang penisku. Benar - bensar penisku dia posisikan di sela - sela payudaranya. Aku yakin kalau posisinya dia yang rebahan dan aku yang bergoyang, pasti lebih nikmat. Karena dia menahan payudaranya agar menghimpit batang penisku. Tapi ini juga sudah enak. Cukuplah untuk mengurangi rasa gatal di penisku.

"Udah gatel belum kontolnya?" Goda mbak yanti.

"Udah dari tadi kali mbak" jawabku.

"Kok bisa?"

"Ya, liat mbak nungging aja aku udah gaceng. Ini mbak bugil total. Mana.... Sssshhhh.... Uuuhhh... Tokednya mijit banget"

"Hehe... Kalo memeknya?"

"Kalo boleh, andi pengen colok pake kontol. Pake jari aja masih bisa jepit"

"Hahaha... Siapa yang ngelarang?"

"Hayu mbak" ajakku.

"Ya udah, ke shower yuk. Mbak juga penasaran pengen ngemut kontol ini" saran mbak yanti.

"Ah ah ah ah... Yes yes yes" aku keenakan mendapat kocokan tangannya.

"Yuk" ajaknya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd