Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah si Badan Babi (NO SARA)

Wanita mana yang seharusnya dipilih Faza?

  • Zahra

    Votes: 282 55,7%
  • Hani

    Votes: 113 22,3%
  • Winda

    Votes: 232 45,8%

  • Total voters
    506
  • Poll closed .
Part 17

***Hidden content cannot be quoted.***

Malam yang sangat sunyi itu sedikit diganggu oleh desahan-desahan para manusia yang saling menggesekkan alat kelaminnya. Udara dingin tidak menyurutkan hasrat mereka dalam bercinta. Kini tubuh Tia sudah berada dibawah Dimas dan siap untuk digenjot. Dimas memasukkan penisnya ke dalam vagina Tia dan menggenjotnya secara perlahan hingga kencang. Sampai-sampai suara gesekan alat kelamin mereka terdengar hingga luar ruangan itu. Sementara di ruangan lain, seseorang wanita sedang merintih kesakitan digarap oleh temannya yang belum lama dikenalnya.

Suasana di teras rumah terasa hangat karena adanya sepasang manusia yang masing-masing sedang bertarung dalam batin mereka. Satu orang sedang bertarung karena harus menjawab pertanyaan dari orang yang satunya lagi sedangkan orang satunya lagi sedang bertarung karena merasa menyesal mengapa melontarkan pertanyaan itu kepada orang yang satunya lagi.

“win, aku boong kalo aku gak naksir sama kamu. Dari awal kita masuk aku udah merhatiin kamu. Kamu orangnya ceria, bawel, tapi ngegemesin. Aku kayaknya belum minta maaf sama kamu deh soal aku……..” ucapku yang tertahan karena jari telunjuknya menutup mulutku.

“zaaaa, jawabannya iya atau enggak doang”

“emmmmm”

“hmm?”

“iya”

Aku melihat ekspresi lega di wajahnya dan ia tersenyum manis sekali. “zaaa, jangan bahas apa-apa lagi tentang kejadian di kos mu itu lagi yaa. Aku udah terima sama keadaanku yang kayak gini kok” ujar Winda dan ia tersenyum manis sekali, dan ia memainkan ujung jilbabnya jilbabnya. Jujur itu membuatku gemas sekali saat melihatnya.

“win, pacaran yuk”

“gak papa za? Hani? Zahra?”

Aku terdiam. Lidahku kelu saat Winda mengatakan hal itu. Mungkin untuk Zahra aku masih bisa menjawabnya karena Zahra memang sudah menolak ajakan untuk menjadi pacarku. Tapi Hani? aku tidak tau apakah Hani nanti akan sakit hati lagi dan menutup diri lagi jika tau aku berpacaran dengan Winda. Berpacaran dengan sahabatnya sendiri. Apalagi ditambah telefon dari Hani tadi siang yang membuatku sedikit khawatir dengan keadaannya saat ini.

“bingung ya? Hahaha” ujar Winda sambil melihat ke mataku. Aku merasa bahwa Winda melihat mataku dalam sekali. Sampai-sampai aku tidak bisa membuang pandanganku dari matanya. “zaaa, telfon Hani deh sekarang” lanjutnya tiba-tiba.

“hah? Ngapain?”

“minta izin kalo kamu jadi pacarku” ujarnya sambil mengambil HP-ku yang ada di dalam saku jaketku.

“kokk? Kenapa harus izin ke Hani?”

“udaaaahhh pokoknyaa telefon sekarang. nihhhh. Tinggal ngomong doang”

“hadeeuhhh. Ngomongnya gimana cobaaaa……….. Halo assalamualaikum Hani, selamat malam” ujarku karena mendengar suara telefon diangkat.

“halo selamat malam, ada apa ya mas telefon malem-malem gini. Saya gak berminat dengan barang dagangan mas yang katanya bisa memberikan kentungan berganda”

“hah? Aku bukan MLM haan”

“hahahahaha, iyaa zaa iyaa. Aku tau kokk. Kenapa zaaa?”

Aku gundah segundah-gundahnya kali ini. Aku takut terjadi apa-apa dengan Hani jika kukatakan bahwa Winda sudah menjadi pacarku.

“halooo. Fazaa? Masih disana kan?”

“masih kok han masih hehe. Anu…. Aku mau bilang kalo Winda……….”

“hhhhhmmmm. Selamat ya kalian hehehe, aku turut seneeeng” ujar Hani dengan suara agak sesenggukan.

“haaannn, kamu gapapa kaaan?” aku sedikit mengkhawatirkannya karena mendengar suara di seberang sana.

Cukup lama tidak ada suara dari seberang namun saat aku cek apakah masih tersambung, telefon memang masih tersambung.

“gapapaa kok zaaaa. Aku seneng…. Aku seneng kamu akhirnya udah bisa milih….. walaupun kamu gak pilih aku tapi aku seneng….. sekarang jagain Winda baik-baik yaaa….. jangan main-main sama yg lain lagi pokoknyaaa…… jaga matamu, matamu harus ke Winda terus, jangan ke yang lain….” ujarnya sambil menangis sesenggukan dari seberang. “Zahra jangan lupa kamu kabari juga ya zaa” lanjutnya.

Saat ini perasaanku campur aduk. Disisi lain, mungkin aku akan kehilangan Hani disisiku, dan aku tidak mengharapkan hal itu. Disisi satunya lagi, ada seorang wanita yang sudah mengambil hatiku, dan iapun bersedia hatinya diambil olehku. Aku lalu melihat Winda dan ia hanya tersenyum manis sekali lalu memelukku erat.

“iyaa han, pasti dia aku kabari juga. maaf yaa haan…..” ucapanku dipotong oleh suara diseberang. “loohhh kenapa minta maaf hahaha, gapapa kokk….. itu hak kamu buat milih……. Udah ya zaaaa. Udah malem juga, gabaik kita masih telefonan malem-malem gini. Apalagi besok perjalanan bakal berat kan. kamu juga tidur biar besok kuat” ujarnya. Tiba-tiba hening cukup lama. “Zaaa, biarkan aku ngomong sesuatu yang harusnya dari dulu aku ucapin ke kamu…...” ucapnya dengan jeda cukup lama. “aku cinta sama kamu” lanjutnya dan ia langsung menutup telefonnya.

Tanpa sadar aku meneteskan sedikit air mataku. Aku tau perasaan itu, perasaan melihat seseorang yang dicintainya lebih memilih orang lain. Perasaan yang seharusnya diutarakan sejak lama, tetapi baru bisa terucap saat semuanya menghilang. Melihat hal itu, Winda makin memelukku. Aku lalu meletakkan HP-ku di meja yang ada di teras itu. Aku lalu memetuskan untuk duduk lesehan di teras itu. Winda mengikuti dan duduk di atas pahaku sehingga posisi Winda dipangku olehku.

“cengeng ih kamu hahahaha” ledek Winda kepadaku.

“engga kok, tadi kelilipan doang ini”

“kelilipan dari mana, daritadi gaada angin gaada apa apa haha. Makasih ya zaaa, kamu udah milih aku hehe. Mudah-mudahan ini beneran dari sini” ujarnya sambil menunjuk dadaku.

Aku lalu memeluk Winda lagi dengan cukup erat sambil mengelus kepalanya dengan lembut. Tanpa sadar kami berdua terbang ke alam mimpi bersama.

Di tempat lain

“tamaaaa plisssss udahaaann. Capekkk ahhhhh ahhhh ahhhhh” desahan Zakiyah yang sudah sangat kelelahan karena sudah mencapai orgasmenya beberapa kali.

Kali ini Zakiyah sedang digenjot vaginanya oleh Tama. Tama memang sangat perkasa kali ini. Mungkin karena memang sudah lama ia tidak melakukan ritual olahraga lima jarinya karena harinya diisi oleh seorang wanita yang kini ia genjot. Ia baru mencapai orgasme satu kali. Itupun saat ia menusukkan penisnya di anus Zakiyah dan menyemprotkannya ke dalam anus Zakiyah. Setelah itu, ia langsung membalikkan tubuh Zakiyah dan langsung menusukkan penisnya di vaginanya. Awalnya Tama kaget karena ia tidak merasakan adanya penghalang di vagina Zakiyah karena penisnya langsung ambles semuanya dalam sekali hentakan. Namun ia tidak ambil pusing dan langsung menggenjotnya dengan kecepatan penuh hingga sekarang. Sedangkan Zakiyah harus tersiksa karena ia sudah beberapa kali orgasme namun Tama tidak menurunkan kecepatan genjotannya. Tubuh Zakiyah beberapa kali merinding dan ia sudah lemas sekali. Kira-kira sudah hampir satu jam Tama menggarap tubuh Zakiyah.

“aaahhh zaaakkk, aku mau nyampe nihh aahhhh. Dikeluarin di dalem apa diluar nihhh hhhhhhhhasssss” ujar Tama masih sambil menggenjot tubuh Zakiyah. Ia juga meremas payudara mungil yang bergerak naik turun seiring genjotan Tama.

“aaaaahhhhhhhhh diluaaarrrrrr sssshhhh aahhhhh”

Tama lalu mencabut penisnya dan langsung mengarahkan di wajah Zakiyah, tak lama setelah itu Tama menyemprotkan spermanya di wajah Zakiyah. Cukup banyak sperma yang dikeluarkan oleh Tama sehingga cukup untuk menutupi sebagian wajah Zakiyah.

“aaahhh ahhh aahhh. Makasih zak. Gila banget emang kamu. Haaahhhh. Kuat banget kamu. Biasanya udah pingsan tuh kalo aku gituin tadi hahaha” ujar Tama yang kini duduk di sebelah tubuh Zakiyah.

Zakiyah masih terengah-engah karena perlakuan Tama barusan. Sperma yang mengalir masuk ke dalam mulutnya, ia langsung telan. Cukup lama ia terengah-engah sambil menghimpun tenaga lagi. Tama lalu bangkit dan berjalan menuju pintu meninggalkan Zakiyah. Tama lalu mengambil kunci yang ada di gantungan baju dan ia membuka pintu itu.

“taaaammmmm, plis anterin aku ke kamar mandi. Aku gakuat buat bangun” ujar Zakiyah saat Tama sudah membuka pintu kamar itu.

“sebentar, aku ambil celana dulu”

Tama lalu mengambil celana yang ada diluar kamar lalu memakainya lagi. Ia lalu berjalan kembali ke tubuh Zakiyah, ia lalu mengangakat tubuh Zakiyah lalu menggendongnya menuju kamar mandi. Disepanjang perjalanan ke kamar mandi, mereka melewati suatu kamar yang di dalamnya terdengar suara desahan-desahan erotis. “tuh zak, Dimas sama Tia kenceng banget kan hahaha” ujar Tama masih terus berjalan menuju kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi, ia lalu menurunkan tubuh Zakiyah, namun Zakiyah langsung ambruk sehingga Tama harus memegangi tubuh itu.

“aku gak kuat taaammm hhhhhh. Pegangin tolooong”

Tama lalu memegangi tubuh Zakiyah untuk melakukan berbagai hal di kamar mandi, dari buang air kecil hingga cuci muka untuk menghilangkan sperma yang ada di wajahnya. Setelah semua selesai, Tama menggendong Zakiyah lagi untuk kembali ke kamar.

“Faza sama Winda dimana tam?” ucap Zakiyah ditengah-tengah perjalanan menuju kamar.

“gak tau zak, palingan juga lagi berduaan”

Zakiyah lalu terdiam lagi.

Sesampainya di kamar, Zakiyah dibaringkan lagi di kasur dan Tama mengambil beberapa pakaian yang berserakan yang tadi di lepas saat menggarap Zakiyah.

“gausah pake daleman tam, masih sakit” ujar Zakiyah saat Tama berusaha memasukkan celana dalamnya ke selangkangan Zakiyah.

Tama lalu memakaikan celana dan kaos ke tubuh Zakiyah. Ia lalu beranjak pergi meninggalkan tubuh yang masih lemas itu. “udah kamu istirahat lagi yaa, besok bakal capek banget kalo kamu ga istirahat” ujar Tama sambil meninggalkan Zakiyah.

“kamu mau kemana?”

“ngecek rumah ini udah dikunci semua apa belum. Udah kamu tidur ajaa”

Tama lalu keluar dari kamar itu lalu menutup pintunya. Ia lalu berjalan menuju ruang tamu karena hawanya terasa sangat dingin, jadi ia mengira bahwa pintu depan belum ditutup. Benar saja, pintu depan masih terbuka dengan gagahnya. “dasar mereka yaa, lagi enak-enak lupa kalo belum nutup pintu, kalo ada copet gimana” gerutunya.

Saat ia ingin menutup pintu rumah itu, ia melihat bayangan kaki di luar pintu. Penasaran dengan bayangan itu, ia melongok ke luar pintu itu. Ia mendapati temannya tertidur dengan seorang wanita berada diatasnya dan menyenderkan kepalanya di dada temannya itu. “yaaampun nih orang malah tidur disini”. Ia lalu membangunkan kedua orang itu. Kedua orang itu lalu bangun dan sedikit terkejut karena posisi mereka saat ini.

“udah selese tam?” ujarku yang akhirnya sepenuhnya sadar.

“udah haha, kasian dia. Lemes banget tadi”

“lah elu gila sih”

Aku lalu membangunkan Winda karena aku tidak bisa bangun dari dudukku. Winda akhirnya bangun namun masih setengah sadar. Aku bisa bangun dari dudukku lalu menggendong Winda karena ia masih belum sadar sepenuhnya. Aku lalu membawa Winda menuju kamar Tia lalu membaringkannya di sebelah tubuh Zakiyah yang sudah tertidur sangat pulas. Aku lalu keluar dari kamar itu dan mendapati Tama sudah berada di depan TV dan menyalakannya.

“udah dikunci semua tam?”

“udah zaa, ngapain lo tadi tidur diluar”

“Winda…. Tadi dia nangis denger teriakkan-teriakkan Zakiyah, makanya gue bawa keluar. Gila ya lu. Lu apain aja tuh Zakiyah. Badannya kecil juga”

“hahahaha biasa zaaa, abisan gue kesel yak. Yaudah mumpung kalian juga pada diluar dan pintu kamarnya gak dikunci ya langsung aja eksekusi”

“Gila dasar”

“dia lebih gila zaa, dia gak pingsan hahaha. Padahal kemarin Nayla aja sampe pingsan karena gak kuat”

“lo kapan sama Nayla? Perasaan dulu pas lo mau sama Nayla, gue ganggu deh”

“ahahahaha, gue boong zaa, gue udah beberapa kali sebenernya sama dia. Tapi itu di kosannya dia terus. Pas yang dikosan kita tuh emang kita sebenernya udah mau putus karena ya itu. Pelacur dia tuh. tapi si Zakiyah udah gak perawan zaa, ya ga papa sih. Cuman kirain gue orang pertama yang jebol dia. Soalnya ibunya jagain banget anaknya”

“pas lo kerumahnya, liat bokapnya gak lo?”

“enggak zaa, kenapa dehh”

“hhhmmm. Gue ceritain deh”

Aku lalu menceritakan hal tentang Zakiyah berdasarkan cerita Winda.

“waahhh hahaha, jangan-jangan pas dia ditunjukin video bokep sama temen-temennya. Soalnya dia pernah cerita kalo dia pernah nonton video bokep gara-gara di liatin sama temen-temennya”

“bisa jadi tuh. tapi yaudah jangan bahas lagi. kalo dia masih mau lu deketin lagi, jagain bener-bener.”

“wes wess ada apaan nih tumben ngasih wejangan hahaha”

“gapapa tam, kasian si Zakiyahnya”

“tenang za hahaha”

“btw ini jam berapa sih. Kita berangkat jam 1 atau jam 2? Si Dimas belum kelar juga apa? Dasar dia tuh. ngentot mulu kerjaannya”

“ini udah jam 11 za, kalo kita tidur pasti kebablasan nanti. Mending nonton TV aja sampe jam 1 an nanti kita bangunin cewek-ceweknya. Dimas udah kelar kayaknya soalnya udah gaada suara-suara lagi di kamar itu” ujarnya sambil menunjuk suatu kamar.

“mau nyoba masuk tam? Hahahaha”

“engga ah hahaha, capek gue. Lo belum dapet jatah dari Winda? Kasian banget lo hahaha”

“hahahaha tai lah. Gue gak make Winda cuman buat ngentot doang kali. Dia udah jadi pacar gue sekarang” ujarku dengan ekspresi muka minta ditonjok.

“busyeeettt udah jadi aja. Berarti si Hani sama Zahra lu lepas?”

“ya iyaa. Masa gue jadiin itu bertiga. Ga kuat gue hahahah”

“lu juga gila hahaha”

“enak aja hahahah”

Aku memutuskan untuk berjalan menuju ruang tamu karena ingin menelfon Zahra untuk laporan saja (haha). Beberapa kali telfonnya tidak ia angkat. Aku mengira ia sudah tidur, tapi saat telefonku yang terakhir akhirnya ia mengangkatnya. Aku akhirnya bisa mengobrol lagi dengannya setelah beberapa hari tidak mendengar suaranya. Aku memberi tahu Zahra bahwa aku sudah menjadi pacar Winda. Tentu saja Zahra histeris mendengarnya dan mengucapkan selamat. Tak lupa juga ia menanyakan apakah Hani sudah tau. Aku menceritakan semuanya ke Zahra, percakapanku dengan Hani tadi. Zahra hanya merespon bahwa itu hal yang wajar. Ia lalu memberi wejangan-wejangan bahwa aku tidak boleh bermain-main dengan wanita lain, dan hampir sama seperti yang Hani katakana kepadaku. Karena HP-ku sudah low-batt aku memutuskan untuk pamit ke Zahra dan tak lupa juga aku memberi ucapan selamat tidur dan mimpi indah ke dia.

Aku lalu menuju ruang tengah lagi untuk men-charge HP-ku dan aku mendapati Tama sedang cekikikan karena menonton suatu program TV.Akhirnya kami berdua hanya menonton TV. Untungnya acara yang disajikan oleh salah satu stasiun TV bisa menjadi teman untuk menghabiskan waktu hingga pukul dua nanti.

.

.

.

Pukul 02.00 dini hari.

Aku masih terjaga di depan TV saat ini. Aku melihat Tama sudah K.O disebelahku. Aku tidak tau sejak kapan dia tidur. Aku lalu berusaha membangunkannya dan ia langsung bangun dan langsung melihat jam. Kami lalu mencuci wajah kami agar lebih segar dan langsung memutuskan untuk membangunkan semua orang. Tama menuju kamar yang diisi oleh Dimas dan Tia. Dia menggedor pintu dengan cukup keras. Mungkin kalau saat ini ada maling yang masuk ke dalam rumah itu, maling itu akan langsung terkena serangan jantung karena saking kerasnya dan tiba-tiba gedoran itu. Aku masuk ke dalam kamar Tia dan membangunkan bidadari ku dan temannya. Winda dapat dengan mudah aku bangunkan karena ia sudah cukup beristirahat. Sedangkan Zakiyah, cukup susah dalam membangunkannya. Bahkan ia sedikit merintih saat sudah setengah sadar. “zaa, loo ngapain masuk ke kamar gue?” tanyanya setengah sadar dan masih dalam kondisi rebahan. “ngelindur loo. Bangun ahh udah jam dua nihh. Win kamu cuci muka dulu sana” ujarku.

Winda lalu bergegas keluar dan langsung mencuci mukanya. Aku masih kesulitan membangunkan Zakiyah. Akhirnya aku memutuskan untuk memanggil Tama untuk membangunkan Zakiyah. Aku lalu mendapati Dimas dan Tia yang sudah bangun dan sedang duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Mungkin mereka shock aku pikir (haha).

.

.

Akhirnya kami semua siap. Jam sudah menunjukkan pukul 02.45 saat ini.

“ti, nyampe gak nih kalo jam segini berangkat?” ujarku.

“tergantung zaa, kalo kita mau ke prau mah udah telat kalo mau liat sunrisenya, kalo ke sikunir mungkin masih bisa kekejar”

“kalian lama sihhh zzzz”

“itu tuh yang lamaaa” ujar Tama sambil menunjuk Zakiyah.

“enak ajaaa, masih pegel-pegel nih badan. Capek tau” keluh Zakiyah.

“udah-udah, yuk gausah buang waktu lagi. Kita cabs” (yoi)

Akhirnya kami melakukan sedikit ritual berdoa dengan berdiri melingkar. Setelah itu kami menaikki kendaraan masing-masing dan boncengannya masing-masing. Formasinya sama seperti saat berangkat tadi. Aku-Winda, Dimas-Tia dan Tama-Zakiyah. Aku melihat Zakiyah sepertinya tidak membenci Tama. Malah aku melihat seperti mereka sudah tidak ada canggung-canggungnya sama sekali. Akhirnya kami memulai perjalanan dengan kecepatan rata-rata 50-60km/jam. Kami tidak berani ngebut-ngebut karena kondisi jalan yang memang tidak ada penerangan serta berkelok-kelok dan menanjak serta kurasa kanan-kiri jalan adalah jurang.

Kami akhirnya sampai ke lahan parkir untuk objek wisata bukit sikunir. Cukup ramai saat itu karena lahan parkir hanya tersisa sedikit. “wah telah nih” pikirku. Kami lalu memakirkan kendaraan kami dan langsung menuju pintu masuk untuk membayar biaya masuknya. Jam saat itu sudah menujukkan pukul 04.15. kami lalu bergegas naik. Aku tak mengira bahwa aku betemu musuh bebuyutanku. Ku kira ia tidak ada disini. Ya musuh bebuyutanku adalah mendaki dan bertangga. Aku kira jalan yang akan dilalui adalah hanya jalan menanjak biasa, ternyata bertangga juga. Tama dan Dimas dengan cepat menaikki anak-anak tangga tersebut. Disusul oleh Winda dan Tia, sedangkan aku yang memang paling tidak suka dengan jalan ini cukup jauh tertinggal. Aku melihat Zakiyah sudah sangat keletihan padahal baru sekitar 10 menit kami menanjak.

“gapapa zak?”

“gapapa kok zaa hehe. Kirain aku bakalan ditinggal sama yang lain. Untung ada kamu yaa hahaha”

“sialan ya hahaha”

“masih capek ya zak?”

“hhhheee emmm”

“zak, aku nanya ini bukan karena apa-apa yaa”

“mau nanya apa emang za?”

“semalem kamu keluar berapa kali? hahahah” aku langsung sedikit berlari meninggalkan Zakiyah.

“fazaaaaaaaa ihhhhhhhhh” teriaknya.

Aku lalu melihat teman-temanku sedang menunggu di bagian paling atas anak tangga ini. Aku lalu sedikit berlari dengan sisa-sisa tenagaku dan akhirnya aku berhasil keluar dari neraka dunia yang bernama tangga itu.

“semangat zaa, biar kurus hihihi” ujar Winda.

Winda lalu berlari menuju diriku dan memberikan botol minuman yang memang kutitipkan kepadanya. Aku sekilas melihat Tama sedang mengelus kepala Zakiyah dan memberikannya minum. Kami lalu kembali berjalan naik dan akhirnya kami menemukan sebuah gubuk dan banyak orang disana.

Aku lega karena kami akhirnya sampai di puncak bukit sikunir. Pemandangan yang cukup indah kurasa. Pemandangan saat melihat lampu-lampu kota dari atas sini. Kami lalu mencari tempat yang bagus untuk melihat sunrise. Aku sedikit mendengar bahwa di bukit sikunir ini kita bisa melihat gunung kembar sindoro dan sumbing. Gunung legend yang paling sering digambar saat masa-masa SD dulu. Aku lalu melihat sekeliling dan akhirnya menemukan gunung kembar itu. Aku lalu mengajak semuanya untuk mencari tempat dengan pemandangan gunung sindoro dan sumbing. Cukup ramai memang sehingga kami cukup sulit menemukan tempat yang pas. Akhirnya kami menemukan tempat yang sekiranya bagus dan pas dan kami duduk bejejer disitu.

“zaaa dingin banget yaaa” ujar Winda dengan mengepalkan tangannya.

“sini-sini” ujarku sambil merangkul tubuhnya dan merapatkannya ke tubuhku. Winda lalu menyenderkan tubuhnya ke tubuhku sehingga muncul kehangatan diantara kami. Aku lalu mengambil HP-ku dan beberapa kali mengambil foto selfie bersama Winda. Aku lalu melihat Tama sedang memasang kamera go-pro nya dan mengaturnya agar bisa mengambil gambar sunrise dengan baik.

“loh lo punya go-pro? Kenapa gak bilang-bilang” ujarku.

“lah ngapain gue bilang-bilang ke elo. Emangnya lo siapa gue?”

Sontak kami semua tertawa karena pernyataan Tama.

Setelah dirasa pas, Tama lalu duduk kembali di sebelah Zakiyah dan langsung merangkulnya. Dimas dan Tia juga melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan. Saling memeluk dan merangkul.

“zaa, aku pengen duduk kayak semalem lagi hehehe” ujar Winda yang masih nyender di bahuku.

“kalo kamu gak malu sih gapapa win hehe, tapi kan kamu berjilbab. Sebenernya ini udah kelewatan juga sih, sampe nempel-nempel gini. Udah gini aja ya win, anget kan?”

“hehehe anget kok zaa, badanmu menghangatkanku hahaha”

“apadeh win hahaha”

Winda secara tiba-tiba mencium keningku.

Kami semua menikmati pemandangan hingga akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba. Sang matahari muncul diantara Gunung Sindoro dan Sumbing. Pemandangan yang sangat indah ditambah disebelahku ada seseorang yang istimewa. Seseorang yang mau mengambil hatiku dan mau menyerahkan hatinya kepadaku. Aku makin mengeratkan pelukanku ke Winda. Aku elus keningnya dan sesekali ku cium keningnya. Aku lihat disebelahku dan Winda, ada Tama dan Zakiyah yang tertidur saling menyenderkan dirinya masing-masing. Lucu sekali melihat mereka seperti itu. Padahal, malam sebelumnya mereka bahkan tak mau bertutur satu patah katapun. Lalu aku melihat Dimas dan Tia sedang selfie berdua menggunakan HP-nya. Aku lalu mencari go pro yang dipasang oleh Tama, alat itu masih mantap berdiri sambil merekam semua kejadian yang ada di depannya.

“win, aku sayang banget sama kamu” ujarku lirih persis di telinganya.

“aku juga zaa. Jangan tinggalin aku yaa. Jangan pernah pokoknya” ujarnya juga dengan lirih sambil melihat mataku dalam.

“gaakan pernah”

Matahari sudah cukup tinggi ada di atas kami. Rasa hangat mulai menyelimuti bukit sikunir di pagi ini namun tetap saja dingin. Aku beberapa kali pergi ke kamar kecil karenanya. Tama dan Zakiyah sudah bangun dan langsung merapikan go-pronya. Sedangkan Tia dan Dimas sudah tidak tau dimana. Terakhir ku lihat sedang mencari spot untuk foto-foto.

“zaaa, selfie yukk” ajak Winda setelah aku keluar dari kamar mandi.

Winda lalu menggandeng tanganku dan langsung menyeretku menuju spot yang sudah ia temukan. Kami mengambil banyak sekali gambar dan dengan berbagai pose. Ada yang berpose selfie seperti pada umumnya, hingga selfie yang dibuat seolah-olah kami bermusuhan. Banyak sekali pose yang diambil.

Winda lalu melihat-lihat hasil jepretan di HP-nya. Winda cekikan sendiri melihatnya.

“abis ini aku bakal jauh sama Hani” gumamnya secara tiba-tiba. Pelan sekali gumamnya tadi namun aku mendengarnya.

“kamu bilang apa win?” tanyaku memastikan.

“gapapa zaaa. Pokoknya kamu jangan pernah ninggalin aku” ucapnya lalu memelukku dengan erat.

Aku sedikit malu karena itu di tempat umum dan sempat dilihat oleh orang-orang yang melewati kami. Aku lalu melepaskan pelukkan Winda. “gaakan win” ujarku dengan lugas sambil melihat matanya dalam-dalam. Ia hanya tersenyum manis sekali.

“nyari yang lain yukk. Kita belum foto bareng-bareng nih sama mereka” ujarku.

“yuk” jawabnya singkat sambil merangkul tanganku.

Kami lalu berjalan mengitari bukit sikunir dan akhirnya mendapati Dimas dan Tia secara bergantian foto-foto dengan background pemandangan yang cukup indah karena efek sinar mentari yang jatuh ke bumi ini. Kami lalu menyapa mereka dan mengajaknya untuk mencari Tama dan Zakiyah.

Akhirnya kami menemukan kedua orang itu. Tama dan Zakiyah sedang membuat vlog kurasa karena mereka beberapa berbicara di depan kamarea go-pro nya. Aku sedikit mengganggu mereka dengan berteriak “wassap gays, welcome to my vlog. Please like this video and subscribe my channel for other videos”. Aku lalu dijitak oleh Tama karena sedikit merusak videonya. Mereka semua menertawaiku karena hal itu.

Kami lalu memposisikan diri untuk selfie dengan kamera go pro milik Tama. Cukup banyak take dan pose yang dibuat.

Kami lalu memutuskan untuk turun saat jam menunjukkan pukul 09:00. Seperti biasa, aku berada di paling belakang dari rombonganku, namun berbeda dengan saat menanjak, kini yang menemaniku saat turun bukanlah Zakiyah, tapi Winda. Winda beberapa kali menawarkan minum kepadaku karena melihatku seperti sangat kelelahan. Aku tolak itu karena memang bukan terlalu lelah, tapi karena aku tidak segesit Tama, Dimas dan yang lainnya.

Kami akhirnya sampai di bawah dengan selamat. Para laki-laki memutuskan untuk mencari makanan, namun ide kami ditolak oleh Winda dan Tia. Mereka mengatakan bahwa harga makanan disini tidak manusiawi. Sehingga mengatakan lebih baik makan di alun-alun Wonosobo karena harganya jauh lebih manusiawi.

Aku, Dimas dan Tama tidak bisa apa-apa. Kami patuh dengan pasangan kami masing-masing dan akhirnya memutuskan untuk makan di tempat lain walaupun perut ini belum diisi oleh makanan apapun sejak tadi malam.

Kami lalu memutuskan untuk makan di daerah alun-alun Wonosobo lagi karena sepanjang perjalanan pulang dari bukit sikunir, kami tidak menemukan tempat makan yang dirasa cocok dengan kami.

Sesampainya di alun-alun, aku dan Winda makan mie ongklok karena aku belum sempat menyicipi makanan itu.

“win, abis ini kamu langsung pulang?” ujarku ditengah-tengah menyantap makananku.

“kayaknya iya deh za hehe, gapapa kan balik ke Purwokerto sendirian?”

“engga kok. Nanti aku sama Dimas. Kan Tia ditinggal juga disini. Ga dibawa ke Purwokerto lagi haha”

“ehh iyaa yaa. yaaah balik lagi doong ke rumah Tia nanti?”

“niatnya sih gitu nanti. Ya mau gimana lagi. Kecuali kalo Tia mau ke rumahnya sendiri dari sini, biar nanti aku sama Dimas bisa langsung pulang”

“kasian yaa kamu. Kecapean pasti”

“ahahaha apadeh win” ujarku sambil mengelus kepalanya.

“Tia. Gimana? Dari sini sendirian gapapa?” ujarku ke Tia.

“ya gapapa sihh, tapi Dimasnya nihh yang gamau hahahaha”

“ahhh dasar Dimas hahah”

“weeehh gapapa doong. Daripada kenapa-kenapa kan mending gue yang nganter hahaha” ujar Dimas.

“yaudah dim, tapi Faza nunggu dirumahku yaa, nanti aku share location rumahku ke chat mu” ujar Winda memotong obrolan kami.

“ciee cieee. Mentang-mentang udah jadi. Gamau cepet-cepet jauh yaa” ujar Zakiyah kali ini yang main masuk ke obrolan. “apa papahmu gapapa win, kamu pacaran? Ahahah” lanjutnya.

“diem ahh zaak, nanti aku ngomong sama papahku weeek” ujar Winda sambil memeletkan lidahnya ke Zakiyah.

“udah-udah, kamu ngapain sih zak ngurusin orang lain. Aku bingung nih nanti bilang ke ibumu gimana” kali ini Tama masuk ke dalam obrolan.

“ehhh iyaa emang ibumu ngebolehin kamu buat pacaran zak? Apalagi kamu abis dianuin sama Tama” ujar Winda membalas Zakiyah.

“dasar emang gak cowoknya ga ceweknya sama aja ngeselin” ujar Tama dengan raut wajah memerah

Kami semua tertawa kecuali Tama karena kini ia sibuk memikirkan kata-kata untuk bisa membuat ibunya merestui hubungannya dengan Zakiyah.

Kami lalu menyelesaikan makan. Aku dan Winda langsung menuju rumah Winda sekaligus beristirahat sejenak karena memang aku merasa tubuhku sangat capek hari ini, sedangkan Tama dan Zakiyah memutuskan untuk sedikit lebih lama di alun-alun sambil mencari-cari spot terbaik untuk istirahat disana. Kami kemudian berpisah dengan Dimas yang mengantarkan Tia ke rumahnya.

“win, aku numpang mandi yaa dirumahmu” ujarku saat kami sampai di rumah Winda.

“iyaa silahkan. Emang bawa baju ganti?” ujarnya sambil turun dari motorku.

“ya engga sih, gapapa lah pake kaos ini lagi aja. Yang penting seger kena air hahaha”

“iihhhh jorok dasarr hahaha”

Kami berdua masuk ke dalam rumah dan disambut oleh kakak Winda yang aku tahu bernama Resti. Mba Resti langsung senyum-senyum sendiri saat mendapati adiknya pulang bersama seorang laki-laki. Aku tidak ambil pusing karena Winda langsung menyuruhku menuju kamar mandi. Aku menurut saja dan langsung kusiramkan air dari ujung rambutku hingga ujung kakiku.
***Hidden content cannot be quoted.***

“zaaaa, ada makanan nihh. Makan. Buat nambah-nambah haha” ujar Winda saat aku menyelesaikan mandiku.

“engga ahh win hehe. Aku kenyang banget. Apalagi tadi kan aku dapet dari kamu juga. Penuh nih perut” ujarku sambil memegangi perutku.

“hahahaha lucu banget si kamu za. Yaudah. Kalo kamu mau tidur sebentar, ke kamarku aja. Gapapa kokk. Nanti aku bilang ke papah”

“oke makasih ya wiin hehe. I love you” ujarku sambil mencium telapak tanganku lalu aku arahkan telapak tanganku ke bibirnya.

“ahahahah apasih zaaa. Udah sana tidurrr. Perjalanan mu masih jauhh”

Aku lalu pergi ke kamar Winda dan langsung terlelap tidur karena saking capeknya.

.

.

.

.

Aku dibangungkan oleh Winda dan ia langsung memberi tahu jika teman-teman yang lain sudah datang ke rumahnya. Aku lalu mencari-cari jam dinding dan akhirnya aku mendapati jam menunjukkan pukul 15.15. Winda lalu menyuruhku untuk segera melaksanakan ibadah karena waktu sudah masuk waktu sholat ashar. Aku lalu keluar dari kamar Winda dan mendapati teman-temanku terkapar di depan TV di ruang tengah rumah itu.

“dari jam berapa mereka win?”

“jam 1 apa yaa. aku nyuruh mereka buat istirahat dulu disini. Tadinya mau langsung bangunin kamu haha”

“ooohh hehehe makasih yaa. orang rumah pada kemana?”

“papah jam segini tuh lagi kumpul-kumpul sama temen-temennya. Biasa emang. Kalo mamah tadi lagi ada pengajian rutin di rumah sebelah. Kalo Mba Resti sih biasa itu lagi diapelin di depan haha”

“oohhh” ucapku yang sambil membangunkan teman-temanku yang lain. Mereka semua sudah terbangun dan langsung ke perintahkan untuk mengambil air wudhu.

Kami lalu melaksanakan ibadah bersama-sama dengan aku sebagai imam mereka.

Setelah kami selesai melaksanakan ibadah, kami lalu siap-siap untuk segera pulang ke kota kami menimba ilmu.

“zaa, kamu langsung ke Jakarta?” ujar Winda saat mengantar kami ke gerbang rumahnya.

“iyaa kayaknya. Malem ini langsung”

“hah? Langsung banget?”

“iyaaa, aku pengen ketemu keluargaku. Udah kangen nih satu semester belum ketemu haha”

“yeeuuu haahah. Yaudah hati-hati yaa, jangan ngebut-ngebut. Salam buat keluargamu yaa”

“iyaa salam balik katanya. Kapan mau ketemu? Hahaha”

“ihhh apa sih zaaa eheeheh. Ya kamu ya za yg atur hehe”

“iya win hehe, sampaikan makasih yaa ke orang tuamu hehe, kemarin udah disiapin makanan enak banget eh sekarang dikasih tempat buat tidur”

“iyaa zaa haha, biasa itu”

Winda lalu mencium keningku. Aku lalu menaiki motorku. Kami lalu pergi meninggalkan rumah Winda. Kami memacu kendaraan kami sedikit cepat karena dalam keadaan segar karena telah beristirahat. Kami sampai saat matahari sudah terbenam. Kami langsung berpamitan masing-masing untuk segera ke kosan masing-masing. Tama memisahkan diri terlebih dahulu karena mengantar Zakiyah terlebih dahulu.

Aku sampai ke kosanku dan langsung beres-beres karena akan pulang ke Jakarta. Aku lalu membuka aplikasi pemesana tiket di HP-ku dan syukur aku langsung dapat tiket kereta yang dimaksud. Aku jadwal pemberangkatan pukul 10 malam dan sampai kira-kira pukul 3 pagi. Aku langsung menyiapkan segala perlengkapan yang dibawa saat pulang ke Jakarta. Tak lama setelah itu Tama sampai di kosan dan aku langsung memintanya untuk mengantarku ke stasiun.

Waktu sudah menunjukkan waktu setengah 10 malam dan aku dan Tama berangkat ke stasiun. Tak perlu menunggu waktu yang lama, keretaku datang dan aku langsung masuk ke dalam kereta.

Akhirnya aku bisa pulang ke Ibu Kota setelah satu semester merantau. Tempat dimana aku mendapatkan julukan yang sangat tidak mengenakkan. Banyak sekali pengalaman selama 6 bulan ini. Pertama kalinya aku tidak disebut oleh teman-teman “badan babi”, pertama kali merasakan mencium bibir seorang wanita. Pertama kali merasakan memegang payudara. Pertama kali merasakan seks. Pertama kali merasakan indahnya mempunyai pacar. Ah banyak sekali kejadian untuk pertama kalinya dalam hidupku di 6 bulan kebelakang. Sekarang aku bukan orang seperti dulu lagi. Aku sekarang lebih percaya diri menghadapi orang-orang. Sekarang aku tidak peduli lagi orang menilaiku bagaimana. Aku akan menjalani kehidupanku apa adanya.

Terimakasih Zahra sudah mengajarkanku apa itu sakit hati. Maafkan aku Hani. Aku yang sudah merusakmu, sekarang malah memilih orang lain dan terimakasih juga karena mengajarkan apa itu ketabahan. Terimakasih Winda. Sudah memberiku pengalaman indahnya mencintai dan dicintai.

Ditunggu season 2 nya om @dragoace :semangat::ampun::mantap:
 
Ditunggu om season 2 nya, btw ilustrasi winda pm akunnya hu, tesepona aku liatnya :dansa:
 
Mohon maaf suhu subu sekalian, ane belum bisa balesin satu-satu komennya hehe. pasti bakalan ada kok lanjutannya

Untuk proses pengetikan sebenrnya masih banyak cerita yang belum ketulis gara-gara RL lagi penuh-penuhnya beberapa bulan belakangan sampe sekarang malah. Tapi ane bakal launching cerita lanjutan malam ini, sabar yaa. masih ada pengeditan dikit lagi biar lebih enak dibaca dan lebih mudah dipahami hahaha.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
wah tamat juga baca ceritanya, keren suhu...serunya di cerita ini, cewek yang abis diperkosa malah jadi luluh, enak banget hehe...cuma si zahra aja yang diperkosa wahyu yang ga luluh hehehe

oh iya, lama-lama si faza jadi detektif kayanya nih, bakal ngungkap bisnis jual beli cewe haha :D
 
Bimabet
Finish maraton 2 hari baca hehehe..
Makasih suhu, ditunggu lanjutannya sampe tamat :jempol:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd